Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

FIQH IBADAH
Tentang
“Salat wajib : Salat Jum’at dan khutbah serta salat jenazah (teori dan praktik)”

Di Susun Oleh :
SUCI RIZKI
2014080025

Dosen Pengampu:
Drs. Ilman Nasution, MA

JURUSAN TADRIS IPA (KONSENTRASI FISIKA)


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
IMAM BONJOL PADANG
1443 H/ 2021 M
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-
Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya.
Adapun tujuan penulisan makalah ini ialah untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu
Pendidikan Islam pada semester III, dengan judul Salat wajib : Salat Jum’at dan khutbah
serta salat jenazah (teori dan praktik)”.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. Ilman Nasution, MA sebagai
dosen pengampu mata kuliah Fiqh Ibadah.
Dengan membuat makalah ini, mahasiswa diharapkan mampu memahami materi yang
di bahas. Kemudian saya juga berharap, semoga makalah saya dapat memberi informasi
yang berguna bagi pembacanya, terutama mahasiswa sebagai calon pendidik.

Padang, 01 November 2021

Pemakalah

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................................2
C. Tujuan....................................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Sholat Jumat..........................................................................................................................3
1. Pengertian Sholat Jumat.................................................................................................3
2. Hukum Shalat Jum’at.....................................................................................................3
3. Kewajiban Mengerjakan Shalat Jum’at..........................................................................4
4. Syarat Menunaikan Shalat Jum’at..................................................................................5
5. Waktu Shalat Jum’at......................................................................................................6
B. Khutbah.................................................................................................................................................7
1. Pengertian Khutbah Jumat..............................................................................................7
2. Syarat sah Sholat Khutbah Jumat...................................................................................7
3. Rukun Khutbah Jumat....................................................................................................8
4. Sunnah-sunnah Khutbah Jumat......................................................................................9
5. Syarat Dua Khutbah.......................................................................................................9
C. Sholat Jenazah.......................................................................................................................9
1. Pengertian Sholat Jenazah..............................................................................................9
2. Syarat-syarat Sholat Jenazah........................................................................................10
3. Rukun Dan Tata Cara Sholat Jenazah...........................................................................10
4. Sunnah Sholat Jenazah.................................................................................................14
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan...................................................................................................................16
B. Saran.............................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................17

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
 Shalat Jum'at adalah ibadah shalat yang dikerjakan di hari jum'at dua
rakaat secara berjamaah dan dilaksanakan setelah khutbah. Shalah Jum'at
memiliki hukum wajib 'ain bagi setiap muslim laki-laki atau pria dewasa
beragama islam, merdeka sudah mukallaf, sehat badan serta muqaim (bukan
dalam keadaan mussafir) dan menetap di dalam negeri atau tempat tertentu.
Allah telah menganugerahkan bermacam-macam keistimewaan dan
keutamaan kepada umat. Diantara keistimewaan itu adalah hari Jum’at,
setelah kaum Yahudi dan Nasrani dipalingkan darinya. Al-Hafidz Ibnu Katsir
berkata: “Hari ini dinamakan Jum’at, karena artinya merupakan turunan dari
kata al-jam’u yang berarti perkumpulan, karena umat Islam berkumpul pada
hari itu setiap pekan di balai-balai pertemuan yang luas. Allah SWT
memerintahkan hamba-hamba-Nya yang mukmin berkumpul untuk
melaksanakan ibadah kepada-Nya. Allah berfirman yang Artinya:
 Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat
Jum'at, Maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah
jual beli.yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. (Q.S.
Al-Jumuah: 9)
Maksudnya adalah apabila imam telah naik mimbar dan muazzin telah
azan di hari Jum'at, maka kaum muslimin wajib bersegera memenuhi
panggilan muazzin itu dan meninggalakan semua pekerjaannya.
Salah satu kajian fiqijh yang paling sering di praktekan dimasyarakat
adalah kajian masalah sholat jenazah, kita memendang dari aspek materi
sholat jenazah merupakan salah satu masalah ibadah yang amat gampang
bahkan kita menyepelekan masalah tersebut. Namun jika kita melirik dari
aspek praktek masih banyak kesalahan-kesalahan yang dilakukan
dimasyarakat dalam masalah pengurusan jenazah. Untuk itu kami
mengangkat sebuah tema yang berkaitan dengan pengurusan jenazah tersebut.

1
Adapun tema yang kami sajikan ialah “Sholat Jenazah”. Tujuan penyusunan
makalah ini adalah untuk memberikan wawasan kepada masyarakat
khususnya bagi mahasiswa tentunya dalam masalah pengurusan jenazah ini,
sehingga dapat meminimalisir kesalahan dan ketidaktahuan dalam masalah
pengurusan jenazah.
B. Rumusan Masalah
1. Apa- apa saja yang pembahasan tentang sholat jumat?
2. Apa itu khutbah jumat?
3. Apa itu sholat jenazah?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pembahasan tentang sholat jumat
2. Untuk mengetahui tentang khutbah jumat
3. Untuk mengetahui tentang sholat jenazah

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sholat Jumat
1. Pengertian Sholat Jumat
Shalat jum’at merupakan kewajiban bagi setiap muslim laki-laki
yang telah dewasa, yang waktunya tepat pada waktu zhuhur. Shalat
jum’at pelaksanaannya harus dengan berjama’ah bersama sejumlah
kaum muslimin di suatu tempat. pada hakikatnya salat jum’at ini
merupakan pengganti salat zhuhur, sehingga seseorang melakukan
shalat jum’at di masjid ia tidak perlu lagi melakukan shalat zhuhur.

2. Hukum Shalat Jum’at


Hukum shalat jum’at Fardhu ‘Ain, artinya kewajiban
individu mukallaf (muslim, baligh, berakal) kecuali 6 golongan:
1) Hamba sahaya (budak belian)
2)  Perempuan
3) Anak kecil (yang belum baligh)
4) Orang sakit yang tidak dapat menghadiri Jumat
5) Musafir, yakni orang yang sedang dalam perjalanan jauh
6) Orang yang udzur jum’at, seperi ada bencana alam atau
bahaya.1

Pengecualian ini ditetapkan oleh sabda Nabi SAW:


َ ‫ َو‬,ٌ‫ َواِ ْم َرأَة‬,‫ك‬
. ٌ‫ َو َم ِريض‬,‫صبِ ٌّي‬ ٌ ‫ َم ْملُو‬:ً‫ق َوا ِجبٌ َعلَى ُك ِّل ُم ْسلِ ٍم فِي َج َما َع ٍة إِاَّل أَرْ بَ َعة‬
ٌّ ‫ْال ُج ُم َعةُ َح‬
)‫(صحيح علي شرطي البخا ري ومسلم‬
Artinya :“Jum'at itu hak yang wajib bagi setiap Muslim dengan
berjama'ah kecuali empat orang, yaitu: budak, wanita, anak kecil, dan
orang yang sakit."
Adapun bagi musafir, dan ada yang udzur, karena perbuatan
Rasulullah SAW, apabila mengadakan perjalanan jauh, dan sampai
hari jum’at beliau dan para sahabatnya tidak menunaikan shalat jum’at,
1 Umay M. dja’far Shiddieq, Syari’ah Ibadah, Jakarta : Al-Ghuraba, Hal. 75

3
melainkan hanya shalat Zuhur, demikian pula ketika kejadian badai
hari jum’at dikota madinah, Beliau menganjurkan para sahabatnya
shalat masing-masimg di rumah mereka.

3. Kewajiban Mengerjakan Shalat Jum’at


Para ulama sependapat bahwa hukum shalat jum’at adalah fardhu
‘Ain dan jumlah rakaatnya dua. Hal ini berdasarkan firman
Allah SWT.
‫صاَل ِة ِم ْن يَوْ ِم ال ُج ُم َعةُ فَا ْس َعوْ ااِل َى ِذ ْك ِرهللاِ َو َذرُوْ البَي ِْع َذالِ ُك ْم خَ ْي ُرلَّ ُك ْم‬ َ ‫يَا اَيٌّهَا الّ ِذ ْينَ ا َمنُوْ ااِ َذا نُوْ ِد‬
َّ ‫ي لِل‬
‫ان ُك ْنتُ ْم تَ ْعلَ ُموْ ن‬            
ْ

Artinya : Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk


menunaikan shalat Jum'at, Maka bersegeralah kamu kepada mengingat
Allah dan tinggalkanlah jual beli. yang demikian itu lebih baik bagimu
jika kamu mengetahui. (QS. Al-Jumu’ah: 9)
Dari ayat di atas, para ulama menyimpulkan bahwa :
1) Shalat Jum’at Wajib‘Aini bagi yang memenuhi syarat-syarat
yang telah ditetapkan. Orang yang meniggalkannya
tanpa udzur adalah dosa besar.
2) Bila sudah dikumandangkan adzan jum’at, wajib segera untuk
mendengar khutbah dan menunaikan shalat jum’at.
3) Sesudah adzan jum’at berkumandang haram hukumnya bagi
yang wajib jum’at melakukan kegiatan yang bersifat duniawi
seperti jual beli atau pekerjaan lainnya. 2

Kewajiban shalat jum’at ditetapkan oleh Al-Qur’an dan dikuatkan


oleh hadis Nabi SAW, salah satunya dengan ancaman bagi orang yang
meninggalkan jum’at tanpa udzur.
1) Nabi SAW, bercita-cita menyuruh orang mencari kayu bakar

2 Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, Jakarta: Pena, Hal. 459

4
dan yang lainnya mengumandangkan adzan, lalu Beliau akan
membakar rumah orang yang tidak pergi jum’at.
2)  Nabi SAW, bersabda dari mimbarnya, “Hendaklah kaum-
kaum itu berhenti meninggalkan jum’at atau Allah kunci hati-
hati mereka dan mereka dijadikan orang-orang yang lalai.”
3) Barang siapa meninggalkan tiga jum’at karena
menyepelekannya maka Allah akan menutup hatinya.

4.  Syarat Menunaikan Shalat Jum’at


a. Syarat Wajib Jum’at
1) Islam, bagi orang kafir tidak wajib berjum’at.
2) Laki-laki, tidak diwajibkan bagi kaum perempuan.
3)  Baligh, (dewasa), tidak wajib bagi anak-anak.
4) Aqil (berakal), tidak wajib bagi orang gila.
5) Sehat, tidak wajib bagi orang sakit atau berhalangan
berjum’at.
6) Merdeka (bukan hamba sanaya).
7) Muqim (diam atau tinggal dalam negeri) bukan orang
musyafir. 

b. Sunat Jum’at  
1) Mandi ( membersihkan tubuh) dan memotong kuku.
2)  Berpakaian yang putih dan bersih.
3) Berpakaian yang rapi
4) Memakai wangi-wangian.
5)  Menyegerakan datang ke masjid.
6) Memperbanyak dzikir dan shalawat.
7)  Memperbanyak baca Al-Qur’an.
8)  Memperhatikan segala maksud khutbah yang dibacakan oleh
khatib.
c. Syarat Sahnya Shalat Jum’at

5
Adapun syarat-syarat sahnya jum’at menurut madzhab syafi’i
antara lain :
1) Dua raka’at shalat jum’at dan dua khutbahnya harus masih
masuk waktu shlat juhur.
2) Dilaksanakan disuatu perkampungan atau perkotaan
(maksudnya apabila yang shalat jum’at itu semuanya musafir
maka shalat jum’atnya tidak sah).
3)  Minimal mendapati satu raka’at (dengan berjama’ah) dari dua
raka’at shalat jum’at, maka jika seorang makmum shalat jum’at
tidak mendapati satu raka’at shalat jum’at bersama imam, maka
ia tetap niat shalat jumat tetapi perakteknya shalat juhur empat
raka’at.
4)  Jumlah makmum yang shalat jum’at minimal 40 orang dari
penduduk setempat atau penduduk asli (mustauthin) yang telah
wajib jum’at.
5) Shalat jum’atnya tidak berbarengan atau didahului oleh shalat
jum’at dimasjid lain yang masih satu perkampungan. Artinya
tidak boleh ada dua jum’at atau lebih dalam satu kampung atau
satu tempat yang sama.
6) Harus didahului dua khutbah.3
Rosulullah SAW. bersabda :
ّ ‫الجمعة ح‬
 ‫ق واجب علي ك ّل مسلم اال أربعة عبد مملوك أوامرأة أو صب ّي أومريض‬
Artinya : Shalat jum’at adalah hak yang wajib atas setiap muslim
kecuali empat golongan yaitu budak belian, wanita, anak-anak, orang
sakit. (HR. Abu Dawud).

5. Waktu Shalat Jum’at


Golongan mayoritas dari kalangan sahabat dan tabi’in sepakat
bahwa waktu shalat jum’at itu adalah waktu shalat zuhur, berdasarkan
hadis riwayat Ahmad, Bukhari, Abu Dawud, Tirmidzi, dan Baihaqi
3  Muhammad Azzam Abdul Aziz dan Sayyed Hawwas Abdul Wahhab, Fiqih Ibadah, Jakarta.
Hal : 128

6
dari Anas r.a., Rosulullah bersabda :
ِ ‫صلِّى ْال ُج ُم َعةَ ِح ْينَ تَ ُزوْ ُل ال َّش ْم‬
)‫س (رواه بخارى‬ َ ٌ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ي‬
َ ‫َكانَ النَّبِ ُّي‬
Artinya : Rasulullah SAW. melaksanakan shalat Jum’at ketika
matahari tergelincir. (H.R. Bukhari).
‫س ثُ َّم نَرْ ِج ُع فَنَ ْتبَ ُع ْالفَ ْي َء‬ ِ َ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ْال ُج ُم ِعةَ اِ َذا َزال‬
ِ ‫ت ال َّش ْم‬ َ ِ‫صلِّى َم َع َرسُوْ ِل هللا‬
َ ُ‫ُكنَّا ن‬
‫اَيْ ِظ َّل الحيطان‬
Artinya : Kami shalat dengan Rasulullah SAW ketika matahari
tergelincir, kemudian kami pulang dengan mengikuti bayang-bayang
tembok. (H.R. Muslim).
Bukhari mengatakan, “waktu shalat jum’at ialah apabila matahari
telah tergelincir.” Pendapat ini juga diriwayatkan dari Umar, Ali,
Nu’man bin Basyri, dan dari Umar bin Huraits. Syafi’I mengatakan,
“Nabi SAW., Abu Bakar, Umar, Utsman, dan imam-imam lainnya
mengerjakan shalat jum’at setelah tergelincirnya matahari.”

B. Khutbah
1. Pengertian Khutbah Jumat
Khutbah jum’at adalah perkataan yang mengandung mau’izah dan
tuntunan ibadah yang diucapkan oleh khotib dengan syarat yang telah
ditentukan syara’ dan menjadi rukun. Untuk memberikan pengertian
kepada hadirin menurut rukun dari shalat jum’at. khutbah jum’at
terbagi menjdi dua, yang antara keduanya diadakan waktu istirahat
yang pendek, dan khutbah ini dilakukan sebelum shalat jum’at.
2. Syarat sah Sholat Khutbah Jumat
1) Khutbah harus dilakukan sebelum shalat.
2)  Khatib harus suci dari hadas, najis, dan menutup aurat.
3) Khutbah disampaikan diwaktu jum’at dihadapan jama’ah yang
menjadikan terlaksananya shalt jum’at, dan harus dengan suara
lantang demi tercapainya faedah khutbah.
4) Antara khutbah dan shalat jum’at tidak terpisah dengan jarak yang
kira-kira dapat digunakan untuk makan karena hal itu dianggap
sebagai pemisah yang memotong shalat. (Maksudnya antara

7
khutbah dengan shalat jum’at jarak waktunya tidak terpotong
terlalu lama sehingga setelah khutbah harus langsung dilaksanakan
shalat jum’at).
5)  Khutbah harus disampaikan dengan bahasa Arab kecuali jika
memang tidak mampu. Ini adalah pendapat mayoritas ulama yang
berlawanan dengan pendapat kalangan ulama madzab Hanafi yang
memperbolehkan khutbah dengan bahasa Arab. Namun mereka
(ulama madzahb Hanafi) tidak mempunyai dalil atas apa yang
mereka katakana maupun dasar yang dapat diikuti.
6)  Dilakukan dengan berdiri bagi yang mampu. Ini adalah pendapat
mayoritas ahli Fiqh, merujuk hadis narasi Ibnu Umar bahwasanya
Nabi SAW., berkhutbah pada hari jum’at kemudian duduk
kemudian berdiri, lalu berkhutbah sebagaimana yang kalian
lakukan hari ini.(Mutttafaq ‘alaih). Juga merujuk pada hadis narasi
Jabir bin Samura, ia berkata: Nabi SAW., menyampaikan dua
khutbah dimana beliau duduk diantara keduanya, membaca al-
Qur’an, dan mengingatkan manusia. (HR.Muslim)
3. Rukun Khutbah Jumat
1) Memuji Allah pada tiap-tiap permulaan dua khutbah, sekurang-
kurangnya membaca hamdalah.
2)  Mengucapkan shalawat atas Rasulullah SAW dalam kedua
khutbah itu, sekurang-kurangnya, ‫صالَةُ َعلَى ال َّرسُوْ ِل‬
َّ ‫ َوال‬ , artinya “Dan
shalawat atas Rasulullah SAW”.
3)  Membaca syahadatain (dua kalimat syahadat).
4) Berwasiat taqwa, yakni menganjurkan agar taqwa kepada Allah
pada tiap-tiap khutbah, sekurang-kurangnya  ‫اتّقوهللا‬ yang artinya
“bertakwalah kalian semua kepada Allah.”
5) Membaca ayat Al-Qur’an walaupun satu ayat di salah satu kedua
khutbah itu dan lebih utama di dalam khutbah yang pertama.
6) Memohonkan ampunan bagi kaum muslimin dan muslimat,
mukminin dan mukminat.

8
4. Sunnah-sunnah Khutbah Jumat
1) Khutbah diucapkan di atas mimbar yang ditempatkan di sebelah
kanan mihrab.
2) Khatib hendaknya mengucapkan salam setelah berdiri  di atas
mimbar.
3) Khatib hendaknya duduk sewaktu adzan di kumandangkan oleh
bilal.
4) Khatib hendaknya memegang tongkat dengan tangan kirinya.
5) Khatib hendaknya menyampaikan khutbahnya dengan suara yang
baik, sehingga mudah di pahami dan diambil manfaatnya oleh para
hadirin.
6) Khatib hendaknya tidak memperpanjang khutbahnya.
7) Khatib hendaknya mengeraskan suaranya melebihi dari yang
wajib.
5. Syarat Dua Khutbah
Dan ada pula beberpa mengenai syarat dua khutbah
1) Memulai khutbah itu sesudah tergelincir matahari.
2)  Berdiri jika kuasa pada waktu berkhutbah.
3) Khatib hendaklah duduk di antara kedua khutbah, sekurang-
kurangnya berhenti sebentar.
4)  Hendaknya dengan suara yang keras kira-kira terdengar oleh
bilangan yang sah jum’at dengan merdeka.
5)  Hendaklah berturut-turut, baik rukun, jarak keduanya, maupun
antara keduanya dengan shalat.
6) Khatib hendaklah suci dari hadast dab najis.
7) Khatib hendaklah menutup auratnya.

C. Sholat Jenazah
1. Pengertian Sholat Jenazah
Sholat jenazah merupakan salah satu praktik ibadah sholat yang
dilakukan umat Muslim jika ada Muslim lainnya yang meninggal
dunia. Hukum melakukan sholat jenazah ini adalah fardhu kifayah.

9
Artinya apabila sebagian kaum muslimin telah melaksanakan
pengurusan jenazah orang muslim yanng meninggal dunia, maka tidak
ada lagi kewajiban kaum muslim yang lainya untuk melaksanakan
pengurusan jenazah tersebut. 
2. Syarat-syarat Sholat Jenazah
1) Syarat-syarat sholat yang juga menjadi syarat sholat Jenazah,
seperti menutup  aurat suci badan dan pakaian menghadap ke
kiblat.
2) Dilakukan sesudah jenasah dimandikan dan dikafani.
3) Letak jenazah itu diletakan disebelah kiblat orang yang
menyolatkan, kecuali kalau shalat itu dilaksanakan diatas kubur
atau sholat gaib.
3. Rukun Dan Tata Cara Sholat Jenazah
Sholat jenazah tidak disertai dengan rukuk dan sujud tidak dengan
azan dan qomat. Setelah berdiri sebagaiman mestinya, mengiklaskan
niat yang dibacakan didalam hati semata-mata karena mencari
keridhaan Allah SWT. Adapun rukun shalat jenazah adalah sebagai
berikut :
1) Niat, sebagaimana salat yang lain 
Adapun niat shalat jenazah adalah sebagaiberikut :
“Ushali ‘ala haadzal mayyiti arba’a takbiraatin fardhal kifaayati
ma’muuman lillaahi ta’aalaa”. (untuk mayit laki-laki). Yang
artinya “saya tunaikan shalat atas jenazah  (laki-laki) ini dengan 4
takbir, sebagai fardhu kifayah secara ma’muman karena Allah
ta’aala.”
Sedangkan niat untuk mayit perempuan adalah sebagai berikut :
Ushali ‘ala haadzihil mayyitati arba’a takbiratin fardhal kifaayati
ma’muuman lillaahi ta’aalaa. Yang artinya “saya tunaikan shalat
atas jenazah (perempuan) ini dengan 4 takbir, sebagaimana fardu
kifayah secara ma’muman karena Alloh ta’aalaa”.  Keterangan,
jika mayit perempuan kata lahu menjaadi lahaa, jika mayit anak-

10
anak doanya adalah “Allahummaj’alhu faratahn li abawaihi wa
salafan wa dzukhran wa’izhatan wa’tibaaran wa syafii’an wa
tasaqqil bihii mawaaziinahumma wafrighish-shabra’ alaa
quluubihimmaa wa laa taftinhumaa ba’dahu wa laa tahrimana
ajrahu”. Yang artinya,” ya Alloh, jadikanlah ia sebagai simpanan
pendahulun bagi ayah bundanya dan sebagai titipan, kebajikan
yang didahulukan, dan menjadi pengajaran ibarat serta syafa’at
bagi orang tuanya. Dan berikanlah timbangan ibu-bapaknya
karenanya, serta berikanlah kesabaran dalam hati kedua ibu
bapaknya. Dan janganlah menjadikan fitnah bagi ayah bundanya
sepeninggalnya, dan janganlah Tuhan menghlangi pahalakepada
kedua orang tuanya”. 
2) Takbir 4 kali dengan takbiratul ihram.
3) Membaca Al-Fatihah sesudah Takbiratul ihram 
Takbir pertama yang juga merupakan takbiratul ihrom dilakukan
ketika niat shalat telah dilakukan. Bacaan yang dibaca setelah
takbir pertama ini adalah membaca surah Al Faatihah.
Sabda rasulullah saw :
ِ ‫صالَ ةَ لِ َم ْن لَ ْم يَ ْق َر ْأ بِفَا تِ َح ِة ْال ِكتَا‬
‫ متفق عليه‬:‫ب‬ َ َ‫ال‬
Tidaklah sah salat orang yang tidak membaca surah fatihah.”
(sepakat ahli hadis)”.
4) Membaca salawat atas Nabi SAW . Sesudah takbir kedua.
 Takbir kedua dilakukan setelah bacaan Al Fatihah selesai.
Sedangkan bacaan setelah takbir kedua adalah sebagai berikut :
“Allaahumma shali ‘alaa (sayyidinaa) Muhammad Wa ‘alaa aali
(sayyidinaa) Muhammad, kamaa shallaita ‘alaa (sayyidinaa)
Ibraahiim wa ‘alaa aali (sayyidinaa) Ibraahiim, wa baarik ‘alaa
(sayyidina) Muhammad wa aali (sayyidinaa) Muhammad, kamaa
baarakta ‘alaa (sayyidinaa) Ibraahim wa ‘alaa aali (sayyidina)
Ibraahim, fil ‘aalamiina innaka haamiidum majiid”. Yang artinya,
“Ya Allah limpahkanlah rahmat atas (junjungan kami nabi)

11
Muhammad beserta keluarga, sebagaimana engkau telah limpahkan
rahmat atas (junjungan kami nai) Ibrahiim dan keluarganya.
Limpahkanlah berkah atas (junjungan kami nabi) Muhammad
beserta keluarganya, sebagaimana telah engkau limpahkan atas
(junjungan kami nabi) Ibrahiim dan keluarganya. Diseluruk alam
semesta engkaulah Yang Maha Terpuji lagi Maha Mulia”. 
5) Mendo’akan mayat setelah takbir ketiga 
Bacaan yang diucapkan setelah melakukan takbir ketiga adalah
sebagai berikut:
“Allaahaumamaghfir lahuu (haa), warhamhuu (haa), wa’a fihii
(haa), wa’ fu ‘anhuu (haa), wa akrim nuzulahuu (haa) wa wassi’
madkhalahu (haa), waghsilhuu (haa) bil maa-i wa tsalji wal baradi,
wa naqqihi (haa) minal khathaayaa kamaa yunaqqaats tsaubul
abyadhu minad danasi wa abdilhuu (haa) daaran khairan min
daarihii (haa) wa ahlan khairan mi ahlihii (haa) wa zaujan khairan
min zaujihii (haa) wa qihii (haa) fitnatal qabri wa ‘adzaaban naar.”
Yang arinya, “Ya Allah, ampunilah dia berikanlah rahmat dan
kesejahteraan dan maafkanlah kesalahanya, hormatilah
kedatangannya, dan luaskanlah tempat masuknya (kuburanya),
bersihkanlah ia dengan air,es, dan embun. Bersihkanlah ia dari
dosa sebagaimana kain putih dibersihkan dari kotoran. Gantilah
perumahannya dengan perumahan yang lebih baik dari
perumahannya (di dunia) dan( demikian juga)keluarga dan
pasanganya diganti dengan yang lebih baik dengan keluarga dan
pasangannya (didunia), peliharalah dia dari siksa kubur dan adzab
api neraka”.
6) Takbir keempat
Bacaan yang dilakukan setelah takbir ke empat adalah sebagai
berikut :
“Allaahummaa laa tahrimnaa ajrahuu (haa) wa laa taftinnaa
ba’dahuu (haa) waghfir lanaa wa lahuu (haa), wa li ihwaaniinal

12
ladziina sabaquuna bil iimaani wa laa taj’al fi quluubinaa ghillallil
ladziina aamanuu rabbana innaka raufur rahim. Yang artinya, “Ya
Allah, janganlah engkau menghalang halangi kepada kami akan
pahala (mayat ini) dan jangan sampai ada fitnah sepeninggalanya
dan berikanlah pengampunan kepada kami dan kepadanya pula,
kepada para saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari
kami, dan janganlah engkau membiarkan kedengkiaan dalam hati
kami terhadap orang-orang yang beriman, ya Tuhan kami,
sesungguhnya Engkau Maha Penyantun Lagi Maha Penyayang”.
7) Berdiri jika mampu
8) Memberi salam
“Assalaamu ‘alaikum warahmatullaahi wa barakaatuh”. Yang
artinya: “Keselamatan, rahmat dan keberkahan Allah semoga tetap
kalian semua”. 
9) Do’a sesudah sholat jenazah
Allahaummaghfir lahuu (haa), warhamhuu (haa), wa’afihii (haa),
wa’fu anhuu (haa), wa akrim nuzulahuu (haa) wa wassi’
madkhalahuu (haa), waghsilhuu (haa) bil maa-i wa tsalji wal
baradi, wa naqqihii (haa) minal khathaayaa kamaa yunaqqaats
tsaubul abyadhu minad danasi wa abdilhuu (haa) daaraan khairan
min daarihii (haa) wa ahlan khairan min ahlihii (haa) wa zaujan
khairan min zaujihii (haa) wa adkhilhul (hal) jannata wa ‘a’idhuu
(haa) mi ‘adzaabil qabri wa fitnatihii (haa) wa min ‘adzaabin naar.
Allaahummaghfir lihayyinaa wa mayyitinaa wa syaahidinaa
waghaa-ibinaa wa shaghiirina wa kabiirina wa dzakarinaa wa
untsaanaa. Allaahumma man ahyaitahuu (haa) minnaa fa ahyihii
(haa) ‘alal islaami wa man tawaffaitahuu minnaa fatawaffahuu
(haa) ‘alal iimaan. Allahumma la tahrimnaa ajrahuu (haa) wa laa
tudhillanaa ba’dahuu (haa) birahmatika ya arhamaraahimiin. Wal
hamdulillaahi rabbil ‘aalamiin.
 Yang artinya, Ya Alloh, ampunilah dia, berilah rahmat dan

13
kesejahteraan, dan maafkanlah kesalahanya, hormatilah
kedatangannya dan luaskanlah tempat masuknya (kuburannya),
bersihkanlah ia dengan air,es, dan embun. Bersihkanlah ia dari
dosa sebagaiiman kain puih dibersihkan dari kotoran. Gantilah
perumahannya dengan perumahan yang lebih baik dari
perumahannya (di dunia)dan (demikian juga) keluarga dan
pasangannya diganti dengan yang lebih baik dari keluarga dan
pasangannya (di dunia), masukkanlah ia ke surga, lindungilah dia
dari siksa kubur dan fitnahnya serta lindungilah adzab api neraka.
Ya Allah, ampunilah kami orang-orang yang mih hidup, yang mati,
yang menyaksikan, yang gaib yang kecil, yang besar, yang laki-
laki dan yang perempuan. Ya Allah kepada orang yang telah
Engkau menghidupkannya dari kami, maka hidupkanlah
(masukanlah) dia atas golongan Islam dan (Ya Allah) Kepada
orang yang telah Engkau mematikannya dari kami, maka
matikanlah dia dengan membawa iman. Ya Allah, janganlah
Engkau menghalangi kami akan pahala (mayit ini) dan janganlah
Engkau sesatkan kami sepeninggalannya dengan rahmatMu wahai
dzat yang Maha Pengasih. Segala puji bagi Allah yang menguasai
seluruh alam. 
Keterangan : Do’a-do’a dalam shalat jenazah dan doa untuk mayit
laki-laki dan perempuan secara umum tidak berbeda, hanya saja
pada damir-damir (kata ganti) yang harus disesuaikan, yaitu:
Hu (untuk mayit laki-laki jamak), hum (untuk mayit laki-laki
tunggal).
Haa (untuk mayit wanita jamak), hunn (untuk mayit wanita
tunggal).
4. Sunnah Sholat Jenazah
1) Mengangkat tangan pada waktu mengucapkan takbir-takbir
tersebut (takbir 4 kali).
  

14
‫ رواه ا‬.‫ت ْال َجنَا َع ِن َز ِة‬
ِ ‫صلّى ا هللُ َعلَ ْي ِه َو َسلّ َم َكا نَ يَرْ فَ ُع يَ َد ْي ٍه فِى َج ِمي ِْع ت ْكبٍ ْي َرا‬
َ ُ‫ اَ نَّه‬:‫ا ْب ِن ُع َم َر‬
‫لبيهقى‬ 

Dari Ibnu Umar , “Sesungguhnya Nabi Saw. Mengangkat


kedua tangannya pada semua takbir sholat jenazah”.
(Riwayat Baihaqi).
2) Israr (merendahakan suara bacaan).
3) Membaca a’uzu billah.
4) Berjamaah 
Sholat jenazah disunahkan berjamaah, dan hendaknya
dijadikan tiga saf (baris). Satu saf sekurang-kurangnya terdiri
atas dua orang. Maka jika yang sholat ada enam orang,
hendaklah tiap-tiap saf terdiri ats dua orang agar dapat menjadi
tiga saf.

15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan diatas dapat kami simpulkan bahwa Shalat
Jum'at adalah ibadah shalat yang dikerjakan di hari jum'at dua rakaat
secara berjamaah dan dilaksanakan setelah khutbah. Shalah Jum'at
memiliki hukum wajib 'ain bagi setiap muslim laki-laki atau pria dewasa
beragama islam, merdeka sudah mukallaf, sehat badan serta muqaim
(bukan dalam keadaan mussafir) dan menetap di dalam negeri atau tempat
tertentu dan shalat jum’at juga memiliki syarat-syarat wajib dan syarat
syah nya yang harus dilaksanakan, supaya shalat jumat nya menjadi
sempurna.
Shalat Jum'at adalah ibadah shalat yang dikerjakan di hari jum'at
dua rakaat secara berjamaah dan dilaksanakan setelah khutbah. Shalah
Jum'at memiliki hukum wajib 'ain bagi setiap muslim laki-laki atau pria
dewasa beragama islam, merdeka sudah mukallaf, sehat badan serta
muqaim (bukan dalam keadaan mussafir) dan menetap di dalam negeri
atau tempat tertentu.
Salah satu kajian fiqih yang selalu di implementasikan dalam
masyarakat adalah masalah kajian tentang shalat jenazah, shalat jenazah
merupakan salah satu praktik ibadah sholat yang dilakukan umat muslim
jika ada muslim lainya meninggal dunia. Hukum melakukan shalat jenzah
ini adalah fardhu kifayah. Artinya, apabila sebagian kaum muslimin telah
melaksanakan pengurusan jenazah orang muslim yang meninggal dunia,
maka tidak ada lagi kewajiban kaum muslim yang lainnya untuk
melaksanakan pengurusan jenazah tersebut.
B. Saran
Demikianlah makalah ini saya buat, semoga makalah ini
bermanfaat bagi pembaca dan khususnya kita sebagai mahasiswa Tadris
IPA Konsetrasi Fisika, sebagai calon pendidik nantinya. Pembaca
sebaiknya tidak hanya fokus pada makalah ini saja, bisa cari juga referensi
lain dan dikembangkan

16
DAFTAR PUSTAKA

Abbas Arfan, Fiqih Ibadah Peraktis, malang: Uin-Maliki Press.


http://ahmadfauzanpc.blogspot.com/2016/06/makalah-fiqih-ibadah-tentang-
sholat.html?m=1

http://dewioktaviana24.blogspot.com/2016/06/makalah-fiqih-1-sholat-
jenazah.html?m=1
Kamal Pasha Musthafa,dkk, Fiqih Islam Sesuai Dengan Putusan Majelis Tarjih ,
Yogyakarta: Citra
Karsa Mandiri, 2003
Mughniyah Jawad Muhammad, Fiqih Lima Mazhab, Jakarta: PT Lentera
Basritama, 2002 Cet-8
www.rumayso.com,27/3/2015 
Muhammad Azzam Abdul Aziz dan Sayyed Hawwas Abdul Wahhab, Fiqih
Ibadah, Jakarta:
Amzah, 2009.

Rasjid Sulaiman, Fiqih Islam, Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2015 Cet-50

Rinawati Rofidah, Tuntunan Shalat Wajib dan Sunah Lengkap, Indonesia: CV.
Mitra Mandiri

Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, Jakarta: Pena.

Umay M. dja’far Shiddieq, Syari’ah Ibadah, Jakarta : Al-Ghuraba.

17
18

Anda mungkin juga menyukai