Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Berisi mengenai dasar – dasar teori yang didalamnya mencakup Teori Perkembangan Wilayah,
Perkembangan Fungsi Daerah, Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, Kajian Lingkungan Hidup Strategis,
Muatan KLHS
Klasifikasi tersebut juga termasuk pula dalam penyusunan RPJMD. Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah yang selanjutnya disingkat RPJMD sesuai Pasal 1 angka 26 Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 86 Tahun 2017 adalah dokumen perencanaan Daerah untuk
periode 5 (lima) tahun terhitung sejak dilantik sampai dengan berakhirnya masa jabatan Kepala
Daerah.
Rancangan Awal RPJMD, sebagaimana Pasal 47 ayat (1) dijelaskan bahwa penyusunan
rancangan awal RPJMD, dimulai sejak Kepala Daerah dan wakil Kepala Daerah terpilih dilantik.
Sedangkan pada ayat (2) dijelaskan bahwa Penyusunan rancangan awal RPJMD, merupakan
penyempurnaan rancangan teknokratik RPJMD dengan berpedoman pada visi, misi dan program
Kepala Daerah dan wakil Kepala Daerah terpilih. Selanjutnya pada ayat (3) dijelaskan juga bahwa
Penyusunan rancangan awal RPJMD, mencakup:
1) penyempurnaan rancangan teknokratik RPJMD;
2) penjabaran visi dan misi Kepala Daerah;
3) perumusan tujuan dan sasaran;
4) perumusan strategi dan arah kebijakan;
LAPORAN ANTARA DASAR TEORI Bab 2 - 4
KLHS RPJMD
KABUPATEN MALUKU BARAT DAYA
Sementara pada ayat (4) dijelaskan bahwa penyusunan rancangan awal RPJMD, dilakukan
sesuai dengan kaidah perumusan kebijakan perencanaan, dan selanjutnya pada ayat (5)
dijelaskan bahwa Hasil perumusan rancangan awal RPJMD, disajikan dengan sistematika paling
sedikit memuat:
1) pendahuluan;
2) gambaran umum kondisi Daerah;
3) gambaran keuangan Daerah;
4) permasalahan dan isu strategis Daerah;
5) visi, misi, tujuan dan sasaran;
6) strategi, arah kebijakan dan program pembangunan Daerah;
7) kerangka pendanaan pembangunan dan program Perangkat Daerah;
8) kinerja penyelenggaraan pemerintahan Daerah; dan
9) penutup.
Selanjutnya, dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 86 Tahun 2017 tentang Tata Cara
perencanaan, Pengendalian dan evaluasi pembangunan Daerah, tata cara evaluasi rancangan
Perda tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah dan Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah, serta tata cara perubahan Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Daerah, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, dan Rencana Kerja Perangkat
Daerah mengamanatkan bahwa Rencana pembangunan Daerah Pemerintah daerah menyusun
KLHS RPJMD dalam rangka mewujudkan RPJMD sesuai dengan prinsip berkelanjutan. Hal ini
tentu berkaitan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan yang telah ditetapkan berdasarkan
Peraturan Presiden Nomor 59 Tahun 2017 tentang Pelaksanaan Pencapaian Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan yang mengamanatkan bahwa untuk mencapai sasaran TPB
mengarahkan Pemerintah Daerah untuk menyusun dokumen perencanaan salah satunya
Rencana Aksi Daerah (RAD) TPB Kabupaten/Kota, sehingga dihasilkan rencana aksi TPB yang
terukur dan jelas dalam periode waktu tertentu.
berkontribusi penuh terhadap pembangunan, sehingga masing masing negara memiliki peran
dan tanggung jawab yang sama antara satu dengan yang lain dalam mencapai SDGs.
SDGs membawa 5 prinsip-prinsip mendasar yang menyeimbangkan dimensi ekonomi, sosial,
dan lingkungan, yaitu 1) People (manusia), 2) Planet (bumi), 3) Prosperity (kemakmuran), 4)
Peace (perdaiaman), dan 5) Partnership (kerjasama). Kelima prinsip dasar ini dikenal dengan
istilah 5 P dan menaungi 17 Tujuan dan 169 sasaran. Kepala negara dan pemerintahan yang
menyepakati SDGs telah meneguhkan komitmen bersama untuk menghapuskan kemiskinan,
menghilangkan kelaparan, memperbaiki kualitas kesehatan, meningkatkan pendidikan, dan
mengurangi ketimpangan. Agenda pembangunan ini juga menjanjikan semangat bahwa tidak
ada seorangpun yang akan ditinggalkan. Dijelaskan bahwa setiap orang dari semua golongan
akan ikut melaksanakan dan merasakan manfaat SDGs, dengan memprioritaskan kelompok –
kelompok yang paling termarginalkan.
Berdasarkan Perpres No. 59 Tahun 2017 tentang Pelaksanaan Pencapaian TPB, tujuan adanya
TPB adalah untuk menjaga peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat secara
berkesinambungan, menjaga keberlanjutan kehidupan sosial masyarakat, menjaga kualitas
lingkungan hidup serta pembangunan yang inklusif dan terlaksananya tata kelola yang mampu
menjaga peningkatan kualitas kehidupan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Sasaran
Nasional dan TPB, RAN-TPB dan RAD-TPB (2017- 2019) dan Indikator TPB dan RPJMN, Peta
Jalan TPB (2017-2030) mengacu kepada aturan ini juga,
Pembangunan berkelanjutan, sebagaimana UU No. 32 Tahun 2009 didefinisikan sebagai upaya
sadar dan terencana yang memadukan aspek lingkungan hidup, sosial, dan ekonomi ke dalam
strategi pembangunan untuk menjamin keutuhan lingkungan hidup serta keselamatan,
kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan.
Sementara dalam Pasal 1 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 59 Tahun 2017
dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan/ Sustainable
Development Goals (SDGs) dan selanjutnya disingkat TPB adalah dokumen yang memuat tujuan
dan sasaran global tahun 2016 sampai tahun 2030. Adapun tujuan dan sasaran globalnya
memuat 17 (tujuh belas) tujuan pembangunan berkelanjutan, adalah sebagai berikut:
TPB Air Bersih dan menjamin akses atas air dan sanitasi untuk
6 Sanitasi Layak semua
2) perkiraan mengenai dampak dan risiko lingkungan hidup; 3) kinerja layanan/jasa ekosistem;
4) efisiensi pemanfaatan sumber daya alam; 5) tingkat kerentanan dan kapasitas adaptasi
terhadap perubahan iklim; dan 6) tingkat ketahanan dan potensi keanekaragaman hayati.
Sementara berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 7 Tahun
2018, muatan KLHS terdapat dalam Pasal 17 yang memuat: gambaran umum kondisi daerah,
berupa: a) aspek geografis dan demografis, mencakup analisis yang didasarkan pada daya
dukung dan daya tampung untuk pembangunan daerah; b) aspek kesejahteraan masyarakat,
mencakup analisis kondisi ekonomi, sosial, dan kemasyarakatan; c) aspek pelayanan umum,
mencakup analisis kesinambungan pelayanan umum terhadap masyarakat, usaha pemanfaatan
dan pemeliharaan dalam mencapai target Pembangunan di akhir tahun dokumen perencanaan;
dan d) aspek daya saing daerah, mencakup analisis peningkatan potensi daerah dalam
mendukung keunggulan kompetitif dan keunggulan komparatif daerah, dengan tetap
memperhatikan prinsip keberlanjutan.
Secara khusus KLHS yang mengatur tentang KLHS untuk rencana pembangunan jangka
menengah daerah (RPJMD) didasari oleh Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
pemerintahan daerah, Perpres 56 Tahun 2017 tentang pelaksanaan pencapaian tujuan
pembangunan berkelanjutan (TPB), Permendagri 86 Tahun 2017 tentang tata cara perencanaan,
pengendalian dan evaluasi pembangunan daerah dan Permendagri Nomor 7 tahun 2018 tentang
pembuatan dan pelaksaan kajian lingkungan hidup strategis dalam penyusunan rencana
pembangunan jangka menengah daerah (RPJMD).
Dalam Pasal 4 Ayat (1) Pemerintah Daerah membentuk tim pembuat KLHS RPJMD yang
ditetapkan dengan keputusan kepala daerah.
1) Tim pembuat KLHS RPJMD dikoordinasikan oleh Sekretariat Daerah bersama dengan
perangkat daerah yang membidangi perencanaan pembangunan daerah dan dengan
perangkat daerah yang melaksanakan tugas urusan lingkungan hidup.
2) Tim pembuat KLHS RPJMD beranggotakan perangkat daerah terkait sesuai dengan
kompetensi dan kebutuhan dalam pembuatan KLHS RPJMD.
3) Dalam melaksanakan tugasnya tim pembuat KLHS RPJMD melibatkan Ormas, Filantropi,
Pelaku Usaha, Akademisi dan pihak terkait lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Berdasarkan PP 46/2016 tentang Tata Cara Penyelenggaraan KLHS, Pemerintah pusat dan
pemerintah daerah wajib membuat KLHS untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan
berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau
KRP; dan dilaksanakan dalam penyusunan dan evaluasi ke dalam penyusunan dan evaluasi (a)
RTRW dan rinciannya, RPJPN/D, RPJMN/D, (b) KRP yang menimbulkan dampak dan/atau risiko
lingkungan hidup. Dalam peraturan ini belum mengatur ketentuan mengenai KLHS-RPJMD,
dipandang perlu adanya Permendagri. KLHS-RPJMD dibuat menjelang sebelum berakhirnya
periode RPJMD atau pelantikan kepala daerah (min 3 bulan).
Pembuatan KLHS-RPJMD disusun dengan kerangka pikir berikut ini.
Identifikasi, pengumpulan dan analisis data dilakukan oleh Tim, dengan alur pikir berikut ini:
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) telah melakukan identifikasi daya dukung
dan daya tampung lingkungan hidup Indonesia yang secara spasial disusun pada skala 1 :
1.000.000 dan 1.250.000 dan diukur dengan pendekatan jasa ekosistem (ecosystem services)
sebagaimana yang dilakukan dalam Millenium Ecosystem Assessment United Nation.
Asumsinya, semakin tinggi jasa ekosistem semakin tinggi kemampuan daya dukung dan daya
tampung lingkungan. Beberapa daerah di Indonesia saat ini juga telah melakukan identifikasi
daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup dengan pendekatan jasa ekosistem tersebut
dengan skala yang lebih detail, skala 1 : 50.000 untuk kabupaten dan 1 : 25.000 untuk kota. Jasa
ekosistem pada habitat bumi ditentukan oleh keberadaan factor endogen dan dinamika faktor
eksogen yang dicerminkan dengan dua komponen yaitu kondisi ecoregion dan penutup lahan
(landcover/landuse) sebagai penaksir atau proxy.
LAPORAN ANTARA DASAR TEORI Bab 2 - 15
KLHS RPJMD
KABUPATEN MALUKU BARAT DAYA
Sistem klasifikasi jasa ekosistem tersebut menggunakan standar dari Millenium Ecosystem
Assessment (2005). Berdasarkan batasan konsep tersebut, pendekatan jasa ekosistem INI
digunakan untuk menentukan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup. Untuk
memperoleh nilai jasa ekosistem digunakan dua penaksiran yaitu landscape base proxy dan
landcover/ landused based proxy, yang selanjutnya digunakan dasar untuk melakukan pemetaan
daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup.
Berdasarkan pengertian dan klasifikasi di atas, terdapat kesamaan substansi pengertian jasa
ekosistem dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup, dimana pengertian jasa
penyediaan, budaya lebih mencerminkan konsep daya dukung lingkungan dan jasa pengaturan
memiliki kesamaan subtansi dengan daya tampung lingkungan. Sedangkan jasa pendukung bisa
bermakna dua yaitu daya dukung maupun daya tampung lingkungan secara operasional, kajian
ini menetapkan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup dengan pendekatan konsep
jasa ekosistem, dengan pengembangan asumsi dasar sebagai berikut:
1) Semakin tinggi jasa ekosistem suatu wilayah, maka semakin tinggi kemampuan
lingkungan hidup untuk mendukung perikehidupan manusia, makhluk hidup lain, dan
keseimbangan antar keduanya (lihat jasa penyediaan, Jasa budaya, dan pendukung).
2) Semakin tinggi jasa ekosistem suatu wilayah, maka semakin tinggi kemampuan
lingkungan hidup untuk menyerap zat, energi, dan/ atau komponen lain yang masuk atau
dimasukkan kedalamnya (lihat jasa pengaturan).
Semua kekayaan bumi baik biotik maupun abiotik, yang dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan
manusia merupakan sumber daya alam. Tumbuhan, hewan, manusia dan mikroba merupakan
sumber daya alam hayati. Sedangkan faktor abiotik lainnya merupakan sumber daya alam non
hayati. Pemanfaatan sumber daya alam harus diikuti oleh pemeliharaan dan pelestarian, karena
sumber daya alam bersifat terbatas. Di bumi ini, penyebaran sumber daya alam tidak merata
letaknya. Ada bagian bumi yang sangat kaya akan mineral, ada pula yang tidak. Oleh karena itu
agar pemanfaatannya dapat berkesinambungan, maka tindakan eksploitasi harus disertai
dengan tindakan perlindungan. Pemeliharaan dan pengembangan lingkungan hidup harus
dilakukan dengan cara yang rasional antara lain sebagai berikut :
1. Memanfaatkan sumber daya alam yang dapat diperbaharui dengan hati-hati dan efisien,
misal: air, tanah dan udara.
2. Menggunakan bahan pengganti, misalnya: hasil metalurgi (campuran).
3. Mengembangkan metoda menambang dan memproses yang efisien, serta pendaur-
ulangan (recycling).
4. Melaksanakan etika lingkungan berdasarkan falsafah hidup secara damai dengan alam.
Sumber daya alam tersebut memberikan manfaat bagi kehidupan manusia. Akan tetapi dalam
pemanfaatan dan pengelolaannya harus dilakukan sesuai peraturan-peraturan yang mengikat
semua pihak agar dapat bermanfaat dalam jangka waktu yang panjang. Maka hal-hal berikut
sangat perlu dilaksanakan, antara lain :
1. Sumber daya alam harus dikelola untuk mendapatkan manfaat yang maksimal, tetapi
sumber daya alam harus diusahakan agar produktivitasnya tetap berkelanjutan.
2. Eksploitasinya harus di bawah batas daya regenerasi atau asimilasi sumber daya alam.
3. Diperlukan kebijaksanaan dalam pemanfaatan sumber daya alam yang ada dapat lestari
dan berkelanjutan dengan menanamkan pengertian sikap serasi dengan lingkungan.