Anda di halaman 1dari 6

BAB II

LAPORAN PENDAHULUAN
A. Definisi Hipertensi
Hipertensi atau Darah Tinggi adalah keadaan dimana seseorang
mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal atau kronis (dalam
waktu yang lama). Hipertensi merupakan kelainan yang sulit diketahui
oleh tubuh kita sendiri. Satu-satunya cara untuk mengetahui hipertensi
adalah dengan mengukur tekanan darah kita secara teratur (Sheps, 2015).
Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis di mana
terjadi peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu
lama). Penderita yang mempunyai sekurang-kurangnya tiga bacaan
tekanan darah yang melebihi 140/90 mmHg saat istirahat diperkirakan
mempunyai keadaan darah tinggi (Kusuma Hardhi, 2015).
Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka
yang lebih tinggi diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka
yang lebih rendah diperoleh pada saat jantung berelaksasi (diastolik).
Tekanan darah kurang dari 120/80 mmHg didefinisikan sebagai "normal".
Pada tekanan darah tinggi, biasanya terjadi kenaikan tekanan sistolik dan
diastolik. Hipertensi biasanya terjadi pada tekanan darah 140/90 mmHg
atau ke atas, diukur di kedua lengan tiga kali dalam jangka beberapa
minggu.
B. Klasifikasi Hipertensi
Menurut Kusuma Hardhi (2015), sebagai berikut :
Kategori Sistol (mmHg) Diastol (mmHg)
Optimal <120 <80
Normal <130 <85
Tingkat 1 (hipertensi
140-159 90-99
ringan)
Sub grup : perbatasan 140-149 90-94
Tingkat 2 (hipertensi
160-179 100-109
sedang)
Tingkat 3 (hipertensi
≥180 ≥110
berat)
Hipertensi sistol
≥140 <90
terisolasi
Sub grup : perbatasan 140-149 <90

C. Etiologi Hipertensi
Berdasarkan penyebabnya menurut Kusuma Hardhi, (2015),
Hipertensi dapat digolongkan menjadi 2 yaitu :
1. Hipertensi esensial atau primer
Penyebab pasti dari hipertensi esensial sampai saat ini masih
belum dapat diketahui. Namun, berbagai faktor diduga turut berperan
sebagai penyebab hipertensi primer, seperti bertambahnya umur, stres
psikologis, dan hereditas (keturunan). Kurang lebih 90% penderita
hipertensi tergolong Hipertensi primer sedangkan 10% nya tergolong
hipertensi sekunder.
2. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang penyebabnya dapat
diketahui, antara lain kelainan pembuluh darah ginjal, gangguan
kelenjar tiroid (hipertiroid), penyakit kelenjar adrenal
(hiperaldosteronisme), dan lain lain. Karena golongan terbesar dari
penderita hipertensi adalah hipertensia esensial, maka penyelidikan
dan pengobatan lebih banyak ditujukan ke penderita hipertensi
esensial.

D. Patofisiologi Hipertensi
Jantung adalah  sistem pompa yang berfungsi untuk memompakan
darah  keseluruh  tubuh, tekanan teresebut bergantung pada faktor cardiac
output dan tekanan perifer.
Pada  keadaan  normal  untuk  memenuhi  kebutuhan  metabolisme
jaringan tubuh yang meningkat diperlukan peningkatan cardiac output dan
tekanan perifer menurun. Konsumsi sodium (garam) yang berlebihan akan
mengakibatkan meningkatnya volume cairan dan preload sehingga
meningkatkan cardiac output.
Dalam sistem Renin-Angiotensien-aldosteron pada patogenesis
hipertensi, glandula supram renal  juga  menjadi  factor  penyebab  oleh
karena faktor hormon. Sistem Renin mengubah angiotensin menjadi
angiotensin I kemudian angiotensin I menjadi angiotensin II oleh
Angitensi Convertion Ensym (ACE) Angiotensin II mempengaruhi
Control Nervus Sistem dan nervus perifer yang mengaktifkan system
simpatik dan menyebabkan retensi vaskuler perifer meningkat.
Disamping itu angiotensin II mempunyai efek langsung terhadap
vaskuler smoot untuk vasokontruksi renalis. Hal tersebut merangsang
adrenal untuk mengeluarkan aldosterone yang akan meningkatkan extra
Fluid volume melalui retensi air dan natrium. Hal ini semua akan
meningkatkan tekanan darah melalui peningkatan cardiac output (Efendi.
Nasrul. 2015).
E. Manifestasi Klinis Hipertensi
Mekanisme terjadinya Hipertensi Gejala-gejala hipertensi antara lain pusing,
muka merah, sakit kepala, keluar darah dari hidung secara tiba-tiba, tengkuk terasa
pegal, dan lain-lain. Dampak yang dapat ditimbulkan oleh hipertensi adalah kerusakan
ginjal, pendarahan pada selaput bening (retina mata), pecahnya pembuluh darah di
otak, serta kelumpuhan (Kusuma Hardhi, 2015).

F. Pemeriksaan Penunjang Hipertensi


1. Hemoglobin / hematokrit : mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan
(viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor-faktor resiko seperti
hipokoagulabilitas, anemia.
2. BUN / kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal.
3. Glukosa : Hiperglikemia (diabetes melitus adalah pencetus hipertensi) dapat
diakibatkan oleh peningkatan kadar katekolamin (meningkatkan hipertensi).
4. Kalium serum : hipokalemia dapat mengindikasikan adanya aldosteron utama
(penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretik.
5. Kalsium serum : peningkatan kadar kalsium serum dapat meningkatkan
hipertensi.
6. Kolesterol dan trigeliserida serum : peningkatan kadar dapat mengindikasikan
pencetus untuk/adanya pembentukan plak ateromatosa (efek kardiofaskuler).
7. Pemeriksaan tiroid : hipertiroidisme dapat mengakibatkan vasikonstriksi dan
hipertensi.
8. Kadar aldosteron urin dan serum : untuk menguji aldosteronisme primer
(penyebab).
9. Urinalisa : darah, protein dan glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan atau
adanya diabetes.
10. VMA urine (metabolit katekolamin) : kenaikan dapat mengindikasikan adanya
feokomositoma (penyebab); VMA urin 24 jam dapat digunakan untuk pengkajian
feokromositoma bila hipertensi hilang timbul.
11. Asam urat: hiperurisemia telah menjadi implikasi sebagai faktor resiko terjadinya
hipertensi.
12. Steroid urin : kenaikan dapat mengindikasikan hiperadrenalisme, feokromositoma
atau disfungsi ptuitari, sindrom Cushing’s; kadar renin dapat juga meningkat.
13. IVP : dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi, seperti penyakit parenkim
ginjal, batu ginjal dan ureter.
14. Foto dada : dapat menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub; deposit pada
dan/ EKG atau takik aorta; perbesaran jantung.
15. CT scan : mengkaji tumor serebral, CSV, ensevalopati, atau feokromositoma.
16. EKG : dapat menunjukkan perbesaran jantung, pola regangan, gangguan
konduksi. Catatan : Luas, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini
penyakit jantung hipertensi.
(Kusuma Hardhi, 2015).

G. Komplikasi Hipertensi
Organ organ tubuh sering terserang akibat hipertensi anatara lain mata berupa
perdarahan retina bahkan gangguan penglihatan sampai kebutaan, gagal jantung, gagal
ginjal, pecahnya pembuluh darah otak (Sri Rahayu, 2010).

H. Penatalaksanaan Hipertensi
Menurut Sheps (2015) dalam penatalaksanaan hipertensi berdasarkan sifat terapi
terbagi menjadi 2 bagian, sebagai berikut:

a. Terapi non-farmakologi
Penatalaksanaan non farmakologi merupakan pengobatan tanpa obat-obatan
yang diterapkan pada hipertensi. Dengan cara ini, perubahan tekanan darah
diupayakan melalui pencegahan dengan menjalani perilaku hidup sehat seperti :

1) Pembatasan asupan garam dan natrium


2) Menurunkan berat badan sampai batas ideal
3) Olahraga secara teratur
4) Mengurangi / tidak minum-minuman beralkohol
5) Mengurangi/ tidak merokok
6) Menghindari stres
7) Menghindari obesitas
8) Diet tinggi serat
9) Diet rendah kalori
10) Mengkonsumsi sayuran hijau dan buah-buahan
11) Diet rendah kolesterol dan lemak

b. Terapi farmakologi (terapi dengan obat)


Selain cara terapi non-farmakologi, terapi dalam obat menjadi hal yang
utama. Obat-obatan anti hipertensi yang sering digunakan dalam pegobatan, antara
lain obat-obatan golongan diuretik, beta bloker, antagonis kalsium, dan penghambat
konfersi enzim angiotensi.

1) Diuretik merupakan anti hipertensi yang merangsang pengeluaran garam dan air.
Dengan mengonsumsi diuretik akan terjadi pengurangan jumlah cairan dalam
pembuluh darah dan menurunkan tekanan pada dinding pembuluh darah.
2) Beta bloker dapat mengurangi kecepatan jantung dalam memompa darah dan
mengurangi jumlah darah yang dipompa oleh jantung.
3) ACE-inhibitor dapat mencegah penyempitan dinding pembuluh darah sehingga
bisa mengurangi tekanan pada pembuluh darah dan menurunkan tekanan darah.
Ca bloker dapat mengurangi kecepatan jantung dan merelaksasikan pembuluh darah.

Anda mungkin juga menyukai