LAPORAN PENDAHULUAN
A. Definisi Hipertensi
Hipertensi atau Darah Tinggi adalah keadaan dimana seseorang
mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal atau kronis (dalam
waktu yang lama). Hipertensi merupakan kelainan yang sulit diketahui
oleh tubuh kita sendiri. Satu-satunya cara untuk mengetahui hipertensi
adalah dengan mengukur tekanan darah kita secara teratur (Sheps, 2015).
Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis di mana
terjadi peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu
lama). Penderita yang mempunyai sekurang-kurangnya tiga bacaan
tekanan darah yang melebihi 140/90 mmHg saat istirahat diperkirakan
mempunyai keadaan darah tinggi (Kusuma Hardhi, 2015).
Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka
yang lebih tinggi diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka
yang lebih rendah diperoleh pada saat jantung berelaksasi (diastolik).
Tekanan darah kurang dari 120/80 mmHg didefinisikan sebagai "normal".
Pada tekanan darah tinggi, biasanya terjadi kenaikan tekanan sistolik dan
diastolik. Hipertensi biasanya terjadi pada tekanan darah 140/90 mmHg
atau ke atas, diukur di kedua lengan tiga kali dalam jangka beberapa
minggu.
B. Klasifikasi Hipertensi
Menurut Kusuma Hardhi (2015), sebagai berikut :
Kategori Sistol (mmHg) Diastol (mmHg)
Optimal <120 <80
Normal <130 <85
Tingkat 1 (hipertensi
140-159 90-99
ringan)
Sub grup : perbatasan 140-149 90-94
Tingkat 2 (hipertensi
160-179 100-109
sedang)
Tingkat 3 (hipertensi
≥180 ≥110
berat)
Hipertensi sistol
≥140 <90
terisolasi
Sub grup : perbatasan 140-149 <90
C. Etiologi Hipertensi
Berdasarkan penyebabnya menurut Kusuma Hardhi, (2015),
Hipertensi dapat digolongkan menjadi 2 yaitu :
1. Hipertensi esensial atau primer
Penyebab pasti dari hipertensi esensial sampai saat ini masih
belum dapat diketahui. Namun, berbagai faktor diduga turut berperan
sebagai penyebab hipertensi primer, seperti bertambahnya umur, stres
psikologis, dan hereditas (keturunan). Kurang lebih 90% penderita
hipertensi tergolong Hipertensi primer sedangkan 10% nya tergolong
hipertensi sekunder.
2. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang penyebabnya dapat
diketahui, antara lain kelainan pembuluh darah ginjal, gangguan
kelenjar tiroid (hipertiroid), penyakit kelenjar adrenal
(hiperaldosteronisme), dan lain lain. Karena golongan terbesar dari
penderita hipertensi adalah hipertensia esensial, maka penyelidikan
dan pengobatan lebih banyak ditujukan ke penderita hipertensi
esensial.
D. Patofisiologi Hipertensi
Jantung adalah sistem pompa yang berfungsi untuk memompakan
darah keseluruh tubuh, tekanan teresebut bergantung pada faktor cardiac
output dan tekanan perifer.
Pada keadaan normal untuk memenuhi kebutuhan metabolisme
jaringan tubuh yang meningkat diperlukan peningkatan cardiac output dan
tekanan perifer menurun. Konsumsi sodium (garam) yang berlebihan akan
mengakibatkan meningkatnya volume cairan dan preload sehingga
meningkatkan cardiac output.
Dalam sistem Renin-Angiotensien-aldosteron pada patogenesis
hipertensi, glandula supram renal juga menjadi factor penyebab oleh
karena faktor hormon. Sistem Renin mengubah angiotensin menjadi
angiotensin I kemudian angiotensin I menjadi angiotensin II oleh
Angitensi Convertion Ensym (ACE) Angiotensin II mempengaruhi
Control Nervus Sistem dan nervus perifer yang mengaktifkan system
simpatik dan menyebabkan retensi vaskuler perifer meningkat.
Disamping itu angiotensin II mempunyai efek langsung terhadap
vaskuler smoot untuk vasokontruksi renalis. Hal tersebut merangsang
adrenal untuk mengeluarkan aldosterone yang akan meningkatkan extra
Fluid volume melalui retensi air dan natrium. Hal ini semua akan
meningkatkan tekanan darah melalui peningkatan cardiac output (Efendi.
Nasrul. 2015).
E. Manifestasi Klinis Hipertensi
Mekanisme terjadinya Hipertensi Gejala-gejala hipertensi antara lain pusing,
muka merah, sakit kepala, keluar darah dari hidung secara tiba-tiba, tengkuk terasa
pegal, dan lain-lain. Dampak yang dapat ditimbulkan oleh hipertensi adalah kerusakan
ginjal, pendarahan pada selaput bening (retina mata), pecahnya pembuluh darah di
otak, serta kelumpuhan (Kusuma Hardhi, 2015).
G. Komplikasi Hipertensi
Organ organ tubuh sering terserang akibat hipertensi anatara lain mata berupa
perdarahan retina bahkan gangguan penglihatan sampai kebutaan, gagal jantung, gagal
ginjal, pecahnya pembuluh darah otak (Sri Rahayu, 2010).
H. Penatalaksanaan Hipertensi
Menurut Sheps (2015) dalam penatalaksanaan hipertensi berdasarkan sifat terapi
terbagi menjadi 2 bagian, sebagai berikut:
a. Terapi non-farmakologi
Penatalaksanaan non farmakologi merupakan pengobatan tanpa obat-obatan
yang diterapkan pada hipertensi. Dengan cara ini, perubahan tekanan darah
diupayakan melalui pencegahan dengan menjalani perilaku hidup sehat seperti :
1) Diuretik merupakan anti hipertensi yang merangsang pengeluaran garam dan air.
Dengan mengonsumsi diuretik akan terjadi pengurangan jumlah cairan dalam
pembuluh darah dan menurunkan tekanan pada dinding pembuluh darah.
2) Beta bloker dapat mengurangi kecepatan jantung dalam memompa darah dan
mengurangi jumlah darah yang dipompa oleh jantung.
3) ACE-inhibitor dapat mencegah penyempitan dinding pembuluh darah sehingga
bisa mengurangi tekanan pada pembuluh darah dan menurunkan tekanan darah.
Ca bloker dapat mengurangi kecepatan jantung dan merelaksasikan pembuluh darah.