Manajemen Etik
Manajemen Etik
KASUS :
Seorang anak laki-laki usia 14 tahun berasal dari desa Wosia Kecamatan
Tobelo Tengah Kabupaten Halmahera Utara dengan no rekam medis 00.05.60.03
menderita sakit dan didiagnosis dokter adalah Apendisitis Akut, Ia dibawah ke rumah
sakit dan dirawat di IGD dan selanjutnya oleh dokter perlu dirawatinapkan. Anak laki-
laki tersebut mengalami nyeri hebat pada perut kanan bagian bawah dan dilakukan
penangan dan dirawat di ruang perawatan Bedah. Rasa nyeri yang terus menerus
ditunjukkan dengan adanya rintihan ketika istirahat atau duduk dan nyeri bertambah
hebat saat bergerak. Meskipun anak tersebut tampak bisa tidur namun ia sering
merintih dan diberikan obat analgesik. Kondisi anak semakin kesakitan dan
melemah dan sering kejang sehingga mutlak membutuhkan bantuan oksigen dan
berdasar diagnosa dokter, anak tersebut maksimal hanya dapat bertahan beberapa
hari saja jika tidak dilakukan operasi.
Melihat penderitaan pasien yang terlihat kesakitan dan mendengar informasi
dari dokter, keluarga memutuskan untuk tidak dilakukan operasi namun ada
sebagian keluarga yang memutuskan untuk melakukan tindakan operasi untuk
mempercepat proses penyembuhan. Apa yang seharusnya dilakukan oleh seorang
dokter dan perawat yang bertugas melakukan pelayanan terhadap pasien saat itu
di ruangan perawatan bedah.
Kasus tersebut merupakan salah satu dari dilema etik (ethical dilemma). Dilema
etik merupakan suatu masalah yang sulit dimana tidak ada alternatif yang
memuaskan atau suatu situasi dimana alternatif yang memuaskan dan tidak
memuaskan sebanding. Dalam dilema etik tidak ada yang benar atau salah. Untuk
membuat keputusan yang etis, seseorang harus tergantung pada pemikiran yang
rasional dan bukan emosional. Kerangkan pemecahan dilema etik banyak diutarakan
dan pada dasarnya menggunakan kerangka proses keperawatan / pemecahan
masalah secara ilmiah (Thompson & Thompson, 1985).
Kozier et. al (2004) menjelaskan kerangka pemecahan dilema etik sebagai berikut :
1. Mengembangkan data dasar
2. Mengidentifikasi konflik
3. Membuat tindakan alternatif tentang rangkaian tindakan yang direncanakan
dan mempertimbangkan hasil akhir atau konsekuensi tindakan tersebut
4. Menentukan siapa pengambil keputusan yang tepat
5. Mendefinisikan kewajiban perawat
6. Membuat keputusan
Konsekuensi :
1) Risiko mempercepat kematian pasien sedikit dapat dikurangi
2) Pasien tersebut pada saat tertentu bisa merasakan terbebas dari nyeri
sehingga ia dapat cukup beristirahat.
3) Hak pasien sebagian dapat terpenuhi.
4) Kecemasan pada pasien dan keluarganya dapat sedikit dikurangi.
5) Beresiko melanggar peraturan yang berlaku.
d. Tidak menuruti keinginan keluarga dan membantu keluarga dalam proses
berdukanya
Konsekuensi :
1) Tidak mempercepat kematian pasien
2) Keluarga dapat melewati proses berduka dengan seharusnya
6. Membuat keputusan
Dalam kasus di atas terdapat dua tindakan yang memiliki risiko dan konsekuensi
masing-masing terhadap pasien. Perawat dan dokter perlu mempertimbangkan
pendekatan yang paling menguntungkan / paling tepat untuk pasien dan keluarga.
Namun upaya alternatif tindakan lain perlu dilakukan terlebih dahulu misalnya
manajemen nyeri (relaksasi, pengalihan perhatian, atau meditasi) beserta
perbaikan terhadap sistem berduka keluarga dan kemudian dievaluasi
efektifitasnya. Apabila terbukti efektif diteruskan namun apabila alternatif tindakan
tidak efektif maka keputusan yang sudah ditetapkan antara petugas kesehatan
dan pasien/ keluarganya akan dilaksanakan.