Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

MENGEMBANGKAN BUDAYA KERJA DAN KEPEMIMPINAN


PELAYANAN PUBLIK

“Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Pelayanan Umum”


Dosen Pengampu

Dr. Hartanto S.I.P., M.A.

Oleh :

Uin Febriyanti
NIM 041813604

PRODI ADMINISTRASI NEGARA


FAKULTAS : FISHIP
UNIVERSITAS TERBUKA
NOVEMBER 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan berkat dan
karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan tugas makalah mengembangkan budaya kerja dan
kepemimpinan pelayanan publik ini dapat diselesaikan dengan baik dan lancar tanpa ada
halangan suatu apapun.

Tujuan penyusunan makalah adalah dalam rangka memenuhi tugas pada mata kuliah
manajemen pelayanan umum. Atas terselesaikannya makalah budaya kerja dan
kepemimpinan pelayanan publik ini, saya mengucapkan terimakasih kepada :

1. Dr. Hartanto S.I.P., M.A. selaku dosen mata kuliah Manajemen Pelayanan Umum
2. Orang tua yang telah memberikan dukungan baik materi maupun non materi.
3. Teman-teman serta semua pihak yang telah membantu.

Saya menyadari bahwa dalam pembuatan makalah Budaya Kerja dan Kepemimpinan
Pelayanan Publik ini masih jauh dari sempurna.Untuk itu saya menerima saran dan kritik
yang berisfat membangun demi perbaikan dalam makalah ini. Semoga makalah Budaya Kerja
dan Kepemimpinan Pelayanan ini bisa bermanfaat bagi para pembaca. Terimakasih.

Trenggalek, 28 November 2021

Uin Febriyanti

ii
DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR....................................................................................................... i

DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang......................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................... 1
C. Tujuan Pembahasan................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pelayanan publik...................................................................................................... 3
2.1 Pengertian Pelayanan Publik............................................................................ 4
2.2 Kualitas pelayanan publik................................................................................. 4
B. Budaya kerja............................................................................................................ 4
2.3 Pengertian Budaya Kerja................................................................................... 5
2.4 Manfaat budaya kerja........................................................................................ 5
C. Kepemimpinan......................................................................................................... 6
2.5 Pengertian Kepemimpinan................................................................................ 6
2.6 Kepemimpinan dalam peningkatan kualitas pelayanan publik......................... 7
2.7 Peranan Kepemimpinan dalam Mengembangkan Budaya Organisasi.............. 8

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.............................................................................................................. 9
B. Saran ....................................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................ 10

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyelenggaraan tata kelola pemerintahan yang baik (Good Governance)
terletak pada seberapa jauh kolaborasi dan sinegritas antara tiga pilar bernegara
yaitu rakyat, pemerintah dan pengusah secara kohesif, selaras dan seimbang. Untuk
itu akuntabilitas pelayanan public akan menjadi titik krusial bagi arah perkembangan
demokrasi di Indonesia dalam waktu sekarang ini. 1Akuntabilitas (accountability)
merupakan ukuran yang menunjukkan apakah aktivitas birokrasi publik atau
pelayanan publik yang dilakukan oleh pemerintah sudah sesuai dengan norma dan
nilai-nilai yang dianut oleh rakyat dan apakah pelayanan public tersebut mampu
mengakomodasi kebutuhan rakyat yang sesungguhnya.
Pada dasarnya Pelayanan Publik menyangkut seluruh aspek kehidupan yang
sangat luas. Dalam kehidupan bernegara, peran pemerintah memiliki fungsi untuk
memberikan berbagai pelayanan public yang diperlukan oleh masyarakat. Dalam
penyelenggaraan pelayanan publik, birokrasi publik lebih berorientasi pada kekuasaan
sehingga membuat birokrasi semakin jauh dari misinya untuk memberikan pelayanan
kepada masyarakat, para pejabat lebih memperlihatkan kekuasaannya dari pada
sebagai pelayan masyarakat, Meluasnya praktik-praktik Korupsi, Kolusi, dan
Nepotisme dalam birokrasi publik semakin mencoreng image masyarakat terhadap
birokrasi public, praktik-praktik inilah yang menyebabkan birokrasi menjadi jauh
dengan masyarakatnya serta membuat masyarakat tidak percaya lagi terhadap
birokrasi.
Agar pelayanan publik semakin baik dan dapat melayani masyarakat dengan
professional pemimpin harus melakukan perubahan mulai dari dalam dahulu,
pemimpin saat ini tidak hanya mengandalkan kekuasaannya saja namun pemimpin
harus mengerti dan harus bisa melayani kebutuhan bawahannya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian dari pelayanan publik ?
2. Bagaimana kualitas pelayanan publik ?
3. Bagaimana pengertian budaya kerja ?
4. Bagaimana manfaat budaya kerja ?

1
Wahyudi Kumorotomo, Etika Administrasi Negara, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1999), Hal. 56

1
5. Bagaimana pengertian Kepemimpinan ?
6. Bagaimana kepemimpinan dalam peningkatan kualitas pelayanan publik ?
7. Bagaimana peranan Kepemimpinan dalam Mengembangkan Budaya Organisasi ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengertian dari pelayanan publik.
2. Untuk mengetahui kualitas pengetahuan publik.
3. Untuk mengetahui pengertian budaya kerja.
4. Untuk mengetahui manfaat budaya kerja.
5. Untuk mengetahui pengertian Kepemimpinan.
6. Untuk mengetahui kepemimpinan dalam peningkatan kualitas pelayanan publik.
7. Untuk mengetahui peranan Kepemimpinan dalam Mengembangkan Budaya
Organisasi.

2
BAB II
TINJAUAN LITERATUR

A. Pelayanan Publik
2.1 Pengertian Pelayanan Publik
Istilah pelayanan publik diartikan sebagai pemberian layanan (melayani)
keperluan orang atau masyarakat yang mempunyai kepentingan pada organisasi
itu sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang telah ditetapkan. 2 Sedangkan
pendapat lainya pelayanan publik adalah sebuah pelayanan yang diberikan
kepada publik oleh pemerintah baik berupa barang atau jasa publik. Adapun
berdasarkan Keputusan Menpan No. 63 tahun 2003, pelayanan publik diartikan
segala kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan
publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan maupun
pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan.3
Menurut Undang-Undang Nomor 25 tahun 2009, pelayanan publik
diartikan sebagai kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan
kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap
warga negara dan penduduk atas barang, jasa dan / atau pelayanan administratif
yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik. Adapun ruang lingkup
pelayanan publik sebagaimana di atur pada Undang-Undang tersebut meliputi
pelayanan barang publik dan jasa publik serta pelayanan administratif yang diatur
dalam peraturan perundang-undangan, yang terdiri dari pendidikan, pengajaran,
pekerjaan dan usaha, tempat tinggal, komunikasi dan informasi, lingkungan
hidup, kesehatan, jaminan sosial, energi, perbankan, perhubungan, sumber daya
alam, pariwisata dan sektor lain terkait.
Adapun ruang lingkup pelayanan publik dapat diklasifikasikan ke dalam 3
(tiga) kelompok, yaitu:
a. Kelompok pelayanan administratif, yaitu pelayanan yang menghasilkan
berbagaibentuk dokumen resmi yang dibutuhkan oleh publik, misalnya status
kewarganegaraan, sertifikat, kompetensi, kepemilikan atau penguasaan

2
Sinambela, Reformasi Pelayanaan Publik, Teori, Kebijakan dan Implementasi, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2011), Hal. 5
3
Ismail, et.al. , Menuju Pelayanan Prima, Konsep dan Strategi Peningkatan Kualitas Pelayanan
Publik, (Malang: Averroes Press, 2011), Hal. 25

3
terhadap suatu barang dsb., contohnya: KTP, Akta Kelahiran, Akta Kematian,
SIM, STNK, Paspor, IMB dll.
b. Kelompok pelayanan barang yaitu pelayanan yang menghasilkan berbagai
bentuk atau jenis barang yang digunakan oleh publik, misalnya jaringan
telepon, tenaga listrik, air bersih dsb.
c. Kelompok pelayanan jasa, yaitu pelayanan yang menghasilkan berbagai jasa
yang dibutuhkan oleh publik, misalnya pendidikan, pemeliharaan kesehatan,
penyelenggaraan jasa transportasi dsb
Maka pelayanan publik dapat diartikan sebagai suatu sistem yang mengatur
proses dan prosedur pemberian layanan berupa barang dan atau jasa kepada
masyarakat yang wajib diberikan oleh pemerintah sebagai penyelenggara layanan
untuk memenuhi ketentuan perundang-undangan.
2.2 Kualitas Pelayanan Publik
Kewajiban yang harus dilakukan oleh setiap penyelenggara Negara. Akan
tetapi sebagaimana diketahui bahwa citra pelayanan pemerintah saat ini dinilai
masih jauh dari harapan masyarakat. Berbagai keluhan dan pengaduan terhadap
penyelenggaraan pelayanan publik masih terus mewarnai dunia pelayanan publik.
Bagi masyarakat yang memiliki uang atau dikategorikan mampu, lebih suka
memanfaatkan biro jasa tertentu untuk membantu penyelesaian urusan dengan
suatu unit pelayanan publik. Kehadiran biro jasa tersebut bagi sebagian orang
merupakan sumber lapangan pekerjaan, namun bagi pemerintah sebagai penyedia
layanan merupakan indikator gagalnya pemerintah di dalam memberikan
pelayanan yang berkualitas.
B. Budaya Kerja
2.3 Pengertian Budaya Kerja
Kata budaya itu sendiri adalah sebagai suatu perkembangan dari bahasa
sansekerta „budhayah‟ yaitu bentuk jamak dari buddhi atau akal, dan kata
majemuk budi-daya, yang berarti daya dari budi, dengan kata lain ”budaya adalah
daya dari budi yang berupa cipta, karsa dan rasa. Sedangkan kebudayaan
merupakan pengembangan dari budaya yaitu hasil dari cipta, karsa dan rasa
tersebut.4
Budaya kerja, merupakan kelompok pola perilaku yang melekat secara
keseluruhan pada diri setiap individu dalam sebuah organisasi. Membangun
4
Djoko Widagdho, Ilmu Budaya Dasar, Cetakan Kesembilan, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2004), Hal. 20

4
budaya berarti juga meningkatkan dan mempertahankan sisi-sisi positif, serta
berupaya membiasakan (habituating process) pola perilaku tertentu agar tercipta
suatu bentuk baru yang lebih baik. Budaya kerja penting dikembangkan karena
dampak positifnya terhadap pencapaian perubahan berkelanjutan ditempat kerja
termasuk peningkatan produktivitas (kinerja). Budaya kerja diturunkan dari
budaya organisasi. Budaya Organisasi itu sendiri merupakan sistem nilai yang
mengandung cita-cita organisasi sebagai sistem internal dan sistem eksternal
sosial. Hal itu tercermin dari isi visi, misi, dan tujuan organisasi. Dengan kata
lain, seharusnya setiap organisasi memiliki identitas budaya tertentu dalam
organisasinya. Dalam perusahaan dikenal sebagai budaya korporat dimana
didalamnya terdapat budaya kerja.
Pengertian budaya kerja menurut Hadari Nawawi dalam bukunya
Manajemen Sumber Daya Manusia menjelaskan bahwa: Budaya Kerja adalah
kebiasaan yang dilakukan berulang-ulang oleh pegawai dalam suatu organisasi,
pelanggaraan terhadap kebiasaan ini memang tidak ada sangsi tegas, namun dari
pelaku organisasi secara moral telah menyepakati bahwa kebiasaan tersebut
merupakan kebiasaan yang harus ditaati dalam rangka pelaksanaan pekerjaan
untuk mencapai tujuan5
Dapat disimpulkan bahwa budaya kerja yang dibentuk dari budaya
organisasi akan berdampak pada kinerja dan produktivitas. Hal ini tercermin dari
sikap karyawan dalam memandang pekerjaannya, sikap dalam bekerja, etos kerja,
dan pemanfaatan waktu dalam bekerja. Agar dapat terlaksana dengan baik, harus
ada langkah-langkah yang harus diambil dari pihak manajemen dan proses
sosialisasi, sehingga budaya kerja yang ada dapat terinternalisasi dalam setiap
kegiatan pekerjaan sehari-hari.
2.4 Manfaat Budaya Kerja
Budaya kerja memiliki tujuan untuk mengubah sikap dan juga perilaku
SDM yang ada agar dapat meningkatkan produktivitas kerja untuk menghadapi
berbagai tantangan di masa yang akan datang. Manfaat dari penerapan Budaya
Kerja yang baik :
a. Meningkatkan jiwa gotong royong
b. Meningkatkan kebersamaan

5
Hadari Nawawi, Manajemen Sumber Daya Manusia, Cetakan kelima, (Yogyakarta : Gajah Mada
University Press, 2003), Hal. 65

5
c. Saling terbuka satu sama lain
d. Meningkatkan jiwa kekeluargaan
e. Meningkatkan rasa kekeluargaan
f. Membangun komunikasi yang lebih baik
g. Meningkatkan produktivitas kerja
h. Tanggap dengan perkembangan dunia luar.6
C. Kepemimpinan
2.5 Pengertian Kepemimpinan
Pengertian Kepemimpinan adalah sebuah kemampuan yang terdapat di
dalam diri seseorang untuk bisa memengaruhi orang lain atau memandu pihak
tertentu untuk mencapai tujuan. Sementara itu ada beberapa definisi
kepemimpinan dapat dikemukakan disini menurut pendapat para ahli. Benis
mengartikan kepemimpinan sebagai proses dengan mana seorang agen
menyebabkan bawahan bertingkah laku menurut satu cara tertentu. Adapun
Ordway Tead menerjemahkan kepemimpinan sebagai kegiatan mempengaruhi
orang-orang agar mereka mau bekerja sama untuk mencapai tujuan yang
diinginkan, Selanjutnya arti kepemimpinan menurut George R. Terry adalah
kegiatan mempengaruhi orang-orang agar mereka suka berusaha mencapai
tujuan-tujuan kelompok.
Keberhasilan seseorang pemimpin dalam mengorganisir orang bawahan
akan sangat dipengaruhi oleh perilaku yang juga disebut gaya kepemimpinan.
Gaya kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai pola tingkah laku yang
dirancang untuk mengintegrasikan tujuan organisasi dengan tujuan individu untuk
mencapai suatu tujuan tertentu. Adapun gaya kepemimpinan secara umum dapat
ditentukan gaya kepemimpinan sebagai berikut :
a. Deserter, sifatnya bermoral rendah, tidak memiliki rasa keterlibatan, tanpa
pengabdian, tanpa loyalitas dan ketaatan, sukar diramalkan.
b. Birokrat, sifatnya correct, kaku, patuh pada peraturan dan norma-norma
c. Misionaris, sifatnya terbuka, penolong, lembut hati, ramah tamah
d. Developer, sifatnya kreatif, dinamis, inovatif
e. Otokrat, sifatnya keras, diktatoris mau menang sendiri, keras kepala, sombong
f. Benevolent autocrat, sifatnya lancer, tertib, ahli mengorganisir, besar rasa
keterlibatan diri
6
Gering, Supriyadi dan Triguno. Budaya Kerja Organisasi Pemerintah, (Jakarta : LAN, 2001), Ha;l. 54

6
g. Compromiser, sifatnya plintan-plintut, selalu mengikuti angina tanpa
pendirian, tidak punya keputusan, berpandangan pendek dan sempit
h. Eksekutif, sifatnya bermutu tinggi, dapat memberikan motivasi yang baik,
berpandangan jauh, tekun.7
2.6 Kepemimpinan Dalam Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik
Mengapa pelayanan publik sangat penting dan menjadi barometer utama
untuk mengukur keberhasilan seorang pemimpin di dalam menggerakkan dan
mengarahkan semua potensi yang ada di dalam organisasi yang dipimpinnya.
Pertama, pelayanan publik selama ini menjadi ranah dimana negara yang diwakili
pemerintah berinteraksi dengan lembaga-lembaga non pemerintah. Dalam ranah
ini terjadi pergumulan yang sangat intensif antara pemerintah yang secara
langsung diwakili oleh gaya atau perilaku kepemimpinan publik yang wajib
memberikan layanan publik dengan warganya.
Buruknya praktik penyelenggaraan pelayanan publik akan mempermudah
warga dan masyarakat luas memberikan penilaian terhadap baik buruknya gaya
atau perilaku pemimpinnya. Keberhasilan dalam mewujudkan pelayanan publik
secara prima dan berkualitas, jelas akan berdampak pada peningkatan dukungan
dan kepercayaan masyarakat di dalam mensukseskan program kerja yang menjadi
tujuan utama kepemimpinannya melalui pelayanan publik. Kedua, pelayanan
publik yang wajib diberikan pemerintah kepada masyarakat, menjadikan
pemimpin harus terus menerus memotivasi bawahan yang setiap waktu
berhubungan langsung dengan masyarakat. Keberhasilan bawahan dalam
memberikan pelayanan yang berkualitas kepada masyarakat juga menjadi
keberhasilan pemimpinnya, demikian sebaliknya. Ketiga, dengan semakin
meningkatnya kesadaran masyarakat di dalam berinteraksi dengan organisasi
publik menyebabkan pemimpin harus akuntabel, berintegritas tinggi dan
transparan, mengingat dalam suasana reformasi semuanya bisa cepat terlihat dan
serba terbuka. Oleh karena itu kepemimpinan yang dibutuhkan saat ini adalah
pemimpin yang bertanggung jawab atas tugas yang diembannya dengan integritas
yang tinggi dan transparan.
2.2 Peranan Kepemimpinan dalam Mengembangkan Budaya Organisasi

7
Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan, Apakah Kepemimpinan Abnormal itu?, (Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 2005), Hal. 33-35

7
Budaya organisasi dapat terlaksana dengan baik, apabila pemimpin mampu
menjalankan fungsinya sesuai dengan peranannya, artinya bahwa peranan
pemimpin dapat mempengaruhi, menggerakkan dan mengarahkan bawahannya
supaya perilaku bawahan sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan akan
membantu terbentuknya budaya organisasi. Dalam mengembangkan budaya
organisasi seorang pemimpin harus mempunyai nilai dan kepercayaan yang jelas
dan kuat tentang organisasi yang diinginkan. Pemimpin memiliki kontribusi
sebagai pencipta dan membentuk budaya organisasi, karena memiliki kemampuan
dan kekuasaan untuk melakukannya. Selain itu, pemimpin memiliki visi dan misi,
kemudian memberikan contoh dan menyebarkannya yang kemudian diikuti
olehbawahannya.
Hubungan yang saling terbuka dan percaya merupakan hal yang
mendukung penyebaran nilai – nilai dan norma yang ada dalam budaya organisasi.
Peranan pemimpin dalam mengembangkan budaya organisasi tercermin pada
integrasi satu sama lain dengan menggunakan bahasa dan tata cara yang berlaku,
adanya norma – norma yang berlaku seperti standar dan ketentuan perilaku,
termasuk petunjuk tentang pekerjaan yang harus dilaksanakan, nilai – nilai
penting yang hendak ditanamkan, dibangun, dan diresapi bersama oleh segenap
anggota. Misalnya kualitas pelayanan, efesiensi, dan lain – lain, adanya filsafat
tentang kebijakan – kebijakan yang mencerminkan kepercayaan organisasi tentang
bagaimana memperlakukan pegawai dan pelanggan, peraturan-peraturan tentang
petunjuk bagaimana bergaul dengan organisasinya, serta iklim organisasi yang
memuat tentang cara berinteraksi antar anggota, dan pola bertindak terhadap
orang luar.
Budaya organisasi memberikan anggota organisasi cara-cara atau pola
berperilaku, berpikir serta menuntut para anggota organisasi dalam mengambil
keputusan. Apabila pemimpin membentuk budaya, maka mereka tidak
membentuknya berdasarkan pilihan sendiri, melainkan melalui interaksi terus –
menerus dengan anggota organisasi yang lain. Ini berarti seorang pemimpin harus
mempunyai kemampuan komunikasi strategis dan dasar power yang kuat.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

8
Di era pemerintahan daerah yang implementasinya telah lebih dari satu
dasawarsa ini ternyata pelayanan public dimata masyarakat masih menjadi ukuran
utama untuk melihat keberhasilan seorang pemimpin dalam memipin organisasi
public. Itu semua karena pelayanan publik yang seharusnya wajib diberikan kepada
warga masyarakat dengan biaya terjangkau, mudah dan tidak berbelit-belit serta
transparan dan akuntabel belumlah dinikmati secara maksimal oleh masyarakat.
Masih banyak dijumpai pelayanan publik yang implementasinya ke masyarakat belum
dirasakan kemanfaatannya oleh warga masyarakat. Di mata sebagian masyarakat,
pelayanan publik masih dianggap sebagai barang mahal, karena untuk
mendapatkannya memerlukan biaya tidak sedikit. Oleh karena itu peran seorang
pemimpin dengan gaya kepemimpinannya dituntut untuk mampu menggerakkan dan
mengarahkan semua potensi yang ada di organisasi publik yang dipimpinnya
memberikan pelayanan publik yang prima dan berkualitas kepada masyarakat.
Apabila masyarakat sudah merasakan manfaat dari peningkatan kualitas pelayanan
public, maka akan berdampak pada peninngkatan dukungan atau partisipasi
masyarakat terhadap pencapaian tujuan organisasi melalui program kerja yang telah
ditetapkan dan di setujui bersama.
B. SARAN
Efektivitas pelayanan publik yang dapat dilakukan dengan pelaksanaan struktur
organisasi dengan baik, karena cara melaksanakan koordinasi antar petugas atau
pegawai dan kejelasan dalam memberikan perintah terhadap bawahan sehingga tujuan
instansi dalam rangka meningkatkan efektifitas pelayanan dapat terwujud. Dan
Diperlukan keberadaan seorang pemimpin yang mempunyai kemampuan dalam
memotivasi bawahan, mengkoordinasikan bawahan, memberikan contoh positif,
mengambil kebijakan yang baik dan mampu mengatasi permasalahan yang sedang
terjadi sehingga akan mendukung pelaksanaan efektivitas pelayanan public yang ada
di instansi sehingga terwujudnya pencapaian tujuan bersama dalam suatu organisasi
publik.

DAFTAR PUSTAKA

Gering, Supriyadi dan Triguno. 2001. Budaya Kerja Organisasi Pemerintah. Jakarta : LAN.

9
Ismail, et.al. 2011. Menuju Pelayanan Prima, Konsep dan Strategi Peningkatan
Kualitas Pelayanan Publik. Malang: Averroes Press.
Kartono Kartini. 2005. Pemimpin dan Kepemimpinan, Apakah Kepemimpinan Abnormal
itu?. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Kumorotomo Wahyudi. 1999. Etika Administrasi Negara. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Nawawi Hadari. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. Cetakan kelima. Yogyakarta :
Gajah Mada University Press.
Sinambela. 2011. Reformasi Pelayanaan Publik, Teori, Kebijakan dan Implementasi. Jakarta:
Bumi Aksara.
Widagdho Djoko. 2004. Ilmu Budaya Dasar. Cetakan Kesembilan. Jakarta: PT. Bumi
Aksara.

10

Anda mungkin juga menyukai