Makalah Peran Pendidik Dalam Meminimalisir KKN
Makalah Peran Pendidik Dalam Meminimalisir KKN
Di Susun Oleh :
UMAR ISMAIL
171022032
Dalam penyusunan makalah ini saya mengaku banyak sekali kesuliatan. Namun berkat
usaha yang semaksimal mungkin saya lakukan, serta bantuan dari berbagai pihak, makalah ini
dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Saya mengucapkan terima kasih kepada dosen
pengampu mata kuliah Pengantar Ilmu Politik karena telah membimbing saya didalam
perkuliahan.
Saya mengakui dalam penyusunan makalah ini jauh daripada sempurna. Untuk itu
diharapkan saran dan kritik dari semua pihak demi penyempurnaan makalah ini.
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
Salah satu isu yang paling krusial untuk dipecahkan oleh bangsa dan pemerintah
Indonesia adalah masalah korupsi. Hal ini disebabkan semakin lama tindak pidana
korupsi di Indonesia semakin sulit untuk diatasi. Maraknya korupsi di Indonesia
disinyalir terjadi disemua bidang dan sektor pembangunan. Apalagi setelah ditetapkannya
pelaksanaan otonomi daerah, berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999
tentang Pemerintahan Daerah yang diperbaharui dengan Undang-Undang Nomor 32
tahun 2004, disinyalir korupsi terjadibukan hanya pada tingkat pusat tetapi juga pada
tingkat daerah dan bahkan menembus ketingkat pemerintahan yang paling kecil di
daerah.
Pemerintah Indonesia sebenarnya tidak tinggal diam dalam mengatasi praktek-
praktek korupsi. Upaya pemerintah dilaksanakan melalui berbagai kebijakan berupa
peraturan perundang-undangan dari yang tertinggi yaitu Undang-Undang Dasar 1945
sampai dengan Undang-Undang tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Selain itu, pemerintah juga membentuk komisi-komisi yang berhubungan langsung
dengan pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi seperti Komisi Pemeriksa
Kekayaan Penyelenggara Negara (KPKPN) dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
2. Kolusi
Kolusi merupakan sikap dan perbuatan tidak jujur dengan membuat
kesepakatan secara tersembunyi dalam melakukan kesepakatan atau perjanjian yang
diwarnai dengan pemberian uang atau fasilitas tertentu sebagai pelicin agar segala
urusannya menjadi lancar. Seringkali kolusi ini dimaksudkan untuk menjatuhkan
atau setidaknya merugikan lawan pihak-pihak yang berkolusi.
Dalam bidang studi ekonomi, kolusi terjadi dalam satu bidang industri di
saat beberapa perusahaan saingan bekerja sama untuk kepentingan mereka bersama.
Kolusi paling sering terjadi dalam satu jenis pasar oligopoli, dimana keputusan
beberapa perusahaan untuk bekerja sama dapat secara signifikan mempengaruhi
pasar secara keseluruhan.
Kolusi merupakan sikap dan perbuatan tidak jujur dengan membuat
kesepakatan secara tersembunyi dalam melakukan kesepakatan perjanjian yang
diwarnai dengan pemberian uang atau fasilitas tertentu sebagai pelicin agar segala
urusannya menjadi lancar.
3. Nepotisme
Nepotisme (berasal dari kata Latin nepos, yang berarti keponakan atau cucu)
berarti lebih memilih (mengedepankan) saudara atau teman akrab berdasarkan
hubungannya bukan berdasarkan kemampuannya. Kata ini biasanya digunakan
dalam konteks derogatori. Nepotisme biasanya dilakukan oleh para pejabat atau
pemegang kekuasaan pemerintah lokal sampai nasional, pemimpin perusahaan
negara, pemimpin militer maupun sipil, serta tokoh-tokoh politik. Mereka
menempatkan para anggota atau kaum keluarganya tanpa mempertimbangkan
kapasitas dan kualitasnya.
Walaupun praktek nepotisme ini sudah berlangsung sejak lama, istilah
nepotisme mulai di gunakan secara luas di Indonesia sejak tahun 1998. Fakta yang
terjadi sampai sekarang, praktek nepotisme masih kerap dilakukan di Indonesia,
bahkan sudah menjadi rahasia umum dalam proses perekrutan pengawal baru, baik di
instansi-instansi pemerintah dan perusahaan-perusahaan BUMN maupun swasta.
Masyarakat masih menganggap bahwa tindakan nepotisme tidak melanggar hukum
seperti halnya korupsi. Padahal, pengesahan Undang-Undang No 28 tahun 1999,
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, itu sudah merupakan dasar hukum
sah yang melarang praktek nepotisme, bersama dengan korupsi dan kolusi.
4. Pegawai pemerintah
a. Sebisa mungkin menjauhi praktik KKN sekalipun dalam porsi kecil.
b. Menumbuhkan jiwa anti-KKN dalam diri dan menularkan semangat itu pada
masyarakat.
c. Mengadakan maupun mensponsori kegiatan-kegiatan yang mendukung anti-KKN
seperti penyuluhan, workshop, dan sebagainya di tingkat masing-masing (desa,
kecamatan, kabupaten, dan lain-lain).
1. Peran berarti tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam suatu peristiwa
(Depdiknas, 2007:854). Peran yang dimaksud dalam penelitian ini adalah identik
dengan andil, partisipasi, tugas dan konstribusi sebagai guru pendidikan
2. Pengertian Guru Pendidikan Agama Islam Guru adalah seseorang yang memiliki tugas
sebagai fasilitator sehingga siswa dapat belajar dan atau mengembangkan potensi
dasar dan kemampuannya secara optimal, melalui lembaga pendidikan sekolah, baik
yang didirikan oleh pemerintah ataupun oleh masyarakat atau swasta (Suparlan,
2005:12-13). Sedangkan pengertian guru menurut Uno merupakan suatu profesi, yang
berarti suatu jabatan yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru dan tidak dapat
dilakukan oleh sembarang orang di luar pendidikan (Uno, 2011:15). Menurut dua
pengertian di atas dapat dikatakan bahwa guru sebagai pendamping peserta didik
dalam belajar dan seorang guru dalam menjalankan profesinya sebagai pengajar dan
pendidik haruslah mempunyai keahlian khusus sesuai dengan mata pelajaran yang
diajarkan. Jadi seorang guru lulusan Pendidikan Agama Islam sebaiknya mengajar
mata pelajaran agama Islam, bukan mata pelajaran lain, begitu pula dengan mata
pelajaran yang lain.
Guru bukan hanya sebagai pengajar atau pemberi materi pelajaran dalam kelas, tetapi
juga mampu mendidik dan menjadikan peserta didik mempunyai moral yang mulia.
Pengetian guru sebagai pendidik moral peserta didik sesuai dengan pengertian guru
menurut Djamarah, guru adalah spiritual father atau bapak rohani bagi seorang anak didik
yaitu memberikan santapam jiwa dengan ilmu, pendidikan akhlak, dan membenarkannya,
maka menghormati guru adalah menghormati anak didik kita, menghargai guru berarti
memberikan penghargaan terhadap anak-anak kita, dengan guru itulah mereka hidup dan
berkembang, sekiranya guru itu melakukan tugasnya dengan sebaik-baiknya (Djamarah,
1997:42). Pendidikan pada dasarnya adalah suatu proses untuk menciptakan kedewasaan
pada manusia. Proses yang dilalui untuk menciptakan kedewasaan tersebut membutuhkan
waktu yang lama, karena aspek yang ingin dikembangkan bukanlah hanya kognitif
semata-mata melainkan mencakup semua aspek kehidupan, termasuk didalamnya nilai-
nilai ketuhanan (Muslich, 2010:23). Pendidikan dalam buku falsafah pendidikan Islam
secara khusus diartikan sebagai rangkaian usaha membimbing, mengarahkan potensi
hidup manusia yang berupa kemampuan-kemampuan dasar dan belajar, sehingga
terjadilah perubahan dalam kehidupan pribadinya sebagai makhluk individu, sosial dan
dalam hubungannya dengan alam sekitar berada dalam nilai Islam, yakni normanorma
syari’at dan akhlak yang mulia.(al-Syaibani, 1979:399).
3. Peran Guru Pendidikan Agama Islam Pada dasarnya peran guru pendidikan
agama Islam dan guru pada mata pelajaran lain tidak ada perbedaan. Seorang guru
dapat berperan sebagai pembimbing, pengajar, dan sekaligus pelatih dengan kadar
profesional tertentu (Samana,1994:79). Sebagai seorang pengajar sekaligus
pendidik seorang guru tidak hanya pandai menguasai materi pelajaran, tetapi
mampu menyampaikan dan menerapkan dalam keseharian peserta didik. Guru
dalam mendidik dan membimbing para siswanya tidak hanya dengan bahan yang
disampaikan atau metode-metode penyampaian yang sesungguhnya, tetapi dengan
seluruh kepribadiannya (Isjoni, 2006:78). Penyampaian materi tidak selamanya
menggunakan metodemetode pengajaran yang ada dalam dunia pendidikan, tetapi
juga memerlukan kepribadian baik dari seorang guru sebagai teladan dalam
menanamkan akhlaq terpuji pada peserta didik. Kepribadian guru sangat
mempengaruhi perannya sebagai pembimbing dan pendidik. Guru merupakan
mitra anak didik dalam kebaikan, sehingga guru berperan dalam memberi contoh
teladan terhadap peserta didiknya
Salah satu tugas guru yaitu memberikan materi dalam ruang kelas. Dalam
ruang kelas, suatu pendekatan komprehensif menuntut guru untuk:
a. Bertindak sebagai model, mentor, memperlakukan para siswa dengan cinta
dan penghargaan, menjadi contoh baik, mendukung perilaku prososial, dan
mengkoreksi tindakan-tindakan yang menyakiti.
b. Menciptakan sebuah komunitas moral di kelas, membantu para sisiwa
untuk saling kenal, menghargai dan peduli antara siswa yang satu dengan
lainnya, dan merasakan keanggotaan yang berharga dalam kelompok.
c. Mempraktikkan disiplin moral, menggunakan penciptaan dan penegakan
aturan-aturan sebagai peluang untuk menumbuhkan penalaran moral,
kontrol diri, dan penghargaan terhadap orang lain.
d. Menciptakan sebuah lingkungan ruang kelas yang demokratis, melibatkan
para siswa dalam putusan-putusan dan berbagi tanggungjawab untuk
membuat ruang kelas menajdi tempat yang baik untuk berada dan belajar.
e. Mengajarkan nilai-nilai melalui kurikulum, menggunakan mata pelajaran
sebagai wahana untuk mengkaji isu-isu etis.
f. Menggunakan pembelajaran kooperatif untuk mengajari anak-anak dengan
watak dan ketrampilan tolong menolong dan berkerja sama.
g. Mendorong refleksi moral melalui kegiatan membaca, menulis, diskusi,
pembuatan-putusan dan debat.
h. Ajarkan pemecahan konflik agar para siswa memiliki kapasitas dan
komitmen untuk memecahkan konflik dengan cara yang tidak memihak
dan tanpa kekerasaan (Kesuma, 2011:81).
Guru mempunyai peran dan fungsi yang menjadi tanggung jawabnya sebagai
seorang pengajar dan pendidik. Guru memiliki satu kesatuan peran dan fungsi yang
tidak terpisahkan, antara kemampuan mendidik, membimbing, mengajar dan melatih.
Berdasarkan tanggung jawab yang diembannya, pengertian guru dapat dibedakan
menjadi beberapa macam, seperti: guru kelas, guru mata pelajaran, guru bimbingan
dan konseling, guru pustakawan, dan guru ekstrakurikuler. Semua guru tersebut
mempunyai peran sebagai berikut:
a. Sebagai pendidik, guru lebih banyak menjadi sosok panutan yang memiliki
nilai moral dan agama yang patut ditiru dan diteladani oleh siswa. Contoh
dan keteladanan itu lebih merupakan aspek-aspek sikap dan perilaku, budi
pekerti luhur, akhlaq mulia seperti jujur, tekun, amanah dan sopan santun.
Dalam konteks ini makna sikap dan perilaku guru menjadi semacam bahan
ajar secara tidak langsung yang dikenal dengan hidden curriculum.
b. Sebagai pengajar, guru diharapkan memiliki pengetahuan yang luas tentang
displin ilmu yang harus diampu untuk ditransfer kepada siswa.
c. Sebagai pembimbing, guru juga perlu memiliki kemampuan untuk dapat
membimbing siswa, memberikan dorongan psikologi agar siswa dapat
mengesampingkan faktor-faktor internal dan eksternal yang akan
mengganggu proses pembelajaran, baik di dalam maupun di luar.
d. Sebagai pelatih, guru perlu memberikan sebanyak mungkin kesempatan
kepada siswa untuk dapat menerapkan konsepsi atau teori ke dalam
praktik, yang akan digunakan langsung dalam kehidupan (Suparlan,
2005:25-29)
Jika diterapkan dengan benar kekuatan relasi emosional yang memiliki agama
bisa menyadarkan umat bahwa korupsi bisa membawa dampak yang sangat buruk.
Moral keagamaan sebagai salah satu dimensi dalam menanamkan karakter anti
korupsi. Seseorang akan menghindar atau menolak melakukan tindak kejahatan,
termasuk korupsi, karena didalam hatinya mempunyai rasa takut berdosa melanggar
larangan Tuhan lantaran karena mengambil sesuatu yang bukan miliknya. Moral
keagamaan yang dimiliki secara efektif dapat mencegah dirinya melakukan perbuatan
korupsi. Keimanan dan kepercayaan kepada Tuhan mendorong dirinya untuk
melaksanakan perintah agama dan menghindar dari pelanggaran syari’atnya.
(Poernomo, 2013:171-172).
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Sebuah strategi pemberantasan memerlukan prinsip transparan dan bebas
konflik kepentingan. Transparansi membuka akses publik terhadap sistem yang berlaku,
sehingga terjadi mekanisme penyeimbang. Warga masyarakat mempunyai hak dasar
untuk turut serta menjadi bagian dari strategi pemberantasan korupsi. Saat ini
optimalisasi penggunaan teknologi informasi di sektor pemerintah dapat membantu
untuk memfasilitasinya. Strategi pemberantasan juga harus bebas kepentingan golongan
maupun individu, sehingga pada prosesnya tidak ada keberpihakan yang tidak
seimbang. Sehingga semua strategi berjalan sesuai dengan aturan yang berlaku dan
objektif.
3.2 SARAN
1. Seharusnya pemerintah lebih tegas terhadap terpidana korupsi. Undang-undang
yang ada pun dapat dipergunakan sebaik-baiknya agar korupsi tidak lagi menjadi
budaya di negara ini.
2. Perlu kerja sama dari seluruh lapisan masyarakat untuk mewujudkan proyek
penghapusan KKN di Indonesia. Karenanya, perlu dilakukan upaya untuk menarik
minat masyarakat agar mau berpartisipasi.
DAFTAR PUSTAKA
http://desti48.blogstudent.mb.ipb.ac.id/2014/01/29
http://6serigalamalam9.blogspot.com/2013/04
http://id.wikipedia.org/wiki/Korupsi
http://id.wikipedia.org/wiki/Kolusi
http://id.wikipedia.org/wiki/Nepotisme