Anda di halaman 1dari 10

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Desa/kelurahan di Kecamatan Abeli merupakan daerah pesisir yang

berhadapan langsung dengan Teluk Kendari yang masih terpinggirkan jika

dibandingkan dengan desa/kelurahan lain yang ada di Kota Kendari. Padahal ini

sangat potensial menjadi kantongkantong pemukiman masyarakat miskin. Muis

(2015) menjelaskan bahwa kota dapat menyediakan fasilitas dan pelayanan sosial

yang terbaik, namun sekaligus juga mewadahi kehidupan kaum papa yang serba

termarginalkan, kumuh, tidak sehat, sarat dengan pencemaran dan

ketidakteraturan.

Wilayah pesisir Kecamatan Abeli mempunyai banyak potensi sumberdaya.

Potensi sumberdaya yang ada sekarang dapat dipertahankan dan dikembangkan

menjadi potensi pariwisata dan industri budidaya pantai. Kelurahan Bungkutoko

memiliki hutan mangrove sekitar 2 ha untuk dikembangkan menjadi hutan

mangrove wisata. Pantai Nambo dan Pulau Bungkotoko yang juga berpotensi

untuk pengembangan pariwisata pantai masing-masing seluas 5 ha. Kegiatan lain

yang dapat pula dikembangkan adalah usaha budidaya laut (mariculture). Usaha

budidaya lainnya pula adalah rumput laut yang cukup berkembang pesat di

Kelurahan Sambuli, Tondonggeu dan Purirano. Hingga saat ini telah terolah

sekitar 80 ha dengan tingkat produksi mencapai 1,36 ton ikan yang terdiri dari

sekitar 0.9 ton ikan kerapu, dan ikan lainnya (beronang, bandeng, kuwe, dan lain

lain) sekitar 0.46 ton serta rumput laut sekitar 324,6 ton (Muis, 2015).

Dalam menjalankan kegiatan penyuluhan seorang penyuluh

membutuhkan suatu data seta informasi yang sangat akurat baik data potensi
wilayah maupun data kependudukan dan permasalahan yang ada di pelaku utama

perikanan dan pelaku usaha perikanan (Narsiyah,2018).

Secara umum masyarakat nelayan dianggap sebagai salah satu lapisan

masyarakat dengan tingkat kesejahteraan yang masih rendah. Tentunya tidak

semua nelayan dapat dikatakan berada dalam garis kemiskinan, banyak juga

nelayan-nelayan yang tergolong sejahtera. Nelayan pemilik kapal dan modal yang

kuat contohnya. Tetapi dalam struktur sosial ekonomi nelayan sendiri terdapat

lapisan-lapisan nelayan yang jika dibandingkan dengan nelayan pemilik kapal

masih tertinggal. Misalnya nelayan tradisional dan nelayan buruh yang masih

dianggap sebagai salah satu lapisan masyarakat dengan tingkat kesejahteraan yang

masih rendah. Dari data BPS mencatat jumlah nelayan miskin pada tahun 2011

adalah 7,87 juta orang, atau 25,14 % dari total masyarakat miskin nasional.

Sementara hasil pendataan Program Perlindungan Sosial 2014, dari 16 juta rumah

tangga kesejahteraan rendah, 30 % adalah rumah tangga yang menggantungkan

ekonomi pada penangkapan ikan. Sementara berdasarkan Survey Sosial Ekonomi

Nasional pada tahun 2013 menyebutkan 71,2 % nelayan berpendidikan sekolah

dasar ke bawah. (Listiyandra 2016).

B. Tujuan

Adapun tujuan dari praktek lapang ini adalah sebagai berikut:

1. Agar mahasiswa memiliki kemampuan terhadap pengetahuan pembangunan

masyarakat pesisir yang ada di Kelurahan Tondonggeu

2. Untuk mengetahui masalah dalam persoalan-persoalan terhadap

pemberdayaan masyarakat pesisir di Kelurhan tondonggeu


II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Sosiologi Pembangunan Masyarakat Pesisir

B. Nelayan

Secara geografis, masyarakat nelayan adalah masyarakat yang hidup

tumbuh dan berkembang di kawasan pesisir, yakni suatu kawasan transisi antara

wilayah darat dan laut. Sebagai suatu sistem, masyarakat nelayan terdiri atas

kategori-kategori sosial yang membentuk kesatuan sosial. Mereka juga memiliki

sistem nilai dan simbol kebudayaan sebagai referensi prilaku mereka sehari-hari.

Faktor ini merupakan salah satu pembeda masyarakat nelayan dengan masyarakat

lainnya sebab sebagian besar masyarakat pesisir menggantungkan hidupnya dari

mengelola potensi sumberdaya perikanan dan mereka juga berperan sebagai

komponen utama kontruksi masyarakat maritim Indonesia (Subaidi, 2015).

Masyarakat nelayan merupakan salah satu bagian masyarakat Indonesia

yang hidup dengan mengelola potensi sumberdaya perikanan. Sebagai suatu

masyarakat yang tinggal di kawasan pesisir, masyarakat nelayan mempunyai

karakteristik sosial tersendiri yang berbeda dengan masyarakat yang tinggal di

wilayah daratan. Di beberapa kawasan pesisir yang relatif berkembang pesat,

struktur masyarakatnya bersifat heterogen, memiliki etos kerja yang tinggi,

solidaritas sosial yang kuat terbuka terhadap perubahan dan memiliki karakteristik

interaksi sosial yang mendalam.

Nelayan kecil pada dasarnya berasal dari nelayan tradisional, hanya saja

dengan adanya program modernisasi/motorisasi perahu dan alat tangkap maka

mereka tidak lagi semata-mata mengandalkan perahu tradisional maupun alat


tangkap yang konvensional saja melainkan juga menggunakan diesel atau motor,

sehingga jangkauan wilayah penangkapan agak meluas atau jauh. Jumlah nelayan

kecil di Kelurahan Panggung hanya 23 orang, itupun sebagian besar, sekitar 20

orang dari mereka nelayan tradisional yang mendapat binaan, pemberdayaan dari

Pemerintah Kota Tegal dengan diberikannya pelatihan dan bantuan motor tempel

dan alat tangkap ikan

C. Pemberdayaan Masyarakat Pesisir


III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi

Gambar 1. Gambar Umum Lokasi

Tondonggeu merupakan Kelurahan yang berada di wilayah Kecamatan

Abeli Kota Kendari.Daerah ini memiliki luas wilayah 450 Ha yang terbagi

menjadi tiga lingkungan yaitu lingkungan I, II, III, dengan panjang garis pantai ±

2,50 km.

B. Hasil

Adapun hasil dari wawancara dari praktek lapang sosiologi pembangunan

masyarakat pesisir adalah sebagai berikut:

Nama : Sumina

Usia : 38 tahun

Pendidikan : SMP

Pekerjaan utama : Nelayan

Pekerjaan sampingan : Tidak ada


Tabel 1. Karakteristik Responden
No Parameter Sosial Responden Nelayan
1 Pengalaman kerja sebagai nelayan Selama 19 tahun (Nelayan Tangkap)
tangkap/budidaya
2 Jenis alat tangkap yang digunakan Sero
3 Jenis ikan hasil tangkapan dengan Cumi-cumi,Gurita,Kerapu
menggunakan Alat tangkap yang
digunakan
4 Apakah ada pemberdayaan? Tidak
5 Jenis pemberdayaan Tidak ada
6 Apakah ada bantuan alat tangkap Tidak ada
atau perahu dari pemerintah?
7 Tahun berapa? Tidak ada

Apakah ada bantuan dalam bentuk


modal?
8 Apakah pemberdayaan itu Tidak ada
berkelanjutan?
9 Apakah selalu melakukan interaksi Jarang melakukan interaksi dengan
sosial dengan masyarakat masyarakat sekitar
lingkungan?
10 Apakah pernah mengikuti Iya, pelatihan tentang bantuan alat
pelatihan tentang perikanan? tangkap
11 Apakah pernah mengikuti Tidak
penyuluhan perikanan?
12 Bagaimana tanggapan bapak atau
ibu tentang pembangunan
jembatan, pembangunan ekowisata
manggrove yang ada di
Bungkutoko dan pembangunan
rekreasi yang ada di Nambo?
13 Apakah memberi kontribusi buat Tidak ada, karena tidak dapat
bapak/ibu yang tinggal di sini? bantuan
14 Penerimaan nelayan pada unit Tidak menerima
penangkapan dengan Teknologi
baru/nelayan budidaya semi
intensif
15 Pendapatan nelayan tangkap < Rp. 1.000.000/bulan
16 Sudaha berapa tahun menikmati 2 tahun
pembangunan jalan yang ada di
Tondonggeu?

17 Apakah dalam pembangunan ini Iya, dengan cara gotong royong


masyarakat ikut berpartisipasi?
18 bagaiman dengan kepercaayaan Modal sendiri
masyarakat tondonggeu dalam
pemberian modal ataukah
kepercayaan dalam usaha?
C. Pembahasan

\
VI. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAPORAN PRAKTEK LAPANG
SOSIOLOGI PEMBANGUNAN MASYARAKAT PESISIR

OLEH :

ANGGI SUWANTI
I1A5 16 002

JURUSAN AGRIBISNIS PERIKANAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2019

Anda mungkin juga menyukai