Anda di halaman 1dari 2

hak kepemilikan. Sedangkan pada warisan meliputi wasiat, warisan, hutang piutang, dan hibah.

NOMOR 2
NOMOR 3
Pengaplikasian blockchain dibidang jasa pada layanan hukum perdata

Usecase blockchain pada layanan hukum yang dipilih adalah layanan hukum perdata
dengan fokus penyelesaian masalah untuk peradilan hutang piutang dan sengketa. Hukum
perdata adalah serangkaian ketentuan yang mengatur kepentingan perseorangan (warga
negara) atau badan hukum satu dengan perseorangan maupun badan hukum lainnya yang
saling berinteraksi dalam melindungi hak dan kepentingan perseorangan. Berdasarkan
perkembangan zaman, aplikasi hukum perdata dibagi menjadi 4 yaitu tentang personalia,
kekeluargaan, kekayaan, dan perwarisan. Menurut data pada tahun 2015 yang dihimpun
oleh koalisi peradilan menyatakan kasus perdata yang sampai ke putusan MA menduduki
posisi pertama yaitu sebanyak 42% dari total kasus peradilan (18.402 kasus) dan kasus
perdata umum menjadi komponen terbanyak dari angkat tersebut (CNN, 2016). Kondisi ini
tidak diimbangi dengan jumlah hakim di Mahkamah Agung yaitu seorang hakim perdata
harus menangani 517,07 kasus pertahun sedangkan perkara perdata dalam penyelesaiannya
setidaknya memerlukan waktu 3 bulan (91,33% kasus). Lamanya penyelesaian masalah
mengakibatkan potensi proses peradilan menjadi kurang terstruktur sehingga terdapat
peluang besar untuk menerapkan solusi teknologi blockchain. Sistem blockchain yang
dibangun untuk memudahkan kinerja layanan hukum perdata hutang piutang dan sengketa
dirancang dalam bentuk permissioned blockchain yaitu pengakses sistem terbatas hanya
pada individu maupun lembaga yang telah ditetapkan. Pemilihan bentuk blockchain
demikian meningkatkan peluang keamanan sehingga bug diminimalkan serta privasi dan
data dari pengguna layanan dapat terjaga meskipun terdapat transparasi karena tiap-tiap
pihak yang terlibat dalam sistem memiliki wewenang dan kebebasan akses yang tidak sama
(Gatteschi dkk., 2018). Prinsip kerja dari sistem yang diterapkan yaitu pihak kerditur dan
debitur menyepakati perjanjian hutang yang akan direkam ke dalam platform blockchain
dengan ketentuan sebagaimana pada perjanjian apabila telah terjadi pelanggaran, pihak
yang merasa dirugikan dapat mengajukan laporan sehingga lembaga kepolisian akan
menanggapi kasus. Lembaga kepolisian akan mengakses data-data perkara (yang telah
direkam ke dalam blockchain) guna meninjaklanjuti laporan. Apabila masalah masih
berlanjut sehingga memerlukan peran pengadilan dan bahkan Mahkamah Agung, maka
penyidikan dan pemerikaan data perkara juga akan dikelola dengan bantuan platform
sehingga proses transfer data dan perkara menjadi lebih singkat serta terhindar dari praktik
kecurangan. Setelah putusan didapatkan, jika terdapat sengketa maka perkara akan
diteruskan ke pihak notaris untuk pengurusan surat dan dokumen pembalikan nama atas
objek yang dijaminkan sesuai kaidah perjanjian awal atau jika tidak akan diadili sesuai
ketentuan hukum di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai