Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Praktikum
rekayasa jalan raya
PEMERIKSAAN ASPAL
LABORATORIUM
PERKERASAN
JALAN RAYA
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
Manual
Praktikum
rekayasa jalan raya
PEMERIKSAAN ASPAL
LABORATORIUM
Tim Penyusun :
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, atas berkat rakhmat
dan Hidayah-nya sehingga buku manual pratikum rekayasa jalan raya di Laboratorium Jalan
Raya, Universitas Sriwijaya sehingga tercipta. Manual praktikum rekayasa jalan raya ini
digunakan sebagai pedoman untuk melakukan praktikum perkerasan jalan bagi mahasiswa
teknik sipil Universitas Sriwijaya. Diharapkan dari manual praktikum ini mahasiswa dapat
melakukan praktikum perkerasan jalan.
Kami menyadari bahwa dalam manual praktikum rekayasa jalan raya ini tentunya
memiliki kekurangan-kekurangan dan jauh dari sempurna, oleh karena itu saran dan kritik
yang membangun demi perbaikan di masa yang yang mendatang sangat kami harapkan.
Kami mengharapkan semoga manual praktikum ini dapat bermanfaat dan berguna
baik terhadap kami sendiri maupun pihak-pihak yang menggunakannya. Semoga Allah
senantiasa melimpahkan rakhmat dan kasih sayang-Nya kepada kita semua.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
PEMERIKSAAN ASPAL
Penetrasi Bahan-Bahan Bitumen
(Penetration of Bituminous Materials)
ii
PENETRASI BAHAN-BAHAN BITUMEN
(Penetration of Bituminous Materials)
1. Tujuan Umum
Praktikum ini memberikan pengertian dan kemampuan dasar kepada mahasiswa untuk dapat
menentukan nilai penetrasi bahan Bitumen sebagai salah satu parameter karakteristik utama
bahan bitumen.
2. Terminologi
3. Teori Dasar
Bahan bitumen adalah material termoplastik yang secara bertahap mencair, sesuai dengan
pertambahan suhu dan berlaku sebaliknya pada pengurangan suhu. Namun demikian perilaku/
respon material bahan bitumen tersebut terhadap suhu pada prinsipnya membentuk suatu
spektrum/ beragam, tergantung dari komposisi unsur-unsur penyusunnya.
Dari sudut pandang rekayasa (engineering), ragam dari komposisi unsur penyusun bahan
bitumen biasanya tidak ditinjau lebih lanjut, untuk menggambarkan karakteristik ragam
respon material bahan bitumen tersebut diperkenalkan beberapa paramater, yang salah
satunya adalah nilai PEN (Penetrasi). Nilai ini menggambarkan kekerasan bahan bitumen
pada suhu standar 250C, yang diambil dari pengukuran kedalaman penetrasi jarum standar,
dengan beban standar (50 gr/ 100 gr), dalam rentang waktu yang juga standar (5 detik).
British Standard (BSI) membagi nilai penetrasi tersebut menjadi 10 macam, dengan rentang
nilai PEN 15 s/d 450, sedangkan AASHTO mendefinisikan nilai PEN 40-50 sebagai nilai
PEN untuk material bahan bitumen terkeras dan PEN 200-300 untuk material bahan bitumen
terlembek/ terlunak.
1. Alat penetrasi yang dapat menggerakkan pemegang jarum naik turun tanpa gesekan dan
dapat mengukur penetrasi sampai 0,1 mm.
2. Pemegang jarum seberat (47,5 0,05) gr yang dapat dilepas dengan mudah dari alat
penetrasi untuk peneraan.
3. Pemberat sebesar (50 0,05) gr dan (100 0,05) gr masing-masing dipergunakan untuk
pengukuran penetrasi dengan beban 100 gr dan 200 gr.
4. Jarum penetrasi dibuat dari stainless steel mutu 44 oC, atau HRC 54 sampai 60. Ujung
jarum harus berbentuk kerucut terpancung.
5. Cawan contoh terbuat dari logam atau gelas berbentuk silinder dengan dasar yang rata-
rata berukuran sebagai berikut :
6. Bak perendam (waterbath), terdiri dari bejana dengan isi tidak kurang dari 10 liter dan
dapat menahan suhu tertentu dengan ketelitian lebih kurang 0,1 oC. Bejana dilengkapi
dengan pelat dasar berlubang-lubang, terletak 50 mm di atas dasar bejana dan tidak
kurang dari 100 mm di atas dasar bejana dan tidak kurang dari 100 mm di bawah
permukaan air dalam bejana.
7. Tempat air untuk benda uji ditempatkan di bawah alat penetrasi.
8. Tempat tersebut mempunyai isi tidak kurang dari 350 ml, dan tinggi yang cukup untuk
merendam benda uji tanpa bergerak.
9. Pengukur waktu
10. Untuk pengukuran penetrasi dengan tangan diperlukan stop watch dengan skala
pembagian terkecil 0,1 detik atau kurang dan kesalahan tertinggi 0,1 detik per detik.
Untuk pengukuran penetrasi dengan alat otomatis, kesalahan alat tersebut tidak boleh
melebihi 0,1 detik.
11. Termometer
• Panaskan contoh perlahan-lahan serta aduklah hingga cukup cair untuk dapat
dituangkan. Pemanasan contoh untuk ter tidak lebih dari 60oC di atas titik lembek, dan
untuk bitumen tidak lebih dari 90oC di atas titik lembek. Waktu pemanasan tidak boleh
melebihi 30 menit. Aduklah perlahan-lahan agar udara tidak masuk ke dalam contoh.
• Setelah contoh cair merata, tuangkan kedalam tempat contoh dan diamkan hingga
dingin. Tinggi contoh dalam tempat tersebut tidak kurang dari angka penetrasi ditambah
10 mm. Buatlah dua benda uji (duplo).
• Tutuplah benda uji agar bebas dari debu dan diamkan pada suhu ruang selama 1 sampai
1,5 jam untuk benda uji kecil dan 1,5 sampai 2 jam untuk yang besar.
Gambar 1
Alat Penetrasi
• Letakkan benda uji dalam tempat air yang kecil dan masukkan tempat air tersebut ke
dalam bak perendam yang telah berada pada suhu yang ditentukan. Diamkan dalam bak
tersebut selama 1 sampai 1,5 jam untuk benda uji kecil dan 1,5 sampai 2 jam utnuk
benda uji besar.
• Periksalah pemegang jarum agar jarum dapat dipasang dengan baik dan bersihkan jarum
penetrasi dengan toluene atau pelarut lain kemudian keringkan jarum tersebut dengan
lap bersih dan pasanglah jarum pada pemegang jarum.
• Letakkan pemberat 50 gram diatas jarum untuk memperoleh beban sebesar (100 0,1)
gram.
• Pindahkan tempat air dari bak perendam ke bawah alat penetrasi.
• Turunkan jarum perlahan-lahan sehingga jarum tersebut menyentuh permukaan benda
uji. Kemudian aturlah angka 0 di arloji penetrometer sehingga jarum penunjuk berimpit
dengannya.
• Lepaskan pemegang jarum dan serentak jalankan stopwatch selama jangka waktu (5
0,1) detik.
• Putarlah arloji penetrometer dan bacalah angka penetrasi yang berimpit dengan jarum
penunjuk. Bulatkan hingga angka 0,1 mm terdekat.
• Lepaskan jarum dari pemegang jarum dan siapkan alat penetrasi untuk perkerjaan
berikutnya.
• Lakukan pekerjaan diatas tidak kurang dari 3 kali untuk benda uji yang sama, dengan
ketentuan setiap titik pemeriksaan dan tepi dinding berjarak lebih dari 1 cm.
5. Diskusi
Nilai penetrasi sangat sensitif terhadap suhu. Pengukuran di atas suhu kamar akan
menghasilkan nilai yang berbeda. Variasi suhu terhadap nilai penetrasi dapat disusun
sedemikian rupa hingga dihasilkan grafik hubungan antara suhu dan nilai penetrasi.
Penetration Index dapat ditentukan dari grafik tersebut.
6. Daftar Pustaka
85 85
1. Pengamat 1
2. Pengamat 2 88 84
3. Pengamat 3 86 84
81 82
4. Pengamat 4
5. Pengamat 5 87 87
Anggota :
1. AGUS FELANI (03111001099) Persetujuan Asisten :
2. AISYAH SEPTRIANA (03111001055) tanda tangan,
3. ALEXS CANDRA SIREGA (03111001030)
4. ALRIE MAHENDRA (03111001050)
5. ALVIN PRIATAMA (03111001011)
6. ALVINO YOTAMA (03111001008)
7. ANDRE RACHMANA (03111001054) (Okki Wahyuni Larasati)
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan berat jenis bitumen keras dan ter dengan
piknometer.
Sedangkan sasaran praktikum ini adalah agar mahasiswa mampu :
• melakukan sendiri pemeriksaan dengan menggunakan alat piknometer dengan benar;
• menentukan nilai berat jenis bitumen dan ter.
2. Terminologi
Bitumen Keras : adalah bitumen yang berbentuk padat pada saat keadaan
penyimpanan (suhu ruang);
Ter : material yang mirip dengan bitumen hanya saja merupakan hasil
proses penyulingan dari batu bara;
Nilai penetrasi bitumen : nilai yang menyatakan derajat kekerasan bitumen. Umumnya
dipakai pada bitumen jenis penetration grade bitumen;
Cutback grades bitumen : jenis bitumen yang sudah berbentuk cair karena telah dicampur
dengan bahan pencair yang mudah menguap seperti bensin,
solar dan minyak tanah.
3. Teori Dasar
Berat jenis bitumen atau ter adalah perbandingan antara berat bitumen atau ter terhadap berat
air suling dengan isi yang sama pada suhu tertentu, yaitu dilakukan dengan cara
menggantikan berat air dengan berat bitumen dan/atau ter dalam wadah yang sama (yang
sudah diketahui volumenya berdasarkan konversi berat jenis air sama dengan satu).
Berat jenis dari bitumen sangat tergantung pada nilai penetrasi dan suhu dari bitumen itu
sendiri. Macam-macam berat jenis bitumen dan kisaran nilainya adalah sebagai berikut :
• Penetration grade bitumen dengan berat jenis antara 1.010 (untuk bitumen dengan
penetrasi 300) sampai dengan 1.040 (untuk bitumen dengan penetrasi 25);
• Bitumen yang telah teroksidasi (oxidized bitumen) dengan berat jenis berkisar antara
1.015 sampai dengan 1.035;
• Hard grades bitumen dengan berat jenis berkisar antara 1.045 sampai dengan 1.065
• Cutback grades bitumen dengan berat jenis berkisar antara 0.992 sampai dengan 1.007
• Termometer;
• Bak perendam yang dilengkapi pengatur suhu dengan ketelitian (25 0.1)° C
• Piknometer (lihat Gambar 1);
Gambar 1 Piknometer
• Panaskan contoh bitumen keras sejumlah 50 gram, sampai menjadi ciar dan aduklah untuk
mencegah pemanasan setempat. Pemanasan tidak boleh lebih dari 30 menit pada suhu 56°
C di atas titik lembek;
• Tuangkan contoh tersebut ke dalam piknometer yang telah kering hingga terisi ¾ bagian.
4.3 Pengujian
• Isilah bejana dengan air suling sehingga diperkirakan bagian atas piknometer yang
terendam adalah 40 mm. Kemudian rendam dan jepitlah bejana tersebut dalam bak
perendam sehingga terendam sekurang-kurangnya 100 mm;
• Aturlah suhu bak perendam pada suhu 25° C;
• Bersihkan, keringkan dan timbanglah piknometer dengan ketelitian 1 mg (A);
• Angkatlah bejana dari bak perendam dan isilah piknometer dengan air suling kemudian
tutuplah piknometer tanpa ditekan;
• Letakkan piknometer ke dalam bejana dan tekanlah penutup hingga rapat, kembalikan
bejana berisi piknometer ke dalam bak perendam. Diamkan bejana tersebut di dalam bak
Laporkan berat jenis bitumen keras atau ter sampai tiga angka di belakang koma.
5. Diskusi
Mencari berat jenis dapat dilakukan dengan melakukan perbandingan berat antara berat yang
diukur dengan berat benda tersebut di dalam air. Perlu dibedakan antara berat volume dengan
berat jenis. Berat volume adalah dengan melakukan perbandingan langsung antara berat
dengan volume yang bersangkutan. Pengukuran ini sangat mudah dilakukan pada material
yang padat dan solid. Untuk material cair cara ini cukup sulit, sehingga diperlukan pendekatan
lain.
Besaran berat jenis salah satunya digunakan dalam desain perencanaan campuran aspal dan
agregat.
Penentuan berat jenis suatu material sebenarnya bisa secara dilakukan secara kualitatif dengan
visualisasi, yaitu dengan cara membandingkannya dengan berat jenis air. Berat jenis material
yang lebih kecil dari satu biasanya mengapung, berat jenis material yang sama dengan satu
akan melayang di dalam air dan berat jenis material yang lebih dari satu akan tenggelam di
dalam air. Tetapi cara ini hanya bisa dilakukan dengan material yang ‘suka air’ (hidrophilic).
Akan halnya material yang ‘takut air’ (hidrophobic), hal ini tidak bisa dilakukan. Untuk
material seperti ini, harus dicari media lain sebagai pembanding, misalnya minyak tanah.
6. Daftar Pustaka
Sampel I Sampel II
Berat piknometer + air = ...............................g = 143.185 .g
Berat piknometer = ...............................g = 44.781 .g
Berat air/Isi piknometer = ...............................g = 98.404 g
Catatan : ...................................................................................................................
...................................................................................................................
Anggota :
1. AGUS FELANI (03111001099) Persetujuan Asisten :
2. AISYAH SEPTRIANA (03111001055) tanda tangan,
3. ALEXS CANDRA SIREGA (03111001030)
4. ALRIE MAHENDRA (03111001050)
5. ALVIN PRIATAMA (03111001011)
6. ALVINO YOTAMA (03111001008)
7. ANDRE RACHMANA (03111001054) (Okki Wahyuni Larasati)
1. Tujuan Umum
Praktikum ini memberikan pengertian dan kemampuan dasar kepada mahasiswa untuk dapat
menentukan nilai/ suhu titik lembek aspal.
2. Terminologi
Duplo : Istilah yang menyatakan bahwa sampel yang di uji adalah ganda dan
dipersiapkan, dibuat dan dijaga pada kondisi yang sama
Ring & Ball : Istilah umum yang digunakan untuk menyatakan jenis praktikum ini
(pemeriksaan titik lembek aspal dan ter), karena peralatan utama yang
digunakan adalah seperangkat cincin kuningan dan bola baja.
3. Teori Dasar
Aspal adalah material termoplastik yang secara bertahap mencair, sesuai dengan pertambahan
suhu dan berlaku sebaliknya pada pengurangan suhu. Namun demikian perilaku/ respon
material aspal tersebut terhadap suhu pada prinsipnya membentuk suatu spektrum/ beragam,
tergantung dari komposisi unsur-unsur penyusunnya.
Percobaan ini diciptakan karena pelembekan (softening) bahan-bahan aspal dan ter, tidak
terjadi secara sekejap pada suhu tertentu, tapi lebih merupakan perubahan gradual seiring
penambahan suhu. Oleh sebab itu, setiap prosedur yang dipergunakan/ di-adopt untuk
menentukan titik lembek aspal atau ter, hendaknya mengikuti sifat dasar tersebut, artinya
penambahan suhu pada percobaan hendaknya berlangsung secara gradual dalam jenjang yang
halus.
Metoda Ring and Ball yang umumnya diterapkan pada bahan aspal dan ter ini, dapat
mengukur titk lembek bahan semisolid sampai solid.
1. Cincin kuningan
2. Bola baja, diameter 9,53 mm berat 3,45 gr sampai 3,55 gr
3. Dudukan benda uji, lengkap dengan pengarah bola baja dan plat dasar yang mempunyai
jarak tertentu.
4. Bejana gelas tahan pemanasan mendadak diameter dalam 8,5 cm dengan tinggi dan
tinggi + 12 cm.
5. Thermometer.
6. Penjepit
7. Alat pengarah bola
Gambar 1
Alat Masak
termometer
sampel
Pelat besi
Gambar 2
Bejana Gelas Tahan Panas dan Alat “Ring and Ball”
• Panaskan contoh aspal perlahan -lahan sambil diaduk terus menerus hingga cair merata.
Pemanasan dan pengadukan dilakukan perlahan-lahan agar gelembung-gelembung
udara cepat keluar.
• Setelah cair merata tuanglah contoh kedalam dua buah cincin. Suhu pemanasan aspal
tidak melebihi 56oC diatas titik lembeknya dan untuk aspal tidak melebihi 111 oC diatas
titik lembeknya.
• Panaskan 2 buah cincin sampai mencapai suhu tuang contoh, dan letakan kedua cincin
diatas pelat kuningan yang telah diberi lapisan dari campuran talk dan sabun.
• Tuang contoh kedalam 2 buah cincin, diamkan pada suhu kurang-kurangnya 8oC
dibawah titik lembeknya sekurang-kurangnya 30 menit.
• Setelah dingin, ratakan permukaan contoh dalam cincin dengan pisau yang telah
dipanaskan.
• Pasang dan aturlah kedua benda uji diatas kedudukan dan letakkan pengarah bola
diatasnya. Kemudian masukan seluruh peralatan tersebut kedalam bejana gelas.
• Isilah bejana dengan air suling baru, dengan suhu (5 ± 1) oC sehingga tinggi permukaan
air berkisar antara 101,6 sampai 108 mm.
• Letakkan termometer yang sesuai untuk pekerjaan ini diantara kedua benda uji (kurang
lebih dari 12,7 mm dari tiap cincin).
• Periksalah dan aturlah jarak antara permukaan pelat dasar benda uji sehingga menjadi
25,4 mm.
• Letakkan bola-bola baja yang bersuhu 5oC diatas dan ditengah permukaan masing-
masing benda uji yang bersuhu 5oC menggunakan penjepit dengan memasang kembali
pengarah bola.
• Panaskan bejana sehingga kenaikan suhu menjadi 5 oC permenit. Kecepatan pemanasan
rata-rata dari awal dan akhir pekerjaan ini. Untuk 3 menit pertama perbedaan kecepatan
pemanasan tidak boleh melebihi 0,5oC.
Laporkan suhu pada saat setiap bola menyentuh pelat dasar. Laporkan suhu titik lembek
bahan bersangkutan dari hasil pengamatan rata-rata dan bulatkan sampai 0,5oC terdekat untuk
tiap percobaan ganda (duplo)
Catatan
5. Diskusi
Titik lembek adalah besarnya suhu dimana aspal mencapai derajat kelembekan(mulai
meleleh) dibawah kondisi spesifik dari tes.
Untuk aspal keras, besarnya titik lembek dihitung berdasarkan tes ring and ball (Ring and Ball
Apparaturs).
Berdasarkan tes/apparatus yang ada disimpulkan bahwa pengujian titik lembek banyak
dipengaruhi oleh :
Spesifikasi Bina Marga tentang titik lembek untuk aspal keras Pen 40 (Ring And Ball Test)
adalah 51oC ( minimum ) dan 63oC ( maksimum ), sedangkan untuk Pen 60 adalah minimum
48oC dan maksimum 58oC. Hasil pengujian titik lembek adalah 47oC, dengan demikian tidak
memenuhi standar yang ditetapkan.
Syarat :
Contoh :
• menentukan Modulus bahan aspal dengan menggunakan nomogram Van Der Poel
• menentukan sifat kelelahan dari lapisan aspal dan agregat
6. Daftar Pustaka
Anggota :
1. AGUS FELANI (03111001099) Persetujuan Asisten :
2. AISYAH SEPTRIANA (03111001055) tanda tangan,
3. ALEXS CANDRA SIREGA (03111001030)
4. ALRIE MAHENDRA (03111001050)
5. ALVIN PRIATAMA (03111001011)
6. ALVINO YOTAMA (03111001008)
7. ANDRE RACHMANA (03111001054) (Okki Wahyuni Larasati)
Praktikum ini memberikan pengertian dan kemampuan dasar kepada mahasiswa untuk dapat
menentukan nilai/ suhu titik nyala dan titik bakar aspal.
Setelah selesai melakukan praktikum ini, diharapkan mahasiswa:
• mengerti prosedur pengujian secara esensial
• mampu mengukur/ menentukan nilai/ suhu titik nyala dan titik bakar aspal
2. Terminologi
Duplo : Istilah yang menyatakan bahwa sampel yang di uji adalah ganda dan
dipersiapkan, dibuat dan dijaga pada kondisi yang sama
Pilot : Pemancing terjadinya nyala api (flash point), berupa titik api yang
digerak-gerakkan diatas sampel yang dipanaskan, pada suhu mendekati
nilai titik nyala api
Bunsen : Alat pengatur nyala api yang berfungsi sebagai pengatur laju
pemanasan, terutama menjelang dicapainya suhu titik nyala
Aspal cair : Aspal dalam bentuk cair, yang didapatkan dengan cara
mengembalikannya pada bentuk semula, sebelum kehilangan unsur
pencairnya (minyak). Pengembalian bentuk tersebut dilakukan dengan
mencampurkan kembali aspal padat dengan unsur yang dihilangkan
pada proses penyulingan minyak bumi mentah (crude oil). Unsur
tersebut dapat berupa: 1. Bensin
2. Minyak tanah
3. Minyak solar
Pemilihan campuran disesuaikan dengan sifat aspal cair yang ingin
didapatkan. Makin tinggi potensi penguapan dari unsur pencampur,
makin cepat aspal cair tersebut kembali menjadi bersifat padat.
3. Teori Dasar
Terdapat dua metoda praktikum yang umum dipakai untuk menentukan titik nyala dari bahan
aspal. Praktikum untuk Aspal Cair (Cutback) biasanya dilakukan dengan menggunakan alat
Tagliabue Open Cup, sementara untuk bahan aspal dalam bentuk padat biasanya digunakan
alat Cleveland Open Cup. Kedua metode tersebut pada prinsipnya adalah sama, walau pada
metode Cleveland Open Cup, bahan aspal dipanaskan di dalam tempat besi yang direndam
didalam bejana air, sedangkan pada metode Tagliabue Open Cup, pemanasan dilakukan pada
tabung kaca yang juga diletakkan di dalam air.
Pada kedua metode tersebut, suhu dari material aspal ditingkatkan secara bertahap pada
jenjang yang tetap. Seiring kenaikan suhu, titik api kecil dilewatkan diatas permukaan sampel
AS-04 Titik Nyala dan Titik Bakar menggunakan Cleveland Open Cup halaman 1 dari 5
Praktikum Bahan Perkerasan Jalan
yang dipanaskan tersebut. Titik Nyala ditentukan sebagai suhu terendah dimana percikan api
pertama kali terjadi sedangkan Titik Bakar ditentukan sebagai suhu dimana sampel terbakar
Gambar 1
Cleveland Open Cup
• Panaskan contoh aspal antara 148,9oC sampai 176oC sampai cukup cair.
• Kemudian isikan cawan cleveland sampai garis dan hilangkan (pecahkan) gelembung
udara yang ada pada permukaan cairan.
AS-04 Titik Nyala dan Titik Bakar menggunakan Cleveland Open Cup halaman 2 dari 5
Praktikum Bahan Perkerasan Jalan
• Letakkan cawan diatas kompor pemanas tetap dibawah titik tengah cawan.
• Letakkan nyala penguji dengan poros pada jarak 7,5 cm dari titik tengah cawan.
• Pasanglah thermometer, nyalakan kompor dan atur pemanasan sehingga kenaikan suhu
adalah 15oC tiap menit sampai mencapai suhu 56oC dibawah titik nyala yang
diperkirakan untuk selanjutnya kenaikan suhu 5oC sampai 6oC/menit.
• Tepatkan penahan angin di depan nyala penguji.
• Nyalakan sumber pemanas dan aturlah pemanas sehingga kenaikan suhu menjadi (15 ±
1) permenit sampai benda uji mencapai 56oC dibawah titik nyala perkiraan.
• Kemudian aturlah kecepatan pemanasan 5o sampai 6oC permenit pada suhu antara 56oC
dan 28oC di bawah titik perkiraan.
• Nyalakan nyala penguji dan aturlah agar diameter nyala penguji tersebut menjadi 3,2
sampai 4,8 mm.
• Putarlah nyala penguji sehingga melalui permukaan cawan (dari tepi ke tepi cawan)
dalam satu detik. Ulangi pekerjaan tersebut setiap kenaikan 2oC.
• Lanjutkan pekerjaan diatas sampai terlihat nyala singkat pada suatu titik diatas
permukaan benda uji.
• Bacalah suhu pada termometer dan catat.
• Lanjutkan pekerjaan pembacaan suhu sampai terlihat nyala yang agak lama sekurang-
kurangnya 5 detik diatas permukaan benda uji. Bacalah suhu pada termometer dan catat.
Laporkan hasil rata-rata pemeriksaan ganda (duplo) sebagai titik nyala benda uji, dengan
toleransi sebagai berikut:
Titik Nyala dan Titik Bakar Ulangan oleh Satu Orang Ulangan oleh Beberapa
dengan Satu Alat Orang dengan Satu Alat
Titik Nyala 175oF sampai 5 oF (2oC) 10 oF (5,5oC)
550oF
Titik Bakar lebih dari 10 oF (5,5oC) 15 oF (8oC)
Catatan
5. Diskusi
Dari pengujian yang telah dilakukan, temperatur titik nyala adalah 344 oC dan titik bakar
adalah 354 oC yang berarti memenuhi syarat minimum temperatur titik nyala oleh Bina Marga
untuk aspal PEN 40-60( 200 oC ). Titik nyala dan titik bakar aspal perlu diketahui karena :
AS-04 Titik Nyala dan Titik Bakar menggunakan Cleveland Open Cup halaman 3 dari 5
Praktikum Bahan Perkerasan Jalan
• agar karakteristik aspal tidak berubah (rusak) akibat dipanaskan melebihi temperatur
titik bakar.
Untuk mendapatkan temperatur titik nyala dan titik bakar yang akurat, perlu diperhatikan
dalam pengujiannya sebagai berikut :
• tersedianya pelindung angin yang menjaga nyala api dari hembusan angin.
• kecepatan pemanasan dengan menggunakan Bunsen ( pengatur besar kecilnya api )
• pemberian api pemancing (pilot) dilakukan menjelang temperatur mendekati titik nyala
perkiraan dengan memperhatikan :
• cahaya ruangan diatur sedemikian rupa sehingga nyala api pilot dan nyala api pertama
(pijaran api pertama terputus-putus dalam kurun waktu 5 detik) dapat terlihat jelas
(dapat juga dilakukan diruangan gelap ).
• termometer harus bersih dan skalanya terbaca jelas, diupayakan memakai bantuan kaca
pembesar dalam pembacaannya.
6. Daftar Pustaka
AS-04 Titik Nyala dan Titik Bakar menggunakan Cleveland Open Cup halaman 4 dari 5
Praktikum Bahan Perkerasan Jalan
o o
No. C di bawah titik nyala Waktu C Titik Nyala
1. 56 304
2. 51 309
3. 46 1’ 22’’ 314
4. 41 2’ 26’’ 319
5. 36 3’ 34’’ 324
6. 31 4’ 30’’ 329
7. 26 6’ 15’’ 334
8. 21 7’ 50’’ 339
9. 16 10’ 10’’ 344 Titik Nyala
10. 11 11’ 54’’ 349
11. 6 14’ 12’’ 354 Titik Bakar
12. 1 359
Catatan : ................................................................................................................................
Anggota :
1. AGUS FELANI (03111001099) Persetujuan Asisten :
2. AISYAH SEPTRIANA (03111001055) tanda tangan,
3. ALEXS CANDRA SIREGA (03111001030)
4. ALRIE MAHENDRA (03111001050)
5. ALVIN PRIATAMA (03111001011)
6. ALVINO YOTAMA (03111001008)
7. ANDRE RACHMANA (03111001054) (Okki Wahyuni Larasati)
AS-04 Titik Nyala dan Titik Bakar menggunakan Cleveland Open Cup halaman 5 dari 5
DAKTILITAS BAHAN-BAHAN BITUMEN
(Ductility of Bituminous Materials)
Pemeriksanaan ini bertujuan untuk menguji kekuatan tarik bahan bitumen dengan cara
mengukur jarak terpanjang yang dapat ditarik antara dua cetakan yang berisi bitumen keras
sebelum putus, pada suhu dan kecepatan tarik tertentu.
Sedangkan sasaran praktikum ini adalah agar mahasiswa mampu :
• menyiapkan bahan bitumen pada cetakan daktilitas.
• menjalankan dan mengerti mesin uji daktilitas dengan benar
• menentukan harga daktilitas dengan tepat.
2. Terminologi
• Kekuatan tarik : salah satu sifat bahan yang menyatakan besarnya kekuatan bahan
tersebut dalam menahan gaya tarik (tensile stress). Biasanya
dinyatakan dalam kN atau kg.
• Bitumen keras : bitumen yang berbentuk padat pada saat keadaan penyimpanan (suhu
ruang)
3. Teori Dasar
Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara mengukur jarak terpanjang yang dapat terbentuk dari
bahan bitumen pada 2 cetakan kuningan, akibat penarikan dengan mesin uji, sebelum bahan
bitumen tersebut putus. Pemeriksaan ini dilakukan pada suhu 25 0.5° C dan dengan
kecepatan tarik mesin 50 mm per menit (dengan toleransi 5%).
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui salah satu sifat mekanik bahan bitumen yaitu
seberapa besar bahan ini menahan kekuatan tarik yang diwujudkan dalam bentuk
kemampuannya untuk memenuhi syarat jarak tertentu (dalam pemeriksaan ini adalah 100 cm)
tanpa putus. Apabila bahan bitumen tidak putus setelah melewati jarak 100 cm, maka
dianggap bahan ini mempunyai kemampuan untuk menahan kekuatan tarik yang tinggi.
Gambar 1
Cetakan Kuningan
Gambar 2
Mesin Pengujian Daktilitas Bahan Bitumen
• Sampel didiamkan pada suhu 25° C dalam bak perendam selama 85 sampai 95 menit,
kemudian lepaskan cetakan sampel dari alasnya dan lepaskan bagian samping dari
cetakan;
• Pasang cetakan daktilitas yang telah terisi sampel pada alat mesin uji dan jalankan mesin
uji sehingga akan menarik sampel secara teratur dengan kecepatan 5 cm/menit sampai
sampel putus. Perbedaan kecepatan 5% masih diijinkan;
• Bacalah jarak antara pemegang cetakan, pada saat sampel putus (dalam cm). Selama
percobaan berlangsung sampel harus terendam sekurang-kurangnya 2.5 cm di bawah
permukaan air dan suhu harus dipertahankan tetap (25 0.5)° C.
Laporkan hasil rata-rata dari tiga sampel normal sebagai harga daktilitas contoh.
5. Diskusi
Pada saat pengujian, apabila sampel menyentuh dasar mesin uji atau terapung pada
permukaan air maka pengujian dianggap gagal tidak normal. Untuk menghindari hal semacam
itu maka berat jenis air harus disesuaikan dengan berat jenis sampel dengan menambahkan
methyl alkohol atau sodium klorida. Apabila pemeriksaan normal tidak berhasil setelah
dilakukan 3 kali, maka dilaporkan bahwa pengujian daktilitas bahan bitumen tersebut gagal.
Mesin uji biasanya mempunyai alat ukur sampai dengan 100 cm. Hal yang sering terjadi
dalam pemeriksaan daktilitas adalah bahwa jarak penarikan sampel umumnya selalu di atas
100 cm yang menunjukkan bahwa sampel ini mempunyai daktilitas tinggi. Permasalahan
yang timbul adalah akibat keterbatasan mesin uji dalam mengukur jarak putus sampel, kita
tidak mengetahui seberapa besar kekuatan tarik yang dapat dipikul oleh sampel. Oleh karena
itu, masih diperlukan jenis pemeriksaan lain yang dapat mengukur kekuatan tarik bahan
bitumen ini, tidak hanya dengan mengukur panjang putus sampel tapi juga dengan mengukur
kekuatan tarik maksimum yang dapat dipikul oleh bahan bitumen.
6. Daftar Pustaka
Pengamatan I . 107 cm .
Pengamatan II . 110 cm .
Rata-rata . 109.7 cm .
Catatan : ......................................................................................................................
.......................................................................................................................
Anggota :
1. AGUS FELANI (03111001099) Persetujuan Asisten :
2. AISYAH SEPTRIANA (03111001055) tanda tangan,
3. ALEXS CANDRA SIREGA (03111001030)
4. ALRIE MAHENDRA (03111001050)
5. ALVIN PRIATAMA (03111001011)
6. ALVINO YOTAMA (03111001008)
7. ANDRE RACHMANA (03111001054) (Okki Wahyuni Larasati)
Praktikum ini bertujuan untuk menentukan viskositas bitumen keras (dengan menggunakan
alat Saybolt) maupun bitumen cair (dengan menggunakan alat Engler).
2. Terminologi
3. Teori Dasar
Tingkatan material bitumen dan suhu yang digunakan sangat tergantung pada kekentalannya.
Kekentalan bitumen sangat bervariasi terhadap suhu, dari tingkatan padat, encer sampai
tingkat cair. Hubungan antara kekentalan dan suhu adalah sangat penting dalam perencanaan
dan penggunaan material bitumen. Kekentalan akan berkurang (dalam hal ini bitumen
menjadi lebih encer) ketika suhu meningkat.
Kekentalan absolut atau kekentalan dinamik dinyatakan dalam satuan Pa detik atau poises (1
poise = 0.1 Pa detik). Viskositas kinematik dinyatakan dalam satuan cm 2/detik dan stokes atau
centistokes (1 stokes = 100 centistokes = 1 cm 2/detik). Karena kekentalan kinematik sama
dengan kekentalan absolut dibagi dengan berat jenis (kira-kira 1 cm2/detik untuk bitumen),
kekentalan absolut dan kekentalan kinematik mempunyai harga yang relatif sama apabila
kedua-duanya dinyatakan masing-masing dalam poises dan stokes.
Pada praktikum ini, kekentalan/viskositas absolut dinyatakan oleh waktu menetes (dalam
detik) yang diperlukan oleh 120 ml sampel untuk melalui suatu lubang yang telah dikalibrasi,
diukur di bawah kondisi tertentu. Waktu ini kemudian dikoreksi dengan suatu koefisien
tertentu dan selanjutnya dilaporkan sebagai nilai viskositas dari sampel tersebut pada suhu
tertentu. Sedangkan viskositas kinematik dinyatakan oleh waktu yang dibutuhkan oleh
bitumen cair dengan suhu 60° C untuk mengisi penuhnya labu gelas.
Selanjutnya pada modul ini, uraian mengenai teknis pengujian kedua jenis viskositas di atas
akan disajikan secara terpisah.
• Saybolt viscosimeter dan bak perendam, seperti yang terlihat pada Gambar 1;
• Penyumbat lubang tabung viscosimeter;
• Dudukan atau penyangga termometer;
• Termometer untuk viskositas Saybolt (lihat Tabel 1);
• Termometer untuk bak perendam;
• Saringan dengan ukuran saringan no. 100;
• Labu penampung;
• Alat pencatat waktu dengan interval 0.1 detik dan mempunyai ketelitian hingga 0.1% bila
diuji dengan menggunakan interval 60 menit;
• Lubang universal, digunakan untuk bahan yang mempunyai kekentalan (32 – 1000) detik;
• Lubang furol, digunakan untuk bahan yang mempunyai kekentalan yang lebih besar dari
25 detik
Gambar 1
Alat Viskositas Saybolt
Tabel 1
Termometer Kekentalan Saybolt ASTM
Tabel 2
Kekentalan Saybolt Oli Standar
• Waktu alir dari viskositas oli standar seharusnya sama dengan waktu alir dari viskositas
Saybolt. Jika waktu alir tersebut berbeda lebih dari 0.2%, hitung faktor koreksi, F, dengan
cara sebagai berikut :
F=V/t
• Gunakan faktor koreksi untuk kekentalan pada berbagai suhu apabila kalibrasi alat
viscosimeter menggunakan oli standard yang mempunyai waktu alir antara 200 – 600
detik;
• Gunakan ujung lubang universal untuk oli dan contoh yang mempunyai waktu alir lebih
besar dari 32 detik. Cairan dengan waktu alir yang lebih besar dari 1000 detik tidak cocok
diuji dengan menggunakan lubang ini;
• Gunakan ujung lubang furol untuk oli dan contoh yang mempunyai waktu alir lebih besar
dari 25 detik;
• Bersihkan seluruh viscosimeter dengan cairan pelarut seperti premium, kemudian buang
dan keringkan viscosimeter sampai semua cairan pelarut tidak ada di dalam viscosimeter;
• Dengan cara yang sama, bersihkan labu penampung;
• Tempatkan viscosimeter dan bak perendam di tempat yang perubahan suhu ruangnya kecil
dan yang bebas dari uap air atau debu;
• Sumbat bagian bawah viscosimeter dengan rapat dan kuat menggunakan gabus penutup;
Tabel 3
Media bak perendam yang disarankan
Suhu Pengujian Media Bak Perendam yang Perbedaan Suhu Fungsi Kontrol Suhu
Standard Disarankan Maksimum* Bak Perendam
(° C) (° C) (° C)
21.1 Air 0.05 0.05
25.0 Air 0.05 0.05
37.8 Air atau oli dengan viskositas 50 0.15 0.05
sampai 70 SUS pada 37.8° C
50.0 Air atau oli dengan viskositas 120 0.20 0.05
sampai 150 SUS pada 37.8° C
54.4 Air atau oli dengan viskositas 120 0.30 0.05
sampai 150 SUS pada 37.8° C
60.0 Air atau oli dengan viskositas 120 0.50 0.05
sampai 150 SUS pada 37.8° C
82.2 Air atau oli dengan viskositas 300
0.80 0.05
sampai 370 SUS pada 37.8° C
98.9 Oli dengan viskositas 300 sampai
1.10 0.05
370 SUS pada 37.8° C
* Perbedaan suhu maksimum yang diperbolehkan antara bak perendam dan sampel pada saat pengujian
• Jika suhu pengujian yang dipilih berada di atas suhu kamar, pengujian bisa dipercepat
dengan cara pemanasan contoh sampai mencapai suhu yang tidak lebih dari 1.7° C di atas
suhu pengujian;
• Aduk contoh hingga merata kemudian saring contoh melalui saringan dan langsung
masukan ke tabung viscosimeter sampai pinggir atas tabung viscosimeter;
• Aduk contoh dalam viscosimeter dengan termometer viscosimeter yang telah dilengkapi
penyangga dengan kecepatan 30 – 50 putaran per menit. Apabila suhu contoh tetap
konstan dengan toleransi 0.05° C dari suhu pengujian selama pengadukan 1 menit, angkat
termometernya;
• Ambil contoh yang berlebihan dengan penyedot sampai batas over flow;
• Cabut gabus dari viscosimeter dan mulai nyalakan pencatat waktu saat contoh menyentuh
dasar labu;
• Matikan pencatat waktu apabila contoh tepat pada batas 60 ml labu viscosimeter;
• Catat waktu alir (t) dalam detik sampai 0.1 detik terdekat;
• Tutup lubang viscosimeter dengan alat penyumbat.
4.6 Perhitungan
Dimana :
SFS = kekentalan Saybolt Furol yang telah dikoreksi dalam detik;
FK = Faktor Koreksi, FK = 2,18;
5. Diskusi
Penentuan kekentalan absolut dengan alat Saybolt ini sebenarnya kurang praktis, karena hasil
yang didapat dari hasil percobaan tidak bisa digunakan langsung, tetapi harus dihitung dulu
dengan menggunakan faktor koreksi.
Gambar 2
Alat Viskositas Engler
• Tabung/labu gelas
• Termometer
• Energi regulator
• Stop watch
6.2 Sampel
Sampel harus diberi nomor, identitas serta tanggal pengambilan. Pengambilan sampel harus
dilakukan secara acak pada contoh yang sama dari suatu sumber bitumen.
• Sampel diambil kira-kira lebih dari yang ditentukan ukuran labu gelas;
• Viskositas dipanaskan (bahan air) untuk mengatur pemanasan;
• Viskositas diteliti setelah suhunya mencapai seperti yang telah ditentukan (60° C);
• Pengamatan viskositas dilakukan beberapa detik sampai labu gelas terisi sebatasnya (hasil
pengamatan dinyatakan dalam detik).
6.4 Perhitungan
7. Diskusi
Sama dengan pemeriksaan viskositas absolut, penentuan hasil pada viskositas kinematik
kurang praktis karena harus mengetahu faktor konversi terlebih dulu. Selain itu, kekentalan
kinematik juga sangat dipengaruhi oleh banyak sedikitnya dan sifat bahan pencair. Pada
bitumen dengan bahan pencair yang cepat menguap seperti bensin (bitumen cair jenis rapid
curing, RC), maka pada saat pengujian harus mendapat perlakuan lebih, agar bitumen yang
akan diuji tidak berubah sifat viskositasnya akibat menguapnya bahan pencairnya.
8. Daftar Pustaka
Pengamatan
Pembacaan suhu Waktu-1 Viskositas Waktu-2 Viskositas
(detik) Kinetik-1 (cst) (detik) Kinetik-2 (cst)
120 oC 305,60 666,208 271,25 591,325
140 oC 91,61 199,710 102,60 223,668
160 oC 49,52 107,954 50,25 109,545
180 oC 30,06 65,531 29,72 64,790
1000
Viskositas Kinetik (cst)
100
10
100 120 140 160 180 200
Suhu (oC)
Catatan : Untuk Pencampuran pada Laston diperlukan 170+20 cst dan untuk Pemadatan diperlukan
280+30 cst
Anggota : Anggota :
1. AGUS FELANI (03111001099) Persetujuan Asisten :
2. AISYAH SEPTRIANA (03111001055) tanda tangan,
3. ALEXS CANDRA SIREGA (03111001030)
4. ALRIE MAHENDRA (03111001050)
5. ALVIN PRIATAMA (03111001011)
6. ALVINO YOTAMA (03111001008)
7. ANDRE RACHMANA (03111001054) (Okki Wahyuni Larasati)
Pembukaan contoh Contoh dipanaskan sampai suhu 60° C Temperatur suhu cotoh
Mulai jam = 13.30 = 60 °C
Selesai jam = 13.50
Waktu Waktu
Viskositas Viskositas
Temperatur pengamatan I pengamatan II Rata-rata
Engler Centistokes
(menit – detik) (menit – detik)
....... 40 . . 08 – 09,80 . 08 – 09,75 489,77 . 42,96 . 333 .
....... 50 . 04 – 42,85 . 04 – 32,35 277,60 . 24,35 . 199 .
....... 60 . . 02 – 32,30 . 02 – 54,24 163,27 . 14,32 . 109 .
....... 70 . . 01 – 37,96. . . 01 – 37,24. 01 97,60 . 8,56 . 65 .
....... 80 . 01 – 09,08 – 09,28 69,18 6,07. 45,89
....... 90 . . 00 – 49,86 . 00 – 50,30 50,08 . 4,39 . 34,40
....... 100 . . 00 – 39,95 . 00 – 40,85 40,40 .. 3,54 . 25,89
Catatan : ....................................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
Anggota : Anggota :
8. AGUS FELANI (03111001099) Persetujuan Asisten :
9. AISYAH SEPTRIANA (03111001055) tanda tangan,
10. ALEXS CANDRA SIREGA (03111001030)
11. ALRIE MAHENDRA (03111001050)
12. ALVIN PRIATAMA (03111001011)
13. ALVINO YOTAMA (03111001008)
14. ANDRE RACHMANA (03111001054) (Okki Wahyuni Larasati)