Anda di halaman 1dari 15

Makalah Aspek-Aspek Pendidikan Islam

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendidikan merupakan suatu proses generasi muda untuk dapat menjalankan
kehidupan dan memenuhi tujuan hidupnya secara lebih efektif dan efisien.
Pendidikan lebih daripada pengajaran, karena pengajaran sebagai suatu
proses transfer ilmu belaka, sedang pendidikan merupakan transformasi nilai dan
pembentukan kepribadian dengan segala aspek yang dicakupnya.
Perbedaan pendidikan dan pengajaran terletak pada penekanan pendidikan
terhadap pembentukan kesadaran dan kepribadian anak didik di samping transfer
ilmu dan keahlian.
Pengertian pendidikan secara umum yang dihubungkan dengan Islam
sebagai suatu system keagamaan menimbulkan pengertian-pengertian baru, yang
secara implicit menjelaskan karakteristik-karakteristik yang dimilikinya.
Tujuan pendidikan merupakan sesuatu yang sentral dalam pendidikan.
Sebab tanpa perumusan yang jelas tentang tujuan pendidikan, perbuatan menjadi
tanpa arah, bahkan salah langkah dan tidak sesuai dengan harapan. Demikian juga
dengan pendidikan Islam yang berusaha untuk membentuk pribadi manusia
melalui proses yang panjang dengan suatu tujuan pendidikan yang jelas dan
direncanakan.
Namun, tidak semua tujuan yang telah direncanakan tersebut berjalan mulus
tanpa sandungan sedikitpun. Permasalahan seringkali muncul yang berkaitan
dengan tujuan pendidikan Islam, yaitu ketika output pendidikan yang dihasilkan
tidak sesuai dengan tujuan tersebut. Berdasarkan masalah tersebut di atas, telah
ditemukan kasus-kasus seperti korupsi, pelecehan seksual, kekerasan dalam
rumah tangga dan lain sebagainya yang dilakukan oleh seorang yang telah
mengenyam sebuah pendidikan Islam. Kejadian ini dapat diidentifikasi sebagai
kurangnya pemahaman tentang hakekat tujuan pendidikan Islam dalam pribadi
orang tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalah dalam
penulisan ini adalah :

1. Apakah pengertian pendidikan ?


2. Bagaimanakah tugas dan fungsi pendidikan Islam ?
3. Apakah dasar dan tujuan pendidikan Islam ?
4. Bagaimanakah aspek-aspek pendidikan Islam ?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan dari penulisan ini adalah untuk :

1. Untuk mengetahui pengertian pendidikan


2. Ingin mengetahui tugas dan fungsi pendidikan Islam
3. Untuk mengetahui dasar dan tujuan pendidikan Islam
4. Ingin mengetahui aspek-aspek pendidikan Islam
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pendidikan

Pendidikan sebagai usaha membina dan mengembangkan pribadi manusia


dari aspek-aspek rohaniah dan jasmania juga harus berlangsung secara bertahap.
Oleh karena kematangan yang bertitik akhir pada optimalisasi perkembangan dan
pertumbuhan melalui proses demi proses kearah tujuan akhir dari perkembangan
tersebut.
Beberapa ahli pendidikan barat yang memberikan arti pendidikan adalah :

1. Mortimer J. Adle mengartikan : Pendidikan adalah proses dimana semua


kemampuan manusia (bakat dan kemampuan yang diperolah) yang dapat
mempengaruhi pembiasaan, disempurnakan dengan pembiasaan–
pembiasaan yang baik melalui sarana yang secara artistik untuk mencapai
tujuan.
2. Herman H. Horne berpendapat : Pendidikan harus dipandang sebagai suatu
proses penyesuaian diri manusia secara timbal balik dan berinteraksi
dengan alam sekitar, dengan sesama manusia.
3. William Mc Gucken, SJ. Seorang tokoh pendidikan katolik berpendapat,
bahwa pendidikan diartikan oleh ahli scholastic, sebagai suatu
perkembangan dan kelengkapan dari kemapuan manusia baik moral,
intelektual, maupun jasmaniah yang diorganisasikan, dengan atau untuk
kepentingan individu atau social untuk mencapai tujuan akhir.

Bila definisi yang telah disebut diatas dikaitkan dengan pendidikan


Islam,akan kita ketahui bahwa pendidikan Islam lebih menekankan pada
keseimbangan dan keserasian perkembangn hidup manusia.
Pendidikan Islam menurut Prof. Dr. Omar Muhammad Al-Toumy Al-
Syaebani, diartikan sebagai usaha mengubah tingkah laku individu dalam hidup
pribadinya atau hidup kemasyarakatannya dan kehidupan dalam alam sekitar
melalui proses kependidikan.
2.2 Tugas dan Fungsi Pendidikan Islam
Pada hakikatnya, pendidikan adalah proses yang berlangsung secara
kontiniu dan berkesinambuangan. Berdasarkan hal ini, maka tugas dan fungsi
yang perlu di emban oleh Pendidikan Islam pendidikan manusia seutuhnya dan
berlangsung sepanjang hayat. Konsep ini bermakna bahwa tugas dan fungsi
pendidikan memiliki sasaran pada peserta didik yang senantiasa tumbuh dan
berkembang secara dinamis mulai dari kandungan hingga akhir hayat.
Secara umum tugas pendidikan Islam adalah membimbing dan mengarahkan
pertumbuhan dan perkembangan peserta didik dari tahap ke tahap kehidupannya
sampai mencapai titik kemampuan optimal. Secara structural, pendidikan Islam
menuntut adanya struktur organisasi yang mengatur jalannya proses pendidikan,
baik dalam dimensi vertical maupun horizontal. Sementara secara institusional, ia
mengandung implikasi bahwa proses pendidikan yang berjalan hendaknya dapat
memenuhi kebutuhan dan mengikuti perkembangan zaman yang terus
berkembang.
Bila dilihat secara operasional, fungsi pendidikan dapat dilihat dari dua
bentuk, yaitu :
       Alat untuk memelihara, memperluas, dan menghubungkan tingkat kebudayaan,
nilai-nilai tradisi dan sosial,serata ide-ide masyarakat dan nasional.
       Alat untuk mengadakan perubahan, inovasi dan perkembangan. Pada garis
besarnya, upaya ini dilakukan melalui potensi ilmu pengetahuan dan skill yang
dimiliki, serta melatih tenaga manusia (peserta didik) yang produktif dalam
menemukan perimbangan perubahan sosialekonomi yang demikian dinamis.

2.3 Dasar Dan Tujuan Pendidikan Islam


Sebagai aktivitas yang bergerak dalam proses pembinaan kepribadian
muslim, maka pendidikan Islam memerlukan asas atau dasar yang dijadikan
landasan kerja. Dengan dasar ini akan memeberikan arah bagi pelaksanaan
pendidikan yang telah diprogramkan. Dalam konteks ini, dasar yang menjadi
acuan pendidikan Islam hendaknya merupakan sumber nilai kebenaran dan
kekuatan yang menghantarkan peserta didik kearah pencapaian pendidikan. Oleh
karena itu, dasar yang terpenting dari pendidikan Islam adalah Al-Qur’an dan
hadist (Sunnah Rasulullah).
Dalam pendidikan Islam, Sunah Rasul mempunyai dua fungsi, yaitu :
       Menjelaskan system pendidikan Islam yang terdapat dalam Al-Qur’an dan
menjelaskan hal-hal yang tidak terdapat didalamnya.
       Menyimpulkan metode pendidikan dari kehidupan Rasullullah bersama sahabat.
Secara lebih luas, dasar pendidikan Islam menurut Sa’Id Ismail Ali
sebagaimana dikutip langgulung terdiri dari 6 macam, yaitu; Al-Qur’an,
sunnah,qaul al-shahabat, masail al mursalah.’urf, dan pemikiran hasil ijtihad
intelektual Islam.
Dalam perumusan tujuan pendidikan Islam, paling tidak ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan yaitu:
       Tujuan dan tugas manusia di muka bumi, baik secara vertical maupun horizontal.
       Sifat-sifat dasar manusia.
       Tuntutan masyarakat dan dinamika peradaban kemanusiaan.
       Dimensi-dimensi kehidupan ideal Islam.
Dalam aspek ini,ada 3 macam dimensi ideal Islam, yaitu ;
1.     Mengandung nilai yang berupaya meningkatkan kesejahteraan hidup manusia
dibumi.
2.     Mengandung nilai yang mendorong manusia berusaha keras untuk meraih
kehidupan yang baik.
3.     Mengandung nilai yang dapat memadukan antara kepentingan kehidupan dunia
dan akhirat.

Faktor – faktor Pendidikan :


Menurut Imam Sutari bahwa perbuatan mendidik dan didik memuat faktor –
faktor tertentu yang mempengaruhi dan menentukan, beberapa diantara nya
adalah :
       Tujuan pendidikan yang hendak dicapai
       Adanya subjek manusia (pendidik dan anak didik yang melakukan pendidikan)
       Hidup bersama dalam lingkungan tertentu
       Yang memungkinkan alat – alat tertentu untuk mencapai suatu tujuan pendidikan.

2.4 Aspek-Aspek Pendidikan Islam


Aspek pendidikan islam ada 3 macam yaitu aspek ibadah, aspek aqidah dan
aspek akhlak
1. Aspek Aqidah
Dalam dunia pendidikan aspek aqidah sering disebut dengan aspek kognitif.
Muhibbin Syah menatakan (“Psikologi Belajar”.2003.22) Istilah cognitive berasal
dari kata cognition yang padanannya knowing, berarti berarti mengetahui.
Muhaimin mendefinisikan kata aqidah dalam bukunya (Wacana Pengembangan
Pendidikan Islam. 2004. 305-306), Kata “aqidah” berasal dari bahasa Arab, yang
berarti: “ma ‘uqida ‘alaihi wa al-dlamir”, yakni sesuatu yang ditetapkan atau yang
diyakini oleh hati dan perasaan (hati nurani); dan berarti “ma tadayyana bihi al-
insan wa i’taqadahu”, yakni sesuatu yang dipegangi dan diyakini (kebenarannya)
oleh manusia. Dengan demikian secara etimologis, aqidah berarti kepercayaan
atau keyakinan yang benar-benar menetap dan melekat di hati manusia.
Dalam arti luas, cognition (kognisi) ialah memperoleh, penataan dan
penggunaan pengetahuan. Disebutkan pula, ranah psikologi siswa yang terpenting
adalah ranah kognitif. Ranah kejiwaan yang berkedudukan pada otak ini, pada
perspektif psikologi, kognitif adalah sumber sekaligus sumber ranah-ranah
kejiwaan lainnya, yakni ranah afektif (rasa) dan ranah psikomotor (karsa).
(“Psikologi Belajar”.2003.48) dijelaskan pula pada halamn selanjutnya, “upaya
pengembangan fungsi ranah kognitif sendiri melainkan juga dalam ranah afektif
dan psikomotor” (Psikologi Belajar.2003.51). jadi dapat disimpulkan bahwa aspek
aqidah sangat penting karena aspek aqidah sangat mempengaruhi aspek ibadah
(afektif) dan aspek akhlak (psikomotor).
Menurut Piaget yang dikutip oleh Drs. Muhaimin (Paradigma Pendidikan
Islam.2002.199), membagi proses belajar menjadi tiga tahapan, yaitu asimilasi,
akomodasi dan equilibrasi. Dijelaskan pula, asimilasi adalah proses penyatuan
(pengitegrasian) informasi baru ke struktur kognisi.
2. Aspek Akhlak
Dalam dunia pendidikan aspek akhlak sering disebut aspek afektif. Muhimin
mendefinisikan akhlak (Wacana Pengembangan Pendidikan Islam. 2003.306),
kata “akhlak” (bahasa arab) merupakan bentuk jamak dari kata “khuluq”, yang
brarti tabiat, budi pekerti,kebiasaan. Jadi bila kita berbicara tentang afektif, maka
kita berbicara tentang sikap dan nilai siswa. Muhibbin Syah (Psikologi
Belajar.2003.53) mengatakan keberhasilan pengembangan ranah kognitif tidak
hanya akan membuahkan kecakapan kognitif tetapi juga menghasilkan kecakapan
ranah afektif. Ia juga mengatakan keberhasilan pengembangan ranah kognitif juga
akan berdampak positif terhadap perkembangan ranah afektif. Peningkatan
kecakapan afektif ini antara lain, berupa kesadaran beragama yang mantap.
Dampak positif lainnya inilah dimilikinya sikap mental keagamaan ysng lebih
tegas dan lugas sesuai dengan tuntunan ajaran agama yang telah diilhami dan
diyakini secara mendalam.
Dalam Al Qur’an surat Luqman ayat 12-15 menjelaskan tentang tujuan dari
pendidikan islam, dalam aspek aqidah yang diterangkan dalam buku Ilmu
Pendidikan Islam karya Dra. Hj. Nur Uhbiyati (Ilmu Pendidikan Islam.2005.152)
yaitu keyakinan agama, kesadaran moral dan tanggung jawab sosial
a. Keyakinan Agama
Dalam menanamkan keyakinan agama, pesan luqman menekan 3 aspek
penting, yaitu:
1) Keyakinan tauhid yang sebersih-bersihnya
2) Kesadaran akan kemakhlukan kita yang wajib menyukuri segala karunia Tuhan
3) Kesadaran bahwa segala gerak gerik kita yang nampak maupun yang tersembunyi
tidak lepas dari pengetahuan dan pengawasan Tuhan.
Untuk menumbuhkan, memupuk dan memantapkan keyakinan agama itu,
Luqman berpesan kepada anaknya agar mendirikan sholat. Ini berarti
melaksanakan ibadah harus dibiasakan semenjak kecil.
Dari kutipan diatas bisa disimpulkan bahwa aspek aqidah sangat
mempengaruhi aspek akhlak. Bila diaplikasikan dalam dunia pendidikan yaitu
dengan menanamkan pengetahuan (aspek aqidah) maka peserta didik dapat
mengerti tentang bagaimana ia menilai suatu perbuatan disekitarnya (aspek
akhlak).

b. Kesadaran Moral
Perkembangan kesadaran moral dalam diri anak, sebagaimana
dicontohkan oleh Luqman, berpangkal kepada kemampuan membedakan antara
yang makruf, yakni hal-hal yang tidak bertetangan dengan nilai-nilai agama dan
nilai-nilai moral dan yang mungkar yakni hal-hal yang mengganggu dan
menimbulkan kerusakan pada kehidupan manusia.

c. Tanggung Jawab Sosial


Nana Sudjana ( Ilmu Pendidikan Islam. 2005.153.) mengatakan Tanggung
jawab social dapat diwujudkan sikap:
1. Berbuat baik dan hormat epada orang lain, lebih-lebih mereka yang berjasa
kepada kita seperti orang tua kita sendiri.
2. Bergaul dengan baik walaupun dengan orang yang berbeda keyakinan dengan kita
3. tidak berlagak, sombong dan angkuh kepada orang lain.
Setelah dibahas tujuan mengapa kita harus menanamkam aspek akhlak,
pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana memananmkan aspek tersebut pada diri
peserta didik. Dr. Asma Hasan Fahmi mengemukakan cara-cara pendidikan
Akhlak yang dikutip oleh Dra. Hj. Nur Uhbiyati (Ilmu Pendidikan
Islam.2005.153), adalah sebagai berikut:
1. Memberi petunjuk dan pendekatan dengan cara menerangkan mana yang baik dan
mana yang buruk, menghafal syair-syair, cerita-cerita dan nasihat-nasihat yang
baik, menganjurkan untuk melakukan budi pekerti yang baik dan akhlak yang
mulia. Selain itu ketika peserta didik melakukan kesalahan, pendidik harus
mengingatkan dengan menggunakan kata-kata yang baik dan sebijak mungkin
sehingga peserta didik paham atas kesalahannya dan tidak melakukan kesalahn
yang sama.
2. Mempergunakan instink untuk mendidik anak-anak dengan cara:
a. Anak-anak suka dipuji dan disanjung untuk memenuhi keinginan instink berkuasa
dan ia takut celaan dan cercaan. Maka oleh karena itu kalau anak-anak
mengerjakan sesuatu yang baik hendaklan dipuji dan menggemarkan dia melawan
hawa nafsu dan menjauhkan diri dari ketamakan, baik yang dalam makanan
minuman maupun dalam segala kelezatan pada umumnya, dan menimbulkan
kesukaan pada dirinya untuk mengutamakan orang lai atas dirinyasendiri, serta ia
dicela kalau menginginkan makanan dan pakaian megah.
b. Mempergunakan instink meniru. Sesuai dengan hai ini para pendidik islam
haruslah orang-orang yang memiliki sifat-sifat yang utama dan berakhlak karena
anak-anak akan menuruti jejak gurunya, apa yang dianggap jelek oleh guru, maka
jeleklah dalam pandangan anak-anak, sebaliknya apa yang dianggap baik oleh
guru, maka baiklah dalam pandangan anak-anak.
c. Memperhatikan instink bermasyarakat. Anak-anak disuruh belajar di tempat-
tempat yang sudah ada anak-anak yang lain sesuai dengan instink utuk
bermasyarakat yang terdapat dalam dirinya. Apabila instink bermasyarakat ini
telah dipenuhi , akan memberi efek dalam segi-segi lain dari kehidupannya,
seperti ia akan merasa bangga dengan anak-anak lain yang telah dikenalnya, dan
akan membangkitkan semangat apabila ia melihat kemajuan yang telah dicapai
oleh kawan-kawannya, sehingga iapun mau bekerja untuk mencapai cita-citanya.
d. Mementingkan pembentukan adapt kebiasaan dan keinginan-keinginan semenjak
kecil, seperti membiasakan anak-anak bangun cepat diwaktu pagi, berjalan,
bergerak, gerak badan dan naik kuda dan membiasakan tidak membuka anggota
badan dan tidak menurunkan tangan, tidak cepat berjalan, tidak memanjangkan
rambut, tidak memakai pakaian wanita, tidak meludah dalam majlis, tidak
membuang ingus atau menguap didepan orang lain, tidak meletakkan kaki atas
kaki yang lain,tidak berbohong, tidak bersumpah baik benar atau bohong dan
membiasakan patuh kepada ibu-bapak dan guru-guru.
Sedangkan menurut M.Athiyah Al Abrasyi yang dikutip oleh Dra. Hj. Nur
Uhbiyati (Ilmu Pendidikan Islam.2005.155-156), menyatakan metode yang paling
tepat untukmenanamkan akhlak kepada anak ada 3 macam yaitu:
a. Pendidikan secara langsung, yaitu dengan mempergunakan petunjuk, tuntunan,
nasihat, menyebutkan manfaat dan bahaya-bahayanya sesuatu ;dimana pada murid
dijelaskan hal-hal yang bermanfaat dan yang tidak,menentukan kepada amal-amal
baik, mendorong mereka berbudi pekerti yang tinggi dan menghindari hal-hal
tercela. Untuk pendidikan moral ini sering dipergunakan sajak-sajak, syair-syair,
oleh karena ia mempunyai gaya musik,ibarat-ibarat yang indah, ritme yang
berpengaruh dan kesan yang dalam ditimbulkannya dalam jiwa. Oleh karena itu
kita lihat buku-buku islam dalam bidang sastra,sejarah, penuh dengan kata-kata
berhikmat, wasiat-wasiat, petunjk-petunjuk berguna. Orang-orang Amerika di
Amerika Serikat kini menggunakan cara-cara ini dan di antara kata-kata
berhikmat, wasiat-wasiat yang baik dalam bidang pendidikan moral anak-anak,
kita sebut sebagai berikut:
     Sopan-santun adalah warisan yang terbaik
     Budi pekerti yang baik adalah teman sejati
     Mencapai kata mufakat adalah pemimpinan yang terbaik
     Ijtihad adalah perdagangan yang menguntungkan
     Akal adalah harta paling bermanfaat
     Tidak ada bencana yang lebih besar dari kejahilan
     Tidak ada kawan yang lebih buruk dari mengagungkan diri sendiri
b. Pendidikan akhlak secara tidak langsung, yaitu dengan jalan sugesti seperti
mendiktekan sajak-sajak yang mengandung hikmat kepada anak-anak
memberikan nasihat-nasihat dan berita-berita berharga, mencegah mereka
membaca sajak-sajak yang kosong termasuk yang menggugah soal-soal cinta dan
pelakon-pelakonnya. Tidaklah mengherankan, karena ahli-ahli pendidik dalam
islam yakin akan pengaruh kata-kata berhikmat, asihat-nasihat dan kisah-kisah
nyata itu dalam pendidikan akhlak anak-anak. Karena kata-kata mutiara itu dapat
dianggap sebagai sugesti dari luar. Didalam ilmu jiwa (psikologi) kita buktikan
bahwa sajak-sajak itu sangat berpengaruh dalam pendidikan anak-anak, mereka
membenarkan apa yang didengarkya dan mempercayai sekali apa yang mereka
baca dalam buku-buku pelajarannya. Sajak-sajak, kata-kata berhikmat dan wasiat-
wasiat tentang budi pekerti itu sangat berpengaruh terhadap mereka. Juga seorang
guru dapat menyugestikan kepada anak-anak beberapa contoh pekerjaan, adil
dalam menimbang begitu pula sifat suka terus terang, berani dan ikhlas.
c. Mengambil manfaat daru kecenderungan dan pembawaab anak-anak-anak dalam
rangka pendidikan akhlak. Sebagai contoh mereka memiliki kesenangan meniru
ucapan-ucapan, perbuatan-perbuatan, gerak-gerik orang-orang yang berhubungan
erat dengan mereka. Oleh karena itu maka filosof-filosof islam mengharapkan dari
setiap guru supaya mereka itu berhias dengan akhlak yang baik, mulia dan
menghindari setiap yang tercela.

3. Aspek Ibadah
Dalam dunia pendidikan aspek ibadah sering disebut dengan aspek
psikomotorik. Muhibbin Syah, M.Ed (Psikologi Belajar.2003.54). mendefinisikan
kecakapan psikomotor ialah segala amal jasmaniah yang konkret dan mudah
diamati baik kuantitasnya maupun kualitasnya, karena sifatnya yang terbuka.
Muhibbin Syah, M.Ed. (Psikologi Pendidikan. 2003. 54) berpendapat
keberhasilan pengembangan ranah kognitif juga akan berdampak positif terhadap
perkembangan ranah psikomotorik Dijelaskan pula oleh Dr. Nana Sudjana (Dasar-
Dasar Proses Belajar. 2005.54.), seseorang yang berubah tigkat kognisinya
sebenarnya dalam kadar tertentu telah berubah pula perilakunya. Muhaimin
berpendapat dalam bukunya (Paradigma Pendidikan islam. 2002. 169),
Pembelajaran PAI justru harus dikembangkan kea rah proses internalisasi nilai
(afektif) yang dibarengi dengan aspek kognitif sehingga timbul dorongan yang
sangat kuat untuk mengamalkan dan mentaati pelajaran dan nilai-nilai dasar
agama yang telah terinternalisasikan dalam diri peserta didik (psikomotori).
Dari pernyataan tersebut dapat dismpulkan bahwa keberhasilan guru dalam
mendidik peserta didik dapat dilihat dari aspek psikomotor yaitu bias atau
tidakkah peserta didik itu mengaplikasikan mata pelajaran yang diberikan oleh
guru kedalam tingkah laku ehidupan sehari-hari.
BAB III
KESIMPULAN

Pendidikan sebagai usaha membina dan mengembangkan pribadi manusia


dari aspek-aspek rohaniah dan jasmania juga harus berlangsung secara bertahap.
Pendidikan Islam menurut Prof. Dr. Omar Muhammad Al-Toumy Al-
Syaebani, diartikan sebagai usaha mengubah tingkah laku individu dalam hidup
pribadinya atau hidup kemasyarakatannya dan kehidupan dalam alam sekitar
melalui proses kependidikan.
Pada hakikatnya, pendidikan adalah proses yang berlangsung secara
kontiniu dan berkesinambuangan. Berdasarkan hal ini, maka tugas dan fungsi
yang perlu di emban oleh Pendidikan Islam pendidikan manusia seutuhnya dan
berlangsung sepanjang hayat. Sebagai aktivitas yang bergerak dalam proses
pembinaan kepribadian muslim, maka pendidikan Islam memerlukan asas atau
dasar yang dijadikan landasan kerja.
Oleh karena itu, dasar yang terpenting dari pendidikan Islam adalah Al-
Qur’an dan hadist (Sunnah Rasulullah).
Aspek pendidikan islam ada 3 macam yaitu
1. Aspek Aqidah Dalam dunia pendidikan aspek aqidah sering disebut dengan aspek
kognitif, Dengan demikian secara etimologis, aqidah berarti kepercayaan atau
keyakinan yang benar-benar menetap dan melekat di hati manusia.
2. Aspek akhlak Dalam dunia pendidikan sering disebut aspek afektif. yaitu
keyakinan agama, kesadaran moral dan tanggung jawab sosial
3. Aspek Ibadah dalam dunia pendidikan aspek ibadah sering disebut dengan aspek
psikomotorik. Muhibbin Syah, M.Ed (Psikologi Belajar.2003.54). mendefinisikan
kecakapan psikomotor ialah segala amal jasmaniah yang konkret dan mudah
diamati baik kuantitasnya maupun kualitasnya, karena sifatnya yang terbuka.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu dan Uhbiyantin,Nur, Ilmu pendidikan , Jakarta:Rineka cipta,1991

Azyumardi, Azra, Pendidikan islam, Ciputat: Logos, 1999

Drajat, Zakiah, dkk,Ilmu Pendidikan Islam\, Jakarta: Bumi Aksara, 2004

Uhbiyanti, Nur, Ilmu PendidikanIslam, Bandung: Pustaka Setia,1988

Anda mungkin juga menyukai