Anda di halaman 1dari 3

~Tata Surya Belang-Belang~

Oleh:

Pelangi A. Salsabila

-------------------------------------------------------------------

Cerita hari ke-24 di bulan Maret 2020

---------------------------------------------------------------------

Meski kini dunia sedang dalam kondisi kurang baik. Namun, masih ada sesuatu yang selalu bisa menjadi
kisah mengesankan bagi kepekaan jiwa.

Tepat sehari sebelum semua sekolah diliburkan. Aku melakukan monitoring dan observasi praktek
coaching di SDN 161 Halmahera Selatan.

Kali ini membersamai pak Sahmal, dalam agenda supervisi dadakan untuk pembelajaran yang
dibawakan pak Munir, salah satu guru model sekolah tersebut.

SDN 161 Halmahera Selatan adalah salah satu binaan Sekolah Literasi Indonesia (SLI). Sekolah ini
menjadi sekolah dasar satu-satunya bagi penduduk desa Belang-belang, Kec. Bacan, Kab. Halmahera
Selatan, Maluku Utara.

Letak desa yang berada cukup jauh dari pusat kota membuat perkembangan sekolah ini memiliki
kendala tersendiri. Ruang kelas dan sarana prasarana sekolah masih sangat terbatas. Tembok kelas
dengan cat yang mulai pudar, beberapa kaca jendela yang pecah, papan tulis yang sudah cukup tua,
serta meja kursi yang mungkin jauh dari keadaan sekolah-sekolah di pusat kota.
Meski demikian, semangat dari para guru dan peserta didik berbanding terbalik dengan hal itu. Para
guru memiliki semangat untuk tetap hadir memberikan ilmu pengetahuannya. Peserta didik pun tak
kalah semangat menantikan pengetahuan apa lagi yang akan mereka dapat setiap harinya.

"Pelan-pelan tapi pasti dengan selalu bersemangat untuk terus maju", kata-kata yang selalu diucapkan
oleh pak Sahmal sebagai kepala sekolah. Yah, aku memahami betapa menantang apa yang dihadapi
sekolah ini.

Dengan hanya mengandalkan dana BOS dari 90-an peserta didik, untuk melengkapi segala fasilitas
sarana prasarana yang memadai. Bukan semudah membalikkan telapak tangan.

Layaknya menemukan sebuah oase diantara gersangnya dunia, yang mulai dipenuhi kehawatiran. Rasa
takjub memenuhi ruang hatiku saat itu. Melihat pembelajaran menyenangkan dan realistis yang dipandu
pak Munir.

Langkahku memasuki pintu kelas enam bersama pak Kepsek. Wajah pak Munir yang sedikit kaget
menyambut kami. Mungkin tak menyangka bahwa akan disupervisi. Namun, beliau tetap melanjutkan
pembelajaran.

Materi tentang planet dalam pada tatanan tata surya dipandu apik olehnya. Kulihat empat peserta didik
berdiri di depan kelas. Mereka berdiri tepat di atas sebuah lintasan melingkar yang dibuat oleh sang
guru dengan kapur warna. Mereka menamakan diri masing-masing dengan nama Matahari, Bumi, Mars
dan Merkurius. "Ahh, bermain peran", gumamku.

Sang guru kemudian melanjutkan intruksi agar mereka berjalan mengikuti jalur lintasan yang sudah
dibuat. Dengan arahan sang guru mereka pun berjalan, "satu, dua, tiga, empat, satu, dua, tiga, empat".
Terus, hingga mereka kembali ke posisi semula.

"Naaahhh, bagaimana? Bertabrakan kah saat kalian berjalan?", tanya pak Munir dengan bahasa khas
Maluku. Peserta didik pun menjawab serentak, "Tidak pak guruuu". Pak Munir pun mempersilahkan
kepada anak yang lain untuk mencoba. "Mari, semua harus coba supaya faham apa itu planet dalam",
ujarnya. Bermain peran pun dilanjutkan sampai semua anak mencoba.
Sangat senang rasanya melihat pemandangan itu. Suasana pembelajaran yang aktif dan menyenangkan,
anak-anak diajak untuk melakukan sesuatu untuk memahami materi ajar. Peserta didik yang awalnya tak
tertarik, beberapa saat kemudian turut serta dalam pembelajaran itu. Bahkan, aku melihat ada peserta
didik kelas lima yang mengikuti diam-diam dari pintu.

Aahhh rindunyaaa.....

Lekaslah pulih dunia, tak sabar kunanti pemandangan seperti itu lagi.

Anda mungkin juga menyukai