Evaluasi Sistem Drainase Perkotaan
Evaluasi Sistem Drainase Perkotaan
PENDAHULUAN
Permasalahan banjir sering terjadi di kota yang disebabkan oleh drainase perkotaan, hal
ini terjadi karena kemampuan drainase untuk menampung intensitas hujan dan mengalirkan
aliran ke permukaan tidak berjalan dengan tepat dan baik. Banyak faktor yang mempengaruhi dan
pertimbangan yang matang dalam perencanaan system drainase kota, antara lain peningkatan
debit, penyempitan dan pendangkalan saluran, reklamasi, amblesan tanah, limbah, sampah, dan
pasang surut air laut. Sumber permasalahan utama drainase kota adalah peningkatan jumlah
penduduk di perkotaan yang sangat cepat, baik dari pertumbuhan penduduk maupun urbanisasi.
Peningkatan jumlah penduduk selalu diikuti dengan peningkatan infrastruktur perkotaan, seperti
perumahan, sarana transpotasi, air bersih, pendidikan, dan lain-lain. Disamping itu, peningkatan
penduduk juga selalu diikuti peningkatan limbah, baik limbah cair maupun padat (sampah).
Perencanaan drainase jalan, dimaksudkan sebagai acuan atau tata cara Perencanaan
drainase samping jalan di perkotaan maupun antar kota, tetapi bukan untuk drainase wilayah.
pedoman perencanaan sistem drainase ditunjang oleh pedoman-pedoman lainnya seperti yang
ditunjukkan pada acuan normatif. Lingkup pedoman perencanaan drainase samping jalan
adalah perencanaan drainase permukaan secara analitis, antara lain perencanaan drainase
permukaan yaitu saluran samping jalan, saluran pada lereng, kolam drainase yang terbatas
pada aliran dari saluran samping jalan, drainase bawah permukaan yang dapat mempengaruhi
kontruksi perkerasan jalan, serta aspek-aspek lingkungan yang perlu diperhatikan karena
dapat mempengaruhi konsrtuksi jalan (Departemen Pekerjaan Umum, 2006).
Sistem drainase permukaan pada konstruksi jalan raya pada umumnya berfungsi
sebagai berikut: Mengalirkan air hujan/air secepat mungkin keluar dari permukaan jalan dan
selanjutnya dialirkan lewat saluran samping; menuju saluran pembuang akhir, Mencegah
aliran air yang berasal dari daerah pengaliran disekitar jalan masuk ke daerah perkerasan
jalan, Mencegah kerusakan lingkungan di sekitar jalan akibat aliran air (Direktorat Jenderal
Bina Marga, 1990).
METODOLOGI
Studi kasus ini dilakukan pada lokasi drainase yang sering terendam air ketika
intensitas hujan tinggi di jalan Tanjung 2 B. Dramaga, Bogor. Denah lokasi terdapat pada
gambar 1. Pengamatan terjadinya genangan air dilakukan pada saat hujan pada tanggal 10
Mei 2013 pukul 16.00 – 18.30 WIB. Dalam rentang waktu tersebut, genangan dan luas
wilayah yang terkenda banjir dapat dengan mudah diamati. Penelitian ini menggunakan alat
dan bahan berupa kamera, seperangkat komputer, meteran dan data curah hujan Kabupaten
Bogor minimal 10 tahun. Data curah hujan yang digunakan yaitu data curah hujan Kabupaten
Bogor dari tahun 2002-2011 dari stasiun pengamatan Atang Sanjaya. Data tersebut cukup
representatif mengingat jarak dari stasiun Atang Sanjaya ke Dramaga berjarak 30 km. Untuk
mendesain saluran drainase, terlebih dahulu dihitung debit puncak yang mungkin terjadi
dalam periode ulang tertentu. Dalam penelitian ini, digunakan periode ulang 5 tahun. Periode
ulang 5 tahun dianggap cukup untuk mendesain saluran drainase dan cukup untuk mencegah
peluang terjadinya banjir. Debit puncak dihitung menggunakan metode rasional.
Penelitian ini menggunakan alat dan bahan berupa kamera, seperangkat komputer,
meteran dan data curah hujan Kabupaten Bogor minimal 10 tahun. Data curah hujan yang
digunakan yaitu data curah hujan Kabupaten Bogor dari tahun 2002-2011 dari stasiun
pengamatan Dari BMKG Pusat.
L = 400 mm = 0,4 m
B =110 mm = 0,11 m
d = 305= 0,305 m
Z = 0,48 m
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
0 10 20 30 40 50 60
A = Bd+ zd2
= 0,078 m2
P = B+2d
= 0,79 m
R =A/P
V =K * R2/3* S1/2
=2,9 m/s
K et : K = koefisien kehalusan diambil 60 karena material saluran terbuat dari beton cor
dipoles
Q = V *A
Waktu konsentrasi
Kemiringan = 0,05
Ket: C : koofisien run off diperoleh 0.75 untuk perumahan multi unit tergabung
(Suripin, 2004)
Rekomendasi Saluran Yang Tepat yang Mampu Menampung Debit Puncak Banjir
Jika saluran penampang diubah dari trapesium ke dimensi persegi dengan keterangan
panjang terdapat pada gambar 7.
B = 400 mm = 0,400 m
H = 305 mm = 0,305 m
A = B* H
= 0,122 m2
P=B+2H
R = A/P
V = K * R2/3* S1/2
= 3,28 m/detik
Q=V*A
Karena kapasitas debit desain saluran 0,40 m3/s daripada debit puncak banjir
0,30087718 m3/s maka saluran dapat dijadikan rekomendasi untuk saluran drainase.
KESIMPULAN
Referensi
Departemen Pekerjaan Umum, 2006. Pedoman Konstruksi dan Bangunan Perencanaaan
Sistem Drainase Jalan. Pd.T-02-2006-B.
Direktorat Jenderal Bina Marga, 1990. Petunjuk Desain Drainase Permukaan Jalan. NO.
008/T/BNKT/1990.
Putri AP, 2012. Kajian sistem drainase di Daerah Jalan Swadarma Raya, Jakarta Selatan.
Bogor; IPB
Suripin, 2004. Sistem Drainase Perkotaan Yang Berkelanjutan. Yogyakarta; Andi.