Anda di halaman 1dari 6

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK

DINAS KESEHATAN PENGENDALIAN PENDUDUK


DAN KELUARGA BERENCANA
UPT PUSKESMAS REJOWINANGUN
Jl. Raya Kanjeng Jimat Nomor 196 Telp.: ( 0355) 792182 Rejowinangun
Email : puskesmasrejowinangun@yahoo.com
TRENGGALEK

KEPUTUSAN KEPALA UPT PUSKESMAS REJOWINANGUN


NOMOR : 188.45/ /406.010.11.002/2020
TENTANG
SEPULUH LANGKAH MENUJU KEBERHASILAN MENYUSUI
DI UPT PUSKESMAS REJOWINANGUN

KEPALA UPT PUSKESMAS REJOWINANGUN,

Menimbang : a. bahwa sesuai ketentuan Pasal 18 Ayat 1 Peraturan


Pemerintah Nomer 33 Tahun 2012 tentang Pemberian Air
Susu Ibu Eksklusif bahwa Penyelenggara Fasilitas
Kesehatan dilarang memberikan susu formula bayi
lainnya yang dapat menghambat program pemberian ASI
Eksklusif kepada ibu Bayi dan atau keluarganya;
b. bahwa sepuluh langkah menuju keberhasilan menyusui
di UPT Puskesmas Rejowinangun perlu dibuatkan aturan
sehingga pencapaian keberhasilan menyusui dapat
tercapai sesuai indikator mutu puskesmas;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, dan huruf b perlu menetapkan
Kebijakan Kepala UPT Puskesmas Rejowinangun tentang
sepuluh langkah menuju keberhasilan menyusui dalam
Pelayanan pada UPT Puskesmas Rejowinangun;

Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun


2009 tentang Kesehatan;
2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang
Tenaga Kesehatan;
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 75 tahun 2014, tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat;
4. Peraturan Pemerintah Nomer 33 Tahun 2012 tentang
Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 15 tahun 2013 tentang Tata cara Penyediaan
Fasilitas Menyusui dan atau Memerah Air Susu Ibu;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 450 tahun 2004 tentang Pemberian Air Susu Ibu
secara Eklusif pada bayi di Indonesia;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 75 tahun 2014 tentang Perijinan dan Registrasi
Puskesmas;
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 46 tahun 2015, tentang Akreditasi Fasilitas
Kesehatan Tingkat Pertama;

MEMUTUSKAN:
Menetapkan :
KESATU : Keputusan Kepala UPT Puskesmas Rejowinangun tentang
Sepuluh Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui di UPT
Puskesmas Rejowinangun.
KEDUA : a. Pelaksanaan Sepuluh Langkah Menuju Keberhasilan
Menyusui dilakukan oleh seluruh petugas kesehatan
maupun petugas non kesehatan di lingkungan UPT
Puskesmas Rejowinangun dengan memperhatikan
penggunaan alat pelindung diri yang sesuai.
b. Keputusan Kepala UPT Puskesmas tentang Sepuluh
Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui di UPT
Puskesmas Rejowinangun sebagaimana tercantum dalam
Lampiran merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
surat keputusan ini.
KETIGA : Keputusan Kepala UPT Puskesmas Rejowinangun ini mulai
berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Trenggalek
Pada tanggal Juni 2020
KEPALA UPT PUSKESMAS REJOWINANGUN

IWAN SETIAWAN, S.KM


Penata Tk.1
NIP. 19830731 200604 1 008

LAMPIRAN I
KEPUTUSAN KEPALA UPT PUSKESMAS
REJOWINANGUN
NOMOR : 188.45/ /406.010.11.002/2020
TENTANG : SEPULUH LANGKAH MENUJU
KEBERHASILAN MENYUSUI DI UPT PUSKESMAS
REJOWINANGUN

SEPULUH LANGKAH MENUJU KEBERHASILAN MENYUSUI DI UPT


PUSKESMAS REJOWINANGUN

1. UPT Puskesmas Rejowinangun mematuhi Kode Internasional Pemasaran


Produk Pengganti ASI yang dikeluarkan WHO dengan cara:

a. Tidak menyediakan maupun memasarkan produk pengganti ASI (susu


formula dan produk makanan atau minuman lain yang diperuntukkan
bagi bayi hingga usia 2 tahun) dan produk lain penghambat pemberian
ASI eksklusif (misalnya dot dan empeng).

b. Petugas dan puskesmas tidak boleh terlibat dalam segala bentuk


promosi atau mengizinkan tampilan segala jenis iklan pengganti ASI,
termasuk tampilan atau distribusi peralatan atau bahan apa pun yang
mengandung merek produsen pengganti-susu ibu, atau kupon diskon,
dan tidak boleh memberikan sampel susu formula kepada ibu untuk
digunakan di fasilitas atau untuk dibawa pulang.

c. Pertemuan profesional kesehatan UPT Puskesmas Rejowinangun tidak


boleh disponsori oleh industri pengganti ASI dan industri pengganti ASI
tidak boleh berpartisipasi dalam pendidikan pengasuhan anak.

2. Puskesmas mempunyai kebijakan yang mendukung pemenuhan ASI


ekslusif, yang rutin untuk dikomunikasikan kepada petugas dan orang tua
serta mengintegrasikan Sepuluh Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui
dalam Panduan Praktik Klinis dan standar pelayanan puskemas lainnya.

3. Puskemas mengawasi dan mengelola data atas penerapan kebijakan


Sepuluh Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui di Puskesmas secara
berkesinambungan.

4. Puskemas memfasilitasi pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan


pengetahuan, kompetensi, dan keterampilan semua petugas untuk
mendukung menyusui. Sehingga semua petugas memiliki pengetahuan,
kompetensi, dan keterampilan dalam memberikan dukungan menyusui
sesuai kapasitasnya masing-masing.

5. Puskesmas melakukan KIE (Konseling, Informasi dan Edukasi) tentang


pentingnya dan manajemen menyusui kepada ibu hamil dan keluarganya,
KIE yang diberikan meliputi:

a. Informasi tentang pentingnya menyusui dan risiko pemberian susu


formula atau pengganti ASI lainnya seduai dengan rekomendasi nasional
dan praktisi kesehatan untuk pemberian makanan bayi.
b. Keterampilan praktis seperti penentuan posisi dan pelekatan, pemberian
makan berdasarkan permintaan, dan mengenali isyarat makan yang
menjadi komponen yang diperlukan dalam konseling antenatal.
c. Praktik terbaik di fasilitas yang menyediakan layanan bersalin dan bayi
baru lahir mengenai kontak kulitkekulit, inisiasi menyusui, protokol
suplementasi, dan perawatan di kamar.
d. Tantangan yang mungkin dihadapi (seperti pembengkakan, atau persepsi
tidak memproduksi susu yang cukup) dan bagaimana cara
mengatasinya.
e. Konseling menyusui antenatal yang disesuaikan dengan kebutuhan
individu ibu dan keluarganya, yang menjawab setiap kekhawatiran dan
pertanyaan yang mereka miliki. Konseling ini perlu diberikan secara
sensitif dan mempertimbangkan konteks sosial dan budaya masing-
masing keluarga.
f. Pelaksanaan edukasi yang dimulai dengan kunjungan antenatal pertama
atau kedua, sehingga ada waktu untuk membahas tantangan.
g. Informasi tentang menyusui yang harus diberikan dalam berbagai cara.
Informasi yang dicetak atau online ditulis dalam bahasa yang dimengerti
oleh ibu (termasuk yang buta huruf dapat dilengkapi dengan gambar/
video yang menunjukkan dengan jelas informasi yang dimaksud).
h. Pelaksanaan konseling interpersonal, baik satu lawan satu atau dalam
kelompok kecil, dilakukan untuk memungkinkan ibu mendiskusikan
perasaan, keraguan, dan pertanyaan mereka tentang pemberian makan
bayi.
i. Semua informasi tersebut yang harus disediakan tanpa konflik
kepentingan pada unit pelayanan di Puskesmas.
j. Tidak diperkenankan edukasi dilakukan oleh perusahaan yang
memasarkan makanan untuk bayi dan balita.
k. Edukasi pada wanita yang berisiko lebih tinggi untuk kelahiran prematur
atau kelahiran bayi yang sakit (mis. Remaja hamil, kehamilan berisiko
tinggi, kelainan bawaan yang diketahui).
6. Puskesmas melaksanakan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dalam waktu 60
menit setelah bayi lahir, jika kondisi ibu dan bayi memungkinkan.
7. Puskesmas mendukung ibu untuk memulai dan tetap menyusui dan
mengatasi kesulitankesulitan yang dialami dengan cara:
a. Petugas kesehatan (bidan/perawat/ahli gizi) terlatih, memberikan
dukungan emosional dan motivasi, memberikan informasi, dan
mengajarkan keterampilan konkret untuk memungkinkan ibu menyusui
dengan sukses.
b. Petugas kesehatan (bidan/perawat/ahli gizi) terlatih, memberikan
perhatian secara individual, terutama ibu yang pertama kali dan belum
pernah menyusui sebelumnya yang akan membutuhkan dukungan
tambahan. Pada ibu yang sudah pernah memiliki anak, mereka mungkin
memiliki pengalaman menyusui yang negatif dan membutuhkan
dukungan untuk menghindari masalah sebelumnya. Pada Ibu yang
melahirkan dengan operasi sesar dan ibu yang obesitas harus diberikan
bantuan tambahan dengan penentuan posisi dan pelekatan.
c. Petugas kesehatan (bidan/perawat/ahli gizi) terlatih, menunjukkan
posisi dan perlekatan yang baik pada payudara, yang sangat penting
untuk merangsang produksi ASI dan memastikan bahwa bayi menerima
cukup ASI.
d. Petugas kesehatan (bidan/perawat/ahli gizi) terlatih, melatih Ibu tentang
cara memerah ASI, pengumpulan dan penyimpanan ASI perah serta cara
pemberiannya untuk mempertahankan laktasi.
8. Puskesmas tidak memberikan makanan atau cairan apa pun selain ASI
kepada bayi, kecuali diperlukan secara medis.
9. Melaksanakan rawat gabung dengan mengupayakan ibu bersama bayi 24
jam sehari, kecuali terdapat indikasi medis untuk perawatan terpisah.
10. Puskesmas mendukung ibu untuk mengenali dan merespon isyarat bayi
untuk menyusu. Membantu ibu menyusui semau bayi semau ibu, tanpa
pembatasan terhadap lama dan frekuensi menyusui
11. Puskesmas memberikan edukasi kepada ibu tentang penggunaan dan
risiko pemberian botol susu, dot, dan empeng dan tidak memberikan botol
susu, dot, dan empeng selama perawatan ibu dan bayi.
12. Mengupayakan terbentuknya Kelompok Pendukung ASI di masyarakat dan
merujuk ibu kepada kelompok tersebut ketika pulang dari Puskesmas

KEPALA UPT PUSKESMAS REJOWINANGUN

IWAN SETIAWAN, S.KM


Penata Tk.1
NIP. 19830731 200604 1 008

Anda mungkin juga menyukai