HIPERTENSI
1. DEFINISI
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah secara
abnormal dan terus-menerus pada beberapa kali pemeriksaan tekanan darah yang
disebabkan beberapa faktor resiko yang tidak berjalan sebagaimana mestinya dalam
mempertahankan tekanan secara normal (Wijaya, 2013).
2. ETIOLOGI
2) Hipertensi sekunder
Pada hipertensi sekunder, penyebab dari patofisiologi dapat diketahui
dengan jelas sehingga lebih mudah untuk dikendalikan dengan obat-obatan.
Penyebab hipertensi sekunder diantaranya berupa kelainan ginjal seperti tumor,
diabetes, kelainan adrenal, kelainan aorta, kelainan endokrin lainya seperti
obesitas, resistensi insulin, hipertiroidisme, dan pemakaian obat-obatan seperti
kontrasepsi oral dan kortikosteroid.
3. PATOFISIOLOGI
Menurut Putri (2013) mekanisme yang mengontrol konstriksi dan
relaksasi pembuluh darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla di otak.
Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke
bawah ke kordaspinalis, dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia
simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan
dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis
ke ganglia simpati. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetikolin,
yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana
dengan dilepaskanya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.
Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon
pembuluh darah terhadap rangsang vasokonrtiksi. Individu dengan hipertensi
sangat sensitiv terhadap enorepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas
mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah
sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Medulla adrenal mensekresi
epinefrin, yang menyebabkan vasokontriksi. Korteks adrenal mensekresi
kortisol dan steroid lainya, yang dapat memperkuat respon vasokontrikstor
pembuluh darah. Vasokontriksi mengakibatkan penurunan aliran ke
ginjal, menyebabkan
pelepasan rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian
diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada giliranya
merangsa sekresi aldosterone dan oleh korteks adrenal. Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan
keadaan hipertensi. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya
elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relasasi otot polos pembuluh darah
yang pada giliranya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang
pembuluhdarah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang
kemampuanya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung
(volume sekuncup), mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan
tahanan perifer (Price, 2006).
Pathaway
4. TANDA DAN
GEJALA
Wijaya
(2013)
menyebutkan
bahwa sebagian
besar gejala
klinis yang
dapat timbul
adalah :
a) Nyeri
kepala saat
terjaga,
kadang-
kadang
disertai rasa mual
muntah,
akibat
6. KOMPLIKASI
Menurut Williams (2007), Aspiani (2016) komplikasi hipertensi yaitu :
a) Hipertrofi ventrikel kiri
b) Proteinuria dan gangguan fungsi ginjal
c) Aterosklerosi pembuluh darah
d) Retinopati
e) Stroke atau Transient ischemic attack (TIA)
f) Infark miokard
g) Angina pectoris
h) Gagal jantung
7. PENATALAKSANAAN
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat
komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan tekanan
darah dibawah 140/90 mmHg. Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi:
1) Terapi tanpa Obat
Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan sebagai
tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini
Diet, Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah : Restriksi garam secara
moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr, Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak
jenuh
Penurunan berat badan
Menghentikan merokok
Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk
penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat prinsip yaitu: Macam
olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda, berenang dan
lain-lain
2) Edukasi Psikologis
Teknik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk mengurangi
ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih penderita untuk dapat belajar
membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks
Pendidikan Kesehatan (Penyuluhan)
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan pasien
tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat
mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
3) Terapi denganObat
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja tetapi
juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat
bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup
penderita.
8. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a) Aktivitas
Gejala : kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton.
Tanda :Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung.takipnea.
b) Sirkulasi
Gejala: Riwayat Hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner/katup dan
penyakit cebrovaskuler, episode palpitasi.
Tanda: Kenaikan TD, Nadi denyutan jelas dari karotis, jugularis, radialis,
tikikardi, murmur stenosis valvular, distensi vena jugularis, kulit pucat, sianosis,
suhu dingin (vasokontriksi perifer) pengisian kapiler mungkin lambat/ tertunda.
c) Integritas Ego
Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, factor stress multiple
(hubungan,keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan.
Tanda Letupan suasana hat, gelisah, penyempitan continue perhatian, tangisan
meledak,otot muka tegang, pernafasan menghela, peningkatan pola bicara.
d) Eliminasi
Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau (seperti obstruksi atau riwayatpenyakit
ginjal padamasa yang lalu).
e) Makanan/cairan
Gejala: Makanan yang disukai yang mencakup makanan tinggi garam, lemak
sertakolesterol, mual, muntah dan perubahan BB akhir akhir ini
(meningkat/turun),
f) Neurosensori
Gejala: Keluhan pening pening/pusing, berdenyut, sakit kepala, suboksipital
(terjadi saatbangun dan menghilangkan secara spontansetelah beberapa jam),
Gangguan penglihatan (diplobia, penglihatan kabur, epistakis).
Tanda: Status mental, perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi bicara,efek,
proses piker,penurunan keuatan genggaman tangan.
g) Nyeri/ketidaknyaman
Gejala: Angina (penyakit arteri koroner/ keterlibatan jantung), sakitkepala.
h) Pernafasan
Gejala: Dispnea yang berkaitan dari kativitas/kerja takipnea,ortopnea,dispnea,
batuk dengan/tanpa pembentukan sputum, riwayat merokok.
Tanda: Distress pemafasan/penggunaan otot aksesori pemafasan bunyinafas
tambahan(krakties/mengi), sianosis.
i) Keamanan
Gejala: Gangguan koordinasi/cara berjalan, hipotensi postural.
2. Diagnosa Keperawatan (SDKI)
1) penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas (D.0008)
2) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen (D.0056)
3) nyeri (akut) yang berhubungan dengan pencedera fisiologis (D.0077)
4) Defisit pengetahuan tentang pengelolaan hipertensi (D.0111)
3. Intervensi
N DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI
KEPERAWATAN HASIL KEPERAWATAN
o
(SDKI) (SLKI) (SIKI)
4. Kolaborasi
Rujuk ke progam rehabilitasi jantung
Perawatan Jantung Akut (1.02076)
Lewis, Dirksen. Heitkemper, & Bucher 2014 Medical surgical nursing assessment and
mangement of clinical problem .St. Louis Mosby.
Riskesdas, 2013, Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Nasional Tahun 2013,
Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
Ruhyanudin, F., 2007 Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Ganguan System
Kardiovaskuler. UMM Press, Malang.
Smeltzer SC., Bare, Hinkle &cheever.2010. Buku Ajar Keperawatan Hipertensi. Jakarta:
EGC. Hal: 45-47.
Sutanto 2010, Cekal (cegah & tangkal) penyakit modern, ANDI, Yogyakarta
Tim Pokja SDKI DPP PPNL. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (1st ed.).
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (1). Jakarta.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan (1st ed.). Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia