Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM

MIKROBIOLOGI UMUM

PREPARASI MEDIUM, TEKNIK ASEPIS DAN STERILISASI

Nama : Herlin Aprilia Kartini


NIM : 0910913002
Kelompok : 02

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2011
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mikrobia dapat dikembangkan dengan tujuan tertentu misalnya untuk penelitian atau
pengujian. Mikrobia tersebut biasanya ditumbuhkan pada suatu media yang sesuai dengan jenis
mikrobia yang ditumbuhkan dan kebutuhannya. Bahan-bahan dalam medium harus mencukupi
kebutuhan biosintesis dan matabolisme mikroba tersebut selama proses pembiakan. Media yang
digunakan untuk membiakkan mikroorganisme dapat berupa media agar-agar ataupun media cair.
Dapat berasal dari bahan organik ataupun bahan anorganik. Dalam penggunaanya, media tersebut
harus terbebas dari mikroorganisme lain. Tindakan untuk membebaskan alat atau media dari
mikroorganisme disebut Sterilisasi. Menurut Waluyo (2005), Sterilisasi merupakan suatu tindakan
baik kimia, fisika maupun mekanik yang bertujuan untuk membunuh semua bentuk
mikroorganisme. Sterilisasi dilakukan terhadap peralatan dan bahan yang digunakan untuk
pengamatan, isolasi dan penumbuhan suatu mikroorganisme supaya alat dan bahan tersebut
terbebas dari mikroorganisme yang bersifat kontaminan, baik berupa sel vegetasi maupun spora.
Selain sterilisasi ada teknik lain yang dilakukan untuk membersihkan alat ataupun media yang
akan digunakan yaitu teknik aseptis, teknik ini bertujuan untuk mencegah atau mengurangi
kontaminasi selama bekerja di laboratorium mikrobiologi. Teknik aseptis merupakan suatu cara
yang dilakukan untuk meminimalisasikan dan memelihara secara aseptis dari organisme pathogen
(Hauswirth, 2010). Sterilisasi, teknik aseptis dan pengenalan media pertumbuhan mikroba
merupakan suatu kegiatan penting dalam praktikum dan percobaan dibidang mikrobiologi, oleh
karena itu praktikum ini penting untuk dilaksanakan.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah yang mendasari pelaksanaan praktikum ini adalah
a. Bagaimana proses sterilisasi ruang kerja/laboratorium dan peralatan serta media
pertumbuhan mikroorganisme?
b. bagaimana membuat medium yang sesuai untuk menumbuhkan mikroba tertentu?

1.3 Tujuan
Praktikum pertama mengenai preparasi medium, sterilisasi dan teknik aseptis ini dilaksanakan
dengan tujuan untuk mengetahui berbagai cara sterilisasi ruang kerja/laboratorium dan peralatan
serta media pertumbuhan mikroorganisme. Selain itu juga mengenal macam-macam media
pertumbuhan mikroba dan cara pembuatannya.
1.4 Manfaat
Manfaat yang dapat diambil setelah melaksanakan praktikum ini adalah dapat lebih
memahami pentingnya kebersihan ruang kerja dan peralatan kerja di laboratorium, serta dapat
mengoperasikan peralatan yang biasa digunakan dalam sterilisasi. Selain itu, juga mengenal jenis-
jenis media pertumbuhan yang sesuai dengan jenis mikroba yang dibiakan dan mengetahui cara
pembuatannya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sterilisasi
Sterilisasi menurut Taralo (2005), merupakan proses memusnahkan atau menghilangkan semua
mikroorganisme yang hidup, yang sifatnya dapat menginfeksi atau mengganggu. Sterilisasi dapat
dilakukan dengan 3 cara yaitu secara mekanik, fisik dan kimiawi antara lain :
1.) Sterilisai secara mekanik (filtrasi) menggunakan suatu saringan yang memiliki pori-pori
yang sangat kecil (0.22 mikron atau 0.45 mikron). Sterilisasi dengan penyaringan dilakukan untuk
mensterilisasi cairan yang mudah rusak jika terkena panas atau mudah menguap (volatile).
Misalnya larutan enzim dan antibiotic (Greenwood, 2002).
2.) Sterilisasi secara fisik dapat dilakukan dengan cara pemanasan & penyinaran.
- Pemanasan
a. Pemijaran (dengan api langsung): membakar alat pada api secara langsung, contoh alat : jarum
inokulum, pinset, batang L, dan lain-lain.
b. Panas kering: sterilisasi dilakukan dengan oven kira-kira 60-180 0C. Sterilisasi panas kering cocok
untuk alat yang terbuat dari kaca misalnya erlenmeyer, tabung reaksi dan lain-lain.
c. Uap air panas: konsep ini mirip dengan mengukus. bahan yang mengandung air lebih tepat
menggungakan metode ini supaya tidak terjadi dehidrasi.
d. Uap air panas bertekanan : menggunalkan autoklaf
- Penyinaran dengan UV
Sinar Ultra Violet dapat digunakan untuk proses sterilisasi, misalnya untuk membunuh mikroba
yang menempel pada permukaan interior Safety Cabinet dengan disinari lampu UV.
3.) Sterilisaisi secara kimiawi biasanya menggunakan senyawa desinfektan antara lain alkohol.

2.2 Teknik aseptik


Teknik transfer aseptis adalah suatu metode atau teknik di dalam memindahkan atau
mentransfer kultur bakteria dari satu tempat ke tempat lain secara aseptis agar tidak terjadi
kontaminasi oleh mikroba lain ke dalam kultur. Teknik aseptis sangat diperlukan untuk
menghindarkan mikroorganisme dari kontaminan yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba
(Timby, 2001). Teknik transfer aseptis merupakan suatu teknik dasar dalam analisa mikrobiologi,
teknik transfer aseptik biasa dilakukan untuk memindahkan atau mentransfer kultur bakteri dari satu
tempat ke tempat lain secara aseptis agar tidak terjadi kontaminasi oleh mikroba lain ke dalam
kultur. Teknik transfer aseptis ada meliputi beberapa teknik seperti, Pipetting (mentransfer dengan
pipet), Alcohol Flamming (mentransfer dengan forsep yang dibakar dengan alkohol) serta
Inoculating dengan jarum ose (Afrianti, 2004).

2.3 Media pertumbuhan


Medium adalah suatu bahan yang terdiri atas campuran nutrisi atau zat-zat hara (nutrien) yang
digunakan sebagai tempat untuk menumbuhkan dan sebagai penyedia bahan makanan bagi
mikroorganisme yang berada di atas atau di dalamnya. Media pertumbuhan yang baik bagi kapang,
bakteri dan khamir memiliki komposisi, sebagai berikut:
1.) Bahan dasar medium pertumbuhan adalah air (H 2O) sebagai pelarut dan agar (dari rumput
laut) yang berfungsi untuk pemadat media. Media agar umunya mencair pada suhu 45 0C, supaya
media tidak mudah terdegradasi oleh mikroorganisme, gelatin juga memiliki fungsi yang sama
seperti agar. Gelatin adalah polimer asam amino yang diproduksi dari kolagen. Kekurangannnya
adalah lebih banyak jenis mikroba yang mampu menguraikannya dibanding agar. Silica gel, yaitu
bahan yang mengandung natrium silikat. Juga berfungsi sebagai pemadat media. Silica gel khusus
digunakan untuk memadatkan media bagi mikroorganisme autotrof obligat.
2.) Media harus mengandung unsur-unsur yang diperlukan untuk metabolisme sel yaitu berupa
unsur makro seperti C, H, O, N, P; unsur mikro seperti Fe, Mg dan unsur pelikan/trace element.
Sumber karbon dan energi yang dapat diperoleh berupa senyawa organik atau anorganik yang
sesuai dengan sifat mikrobanya (Benson, 2002).

Medium dapat dibedakan berdasarkan komposisinya yaitu,


a). Medium sintesis yaitu media yang komposisi zat kimianya diketahui jenis dan takarannya
secara pasti, misalnya Glucose Agar, Mac Conkey Agar.
b). Medium semi sintesis yaitu media yang sebagian komposisinya diketahui secara pasti,
misanya PDA (Potato Dextrose Agar) yang mengandung agar, dekstrosa dan ekstrak kentang.
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum mikrobiologi umum dengan topik ‘Preperasi Medium, Sterilisasi dan Teknik
Aseptis’ ini dilaksanakan pada hari Jumat, 18 Maret 2011 bertempat di Laboratorium Mikrobiologi,
Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Brawijaya, Malang.

3.2 Cara Kerja


3.2.1 Preparasi Media
Media yang dibuat dalam praktikum ini antara lain adalah media NA (nutrient agar)
konvensional dan instan, media PDA (potato dextrose agar) konvensional dan instan, serta
pembuatan garfis atau garam fisiologis.
3.2.1.1 Pembuatan Media NA (Nutrient Agar) Konvensional

Daging tanpa lemak

diambil 105 g, dimasukan ke dalam beaker gelas, ditambah 250 ml aquades


dididihkan dan dijaga agar volume air tetap 250 ml
disaring dengan kain saring, diambil 200 ml dan dipindahkan ke dalam Erlenmeyer
ditambah pepton 1 g, diatur pada pH 7, ditambah 3 g Agar
dipanaskan kembali dan terus diaduk
dibagi masing-masing 5 ml ke dalam 2 buah tabung reaksi steril dan sisanya tetap
disimpan pada Erlenmeyer
tabung reaksi dan Erlenmeyer disumbat dan dibungkus menggunakan kertas
pembungkus

Hasil

3.2.1.2 Pembuatan Media NA (Nutrient Agar) Instan


NA instan 2,3 g
ditambah 100 ml aquades ke dalam beaker gelas
dipanaskan menggunakan penangas, dididihkan sambil terus diaduk
dibagi masing-masing 5 ml ke dalam 2 buah tabung reaksi steril dan sisanya disimpan
pada Erlenmeyer
tabung reaksi dan Erlenmeyer disumbat dan dibungkus menggunakan kertas
pembungkus

Hasil
3.2.1.3 Pembuatan Media PDA (Potato Dextrose Agar) Konvensional
Kentang

Dikupas dan dibersihkan, dipotong kecil


diambil 50 g, dimasukan ke dalam beaker gelas, ditambah 250 ml aquades
dididihkan dan dijaga agar volume air tetap 250 ml
disaring dengan kain saring
diambil 200 ml dan dipindahkan ke dalam Erlenmeyer
ditambah glukosa 2 g, diatur pada pH 6-6,5
ditambah 3 g Agar
dipanaskan kembali dan terus diaduk
dibagi masing-masing 5 ml ke dalam 2 buah tabung reaksi steril dan sisanya tetap
disimpan pada Erlenmeyer
tabung reaksi dan Erlenmeyer disumbat dan dibungkus menggunakan kertas
pembungkus

Hasil

3.2.1.4 Pembuatan Media PDA (Potato Dextrose Agar) Instan


PDA instan 3,9 g
ditambah 100 ml aquades ke dalam beaker gelas
dipanaskan menggunakan penangas, dididihkan sambil terus diaduk
dibagi masing-masing 5 ml ke dalam 2 buah tabung reaksi steril dan sisanya disimpan
pada Erlenmeyer
tabung reaksi dan Erlenmeyer disumbat dan dibungkus menggunakan kertas
pembungkus

Hasil

3.2.1.5 Pembuatan Garam Fisiologis


NaCl 68,9 g

ditambah aquades ke dalam beaker gelas, diaduk hingga larut


dibagi masing-masing 9 ml ke dalam 5 buah tabung reaksi steril dan 45 ml ke botol
tabung reaksi dan botol disumbat dan dibungkus menggunakan kertas pembungkus

Hasil
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisa Prosedur


4.1.1 Pembuatan Media Nutrient Agar
Media nutient agar (NA) dibedakan menjadi 2 berdasarkan bahan dasarnya yaitu NA
konvensional dan NA instan. NA konvensional dibuat dari bahan dasar kaldu daging sapi yang
kemudian ditambah dengan agar, sedangkan NA instan dibuat dari beef extract. NA konvensional
dibuat dengan cara, daging sapi direbus dengan 250 ml air di dalam beaker gelas, dan dijaga
volumenya tetap konstan agar volume larutan kaldu yang didapatkan tidak berkurang. Setelah
mendidih air kaldu tersebut disaring dengan menggunakan kain penyaring agar didapatkan air kaldu
yang bersih. Air kaldu dipindahkan ke dalam Erlenmeyer sebanyak 200 ml dan ditambahkan
dengan pepton sebanyak 1 g, pepton berfungsi sebagai sumber protein bagi media pertumbuhan
bakteri. pH air kaldu diatur pada pH 7 dengan menambahkan larutan asam atau basa karena pH
optimal untuk menumbuhkan bakteri adalah pH 7. Ditambahkan 3 g agar, kemudian dipanaskan
kembali sambil terus diaduk supaya agar tidat mengental. Agar dibagi ke 2 tabung rekasi masing-
masing 5 ml dan ke dalam Erlenmeyer. Pembuatan NA instan dilakukan dengan melarutkan 2,3 g
NA instan ke dalam 100 ml aquades pada beaker gelas. Campuran ini dipanaskan hingga mendidih
dan dibagi ke 2 tabung rekasi masing-masing 5 ml dan ke dalam Erlenmeyer.
Potato dextrose agar merupakan media yang dibuat dari bahan dasar kentang. PDA instan
dibuat dari ekstrak kentang yang penggunaannya lebih mudah dan praktis. Kentang yang digunakan
haruslah yang memiliki kualitas baik karena diharapkan dapat menghasilkan ekstrak yang
berkualitas baik pula. Kentang dikupas, dicuci dan dipotong kecil. kentang diambil sebanyak 50 g
dan ditambahkan 250 ml aquades kedalam beaker gelas, kemudian dididihkan dan dijaga agar
volume konstan. Setelah mendidih, kemudian diangkat dari penangas dan disaring menggunakan
kertas penyaring untuk mendapatkan ekstrak kentang yang bersih. Sebanyak 2 g glukosa
ditambahkan pada ekstrak kentang, glukosa berfungsi sebagai sumber karbon. pH larutan diukur
menggunakan pH meter dan diatur pada pH 6-6,5 dengan menambahkan larutan asam atau basa. pH
ini disesuaikan biakan yang biasa ditumbuhkan pada media PDA yaitu kapang. Agar dimasukkan ke
dalam campuran sebanyak 3 g sambil dipanaskan dan diaduk agar campuran merata dan tidak cepat
menental. Kemudian agar dimasukkan ke dalam tabung reaksi masing-masing sebanyak 5 ml.

4.1.2 Sterilisasi dan Tehnik Aseptis


Sterilisasi merupakan setiap proses baik fisika, kimia,dan mekanik yang bertujuan untuk
membunuh semua bentuk kehidupan terutama mikroorganisme (Schegel, 2001). Sterilisasi dapat
peralatan laboratorium dan media dapat dilakukan dengan menggunakan panas basah bertekanan
tinggi (autoclave), panas kering (oven), dan filtrasi. Sebelum disterilkan, peralatan atau media di
bungkus terlebih dahulu menggunakan kertas pembungkus dan diikat agar tidak terlepas dari
pembungkusnya dan tidak mudah terguncang. Kemudian alat atau media dapat disterilisasi
menggunakan alat yang sesuai dengan keperluan sterilisasi.
Teknik aseptis dilakukan pada saat sebelum dan sesudah memindahkan atau melakukan isolasi
pada mikroba. Sebelum bekerja, kebersihan tempat perlu diperhatikan. Meja tempat bekerja dan
tangan kita disemprot menggunakan alcohol 70% untuk membunuh bakteri kontaminan. Pada saat
bekerja, peralatan yang digunakan haruslah dijaga tetap steril sehingga penggunaan bunsen burner
(pembakar bunsen) sangatlah membantu. Peralatan seperti jarum ose dan jarum enten juga harus
disterilkan dengan cara dibakar hingga berwarna merah dari bagian pangkal hingga keujung.
Selama penggunaanyapun jarum ose atau enten diusahakan tetap didekatkan dengan pembakar
bunsen. Sebelum menggunakan peralatan gelas misalnya tabung reaksi, Erlenmeyer dan cawan
petri, peralatan tersebut juga perlu dipanaskan dengan api. Segala upaya ini dilakukan untuk
meminimalisir terjadinya kontaminasi.

4.2 Analisa Hasil


4.2.1 Sterilisasi
Peralatan laboratorium dan segala media pertumbuhan bakteri sangatlah berpengaruh dalam
keberhasilan penelitian atau pengujian dibidang mikrobiologi. Peralatan yang bersih mutlak
menjadi salah syarat penting dalam hal tersebut. Untuk itu kebersihan perlu dijaga untuk
menghindarkan mikroorganisme yang dibiakan mengalami kontaminasi. Sterilisasi merupakan
suatu kegiatan yang tujuannya adalah membunuh atau menghilangkan agen menular (seperti jamur,
bakteri, virus dan prion) dari permukaan, peralatan, makanan, obat-obatan, atau biologis medium
kultur. Dalam prakteknya sterilitas dicapai oleh eksposur objek yang akan disterilkan untuk kimia
atau agen fisik dalam waktu tertentu. Berbagai cara yang digunakan dalam sterilisi adalah
pemberian temperatur tinggi, radiasi pengion, cairan atau gas kimia (Waloyo, 2008). Definisi lain
dari sterilisasi adalah proses memusnahkan atau menghilangkan semua mikroorganisme yang
hidup, termasuk virus (Taralo, 2005). Sterilisasi dapat dilakukan dengan berbagaicara, salah satunya
adalah dengan pemberian panas tinggi. Sterilisasi dengan panas terdiri dari 2 macam yaitu sterilisasi
basah dan kering. Sterilisasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu sterilisasi dengan panas
kering dan alat yang umum digunakan adalah oven. Alat ini dipakai untuk mensterilkan alat-alat
gelas seperti erlenmeyer, petridish, tabunng reaksi dan alat gelas lainnya. bahan-bahan seperti
kapas, kain dan kertas dapat disterilkan dengan alat ini. Suhu yang digunakan pada sterilisasi
secara kering adalah 170 - 1800C selama sekitar 2 jam atau sesuai kebutuhan, tergantung pada jenis
alat dan jumlahnya. Sterilisasi dengan panas basah biasanya digunakan untuk bahan-bahan yang
tidak dapat disterilkan dengan oven. Alat yang digunakan untuk sterilisasi jenis ini disebut autoklaf
(autoclave) alat dilengkapi dengan katup pengaman. alat diisi dengan air kemudian bahan
dimasukkan dan panaskan sampai mendidih, dari katup pengaman keluar uap air. Suhu akan naik
sampai 1210C dan biarkan selama 15 menit (untuk industri pengalengan ada perhitungan tersendiri).
Lalu biarkan dingin sampai tekanan normal dan klep pengaman dibuka,cara ini akan mematikan
spora dengan cara penetrasi panas ke dalam sel/spora sehingga lebih cepat (Greenwood, 2002).

4.2.2 Fungsi Teknik Aseptis dan Transfer Aseptik


Salah satu teknik dasar dalam analisa mikrobiologi adalah teknik transfer aseptis (suatu
metode atau teknik di dalam memindahkan atau mentransfer kultur bakteria dari satu tempat ke
tempat lain secara aseptis agar tidak terjadi kontaminasi oleh mikroba lain ke dalam kultur). Teknik
ini sangat esensial dan kunci keberhasilan prosedur mikrobial yang harus diketahui oleh seorang
yang hendak melakukan analisis mikrobiologi. Pengambilan sampel harus dilakukan secara statistik
dan secara acak (random sampling). Selain itu, digunakan teknik aseptis selama pengambilan
sampel agar tidak terjadi pencemaran. Alat-alat yang digunakan harus steril (Afrianti, 2004). Teknik
transfer aseptis meliputi beberapa teknik seperti Inoculating (inokulasi) dengan jarum ose, Pipetting
(mentransfer dengan pipet) serta Alcohol Flamming (mentransfer dengan forsep yang dibakar
dengan alkohol).

Gambar 1. Transfer aseptis (Indra, 2008)


Teknik aseptis merupakan suatu metode yang digunakan untuk mengurangi adanya
kontaminasi dari mikroorganisme lain. Menurut ( Ingraham, 2004) Teknik aseptis sangat diperlukan
untuk menghindarkan mikroorganisme dari kontaminan yang dapat menghambat pertumbuhan
mikroba. Teknik transfer aseptis adalah suatu metode atau teknik di dalam memindahkan atau
mentransfer kultur bakteria dari satu tempat ke tempat lain secara aseptis agar tidak terjadi
kontaminasi oleh mikroba lain ke dalam kultur (Tsuchiya and Kimura, 2008).
4.2.3 Media Pertumbuhan dan Komposisinya
Medium adalah suatu bahan yang terdiri atas campuran nutrisi atau zat-zat hara (nutrien) yang
digunakan menumbuhkan mikroorganisme yang berada di atas atau didalamnya (Waluyo, 2008).
Media pertumbuhan yang baik bagi kapang, bakteri dan khamir memiliki komposisi, sebagai
berikut:
a. Bahan dasar medium pertumbuhan air (H2O) sebagai pelarut, agar (dari rumput laut) yang
berfungsi untuk pemadat media. Agar sulit didegradasi oleh mikroorganisme umumnya akan
mencair pada suhu 450C, gelatin juga memiliki fungsi yang sama seperti agar. Gelatin adalah
polimer asam amino yang diproduksi dari kolagen. Kekurangannnya adalah lebih banyak jenis
mikroba yang mampu menguraikannya dibanding agar. Silica gel, yaitu bahan yang mengandung
natrium silikat. Juga berfungsi sebagai pemadat media. Silica gel khusus digunakan untuk
memadatkan media bagi mikroorganisme autotrof obligat.
b. Media harus mengandung unsur-unsur yang diperlukan untuk metabolisme sel yaitu berupa
unsur makro seperti C, H, O, N, P; unsur mikro seperti Fe, Mg dan unsur pelikan/trace element.
Sumber karbon dan energi yang dapat diperoleh berupa senyawa organik atau anorganik yang
sesuai dengan sifat mikrobanya (Benson, 2002).
Nutrient Agar yang digunakan umumnya adalah dibuat dari ekstrak daging 10 g, pepton 10 g,
NaCl 5 g, air desitilat 1.000 ml dan 15 g agar/L, yang kemudian dilarutkan pada 200 ml aquadest
(John., dkk, 2009), NA ini kemudian disterilkan dengan autoklaf pada 121 0C selama 15 menit
(Tortora, 2002). Medium lainnya yaitu PDA, digunakan untuk menumbuhkan atau mengidentifikasi
yeast (ragi) dan kapang. PDA merupakan suatu media yang mengandung sumber karbohidrat dalam
jumlah cukup yaitu terdiri dari 20% ekstrak kentang dan 2% glukosa sehingga baik untuk
pertumbuhan kapang dan khamir tetapi kurang baik untuk pertumbuhan bakteri. Pembuatan media
PDA adalah dengan cara memanaskan instant PDA (23 gram) di dalam aquadest hingga mendidih,
kemudian media PDA disterilisasi pada suhu 1200C selama 15 menit, dan didinginkan hingga suhu
40-450C serta pH akhir 5,6+0,2 (John., dkk, 2009).

4.2.4 Nutrisi yang dibutuhkan oleh mikroorganisme secara umum


mikroorganisme membutuhkan berbagai nutrisi untuk tumbuh dan berkembang biak. Setiap
jenis mikroorganisme memerlukan bahan – bahan yang berbeda sebagai bahan dasar penunjang
hidupnya, meskipun demikian secara umum nutrisi yang dibutuhkan mikroorganisme adalah
karbohidrat, yang meliputi glukosa, fruktosa, sukrosa, xilosa, maltosa, rhamnosa, arabinosa,
rafinosa, oligosakarida; asam amino yang meliputi leusin/ isoleusin, valin, asam γ-aminobutirat,
glutamin, γ-alanin, asparagin, serin, asam glutamat, asam aspartat, sistin/ sistein, glisin, fenilalanin,
treonin, tirosin, lisin, prolin, metionin, triptofan, homoserin, β-alanin, arginin. Asam organik seperti
tartarat, oksalat, sitrat, malat, asetat, propionat, butirat, valerat, suksinat, fumarat,glikolat. Enzim:
Fosfatase, invertase, amilase, protease, poligalakfuronase. Selain senyawa – senyawa di atas
mikroorganisme (kapang, bakteri, dll) membutuhkan senyawa yang lain yang terdiri atas biotin,
tiamin, pantotenat, niasin, kolin, inositol, piridoksin, asam p-aminobenzoat, asam n-metilnikotinat,
auksin (Ingarham, 2004).

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Sterilisasi dilakukan dengan menggunakan beberapa cara, sebagian besar dilakukan dengan
mengandalkan energi panas ataupun dengan zat kimia yang bersifat sebagai desinfektan. Media NA
digunakan untuk membiakan bakteri sedangkan media PDA digunakan untuk membiakan kapang.
Baik media NA maupun PDA dapat dibuat secara konvensional maupun instan.
5.2 Saran

Selama melaksanakan praktikum, praktikan perlu berhati-hati terhadap penggunaan peralatan


gelas dan terhadap beberapa peralatan yang menimbulkan panas tinggi.
DAFTAR PUSTAKA

Afrianti, L. H. 2004. Menghitung Mikroba pada Bahan Makanan. http://www.pikiran-rakyat.com.


Diakses pada tanggal 24 Maret 2011
Benson, H. J. 2002. Microbial Applications. Mc Graw Hill Company Book, Inc. New York
Hauswirth, Katherine. 2010. Aseptic technique. http://www.mansfield.ohiostate.edu/~sabedon/black
06 .htm . Diakses tanggal 24 Maret 2011
Indra. 2008. Dasar – Dasar Mikrobiologi . http//:www.indomeda.com. Diakses pada tanggal 24
Maret 2011
Ingraham, J.L and Catherine A. Ingraham. 2004. Introduction to Microbiology A Case History
Approach Thierd Edition. Thompson Learning, Inc. Australia
John, M. M., Paul. V. D dan Daud, P. C. 2009. Brock: Biology of Microorganism Twelve Edition.
Pearson Education Inc. San Fransisco.
Lim, D. 2002. Microbiology, Second Edition. McGrow-hill book. New york.
Pelczar, M. J. dan E. C. S. Chan. 2001. Dasar-dasar Mikrobiologi. UI Press. Jakarta.
Schegel, G.H. 2001. General Microbiologi seventh edition. Cambrige University Press. USA.
Taralo, Kathlee P. 2005. Foundations in Microbiology fifth edition. Mc Graw Hill. New York
Timby, Barbara K. 2001. Fundamental Skills and Concepts in Patient Care, seventh edition. PA:
J.P. Lippincott Co. Philadelphia
Tortora, G. J., B.R. Funke, C. L. Case. 2001. Microbiological An Introduction 7th Edition. Addison
Wesley Longman, Inc. San Francisco
Tsuchiya and Kimura. 2008. Appl. Environ. Microbiol. 35:631.
Waluyo, L. 2005. Teknik Metode Dasar dalam Mikrobiologi.UMM press. Malang
Lampiran
Jawaban Pertanyaan
1. Penggunaan filter dengan pori-pori 0.2 µm dikarena bakteri memiliki ukuran sekitar
± 3 µm. Sehingga dengan menggunakan filter dengan ukuran pori-pori 0.2 µm bakteri
tersaring dalam filter tersebut.
2. Pembakaran jarum ose dilakukan mulai dari pangkal karena tidak menutup
kemungkinan dibagian pangkal terdapat mikroorganisme lain.
3. Sterilisasi menggunakan oven lebih lama disbanding sterilisasi menggunakan
autoklaf karena sterilisasi dengan menggunakan oven hanya menggunakan panas saja,
sedangkan sterilisasi dengan autoklaf selain dengan uap panas juga dengan tekanan yang
tinggi. Sehingga sterilisasi autoklaf lebih kompleks dan lebih cepat.
4. Pasteurisasi dilakukan pada suhu 700C karena jika dilakukan sterilisasi dengan suhu
lebih tinggi, protein susu akan mengalami denaturasi (kerusakan). Selain itu pasteurisasi
dilakukan hanya untuk membunuh bakteri yang menyebabkan kebusukan, tidak pada bakteri
lainnya karena sebagian besar sampel juga merupakan hasil aktivitas fermentasi bakteri.

Anda mungkin juga menyukai