Anda di halaman 1dari 25

a.

Latar Belakang

Di era globalisasi sekarang ini, berbagai bidang seperti ekonomi,


teknologi, industry dan lain-lain telah mengalami kemajuan yang sangat pesat.
Adanya kemajuan ini tentunya akan memudahkan masyarakat dalam melakukan
sesuatu. Misalnya, di bidang ekonomi kini masyarakat tidak lagi kesulitan dalam
mencari produk atau barang yang akan dibutuhkannya. Hal tersebut dikarenakan
semakin tingginya tingkat produksi dan peredaran produk-barang dan jasa yang
ditawarkan kepada masyarakat. Banyaknya barang dan jasa yang ada di pasaran
tentunya akan memengaruhi barang dan jasa yang ditawarkan kepada masyarakat.
sikap individu terhadap pembelian dan pemakaian barang. Pembelian dan
pemakaian suatu barang terkadang bukan lagi untuk memenuhi kebutuhan,
melainkan didorong karena adanya faktor keinginan yang kurang berguna, seperti
mengikuti trend, gengsi, menaikan prestise, dan berbagai alasan lainnya yang
dianggap kurang penting (Fitriyani, Widodo, & Fauziah, 2013).

Di Indonesia salah satu yang paling menonjol dari proyek kaum kapitalis
untuk menguasai sumber daya dan alat produksi adalah dengan sengaja
menciptakan “kebutuhan” baru dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Elit
Kapitalis selalu mendorong bangsa kita untuk berkonsumsi banyak dan lebih
banyak lagi. Kapitalisme berusaha menciptakan citra bahwa orang yang sukses
adalah orang yang mempunyai banyak barang dan menempati posisi terhormat.

Mahasiswa merupakan sekelompok pemuda remaja yang mulai memasuki


tahap dewasa awalnya, mahasiswa seharusnya mengisi waktunya dengan
menambah pengetahuan, ketrampilan, dan keahlian, serta mengisi kegiatan
mereka dengan berbagai macam kegiatan positif sehingga akan memiliki orientasi
ke masa depan sebagai manusia yang bermanfaat bagi masyarakat dan bangsa,
tetapi kehidupan kampus telah membentuk gaya hidup khas di kalangan
mahasiswa dan terjadi perubahan budaya sosial yang tinggi yang membuat setiap
individu mempertahankan polanya dalam berprilaku.
Dewasa ini, perilaku konsumtif telah melanda semua kalangan
masyarakat, salah satunya ialah kaum remaja. Menurut Santrock (2012) pada
masa remaja, individu akan cenderung menyukai berbagai hal baru yang cukup
menantang bagi dirinya, hal tersebut dikarenakan remaja berupaya untuk
mencapai kemandirian dan menemukan identitas dirinya. Sementara itu,
munculnya beberapa perubahan yang kemungkinan dialami oleh remaja baik
perubahan fisik, sikap, perilaku, dan emosi. Hal ini yang kemudian menjadikan
tindakan konsumtif tersebut tidak didasarkan pada pertimbangan yang rasional.
Dalam keadaan tersebut, manusia lebih mementingkan faktor keinginan daripada
sebuah kebutuhan, serta cenderung dikuasai oleh hasrat keduniawian dan
kesenangan material semata (hedonistik). Pendapat ini kemudian dikuatkan pula
oleh Jean Baudrillard yang mengatakan logika sosial konsumsi tidak akan pernah
terfokus pada pemanfaatan nilai guna barang dan jasa oleh individu, namun akan
terfokus pada produksi dan manipulasi sejumlah penanda sosial (Ritzer, 2011).
Oleh karena itu konsumsi dalam pandangannya dilihat bukanlah sebuah
kenikmatan atau kesenangan yang dilakukan masyarakat secara bebas dan
rasional, melainkan sebagai sesuatu yang terlembagakan, dan dipaksakan kepada
masyarakat hingga menyebabkan terjadinya pergeseran logika konsumsi, yaitu
dari logika kebutuhan menjadi logika hasrat (Suyanto, 2013).
Fenomena yang terjadi di masyarakat perkotaan adalah budaya konsumtif
yang tinggi, hal ini disebabkan oleh tingginya tingkat kebutuhan sehari hari yang
dibutuhkan oleh manusia baik itu dari kalangan atas maupun dari kalangan bawah
yang akan lebih selektif pada produk yang di konsumsi. Berdasarkan data CNN di
Indonesia diketahui pasar Indonesia pada 2020 mencapai US$12 miliar, dimana
pertumbuhan majemuk e-commerce antara 2015 sampai 2020 naik 94 persen dan
pengguna internet Indonesia tercatat sebagai warganet yang paling banyak
membeli barang secara online pada Desember 2020. Adapun sebanyak 86 persen
pengguna internet Indonesia melakukan belanja online lewat perangkat apapun.
Dengan tingginya persentase penguna internet yang berbelanja online keadaan
tersebut akan mempengaruhi pola perilaku konsumtif seseorang.
Menurut penelitian Wibisono (2019) Perilaku mahasiswa IBI Darmajaya
dikatakan konsumtif, karena masyarakat cendrung melakukan konsumsi tiada
batas untuk membeli sesuatu yang berlebihan atau tidak terencana. Padahal rata-
rata keuangan mahasiswa IBI Darmajaya sebulan sekitar Rp. 900.000 – Rp.
1.500.000 perbulan. Sehingga mahasiswa IBI Perilaku mahasiswa IBI Darmajaya
dikatakan konsumtif, karena masyarakat cendrung melakukan konsumsi tiada
batas untuk membeli sesuatu yang berlebihan atau tidak terencana. Padahal rata-
rata keuangan mahasiswa IBI Darmajaya sebulan sekitar Rp. 900.000 – Rp.
1.500.000 perbulan. Sehingga mahasiswa IBI Darmajaya memiliki pola keuangan
yang kurang baik seperti kurangnya menabung, investasi dan perencaanaan dana
unuk masa depan. Mahasiswa IBI Darmajaya cendrung banyak pengeluaran tesier
seperti makanan, pakaian, sampai jalan-jalan ketempat wisata. Hal ini mahasiswa
IBI Darmajaya, baik secara langsung dan tidak langsung menunjukan bahwa
masyarakat berperilaku boros karena mereka ingin merasakan gaya hidup yang
kelas atas. Penilaian atas pemahaman mereka atas perilaku keuangan pribadi dan
pengetahuan keuangan dibutuhkan pemahaman dan kebiasaan mereka dalam
menerapkan pengelolaan uang dan biasanya mahasiswa IBI Darmajaya semester 7
lebih berpengalaman dalam mengelola uang.

Salah satu faktor yang meningkatkan perilaku konsumtif mahasiswa


adalah perkembangan teknologi dan informasi. Informasi dan teknologi adalah
dua faktor yang tidak hanya membawa perubahan dalam dunia e-commerce tetapi
juga merevolusi cara bisnis dilakukan online (Das, 2014). Integrasi Internet yang
serba cepat sebagai alat pemasaran dalam beberapa tahun terakhir telah
berdampak besar pada bagaimana berkomunikasi dengan pelanggan mereka dan
internet telah menyediakan platform besar untuk merek lokal dan global untuk
memperluas pasar mereka dan memperoleh lebih banyak pelanggan dari pada
sebelumnya (POTURAK & SOFTIC, 2019). Dengan meningkatnya jejaring
sosial, era baru penciptaan konten telah muncul, di mana individu dapat dengan
mudah berbagi pengalaman dan informasi dengan pengguna lain (Chen et al.
2011a dalam Hajli, 2013).
Media sosial merupakan alat komunikasi sederhana bagi orang untuk tetap
berhubungan dengan teman dan kerabat (Pradeep & Nair, 2018). Media social
menyediakan ruang virtual bagi orang untuk berkomunikasi melalui internet, yang
juga mungkin menjadi agen penting sosialisasi konsumen (Khatib, 2016). Media
sosial telah menciptakan lanskap baru dalam mendukung sosialisasi informasi
(Solis, 2007 dalam Khatib, 2016). Konsumen di dunia saat ini semakin
bergantung pada internet untuk mendapatkan informasi tentang makanan untuk
membandingkan berbagai alternatif pembelian dan memaksimalkan pengetahuan
mereka sebelum membuat keputusan penting tentang pembelian makanan
(Fathelrahman & Basarir, 2018). Pengguna media sosial juga dianggap sebagai
pembeli potensial, sehingga industri makanan sudah mulai memasarkan makanan
secara online (Fathelrahman & Basarir, 2018).
Fenomena perilaku konsumtif ini tentunya akan terus berkembang,
dikarenakan adanya faktor yang dapat menyebabkan munculnya perilaku
konsumtif, salah satunya adalah gaya hidup. Menurut Kotler dan Amstrong
(1994) bahwa gaya hidup merupakan salah satu aktor yang dapat mempengaruhi
perilaku konsumtif. Gaya hidup seseorang akan menunjukkan pola kehidupannya
yang dicerminkan melalui kegiatan, minat, dan opininya dalam berinteraksi di
lingkungan di sekitarnya. Hawkins mengungkapkan bahwa gaya hidup yang
dianut oleh seseorang akan berpengaruh terhadap kebutuhan, keinginan, serta
perilakunya termasuk perilaku membeli (Yuniarti, 2015). Hal ini sejalan dengan
hasil penelitian Hariyono (2015) menunjukkan bahwa gaya hidup memiliki
hubungan positif dengan perilaku konsumtif pada remaja. Dalam penelitian
tersebut, dijelaskan bahwa gaya hidup seseorang akan memengaruhi kebutuhan,
keinginan dan erilaku membeli seseorang. Lebih lanjut, penelitian yang dilakukan
oleh Febyanti 2016) pada remaja menunjukkan bahwa gaya hidup hedonis
memiliki pengaruh positif terhadap perilaku konsumtif. Berdasarkan latar
belakang tersebut dan masih adanya research gap yang terjadi, penulis tertarik
melakukan sebuah penelitian dengan judul : “PENGARUH PENGARUH
MEDIA SOSIAL DAN GAYA HIDUP TERHADAP PERILAKU
KONSUMTIF MAHASISWA IBI DARMAJAYA DI BANDAR
LAMPUNG”.

b. Ruang Lingkup Penelitian

1. Ruang Lingkup Subjek

Ruang lingkup Subjek dalam penelitian ini adalah prilaku konsumtif.

2. Ruang Lingkup Objek

Ruang lingkup objek dalam penelitian ini adalah mahasiswa IBI


Darmajaya di Bandar Lampung.

3. Ruang Lingkup Tempat.

Ruang lingkup tempat dalam penelitian ini yaitu kampus IBI Darmajaya di
Bandar Lampung.

4. Ruang Lingkup Waktu

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2021 sampai dengan


selesai.

5. Ruang Lingkup Ilmu

Ruang lingkup ilmu: Pengantar Manajemen Keuangan, Manajemen


Investasi, Kinerja Keuangan dan Analisis Laporan Keuangan.

c. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah diatas, maka dapat


ditentukan rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu:

1. Apakah media sosial berpengaruh signifikan terhadap perilaku


konsumtif mahasiswa IBI Darmajaya?
2. Apakah gaya hidup berpengaruh signifikan terhadap perilaku
konsumtif mahasiswa IBI Darmajaya?

d. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan pokok permasalahan diatas maka diambil tujuan dari


penelitian ini adalah:

1. Untuk menguji apakah media berpengaruh signifikan terhadap perilaku


konsumtif mahasiswa IBI Darmajaya.

2. Untuk menguji apakah gaya hidup berpengaruh signifikan terhadap


perilaku konsumtif mahasiswa IBI Darmajaya.

e. Manfaat penelitian

Dengan mengetahui pemecahan permasalahan, maka akan diperoleh


beberapa manfaat, antara lain:

1. Bagi Objek yang diteliti

Hasil penelitian ini diharapkan karyawan wanita dapat mengelola perilaku


konsumtifnya sebagai salah satu modal investasi yang dapat meningkatkan
kualitas hidup mereka dimasa yang akan datang.

2. Bagi peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pegangan referensi bagi


penelitian dibidang yang sama di masa yang akan datang.
f. Tinjaun Pustaka (Grand Theory)
Consumer Behavior Theory (Teori Perilaku Konsumen)
Teori utama yang menjadi dasar dalam penelitian ini yaitu teori perilaku
konsumen atau consumer behavior theory dari Kotler & Keller (2016). Sumarwan
(2014) menyatakan bahwa perilaku konsumen merupakan semua kegiatan,
tindakan, serta proses psikologis yang mendorong tindakan tersebut pada saat
sebelum membeli, ketika membeli, menggunakan, menghabiskan produk dan jasa
setelah melakukan hal-hal di atas atau kegiatan mengevaluasi. Menurut Kotler &
Keller (2016) definisi perilaku konsumen yaitu studi bagaimana individu,
kelompok dan organisasi memilih, membeli, menggunakan dan menempatkan
barang, jasa, ide atau pengalaman untuk memuaskan keinginan dan kebutuhan
mereka.
Menurut Schiffman & Kanuk (2010) mengartikan perilaku konsumen
sebagai perilaku yang diperlihatkan konsumen dalam mencari, membeli,
menggunakan, mengevaluasi, dan menghabiskan barang dan jasa yang mereka
harapkan akan memuaskan kebutuhan mereka. Sedangkan menurut Sumarwan
(2014) pada hakikatnya perilaku konsumen yaitu untuk memahami mengapa
seorang konsumen melakukan dan apa yang mereka lakukan. Studi perilaku
konsumen merupakan suatu studi mengenai bagaimana individu membuat
keputusan untuk mengalokasikan sumber daya yang tersedia (waktu, uang, usaha
dan energi).

Konsumtif

Menurut teori Riyan Ariadi (2015) konsumsi adalah upaya seseorang


untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan, baik kebutuhan pokok maupun yang
tidak pokok. Berdasarkan penelitian dari Leipamaa-leskinen, Jyrinki dan
Laaksonen (2012) dalam Riyan Ariadi (2015) membagi konsumsi menjadi dua
bagian yaitu konsumsi kebutuhan dasar dan konsumsi barang mewah. Dimana
konsumsi kebutuhan dasar berupa kebutuhan sehari- hari dan konsumsi barang
mewah berupa hiburan atau gaya hidup.

Tipe-Tipe Perilaku Konsumtif Menurut Moningka (2006) ada 3 tipeperilaku


konsumtif, yaitu:

 konsumsi adiktif (addictive consumption), yaitu mengkonsumsi barang


atau jasa kerena ketagihan.

 konsumsi kompulsif (compulsive consumption), yaitu berbelanja secara


terus menerus tanpa memperhatikan apa yang sebenarnya ingin dibeli.

 pembelian impulsif (impulse buying atau impulsive buying). Pada


impulse buying, produk dan jasa memiliki daya guna bagi individu.
Pembelian produk atau jasa tersebut biasanya dilakukan tanpa
perencanaan.

Prilaku Konsumtif

Perilaku konsumtif merupakan kecenderungan manusia untuk melakukan


konsumsi tiada batas, membeli sesuatu yang berlebihan atau secara tidak
terencana. Pada banyak kasus, perilaku konsumtif ini tidak berdasarkan pada
kebutuhan, tetapi didorong oleh hasrat dan keinginan. Pergeseran perilaku
konsumen tidak lagi untuk memenuhi kebutuhan tetapi berdasarkan motivasi
untuk mendapatkan suatu sensasi, tantangan, kegembiraan, sosialisasi dan
menghilangkan stress.

Perilaku konsumtif dapat didefiniskan sebagai tindakan-tindakan individu


yang secara langsung terlibat dalam usaha memperoleh dan menggunakan
barangbarang jasa ekonomis termasuk proses pengambilan keputusan yang
mendahului dan menentukan tindakan-tindakan tersebut.

Pada satu sisi, konsumsi memang bersifat mutlak. Keberlangsungan hidup


manusia tidak bisa terlepas dari asupan pangan yang mereka nikmati. Peningkatan
intensitas kebutuhan komoditas konsumsi secara rasio memang berkorelasi positif
dengan pertumbuhan jumlah manusia (Jumiati,2009).

Perilaku konsumtif dominan terjadi pada tingkat mahasiswa, khususnya


mahasiswi. Parma (2010), mengatakan bahwa perilaku konsumtif pada remaja
putri cenderung dipengaruhi oleh faktor rasional dan faktor emosional. Remaja
yang berperilaku konsumtif menggunakan faktor emosionalnya saja, misalnya
dengan hanya memperhitungkan gengsi dan perstise, sedangkan remaja yang
memperhatikan faktor rasional cenderung memperhitungkan manfaat serta harga
produk yang berwujud mode atau stylepopular. Mahasiswa dipandang oleh
masyarakat sebagai individu yang terpelajar dengan pemikiran yang matang,
berpenampilan menarik, rapi, dan sopan santun. Pandangan inilah yang akhirnya
membuat mahasiswa mengondisikan dirinya untuk tampil menarik (Purnomo,
2011). Mahasiswa yang ingin dianggap keberadaanya oleh lingkungan dengan
berusaha menjadi lingkungan tersebut. Kebutuhan untuk diterima dan menjadi
sama dengan orang lain mengikuti berbagai atribut yang sedang popular. Salah
satu caranya adalah berperilaku konsumtif (Jumiati,2009).

Indikator Perilaku Konsumtif

Sumartono (2012) menyatakan indikator perilaku konsumtif terdiri dari delapan


indikator, yaitu:

1. Membeli produk karena iming-iming hadiah

Konsumen mahasiswa membeli produk bukan berdasarkan kebutuhan karena


iming-iming yang ditawarkan pada produk tersebut.

2. Membeli produk karena kemasannya menarik

Konsumen mahasiswa membeli produk hanya karena terbujuk oleh kemasannya


yang menarik.
3. Membeli produk demi menjaga penampilan diri dari gengsi

Pada umumnya, konsumen mempunyai ciri khas dalam berpakaian, berdandan,


gaya rambut, dan sebagainya dengan tujuan menarik perhatian orang lain.
Konsumen mahasiswa membelanjakan uangnya lebih banyak untuk menunjang
penampilan diri.

4. Membeli produk atas pertimbangan harga (bukan atas dasar manfaat atau
kegunaan)

Konsumen mahasiswa cenderung berperilaku yang ditandakan oleh adanya


kehidupan mewah sehingga cenderung menggunakan segala hal yang dianggap
paling mewah.

5. Membeli produk hanya sekedar menjaga simbol status

Konsumen mahasiswa membeli suatu produk yang memberi kesan berasal dari
kelas sosial lebih tinggi atau produk mahal. Dengan membeli suatu produk dapat
memberikan simbol status kelihatan lebih keren dimata orang lain.

6. Memakai produk karena unsur konformitas terhadap model yang mengiklankan

Konsumen mahasiswa cenderung meniru perilaku tokoh yang diidolakannya


dalam bentuk menggunakan segala sesuatu yang dapat dipakai tokoh idolanya.
Konsumen mahasiswa juga cenderung memakai dan mencoba produk yang
ditawarkan bila ia mengidolakan public figure produk tersebut.

7. Munculnya penilaian bahwa membeli produk dengan harga mahal akan


menimbulkan rasa percaya diri

Konsumen sangat mudah terdorong untuk mencoba suatu produk yang diiklankan,
karena mereka percaya apa yang dikatakan oleh iklan yaitu dapat menumbuhkan
rasa percaya diri.

8. Mencoba lebih dari dua produk sejenis (merek berbeda)


Konsumen akan cenderung menggunakan produk sejenis dengan merek yang
lain, meskipun produk yang sebelumnya dimiliki tersebut belum habis dipakai.

Media Sosial
Media sosial merupakan salah satu bentuk komunikasi yang dapat
dilakukan dengan cara tidak bertatap muka secara langsung melainkan secara
online. Menurut Antow (2016) media sosial merupakan segala jenis media yang
hanya bisa diakses melalui internet dan berisikan teks, foto, video, dan suara.
Penggunaan media sosial dilengkapi dengan akses internet tidak terlepas dari
tangan masyarakt pada era saat ini. Selain itu, Anggraeni (2017) berpendapat
media sosial merupakan perkembangan mutakhir dari teknologi web baru berbasis
internet, yang memudahkan semua orang untuk dapat berkomunikasi,
berpartisipasi, saling berbagi, dan membentuk sebuah jaringan secara online
sehingga dapat menyebarluaskan konten mereka sendiri.
Berdasarkan beberapa penjelasan diatas, dapat dikatakan media sosial
adalah sebuah jejaring sosial yang digunakan untuk berkomunikasi satu sama lain
yang dilakukan secara online untuk saling berinteraksi tanpa dibatasi ruang dan
waktu.
Fenomena yang terjadi saat ini manusia tidak dapat dipisahkan dari media
sosial. Hidayatun (2015) menyatakan bahwa penggunaan media sosial tidak dapat
dipisahkan dari penggunaan internet yang merupakan hal yang sedang tren di
kalangan remaja, dimana dengan menggunakan media sosial mereka dapat
berkomunikasi secara lebih menarik.
Kadeni & Ninik (2018) mendefinisikan media sosial merupakan sebuah
media dalam jaringan dengan para penggunanya yang bisa dengan mudah
berpartisipasi dan berbagi. Dengan berkembangnya teknologi yang semakin
canggih, aplikasi media sosial sangat beraneka ragam. Saat ini instagram
merupakan salah satu media sosial yang populer. Menurut wikipedia, instagram
atau dikenal dengan istilah IG merupakan sebuah aplikasi berbagi foto dan video
yang memungkinkan pengguna mengambil foto, mengambil video, menerapkan
filter digital, dan membagikannya ke berbagai layanan jejaring sosial, termasuk
milik instagram sendiri. Instagram kini berkembang pesat dengan fitur visualnya
yang menjadi daya tarik tersendiri bagi para pengguna media sosial. Berbagai foto
dan video dapat diunggah dengan berbagai macam tema mulai dari foto diri,
makanan, hobi, pemandangan, dan dengan berbagai teknik editing. Hal tersebut
membuat penggunanya berlomba-lomba membuat feeds yang menarik. Tidak
dapat dipungkiri bahwa saat ini instagram telah menjadi salah satu album foto
terbuka yang memungkinkan orang terpengaruh dengan foto-foto yang diunggah
dalam suatu akun instagram.
Dalam media sosial ini, pengikut akun menjadi salah satu unsur yang
penting, dan jumlah tanda suka dari para pengikut sangat mempengaruhi apakah
foto tersebut dapat menjadi sebuah foto yang populer atau tidak. Kegunaan
instagram yang utama yaitu sebagai tempat untuk mengunggah berbagai foto yang
diberikan sebuah caption agar semakin menarik untuk diperlihatkan kepada
pengguna lain. Hal tersebut dimaksudkan untuk mendapatkan komentar dan like
pada unggahan. Dengan demikian, seseorang yang populer dapat dilihat dari
jumlah pengikutnya, dan jumlah like serta komentar pada unggahannya.

Berdasarkan paparan di atas, maka dapat dikatakan penggunaan media


sosial instagram merupakan suatu proses atau kegiatan yang dilakukan seseorang
dengan menggunakan aplikasi di media sosial melalui smartphone yang dapat
digunakan untuk berkomunikasi, berbagi informasi, memposting foto dan video,
berbagi cerita, berbagi ide, berbelanja online, menemukan teman baru, dan lain
sebagainya.

Indikator Penggunaan Media Sosial

Media sosial instagram merupakan suatu bentuk media online yang sudah
tidak asing di kalangan masyarakat terutama mahasiswa. Indikator yang
digunakan dalam penelitian ini sesuai pendapat Mayfield (2008) dalam Miranda
(2017) yang menyatakan sebagai berikut:
1. Partisipasi, dimana media sosial memberikan kontribusi atau umpan
balik (feedback) dari setiap orang yang tertarik menggunakannya.

2. Keterbukaan, media sosial terbuka untuk umpan balik (feedback) dan


partisipasi melalui saran, komentar, dan bermacam informasi.

3. Percakapan, dalam media sosial terjalin komunikasi antara pengguna


secara dua arah.

4. Komunitas, media sosial mendorong terbentuknya komunitas secara


cepat dan komunikasi yang efektif dan saling berbagi isu atau informasi.

5. Keterhubungan, media sosial mampu melayani keterhubungan antara


penggunanya, dengan membuat tautan (links) pada situs-situs, sumber-
sumber informasi, dan pengguna lainnya.

Indikator yang digunakan dalam penelitian ini sesuai dengan pendapat


yang dikemukakan oleh Mayfield (2008) dalam Miranda (2017) yang terdiri dari
lima indikator yaitu pertisipasi, keterbukaan, percakapan, komunitas, dan
keterhubungan.

Gaya Hidup

Waseza (2016) menyatakan gaya hidup merupakan faktor personal yang


menentukan perilaku seseorang dalam mengonsumsi produk. Menurut Setiadi
(2003) gaya hidup diidentifikasikan sebagai cara hidup bagaimana seseorang
menghabiskan waktu mereka (aktivitas) apa yang mereka anggap penting dalam
lingkungannya (ketertarikan), dan apa yang mereka pikirkan tentang diri mereka
sendiri dan juga dunia di sekitarnya (pendapat). Gaya hidup seseorang akan
berbeda dengan yang lainnya. Bahkan dari masa ke masa gaya hidup suatu
individu dan kelompok masyarakat akan bergerak dinamis. Mowen dan Minor
(2002) berpendapat gaya hidup (life style) menunjukkan bagaimana orang hidup,
bagaimana mereka membelanjakan uangnya, dan bagaimana mereka
mengalokasikan waktu mereka. Kotler & Keller (2016) menyatakan gaya hidup
merupakan pola hidup seseorang yang diekspresikan dalam kegiatan, minat, dan
pendapatnya. Penelitian Rois & Bowo (2019) menunjukkan hasil bahwa gaya
hidup memiliki pengaruh positif signifikan terhadap perilaku konsumtif.

Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan Kanserina (2015)


menyimpulkan bahwa gaya hidup berpengaruh secara positif terhadap perilaku
konsumtif. Sumartono (2012) berpendapat bahwa menjamurnya bisnis waralaba,
shopping mall, supermarket, dan toko serba ada saat ini telah menjadi komoditas
masyarakat terutama kalangan remaja. Kehadirannya yang dianggap exclusive
seakan menjadi simbol peradaban manusia dan mampu menyulap wajah dunia
menuju suatu kondisi yang konsumeristik dan sekaligus melahirkan tren dan gaya
hidup baru. Kondisi tersebut akan menimbulkan budaya konsumtif.

Sementara itu, menurut Setiadi (2013) gaya hidup seseorang adalah pola
hidup di dunia yang diekspresikan oleh kegiatan, minat dan pendapat seseorang.
Gaya hidup merupakan sesuatu yang dapat membentuk pola perilaku seseorang,
termasuk perilaku dalam mengonsumsi suatu produk barang dan jasa. Seorang
individu dalam mengonsumsi suatu produk akan menyesuaikan dengan gaya
hidup mereka. Gaya hidup yang menjadi tren konsumsi suatu produk dapat
mengindikasikan perilaku konsumtif seseorang. Berdasarkan beberapa definisi di
atas, maka dapat dikatakan bahwa gaya hidup merupakan cara hidup atau
kebiasaan yang ditunjukkan dengan perilaku seseorang yang dapat
diidentifikasikan melalui kegiatan, minat, dan pendapatnya.

Indikator Gaya Hidup


Menurut Setiadi (2003) gaya hidup yang berkembang di masyarakat
merefleksikan nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat itu sendiri. Untuk
mengetahui bagaimana gaya hidup yang berkembang dalam suatu masyarakat,
terdapat suatu instrumen atau program yang digunakan untuk mengukur gaya
hidup yang berkembang. Program tersebut yaitu VALS (value and life style) yang
terdiri dari :
1. Outer directed
Gaya hidup konsumen yang jika dalam membeli suatu produk harus sesuai
cdengan nilai-nilai dan norma-norma tradisional yang telah terbentuk.

2. Need driven
Gaya hidup dimana konsumen yang membeli sesuatu didasarkan atas
ckebutuhan dan bukan keinginan berbagai pilihan yang tersedia.
Konsumen cpada kelompok ini yang mempunyai pendapatan terbatas.
3. Inner directed
Gaya hidup konsumen yang jika dalam membeli suatu produk untuk
memenuhickeinginan dari dalam dirinya untuk memiliki sesuatu, dan tidak
terlalu memikirkan norma-norma budaya yang berkembang. Konsumen
kelompok ini berusaha keras untuk mengekspresikan dirinya.
Sementara itu, Mowen & Minor (2002) berpendapat bahwa gaya hidup
dapat diketahui dengan dimensi pengukuran gaya hidup yang terdiri atas
pertanyaan aktivitas (activities questions), pertanyaan minat (interest questions),
dan pertanyaan pendapat (opinion questions) atau sering disebut dengan AIO.
Dimensi pengukuran gaya hidup AIO menurut Mowen & Minor (2002) dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1. Pertanyaan aktivitas (activities questions), meminta kepada konsumen
untuk mengindikasikan apa yang mereka lakukan, apa yang mereka beli,
dan bagaimana mereka menghabiskan waktu mereka.
2. Pertanyaan minat (interest questions), memfokuskan pada preferensi
dan prioritas konsumen.
3. Pertanyaan opini (opinion questions), menyelidiki pandangan dan
perasaan konsumen mengenai topik-topik peristiwa dunia, lokal, moral,
ekonomi, dan sosial.
Indikator yang digunakan dalam penelitian sesuai dengan indikator yang
dikemukakan oleh Mowen & Minor (2002) yaitu pertanyaan aktivitas
(activities question), pertanyaan minat (interest question), dan pertanyaan
opini (opinion question).
g. Metode Penelitian

Jenis Penelitian

Penelitian mengenai pengaruh media sosial dan gaya hidup terhadap


perilaku konsumtif mahasiswa, penelitian ini merupakan jenis penelitian
kuantitatif. Penelitian ini dimulai dengan suatu teori dan hipotesis untuk
mendapatkan jawaban dari suatu permasalahan asumsi. Menurut sugiyono (2017)
metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data/hasil dengan tujuan
dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah yaitu kegiatan penelitian yang didasarkan pada
ciri-ciri keilmuan yaitu rasioanl, empiris, dan sistematis. Sedangkan penelitian ini
adalah mengungkapkan, menggambarkan, menyimpulkan hasil dari pemecahan
suatu masalah melalui cara tertentu sesuai dengan prosedur penelitiannya.

Dalam penelitian ini metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian
kuantitatif menurut sugiyono (2017) metode kuantitatif adalah sebagai berikut :

“metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang


berlandaskan pada filsafat positivism, digunakan meneliti suatu populasi atau
pada suatu sampel tertentu, yang bersifat statistik dengan tujuan untuk menguji
hipotesis, yang telah ditetapkan.”

Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yaitu
berupa data dalam bentuk jawaban yang diperoleh dari kuesioner yang disebarkan
kepada responden, data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari
sumbernya, yaitu responden, melalui pengisian kuesioner yang berkaitan dengan
media social dan gaya hidup terhadap perilaku konsumtif mahasiswa.
Data Primer

Menurut Anwar Sanusi (2017) data primer adalah data pertama kali dicatat
dan dikumpulkan oleh peneliti. Data primer di dapat dengan dimulai dari masalah
penelitian, variabel yang terkandung dalam rumusan masalah dielaborasi,
kemudian dicari datanya melalui butir-butir pertanyaan yang disusun dari hasil
elaborasi variabel tersebut.

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah pengujian data yang berkaitan dengan


sumber dan cara untuk memperoleh data penelitian (sugiyono, 2017) metode
pengambilan data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner

Populasi Dan Sampel

Populasi

Populasi diartikan sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas:


obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetatapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya
(sugiyono 2017). penelitian ini populasinya adalah mahasiswa IBI Darmajaya.

Sampel

Menurut (sugiyono 2017) sampel adalah sebagian dari populasi itu.


Populasi itu misalnya penduduk diwilayah tertentu, jumlah pegawai organisasi
tertentu, jumlah guru dan murid disekolah tertentu dan sebagainya. Metode
penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah non probability
sampling dengan menggunakan teknik purposive sampling yang dimana
pengambilan sampel berdasarkan kriteria-kriteria tertentu yang telah ditentukan
oleh peneliti. Kriteria dalam penentuan sampel dalam penelitian ini adalah
mahasiswa IBI Darmajaya.

No Karakteristik sampel penelitian

1 Mahasiswa IBI Darmajaya

2 Semester >7

3 Berusia 18- 22 tahun

Hasil perhitungan besarnya sampel sesuai dengan rumus adalah sebagai berikut :

N
n= [ 1+ Ne2 ]
keterangan :

N = ukuran populasi

n = banyaknya sampel

e = persi (batas kesalahan )

berikut adalah hasil perhitungan sampel penduduk kota bandar lampung


berdasarkan data BPS Kota Bandar Lampung 2019

610733
n= =99,9998889
1+ 610,733 2

maka mnghasilkan nilai 99, 9998889 dibulatkan menjadi 100 responden


Variabel Penelitian

Variabel adalah gejala yang menjadi fokus untuk diamati. Pada penelitian
ini terdapar dua variabel yang digunakan yaiatu varaiabel dependen dan
independent.

Pengertian variabel dependen menurut (sugiyono, 2015:97) bahwa


variabel dependen yaitu variabel yang dipengaruhi atau variabel yang menjadi
akibat karena adanya variabel indepnden(bebas). Dalam penelitian ini variabel
bebasnya adalah promosi media social (X1) dan Gaya Hidup (X2)

Menurut (sugiyono, 2015:96) Variabel independen adalah varaibel yang


mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel
dependen (terikat). Dalam penelitian ini variabel terikatnya adalah Perilaku
Konsumtif Mahasiswa (Y)

Uji Persyaratan Instrumen

Uji Validitas

Uji validitas adalah suatu lagkah pengujian yang dilakukan terhadap isi dari suatu
instrument, dengan tujuan untuk mengukur ketetapan instrument yang digunakan
dalam suatu penelitian (sugiyono,2016) pengujian ini akan dilakukan dengan
menggunakan IBM for SPSS Statistic 22. Uji validitas dapat dinyatakan :

Jika nilai thitung > ttabel dinyatakan Valid

Jika nilai thitung > ttabel dinyatakan tidak valid

Uji Realibilitas

Uji realibilitas adalah proses pengukuran terhadap ketetapan (konsisten) dari


suatu instrument (sugiyono 2016 ) uji realibilitas dapat dinyatakan:
Jika nilai crobach’s alpha > 0,6 dinyatakan reliable

Jika nilai crobach’s alpha < 0,6 dinyatakan tidak reliable

Uji Persyaratan Analisis Data

Uji Normalitas

Uji Normalitas ini bertujauna untuk menguji apakah model regresi, variabel
dependen dan variabel independen keduanya mempunyai kontribusi normal atau
tidak ( Ghozali, 2013) jika kontribusi data normal maka garis yang
menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya.

Uji Multikolineritas

Pengujian multikolineritas dilakukan untuk menguji apakah model regresi


ditemukan adanya korelasi antara variabel independen (Ghozali, 2013) pengujian
terhadap gelaja multikolineritas dapat dilakukan dengan menghitung variance
inflation factor (VIF) dari hasil estimasi. Semakin besar nilai VIF. Variabel X
akan semakin “bermasalah” atau semakin kolinear. Sebagai suatu aturan baku,
jika nilai VIF suatu variabel melebihi 10 yang terjadi dimana jika nilai R 2 melebihi
0,90 varaibel tersebut dikatakan sangat koliner. Pengujian terhadap ada tidaknya
multikolineritas dilakukan dengan metode VIF dengan ketentuan :

Multikolineritas Tinggi

Multikolineritas tinggi bila nilai VIF nya lebih dari 10 (VIF>10)

Multikolineritas Sedang

Multikolineritas Sedang bila nilai VIF nya rentan dari 5 hingga 10 (5≤ VIF ≤ 10 )

Multikolineritas Rendah
Multikolineritas Rendah bila nilai VIF nya rentan nilai dari 1 hingga 5 (1≤VIF ≤
5)

Metode Analisi Data

Menurut Sugiyono (2016) analisis data adalah upaya peneliti dengan


menggunakan statistic. Kegiatan dalam menganalisis data meliputi:
mengelompokan data berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data
berdasarkan variabel seluruh responden, menyajikan data setiap variabel yang
diteliti, melakukan perhitungan untuk rumusan masalah penelitian, dan melakukan
perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan.

Regresi Linier Berganda

Analisis regresi adalah prosedur statistic untuk menganalisis hubungan antara


variabel dependen atau variabel terikat dan variabel independen atau variabel
bebas. Analisis regresi dapat dilakukan apabila model regresi berganda sudah
bebas dari masalah asumsi klasik. Analisi ini dimaksud untuk mengetahui adanya
pengaruh variabel X1 (Media Sosial) X2 (Gaya Hidup) dan Y (Perilaku
Konsumtif Mahasiswa).

Rumus perhitungan analisis regresi berganda :

Y =a+ β1 X1 + β 2 X2 + et

Keterangan :

Y : Perilaku Konsumtif Mahasiswa

a = bilangan konstanta

X1 = Media sosial

X2 = Gaya Hidup

β 1, β 2 = Koefesien Regresi
et = eror term

3.9 .2 koefesien Determinasi (R-Square atau R2 )

Koefesien determinasi (R2 ) dimaksudkan untuk mengetahui tingkat ketepatan


paling baik dalam analisis regresi dimana hal yang ditunjukan oleh besarnya
koefesien determinasi (R2 ) anatra 0 dan 1. Koefesien determinasi (R2 ) nol
variabel independen sama sekali tidak berpengaruh terhadap varaibel dependen.
Apabila koefesien determinasi semakin mendekati satu, maka dapat dikatakan
bahwa varaiabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen. Selain itu
koefesien determinasi (R2 ) dipergunakan untuk mengetahui presentas perubahan
variabel terikat (Y) yang disebabkan variabel bebas (X)

3.10 Pengujian Hipotesis

3.10.1 Uji T (uji parsial )

Uji t digunakan untuk menguji signifikansi hubungan antara variabel X dan


variabel Y, apakah variabel X1 dan X2 Benar-benar berpengaruh terhadap
variabel Y. pengujian dilakukan dengan menggunakan tingkat signifikan sebesar
0,1 (α = 10%)

Hipotesis yang digunakan dalam pengujian ini adalah:

Ho = variabel – variabel bebas (media sosial dan gaya hidup) tidak mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat (perilaku konsumtif
mahasiswa).

Ha = variabel-variabel bebas (promosi media sosial dan online customer review)


mempunai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat (perilaku konsumtif
mahasiswa).

Kriteria Pengujian sebagai berikut :

Membandingkan antara thitung dengan ttabel


Bila thitung < ttabel maka variabel independen secara parsial tidak berpengaruh
terhadap variabel dependen.

Bila thitung > ttabel maka variabel independen secara parsial berpengaruh terhadap
variabel dependen

Berdasarkan probabilitas

Jika probabilitas signifikan < 0,1 (α) maka variabel independen secara parsial
berpengaruh terhadap dependen

Jika probabilitas signifikan > 0,1 (α) maka variabel independen secara parsial
tidak berpengaruh terhadap variabel dependen

UJi F

Dalam penelitian ini uji F digunakan untuk mengetahui tingkat signifikan


pengaruh variabel-variabel secara bersama-sama (simultan) terhadap varaibel
dependen (Ghozali, 2015).

Dalam penelitian ini hipotesis yang digunakan adalah :

Ho = variabel -variabel bebas (media sosial dan gaya hidup tidak mempunyai
pengaruh yang signifikan secara bersama-sama terhadap variabel terikat (perilaku
konsumtif mahasiswa)

Ha = variabel-variabel bebas (media sosial dan gaya hidup) mempunyai pengaruh


yang signifikan secara bersama-sama terhadap variabel terikat (perilaku konsumtif
mahasiswa)

Dasar pengambilan keputusannya :

membandingkan antara Fhitung dengan Ftabel

bila Fhitung < Ftabel maka variabel independen secara bersama-sama tidak
berpengaruh terhadap variabel dependen
bila Fhitung > Ftabel maka variabel independen secara bersama-sama berpengaruh
terhadap variabel dependen.

Berdasarkan probabilitas

Jika probabilitas signifikan < 0,1 (α) maka variabel independen secara bersama-
sama berpengaruh terhadap variabel dependen.

Jika probabilitas signifikan > 0,1 (α) maka variabel independen secara bersama-

sama tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.


h. Daftar Pustaka
Armelia Dan Irianto, 2021. Pengaruh Uang Saku Dan Gaya Hidup Terhadap
Perilaku Konsumtif Mahasiswa.Jurnal Unp.Jurusan Pendidikan Ekonomi,
Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Padang

Mustomi Dan Puspasari, 2020. Pengaruh Media Sosial Terhadap Perilaku


Konsumtifmahasiswa. Jurnal Penelitian No 4, Vol 1. Universitas Bina
Sarana
Informatika.

Wibisono, 2019. Perilaku Konsumtif Mahasiswa Berdasarkan Sosial Demografi,


Pengetahuan Keuangan Dan Sikap Keuangan. Ibi Darmajaya.

Anggraini Dan Santhoso. 2017. Hubungan Antara Gaya Hidup Hedonis Dengan
Perilaku Konsumtif Pada Remaja. Gadjah Mada Journal Of Psychology
Volume 3, No. 3. Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Mijeong Noh Rodney Runyan Jon Mosier , (2014),"Young Consumers'


Innovativeness And Hedonic/Utilitarian Cool Attitudes", International
Journal Of Retail & Distribution Management, Vol. 42 Iss 4 Pp. 267 - 280

Amonrat Thoumrungroje, 2014. The Influence Of Social Media Intensity And


Ewom Onconspicuous Consumption. Assumption University,
Ramkamhaeng 24, Huamak, Bangkapi, Bangkok 10240, Thailand.

Lubis, Fachrizal And Muharman Lubis, 2017. The Effect Of Social Media To
Cultural Homecoming Tradition Of Computer Students In Medan.
Information Systems International Conference 2017, Isico 2017, 6-8.

Anda mungkin juga menyukai