Anda di halaman 1dari 41

PROPOSAL

STASE MANAJEMEN KEPERAWATAN

PUSKESMAS BASUKI RAHMAT BENGKULU

Disusun Oleh :

Asuan, S.Kep

Dewinta Sari S.Kep

Febri Ikram S.Kep

Lukasni S.Kep

Mirna Kristiani S.Kep

Novi Meriani S.Kep

Nova Arisanty S.Kep

Yeni Esri S.Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)

BHAKTI HUSADA BENGKULU

2021/2022
HALAMAN PENGESAHAN

PROPOSAL STASE MANAJEMEN KEPERAWATAN

PUSKESMAS BASUKI RAHMAT BENGKULU

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Ns. Feny Marlena, S.Kep, M.Kep Ns. Eni Suryani, S.Kep

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BHAKTI HUSADA

PROGRAM STUDI PROFESI NERS BENGKULU

TAHUN 2021/2022
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN...............................................................................................2
DAFTAR ISI..........................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................4
A. Latar Belakang............................................................................................................4
B. Manajemen Keperawatan...........................................................................................7
C. Waktu dan Tempat....................................................................................................18
D. Tujuan.......................................................................................................................18
BAB II KAJIAN SITUASI MANAJEMEN KEPERAWATAN........................................19
A. Kajian Puskesmas Basuki Rahmat Bengkulu...........................................................19
B. Kajian Situasi di Ruangan Poli Umum.....................................................................19
BAB III PERENCANAAN.................................................................................................32
A. Belum Optimalnya Komunikasi Efektif...................................................................32
B. Belum Optimal Pemenuhan Sarana Prasarana Khususnya APD Untuk Petugas Poli
33
BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI...................................................................35
A. Belum Optimalnya Komunikasi Efektif...................................................................35
B. Belum Optimalnya Pemenuhan Sarana Prasarana Poli Umum Khususnya APD
Untuk Perawat..................................................................................................................35
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN..............................................................................36
A. Kesimpulan...............................................................................................................36
B. Saran.........................................................................................................................37
NASKAH ROLE PLAY PRE DAN POST CONVERENCE.............................................38
DOKUMENTASI................................................................................................................42
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut WHO (World Health Organization) tahun 2020, puskesmas adalah bagian
integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi menyediakan
pelayanan paripurna (komprehensif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pencegahan
penyakit (preventif) kepada masyarakat. Puskesmas merupakan pusat pelatihan dan
pusat penelitian medik layanan kesehatan di Dinas Kesehatan berjalan secara sinergis
antara disiplin profesi kesehatan dan non kesehatan.

Puskesmas merupakan sebuah institusi perawatan kesehatan profesional yang


pelayannya disediakan oleh dokter, perawat, dan tenaga ahli kesehatan lainnya
(Sabarguna, 20080. Suatu puskesmas memerlukan pengorganisasian untuk melancarkan
jalan sukses. Organisasi puskesmas memiliki pemimpin dan staf-staf yang bergerak
dibidangnya agar organisasi di puskesmas mampu menjalankan pelayanan yang
optimal.

Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan.


Dalam pelayanan kesehatan, keberadaan tenaga kesehatan merupakan posisi kunci,
yang dibuktikan oleh kenyataan bahwa 40-60% pelayanan puskesmas merupakan
pelayanan perawatan dan hampir semua pelayanan promosi keshatan dan pencegahan
penyakit baik di puskesmas maupun pelayanan kesehatan lain dilakukan oleh perawat
(Wiwiek, 2008). Managemen pada dasarnya berfokus pada perilaku manusia untuk
mencapai tingkat tertinggi produktivitas pada pelayanan di suatu kegiatan pada suatu
instansi membutuhkan seorang manager yang terdidik dalam pengetahuan dan
keterampilan tentang perilaku manusia untuk mengolah kegiatan. Managemen
merupakan serangkai aktivitas (termasuk perencanaan, pengambilan keputusan,
pengorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian) yang diarahkan pada sumber-
sumber daya organisasi (manusia, finansial, fisik dan informasi) dengan maksud
mencapai tujusn organisasi secara efisien dan efektif. Pada profesi keperawatan,
komunikasi menjadi lebih bermakna karena merupakan pelaksanaan proses
keperawatan, dalam menjalani proses keperawatan di butuhkan pengetahuan,
keterampilan dan kemampuan interpersonal dalam aspel caring perawat yang memiliki
keterampilan berkomunikasi secara terapeutik akan mudah menjalin hubungan rasa
percaya dengan klien, tetapi juga mencegah terjadinya masalah ilegal, memberi
kepuasan profesional dalam pelayanan keperawatan (Nasir, 2019). Sebagaimana yang
terjadi didalam proses keperawatan terdiri dari pengumpulan data identifikasi masalah
perencanaan pelaksanaan dan evaluasi hasil. Metode penugasa dimana perawat
bertanggung jawab penuh selama 24 jam terhadap asuhan keoerawatan pasien mulai
dari masuk sampai keluar puskesmas. Ada kejelasan antara pembuat perencanaan dan
pelaksana. Metode pelayanan publik ditandai dengan keterkaitan kuat antara pasien dan
perawat.

Dalam Sitem Kesehatan Nasional (SKN) ditetapkan sub sistem upaya kesehatan
yang terdiri dari unsur utama yaitu Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) dan Upaya
Kesehatan Masyarakat (UKM). UKM diselenggarakan oleh pemerintah dengan peran
aktif masyarakat dan swasta, sedangkan UKP dapat diselenggarakan oleh masyarakat,
swasta dan pemerintah. Puskesmas merupakan sarana kesehatan yang menjadi ujung
tombak penyelenggaraan UKP maupun UKM di starta pertama pelayanan kesehatan.

Puskesmas adalah satuan organisasi fungsional yang langsung memberikan


pelayanan sacara menyeluruh kepada masyarakat, dalam suatu wilayah kerja tertentu
dalm suatu usaha kesehatan pokok (Azwar, 1996). Sebagai pelayanan kesehatan tingkat
pertama, pelayanan kesehatan yang disajikan puskesmas adalah bersifat pokok (Basic
Health Service), yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Jika ditinjau dari sistem
pelayanan kesehatan (Health Care System) yang berlaku di Indonesia, maka puskesmas
adalah tulang punggungnya (Azwar, 1996).

Berdasarkan Permenkes No. 75 Tahun 2014 Pasal 32, pulskesmas merupakan unit
pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab
menyelenggarakan sebagian tugas pembangunan kesehatan Kabpaten/Kota. Pedoman
Kerja Puskesmas menyatakan bahwa puskesmas bertanggung jawab kepada Dinas
Kesehatan Dati II. Wilayah kerja puskesmas dalam Kabupaten/Kota meliputi wilayah
administratif kecamatan, dengan sasaran penduduk yang dilayani adalah 30.000 jiwa.
Berdasarkan keberadaannya, puskesmas harus di dirikan pada setiap kecamatan, dan
pasa kondisi tertentu pada satu kecamatan dapat di dirikan lebih dari satu puskesmas
(Permenkes No. 75 Tahun 2014 Pasal 9). Didalam melaksanakan tugas, puskesmas
ditunjang dengan unit pelaksana kesehatan yang lebih sederhana, yang disebut
puskesmas pembantu dan puskesmas keliling. Berdasarkan Pedoman Kerja Puskesmas,
pelayanan kesehatan yang diberikan puskesmas ialah pelayanan kesehatan yang
meliputi Pelayanan Kuratif (Pengobatan), Preventif (Upaya Pencegahan), Promotif
(Peningkatan Kesehatan), Rehabilitatif (Pemulihan Kesehatan). Namun pelayanan
utama yang diusahakan oleh puskesmas adalah pelayanan kesehatan promotif dan
preventif. Dalam menjalankan pelayanannya tersebut, puskesmas memiliki 18 tugas
pokok meliputi :

1. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)


2. Upaya Keluarga Berencana (KB)
3. Upaya Peningkatan Gizi
4. Upaya Kesehatan Lingkunga
5. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular (P2M)
6. Upaya Pengobatan Termasuk Pelayanan Darurat Kecelakaan
7. Upaya Penyuluhan Kesehatan Masyarakat
8. Upaya Kesehatan Sekolah (UKS)
9. Upaya Kesehatan Olahraga (OR)
10. Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat (PKM)
11. Upaya Kesehatan Kerja
12. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut
13. Upaya Kesehatan Jiwa
14. Upaya Kesehatan Mata
15. Upaya Laboratorium Sederhana
16. Upaya Pencatatan dan Pelaporan Dalam Rangka Rekayasa Sistem Informasi
Kesehatan
17. Upaya Kesehatan Usia Lanjut
18. Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional

Dalam menjalankan tugasnya, puskesmas memiliki susunan organisasi yang terdiri


dari pimpinan, pembantu pimpinan, dan unsur pelaksana. Pimpinan puskesmas
merupakan kepala puskesmas yang dibantu oleh pembantu pimpinan dalam mengurus
urusan tata usaha. Selanjutnya puskesmas memiliki unit yang terdiri dari pegawai atau
tenaga dalam jabatan fungsional. Berdasarkan rancangan, puskesmas memilki 7 unit
dengan masing-masing tugasnya. Namun, dalam pelaksanannya jumlah unit bergantung
kepada kegiatan, tenaga dan fasilitas daerah masing-masing.

Penanggung jawab ruangan sebagau manager asuhan keperawaran harus dapat


melakukan pengarahan kepada anggota tim dengan baik, salah satu sarana yang dapat
dimanfaatkan oleh pj ruangan dalam memberikan pengarahan adalah pasa saat
pelaksanaan pre dan post conference tim keperawatan. Pre conference adalah
komunikasi ketua tim dan perawat pelaksana setelah selesai operan untuk rencana
kegiatan. Pada shift tersebut dipimpin oleh ketua tim atau penanggung jawab tim jika
yang dinas pada tim tersebut hanya satu orang maka pre conference ditiadakan, isi pre
conference adalah rencana tiap perawat (rencana harian), dan tambahan rencana dari
ketua tim dan penanggung jawab tim (Modul MPKP, 2006).

Post Conference merupakan kegiatan diskusi yang dilakukan oleh ketua tim dan
perawat pelaksana mengenai kondisi pasien dan kondisi ruangan selama shift, sebelum
dilakukan operasi ke shift berikutnya. Kegiatan post conference sangat diperlukan
dalam pemberian asuhan keperawatan karena ketua tim dan anggotanya harus mampu
mendiskusikan pengalaman klinik yang baru dilakukan, menganalisis mengklarifikasi
keberkaitan antara masalah dengan situasi yang ada, mengidentifikasi masalah,
menyampaikan dan membangun sistem pendukung antara perawat dalam bentuk
diskusi formal dan profesional, proses diskusi pada post conference dapat menghasilkan
strategi yang efektif dan mengasah kemanapun berfikir kritis untuk merencanakan
kegiatan pada pelayanan keperawatan selanjutny agar dapat berkesinambungan (Sri,
2012).

Mahasiswa Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Bhakti Husada
Bengkulu di tuntut mampu mengalikasikan langsung pengetahuan dan kemampuannya
dalam bidang di Puskesmas Basuki Rahmat Bengkulu Tahun 2021 dengan arahan
pembimbing klinik dan pembimbing akademik.

B. Manajemen Keperawatan
Manajemen berasal dari kata manus yang artinya tangan, maka diartikan secara
singkat sebagai proses menyelesaikan pekerjaan melalui tangan orang lain. Manajemen
mendefinisikan manajemen keperawatan sebagai proses pelaksanaan pelayanan
keperawatan melalui upaya staff keperawatan untuk memberikan Asuhan Keperawatan,
pengobatan dan rasa aman kepada pasien, keluarga, kelompok dan masyarakat (Gillies,
2002).

Manajemen keperawatan mempunyai lingkup manajemen operasional yang


merencanakan, mengatur, dan menggerakkan para karyawannya untuk memberikan
pelayanan keperawatan yang sebaik-baiknya kepada pasien melalui manajemen Asuhan
Keperawatan. Agar dapat memberikan pelayanan keperawatan dengan sebaik-baiknya,
maka diperlukan suatu Standard Asuhan Keperawatan (SAK) yang akan digunakan
sebagai target maupun alat kontrol pelayanan tersebut.

Fungsi Manajemen

1. Planning (Perencanaan)

Fungsi planning (perencanaan) adalah fungsi terpenting dalam


manajemen, oleh karena fungsi ini akan menentukan fungsi-fungsi manajemen
lainnya. Menurut Muninjaya, (2004) fungsi perencanaan merupakan landasan
dasar dari fungsi manajemen secara keseluruhan. Tanpa ada fungsi
perencanaan tidak mungkin fungsi manajemen lainnya akan dapat
dilaksanakan dengan baik. Perencanaan akan memberikan pola pandang secara
menyeluruh terhadap semua pekerjaan yang akan dijalankan, siapa yang akan
melakukan, dan kapan akan dilakukan. Perencanaan merupakan tuntutan
terhadap proses pencapaian tujuan secara efektif dan efesien. Swanburg (2000)
mengatakan bahwa planning adalah memutuskan seberapa luas akan
dilakukan, bagaimana melakukan dan siapa yang melakukannya.
Dibidang kesehatan perencanaan dapat didefenisikan sebagai proses untuk
menumbuhkan, merumuskan masalah-masalah kesehatan di masyarakat,
menentukan kebutuhan dan sumber daya yang tersedia, menetapkan tujuan
program yang paling pokok, dan menyusun langkah-langkah untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan tersebut.
2. Organizing (Pengorganisasian)
Pengorganisasian adalah suatu langkah untuk menetapkan,
menggolongkan dan mengatur berbagai macam kegiatan, penetapan tugas-
tugas dan wewenang seseorang, pendelegasian wewenang dalam rangka
mencapai tujuan. Fungsi pengorganisasian merupakan alat untuk memadukan
semua kegiatan yang beraspek personil, finansial, material dan tata cara dalam
rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Muninjaya, 2004).
Berdasarkan penjelasan tersebut, organisasi dapat dipandang sebagai
rangkaian aktivitas menyusun suatu kerangka yang menjadi wadah bagi
segenap kegiatan usaha kerjasama dengan jalan membagi dan
mengelompokkan pekerjaan-pekerjaan yang harus dilaksanakan serta
menyusun jalinan hubungan kerja di antara para pekerjanya.
3. Staffing (Kepegawaian)
Staffing merupakan metodologi pengaturan staff, proses yang teratur,
sistematis berdasarkan rasional yang diterapkan untuk menentukan jumlah
personil suatu organisasi yang dibutuhkan dalam situasi tertentu (Swanburg,
2000). Proses pengaturan staff bersifat kompleks. Komponen pengaturan staff
adalah sistem kontrol termasuk studi pengaturan staff, penguasaan rencana
pengaturan staff, rencana penjadwalan, dan Sistem Informasi Manajemen
Keperawatan (SIMK). SIMK meliputi lima elemen yaitu kualitas perawatan
pasien, karakteristik dan kebutuhan perawatan pasien, perkiraan suplai tenaga
perawat yang diperlukan, logistik dari pola program pengaturan staf dan
kontrolnya, evaluasi kualitas perawatan yang diberikan.
Dasar perencanaan untuk pengaturan staff pada suatu unit keperawatan
mencakup personil keperawatan yang bermutu harus tersedia dalam jumlah
yang mencukupi dan adekuat, memberikan pelayanan pada semua pasien
selama 24 jam sehari, 7 hari dalam seminggu, 52 minggu dalam setahun.
Setiap rencana pengaturan staff harus disesuaikan dengan kebutuhan rumah
sakit dan tidak dapat hanya dicapai dengan rasio atau rumusan tenaga/pasien
yang sederhana. Jumlah dan jenis staff keperawatan yang diperlukan
dipengaruhi oleh derajat dimana departemen lain memberikan pelayanan
pendukung, juga dipengaruhi oleh jumlah dan komposisi staff medis dan
pelayanan medis yang diberikan. Kebutuhan khusus individu, dokter, waktu
dan lamanya ronde, jumlah test, obat-obatan dan pengobatan, jumlah dan jenis
pembedahan akan mempengaruhi kualitas dan kuantitas personel perawat yang
diperlukan dan mempengaruhi penempatan mereka.
Pengaturan staff kemudian juga dipengaruhi oleh organisasi divisi
keperawatan. Rencana harus ditinjau ulang dan diperbaharui untuk mengatur
departemen beroperasi secara efisien dan ekonomis dengan pernyataan misi,
filosofi dan objektif tertulis, struktur organisasi, fungsi dan tanggung jawab,
kebijakan dan prosedur tertulis, pengembangan program staff efektif, dan
evaluasi periodik terencana.
Komponen yang termasuk dalam fungsi staffing adalah prinsip rekrutmen,
seleksi, orientasi pegawai baru, penjadwalan tugas, dan klasifikasi pasien.
Pengrekrutan merupakan proses pengumpulan sejumlah pelamar yang
berkualifikasi untuk pekerjaan di perusahaan melalui serangkaian aktivitas.
Tujuan orientasi pegawai baru adalah untuk membantu perawat dalam
menyesuaikan diri pada situasi baru. Produktivitas meningkat karena lebih
sedikit orang yang dibutuhkan jika mereka terorientasi pada situasi kerja.
Penjadwalan siklus merupakan salah satu cara terbaik yang dipakai untuk
memenuhi syarat distribusi waktu kerja dan istirahat untuk pegawai. Pada cara
ini dibuat pola waktu dasar untuk minggu-minggu tertentu dan diulang pada
siklus berikutnya. Jadwal modifikasi kerja mingguan menggunakan shift 10-12
jam dan metode lain yang biasa.
4. Directing (Pengarahan)
Pengarahan adalah hubungan antara aspek-aspek individual yang
ditimbulkan oleh adanya pengaturan terhadap bawahan-bawahan untuk dapat
dipahami dan pembagian pekerjaan yang efektif untuk tujuan perusahaan yang
nyata.
Kepemimpinan merupakan faktor penting dalam keberhasilan manajemen.
Menurut Stogdill dalam Swanburg (2000), kepemimpinan adalah suatu proses
yang mempengaruhi aktivitas kelompok terorganisasi dalam upaya menyusun
dan mencapai tujuan. Gardner dalam Swanburg (2000), menyatakan bahwa
kepemimpinan sebagai suatu proses persuasi dan memberi contoh sehingga
individu (pimpinan kelompok) membujuk kelompoknya untuk mengambil
tindakan yang sesuai dengan usulan pimpinan atau usulan bersama.
Seorang manajer yang ingin kepemimpinannya lebih efektif harus mampu
untuk memotivasi diri sendiri untuk bekerja dan banyak membaca, memiliki
kepekaan yang tinggi terhadap permasalahan organisasi, dan menggerakkan
(memotivasi) staffnya agar mereka mampu melaksanakan tugas-tugas pokok
organisasi.
5. Controlling (Pengawasan)
Fungsi pengawasan atau pengendalian (controlling) merupakan fungsi
yang terakhir dari proses manajemen, yang memiliki kaitan yang erat dengan
fungsi yang lainnya.
Pengawasan merupakan pemeriksaan terhadap sesuatu apakah terjadi
sesuai dengan rencana yang ditetapkan/disepakati, instruksi yang telah
dikeluarkan, serta prinsip-prinsip yang telah ditentukan, yang bertujuan untuk
menunjukkan kekurangan dan kesalahan agar dapat diperbaiki (Fayol, 1998).
Pengawasan juga diartikan sebagai suatu usaha sistematik untuk
menetapkan standard pelaksanaan dengan tujuan perencanaan, merancang
sistem informasi timbal balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standard
yang telah ditetapkan sebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpangan-
penyimpangan, serta mengambil tindakan yang digunakan dengan cara paling
efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan perusahaan (Mockler, 2002).
Pengontrolan atau pengevaluasian adalah melihat bahwa segala sesuatu
dilaksanakan sesuai dengan rencana yang disepakati, instruksi yang telah
diberikan, serta prinsip-prinsip yang telah diberlakukan (Urwick, 1998).
Dua metode pengukuran yang digunakan untuk mengkaji pencapaian
tujuan-tujuan keperawatan adalah:
- Analisa tugas : kepala perawat melihat gerakan, tindakan dan
prosedur yang tersusun dalam pedoman tertulis, jadwal, aturan,
catatan, anggaran. Hanya mengukur dukungan fisik saja, dan
secara relatif beberapa alat digunakan untuk analisa tugas dalam
keperawatan
- Kontrol kualitas : Kepala perawat dihadapkan pada pengukuran
kualitas dan akibat-akibat dari pelayanan keperawatan
Standard Asuhan Keperawatan

Standard merupakan suatu tingkat keungulan yang ditentukan sebelumnya yang


bertindak sebagai petunjuk untuk praktik. Standard memiliki karakteristik pembeda,
ditetapkan sebelumnya, dibuat oleh para ahli, dikomunikasikan dan diterima oleh
orang-orang yang terpengaruh olehnya.

Praktik keperawatan adalah tindakan mandiri perawat profesional melalui


kerjasama berbentuk kolaborasi dengan klien dan tenaga kesehatan lain dalam
memberikan asuhan keperawatan atau sesuai dengan lingkungan wewenang dan
tanggungjawabnya. Sumber-sumber standar keperawatan berupa standar yang dibuat
oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), Departemen Kesehatan RI, rumah
sakit, Undang-undang , Keppres, Peraturan Pemerintah.
Tujuan standar keperawatan adalah meningkatkan kualitas asuhan keperawatan,
mengurangi biaya asuhan keperawatan, melindungi perawat dari kelalaian dalam
melaksanakan tugas dan melindungi pasien dari tindakan yang tidak terapeutik. Jenis-
jenis standar profesi keperawatan meliputi: standard pelayanan keperawatan, standard
praktik keperawatan, standard pendidikan keperawatan, dan standard pendidikan
keperawatan berkelanjutan.

Model Asuhan Keperawatan


Keberhasilan suatu asuhan keperawatan kepada klien sangat ditentukan oleh
pemilihan metode pemberian asuhan keperawatan profesional. Ada 5 metode pemberian
asuhan keperawatan profesional yang sudah ada dan akan terus dikembangkan di masa
depan dalam menghadapi tren pelayanan keperawatan. Untuk memberikan asuhan
keperawatan yang lazim dipakai meliputi metode fungsional, metode tim, metode
kasus, modifikasi metode tim-primer.
1. Metode fungsional
Metode fungsional merupakan manajemen klasik yang menekankan
efisiensi, pembagian tugas yang jelas, dan pengawasan yang baik. Metode ini
sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga. Perawat senior
menyibukkan diri dengan tugas manajerial, sedangkan perawat pasien
diserahkan kepada perawat junior dan/atau belum berpengalaman. Kelemahan
dari metode ini adalah pelayanan keperawatan terpisah-pisah, tidak dapat
menerapkan proses keperawatan. Setiap perawat hanya melakukan 1-2 jenis
intervensi (misalnya merawat luka). Metode ini tidak memberikan kepuasan
kepada pasien maupun perawat dan persepsi perawat cenderung kepada
tindakan yang berkaitan dengan keterampilan saja.

Kepala Ruangan

Perawat : Perawat : Perawat : Perawat :


Pengobatan Merawat luka Pengobatan Merawat luka
Pasien/klien
Skema 1. Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan Fungsional
2. Metode Tim
Metode ini menggunakan tim yang terdiri atas anggota yang berbeda-beda
dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien. Perawat
ruangan dibagi menjadi 2-3 tim/grup yang terdiri atas tenaga profesional,
teknikal, dan pembantu dalam satu kelompok kecil yang saling membantu.
Metode ini memungkinkan pemberian pelayanan keperawatan yang
menyeluruh, mendukung pelaksanaan proses keperawatan, dan memungkinkan
komunikasi antartim, sehingga konflik mudah diatasi dan memberi kepuasan
kepada anggota tim.
Tujuan metode keperawatan tim adalah untuk memberikan perawatan
yang berpusat pada klien. Perawatan ini memberikan pengawasan efektif dari
memperkenalkan semua personel adalah media untuk memenuhi upaya
kooperatif antara pemimpin dan anggota tim. Melalui pengawasan ketua tim
nantinya dapat mengidentifikasi tujuan asuhan keperawatan, mengindentifikasi
kebutuhan anggota tim, memfokuskan pada pemenuhan tujuan dan kebutuhan,
membimbing anggota tim untuk membantu menyusun dan memenuhi standard
asuhan keperawatan.
Walaupun metode tim keperawatan telah berjalan secara efektif, mungkin
pasien masih menerima fragmentasi pemberian asuhan keperawatan jika ketua
tim tidak dapat menjalin hubungan yang lebih baik dengan pasien, keterbatasan
tenaga dan keahlian dapat menyebabkan kebutuhan pasien tidak terpenuhi.

Kepala Ruangan

Ketua Tim Ketua Tim Ketua Tim

Staf Perawat Staf Perawat Staf Perawat

Pasien / klien Pasien / klien Pasien / klien


Skema 2. Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan Team nursing

3. Metode Primer
Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab penuh
selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai pasien masuk
sampai keluar rumah sakit. Mendorong praktik kemandirian perawat, ada
kejelasan antara pembuat rencana asuhan dan pelaksana. Metode primer ini
ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus-menerus antara pasien dan
perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, malakukan, dan koordinasi
asuhan keperawatan selama pasien dirawat. Konsep dasar metode primer
adalah ada tanggung jawab dan tanggung gugat, ada otonomi, dan ketertiban
pasien dan keluarga.

Dokter Kepala Ruangan Sarana RS

Perawat Primer

Pasien / Klien

Perawat Perawat Perawat pelaksana


pelaksana pelaksana jika diperlukan
days
evening night
Skema 3. Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan Primary Nursing
4. Metode Kasus
Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien saat
dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shift, dan
tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada hari
berikutnya. Metode penugasan kasus biasanya diterapkan satu pasien satu
perawat, dan hal ini umumnya dilaksanakan untuk perawat privat atau untuk
keperawatan khusus seperti: isolaso, intensivecare. Kelebihannya adalah
perawat lebih memahami kasus per kasus, sistem evaluasi dari manajerial
menjadi lebih mudah. Kekurangannya adalah belum dapat diidentifikasi
perawat penanggung jawab, perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai
kemampuan dasar yang sama.

Kepala Ruangan

Staf Perawat Staf Perawat Staf Perawat

Pasien / klien Pasien / klien Pasien / klien

Skema 4. Sistem Asuhan Keperawatan Case Method Nursing


5. Modifikasi : MAKP Tim-Primer
Pada model MAKP tim digunakan secara kombinasi dari kedua sistem.
Menurut Ratna S. Sudarsono (2000) penetapan sistem model MAKP ini
didasarkan pada beberapa alasan :

a. Keperawatan primer tidak digunakan secara murni, karena perawat


primer harus mempunyai latar belakang pendidikan S1 Keperawatan
atau setara
b. Keperawatan tim tidak digunakan secara murni, karena tanggung
jawab asuhan keperawatan pasien terfragmentasi pada berbagai tim
c. Melalui kombinasi kedua model tersebut diharapkan komunitas
asuhan keperawatan dan akuntabilitas asuhan keperawatan terdapat
pada primer. Disamping itu, karena saat ini perawat yang ada di RS
sebagian besar adalah lulusan SPK, maka akan mendapat bimbingan
dari perawat primer/ketua tim tentang asuhan keperawatan
Contoh : untuk ruang model MAKP ini diperlukan 26 perawat. Dengan
menggunakan model modifikasi keperawatan primer ini diperlukan 4
(empat) orang perawat primer (PP) dengan kualifikasi Ners, di samping
seorang kepala ruang rawat juga Ners. Perawat associate (PA) 21
orang, kualifikasi pendidikan perawat asosiasi terdiri atas lulusan D3
Keperawatan (3 orang) dan SPK (18 orang). Pengelompokan Tim pada
setiap shift jaga terlihat pada gambar di bawah.

Kepala Ruang

PP1 PP2 PP3 PP4

PA PA PA PA

PA PA PA PA

PA PA PA PA

7-8 Pasien 7-8 Pasien 7-8 Pasien 7-8 Pasien

(Jadwal diatur Pagi, Sore, Malam dan Libur/Cuti)

Skema 5. Sistem Asuhan Keperawatan Metode Primary Tim (Modifikasi)


6. JCIA (Joint Comition International Acreditation)
Adalah suatu tingkat kualitas pelayanan kesehatan dan keselamatan pasien
yang diharapkan.

Strata-strata dalam system :

Input Proses Output


Sumber daya Penerimaan pasien Meningkatnya status
rawat inap kesehatan
Perlengkapan
Pemeriksaan pasien Pelayanan yang efisien
Persediaan
Edukasi terhadap pasien Kepuasan pasien
Pengobatan
Tabel 1. Strata – strata dalam sistem JCIA
Misi JCIA

Meningkatkan keselamatan dan kualitas perawatan pasien di seluruh


dunia.

Tujuan JCIA

1) Kualitas pelayanan
2) Kepercayaan masyarakat
3) Patient safety ervirontment safety
4) Staff safety
5) Revenue
6) Margin
7) Kesejahteraan karyawan
8) Daya saing
Manfaat JCIA
1) Meningkatkan kepercayaan public
2) Menyediakan lingkungan kerja yang aman dan efisien kepuasan
karyawan
3) Bernegosiasi dengan sumber sumber pembayaran
4) Memperhatikan pasien dan keluarganya, menghormati hak-haknya,
melibatkan mereka dalam proses pelayanan
5) Menciptakan budaya yang terbuka
6) Membangun kepemimpinan yang kolaboratif

Persyaratan umum

1) Izin operasi
2) Ingin meningkatkan kualitas pelayanan
3) Mengikuti standar JCI

Standar JCI

1) Patient focus function


a) International patient savety goals
b) Access to care and continuity of care
c) Care of patient
d) Assesment of patient
e) Anasthesia and surgical care
f) Patient and family right
g) Patient and family education
h) Madication managemet and use
2) Organitation function
a) Staff Qualification and education
b) Goverments, leadership and direction
c) Fasility management and savety
d) Management of comunication and information
e) Quality improvement and patient savety
f) Prevention and control of infection
C. Waktu dan Tempat
Tempat Praktek Mahasiswa Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
(STIKES) Bhakti Husada di Puskesmas Basuki Rahmat Bengkulu.

D. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah melakukan praktik manajemen selama 2 minggu diharapkan
mahasiswa mampu memahami konsep teori dalam Aplikasi Prinsip-Prinsip
Keperawatan dalam pelaksanaan Manajemen Pelayanan Keperawatan dan
Manajemen Asuhan Keperawatan di Puskesmas Basuki Rahmat Bengkulu.
2. Tujuan Khusus
Setelah melakukan praktik manajemen keperawatan di Puskesmas Basuki
Rahmat Bengkulu mahasiswa mampu :
a. Mengidentifikasi masalah yang tidak sesuai dengan prinsip mmanajemen
keperawatan yang terdapat di poli umum Puskesmas Basuki Rahmat
Bengkulu.
b. Mempraktekkan konsep teori manajemen asuhan keperawatan, baik
manajemen pelayanan maupun manajemen asuhan keperawatan.
c. Mengaplikasikan mode keperawatan dengan cara bermain peran (role play)
di ruang poli umum Puskesmas Basuki Rahmat Bengkulu.
d. Melakukan analisa dari aspek manajemen di Puskesmas Basuki Rahmat
Bengkulu.
e. Mengidentifikasi masalah, memprioritaskan masalah dan menyusun
rencana kegiatan di Puskesmas Basuki Rahmat Bengkulu.
f. Menyusun rencana kegiatan untuk mengatasi permasalahan yang ada di
Puskesmas Basuki Rahmat Bengkulu.

BAB II
KAJIAN SITUASI MANAJEMEN KEPERAWATAN

A. Kajian Puskesmas Basuki Rahmat Bengkulu


1. Visi
Terwujudnya Masyarakat Sehat Secara Mandiri di Wilayah Puskesmas
Basuki Rahmat Bengkulu Dengan Pelayanan Prima Menuju Indonesia Sehat.
2. Misi
a. Memberikan pelayanan kesehatan secara prima
b. Meningkatkan kualitas SDM
c. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam berprilaku hidup sehat secara
mandiri
3. Motto
Kami siap memberikan pelayanan dengan senyuman.
4. Tujuan
Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu utuk meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat.

B. Kajian Situasi di Ruangan Poli Umum


1. Karakteristik Unit
a. Visi ruangan : Belum ada
b. Misi ruangan : Belum ada
c. Sifat kekayaan ruang
1) Fokus Telaah
a) Bidang Pelayanan
Ruang Poli Umum ini merupakan unit pelayanan bagi pasien
kelas I, II dan III dengan bantuan dana kesehatan berupa BPJS
(Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) dan umum.
b) Fokus Telaah
Adapun fokus telaah ruang rawat poli umum Puskesmas
Basuki Rahmat Bengkulu dalam bidang pendidikan adalah
perawat dengan dasar pendiidkan formal DIII, S1 Ners dan juga
mahasiswa praktik yang dinas atau berada di ruang poli umum
yang membutuhkan pengetahuan atau pengalaman dalam
memenuhi kebutuhan pasien dengan berbagai macam kasus
penyakit dan dampkanya bagi kondisi kesehatan pasien.
c) Bidang Penelitian
Dalam bidang penelitian, fokus telaah ruang poli umum
Puskesmas Basuki Rahmat Bengkulu adalah individu,
sekelompok individu, maupun institusi yang akan dan sedang
menjalani riset/penelitian pada berbagai unsur yang ada di
ruangan.
2) Lingkup Garapan
a) Bidang Pelayanan
Dalam bidang pelayanan, lingkup garapan di ruang poli
umum Puskesmas Basuki Rahmat Bengkulu adalah untuk
merawat penderita penyakit baik normal maupun tidak normal,
meliputi pelayanan umum dan lansia.
Data Penyakit Terbanyak Tahun 2020

Jenis Penyakit Jumlah Pasien Persentase (%)


ISPA 3659 57%
Penyakit Kulit 1515 23%
Gastritis 1363 10%
Rematik 1166 7%
Hipertensi 877 3%
Total 8580 100%
Berdasarkan data pada tahun 2020 di dapat 3 penyakit
terbanyak adalah ISPA, penyakit kulit dan gastritris. Prioritas
keperawatan pada pasien ISPA seperti menganjurkan pasien
menggunakan masker, memberikan edukasi tentang penggunaan
masker.
b) Bidang Pendidikan
Lingkup garapan yang ada di ruang poli umum Puskesmas
Basuki Rahmat Bengkulu dalam bisang pendidikan merupakan
peningkatan kemampuan baik pada segi kognitif, efektif, maupun
psikomotor dari peserta didik (perawat, staf, pasien, keluarga
pasien dan mahasiswa) dalam memenuhi kebutuhan pasien
dengan berbagai penyakit yang di alami pasien.
c) Bidang Penelitian
Memfasilitasi penelitian yang ada di ruang poli umum
Puskesmas Basuki Rahmat Bengkulu demi meningkatkan
pelayanan ruang poli Puskesmas Basuki Rahmat Bengkulu.
Ruang poli Puskesmas Basuki Rahmat Bengkulu menjadi
lahan penelitian bagi individu, sekelompok individu, maupun
isntitusi yang sedang dan akan melakukan penelitian pada bagian
unsur yang terdapat di ruangan.
3) Basis Intervensi
a) Bidang Pelayanan
Basis intervensi dalam bidang pelayanan di ruang poli umum
seperti melakukan intervensi daru pasien masuk keruangan,
pasien diberikan tindakan keperawatan berupa pengukuran tensi
darah, tinggi badan, berat badan kemudian dilakukan anamnesa,
kemudian pasien menunggu untuk diberikan pengobatan oleh
dokter.
b) Model Layanan
Metode yang digunakan di ruang poli umum Puskesmas
Basuki Rahmat Bengkulu dalam memberikan asuhan kepada
pasien adalah metode pelayanan kesehatan, memiliki penanggung
jawab pelaksana dilakukan pre dan post conference sebelum
melakukan pelayanan pada pasien.
c) Letak Ruangan
Lokasi ruang poli terletak di bagian depan bersebelahan
dengan ruang UGD, berdekatan dengan ruang medical record dan
diministrasi, berjauhan dengan ruang kepala dan ruang tata usaha.
d) Kapasitas Unit Ruang
Ruang poli mempunyai 2 bed yang terdiri dari 2 ruang.
Setiap ruang mempunyai 1 bed yang dapat menampung pasien.
2. Analisis Terhadap Klien
a. Karakteristik
Karakteristik dari pasien di ruang poli umum adalah pasien dengan
berbagai keluhan masalah kesehatan. Berdasarkan kelompok usia, jenis
kelamin, cara pembayaran.

Tabel 1. Karakteristik pasien di ruang poli umum Puskesmas Basuki


Rahmat Bengkulu berdasarkan kelompok usia pada tanggal 01-
30 Juni 2021.

No Usia Jumlah %
1. <12 tahun - -
2. 13-40 tahun 30 60%
3. >41 tahun 20 40%
Total 50 100%

Tabel 2. Karakteristik pasien di ruang poli umum Puskesmas Basuki


Rahmat Bengkulu berdasarkan kelompok jenis kelamin pada
tanggal 01-30 Juni 2021.

No Jenis Kelamin Jumlah %


1. Laki-Laki 230 35%
2. Perempuan 450 65%
Total 680 100%

Tabel 3. Karakteristik pasien di ruang poli umum Puskesmas Basuki


Rahmat Bengkulu berdasarkan kelompok cara pembayaran pada
tanggal 01-30 Juni 2021.

No Cara Pembayaran Jumlah %


1. BPJS 560 87%
2. Umum 120 13%
Total 680 100%
b. Tingkat Ketergantungan
Dukungan sumber daya manusia yang optimal diharapkan mampu
meningkatkan mutu pelayanan keperawatan. Perkiraan kebutuhan perawat
harus :
1) Kategori Klien
a) Keperawatan mandiri/self care
b) Perawatan sebagian/partial care
2) Metode Penugasan
Cara untuk membagi pekerjaan yang ada di satu unit perawatan
kepada tenaga yang ada, yang memberikan asuhan keperawatan
kepada klien menggunakan metode pelayanan publik.
3) Analisis Kebutuhan Tenaga Keperawatan
Merupakan proses memperkirakan secara kuantitatif dan kualitatif
tenaga keperawatan yang diperlukan.
3. Analisis Unit Layanan Keperawatan
a. Flow of Care
Dari hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 1-6 Februari 2021,
proses penerimaan pasien baru di ruang poli umum di dapat sebagai
berikut:

Pemeriksaan
Tekanan Darah, Anamnesa
Pasien Berat Badan, (Pemeriksaan)
Tinggi Badan

Diagnosa Obat Rujuk ke RSU


Laboratotium

b. Manajemen Unit

KEPALA PUSKESMAS
Purwanti, S. Kep

KETUA TIM
TIM AUDIT INTERNAL TIM KESELAMATAN PASIEN

drg. Robby Setiawan drg. Robby Setiawan dr. Merry Nuryani


Sri Yunida, SST
dr. Nataria Muniarti Siregar
Emmy Yuliarti, SST Suryanti, S. Kep
Khairunnisah, SKM

Tita Tasti, Amd. Kep

SEKRETARIS
Emmy Yuliarti, SST

TIM MUTU MANAJEMEN TIM MUTU UKM TIM MUTU KLINIS (UKP)
Meri Apriliana, Amb. Keb Nurwinas, Amd. Keb Tri Reni Kusumastuti, Amd. Keb
Tita Tasti, Amd. Kep
Siti Holijah Ns. Nengriati, S. Kep
Vera Sisliza, Amb. Kep Yessy Sulastri, S.ST Hasi Rendowi, Amd. Keb
Sri Yunida, SST
Yusmaneli Tanjung, Amd. Keb

Onesty Asman Linda Yunisusianti, Amd. Keb


4. Sumber Daya/Kekuatan Kerja
a. Manusia
1) Kualifikasi Pendidikan Formal Tenaga Kesehatan Di Ruang Poli
Umum

No Jenis Pendidikan Jumlah %


1. Dokter 3 29%
2. DIII Keperawatan 3 29%
3. S1+Ners 6 42%
Berdasarkan pengkajian dari tanggal 1-2 Juni 2021 didapatkan
bahwa di ruangan poli umum, perawat dengan pendidikan S1+Ners
hampir sebagian yaitu 42%
2) Perhitungan Tenaga Keperawatan Menurut Rumus Gillies
3) Menurut Gillies (1999) kebutuhan tenaga perawat secara kuantitatif
dapat dirumuskan dengan perhitungan sebagai berikut :
X =¿ ¿
Keterangan :
X = tenaga perawat yang dibutuhkan

Adapun untuk menentukan jam efektif perawatan secara khusus dapat


dikategorikan sebagai berikut :
a) Minimal Care membutuhkan waktu 1-2 jam/24 jam
b) Partial Care membutuhkan waktu 3-4 jam/24 jam
c) Total Care membutuhkan waktu 5-6 jam/24 jam

Berdasarkan hasil observasi dari tanggal 1-30 Juni 2021 didapatkan


klasifikasi ketergantungan pasien di ruang poli umum :

a) Minimal Care = 20 orang


b) Partial Care = 4 orang
c) Total Care = 0 orang
Jadi rata-rata jumlah pasien perhari sebanyak 24 orang.
b. Non Manusia (Mrtode, Material, Money, Marketing)
1) Metode
Menerapkan metode penugasan asuhan keperawatan dengan metode
pelayanan publik yang berfokus pada kesembuhan, mengurangi
kecacatan dan memberikan pelayanan perawatan. Metode pelayanan
publik dilakukan dengan penentuan setiap pelayanan memiliki 1
penanggung jawab yang bertanggung jawab terhadap seluruh pasien
di ruang poli umum dan di bantu oleh perawat pelaksana. Sebelum
dinas dimulai dilakukan briefing dan doa bersama, pre conference
dilakukan secara langsung dengan perawat yang bertugas saat itu.
2) Material
Semua inventaris yang ada di Puskesmas Basuki Rahmat Bengkulu
terdokumentasikan di ruangan, hanya saja ada beberapa sarana dan
prasarana yang rusak di biarkan, peralatan medis yang kurang dan
APD petugas yang minim.
3) Money
Memberikan pelayanan kesehatan baik medis ataupun non medis
merupakan salah satu fungsi puskesmas agar pelayanannya dapat
berjalan secaran optimal dan dapat dirasakan oleh seluruh masyarakat.
Ruang poli umum Puskesmas Basuki Rahmat Bengkulu tidak
mengatur pelayanan keuangan. Sumber pelayanan puskesmas terdiri
dari APBN dan APBD serta sumber lain yang sah.
4) Marketing
Membantu tindakan dalam rangka memenuhi kebutuhan sehari-hari
klien/keluarga, prosedur tindakan keperawatan sebelum dilakukan
kepada klien/keluarga, pasien mengatakan petugas di ruangan
menjelaskan tentang cara-cara pengurusan administrasi dan hak-hak
yang didapat klien selama perawatan di ruangan, pasien menyatakan
bahwa selama dirawat akat kesehatan yang dibutuhkan oleh klien
selalu terpenuhi, pasien mengatakan apabila klien/keluarga
menanyakan perkembangan kondisi keadaan penyakit klien, perawat
memberikan penjelasan mengenai kondisi klien sampai klien/keluarga
mengerti, dan pasien mengatakan apabila klien/keluarga tidak patuh
terhadap petunjuk untuk kesembuhan klien yang disampaikan oleh
perawat maka perawat mengingatkan kliennya. Perawat menjelaskan
perencanaan pulang pasien selama di puskesmas dan ssat pulang
kerumah.
c. Lingkungan Kerja
1) Lingkungan Fisik
Berdasarkan hasil pengkajian, ruang pelayanan di Puskesmas
Basuki Rahmat Bengkulu di klasifikasikan dalam berbagai kriteria :
a) Ruang Poli Umum dengan 3 bed
b) Ruang Poli KIA dengan 3 bed
c) Ruang Poli Anak dengan 2 bed
d) Ruang Poli Lansia dengan 2 bed
e) Ruang Poli Gigi dengan 1 bed
2) Lingkuangan Non Fisik
a) Hubungan Antara Perawat dan Pasien
Pada saat observasi di dapatkan bahwa komunikasi antara
perawat dan pasien belum efektif seperti pada saat-saat
melakukan tindakan langsung memasukkan obat, pankes dan
lainnya.
b) Hubungan Antara Perawat dan Perawat
Dari hasil pengamatan dan wawancara bersama 3 orang
perawat, proses komunikasi antara sesama perawat sudah berjalan
dengan baik.
 Komunikasi dilakukan dengan sistem kekeluargaan,
terbuka dan akrab, serta tidak ada batasan antara senior
dan junior. Nama panggilan biasanya berupa nama
pengganti sepert : Ayuk dan Adik. Pengambilan
keputusan dilakukan dengan musyawarah dan komunikasi
dua arah. Jika terjadi masalah atau konflik di antara para
perawat, permasalahan tersebut diselesaikan secara
langsung sehingga tidak mengganggu hubungan dalam
pekerjaan dan kinerja perawat
 Ketika melakukan tindakan, perawat melakukan seluruh
tindakan secara bersama-sama. Sebelum melakukan
tindakan perawatan di lakukan komunikasi efektif kepada
pasien dan keluarga hanya saja pelaksanaannya masih
belum optimal, menjadi asisten dokter, memberikan obat
injeksi serta obat oral pada pasien, pre conference sudah
dijalankan tapi belum optimal
 Jadwal dinas perawat di ruang poli masing-masing
mendapatkan jadwal dinas dari senin sampai sabtu dan
hari libur minggu
 Menurut hasil wawancara dengan 3 orang perawat,
menyatakan bahwa dirinya merasa nyaman dengan
lingkungan interpersonal selama bekerja di ruangan, dan
tidak merasa ada diskriminasi suku, agama dan gender
c) Hubungan Antara Perawat dan Profesi Lain
Dari hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 1-6 Juni 2021,
hubungan perawat dan profesi lain di ruang poli umum berjalan
dengan baik. Tim kesehatan bekerjasama sebagai tim untuk
menangani masalah pasien serta saling menghormati dan
menghargai antar profesi. Pada waktu dan keadaan tertentu,
dokter dan perawat melakukan diskusi untuk menyelesaikan
permasalahan pasien, dan juga dengan petugas farmasi.
5. Pendidikan
Kualifikasi pendidikan formal tenaga kesehatan di ruang poli umum

No Jenis Pendidikan Jumlah %


1. D3 Keperawatan 3 39%
2. S1 Ners 6 61%
Analisa Data :
Berdasarkan pengkajian dari tanggal 1-6 Juli 2021 didapatkan bahwa di
ruangan poli umum, perawat dengan pendidikan S1 Ners hampir sebagian
yaitu 61%
6. Pelatihan
Jenis pelatihan yang pernah diikuti tenaga kesehatan di ruang poli umum :

No Nama Pendidikan Pelatihan Lama Kerja


1. Fatriani D3 Btcls, Bhd
2. Verra Sri Juita D3 Btcls, Bhd
3. Berbi Febri Edriani D3 Bhd
4. Anita Rizki Putri S1 Ners Bhd
5. Eniaulia Sari S1 Ners Bhd
6. Dwi Ratna Furi S1 Ners Bhd
7. Cheny Permata Joas Putri S1 Ners Bhd
8. Ettis Rahmawati S1 Ners Bhd
9. Gema Pertiwi S1 Ners Bhd
Interprestasi :
Berdasarkan data yang di dapat, karakteristik pendidikan di ruang poli umum
perawat dengan pendidikan S1 Ners sebanyak 6 orang (61%) dan pendidikan
D3 sebanyak 3 orang (39%).
ANALISIS DATA

1. Hasil Analisis Menurut SWOT

Strenghts Weaknesses Opportunities Threats


(Kekuatan) (Kelemahan) (Kesempatan) (Ancaman)
 Memilki  Komunikasi  Pelatihan  Tingkat
SDM dengan Efektif yang komunikasi kepatuhan
pendidikan dilakukan efektif pasien
S1 Ners belum optimal terhadap
(61%) pengobatan
dan
perawatan
menurun
 Tingkat
kepuasan
pasien
terhadap
tindakan
yang
diberikan
menurun
 Semua  Belum optimal  Keterampilan  Tidak
inventaris di pemenuhan breafing dalam terlaksanany
poli umum kebutuhan pemenuhan a pelayanan
terdokument sarana dan sarana prasarana kesehatan
asi prasarana yang baik
khususnya karena
APD untuk petugas
petugas poli tidak
umum memiliki
APD yang
memadai
 Mahasiswa Co  Tingkat
Ners Stikes kepuasana
Bakti Husada pasien
Bengkulu untuk terhadap
melakukan role tindakan
play yang
diberikan
menurun
2. Identifikasi Masalah
a. Komunikasi efektif
b. Breafing dalam pemenuhan sarana prasarana

No Masalah Mg Sv Mn Nc Af Skor Prioritas


1. Komunikasi efektif 4 3 3 5 5 20 4
2. Breafing pemenuhan sarana
4 3 3 5 5 20 3
prasarana
Keterangan :

 Magnitud (Mg) adalah kecenderungan besar dan seringnya kejadian


masalah
 Severy (Sv) adalah besarnya kerugian yang di timbulkan
 Manageability (Mn) adalah kemugkinan masalah bisa dipecahkan
 Nursing Consent (Nc) adalah melibatkan pertimbangan dan perhatian
perawat
 Affordability (Af) adalah ketersediaan sumber daya

Nilai Skor :

 1 = sangan rendah
 2 = rendah
 3 = cukup
 4 = tinggi
 5 = sangat tinggi
BAB III
PERENCANAAN

Setelah di identifikasi masalah yang ditemukan di ruang poli umum Puskesmas


Basuki Rahmat, maka di tetapkan proritas masalah dan rencana penyelesaian masalah yang
menjadi prioritas adalah :

 Belum optimalnya komunikasi efektif


 Belum optimalnya pemenuhan sarana prasarana

Adapun rencana kegiatan yang akan dilakukan dalam rangka mengatasi masalah yang
terjadi di ruang poli umum Puskesmas Basuki Rahmat Bengkulu :

A. Belum Optimalnya Komunikasi Efektif


1. Tujuan
Mengoptimalkan komunikasi efektif
2. Rencana Kegiatan
a. Detiminasi ilmu tentang komunikasi efektif
b. Role play tentang komunikasi efektif
3. Cara Evaluasi
a. Diskusi tanya jawab
b. Masukan dan saran dari fakar
4. Indikator Keberhasilan
80% perawat mendengarkan destiminasi ilmu tentan komunikasi efektif
5. Sasaran
a. Penanggung jawab ruangan
b. Staf poli umum
c. Pasien dan keluarga
6. Metode
Adapun metode yang digunakan dalam setiap kegiatan adalah diskusi dan tanya
jawab
7. Waktu dan Tempat
a. Waktu
Untuk melaksanakan kegiatan adalah 9 Juli 2021
b. Tempat
Di ruang poli umum Puskesmas Basuki Rahmat Bengkulu
8. Penanggung Jawab
Penanggung jawab kegiatan ini adalah mahasiswa Co Ners dan penanggung
jawab ruangan

B. Belum Optimal Pemenuhan Sarana Prasarana Khususnya APD Untuk


Petugas Poli
1. Tujuan
Mengoptimalkan pemenuhan sarana prasarana khususnya APD unruk petugas
2. Rencana Kegiatan
b. Destiminasi ilmu tentang role play breafing
c. Role play breafing
3. Cara Eveluasi
a. Melakukan observasi langsung
b. Diskusi tanya jawab
c. Masukan saran dari fakar
4. Indikator Keberhasilan
a. 80% perawat melihat role play
b. 80% perawat melakukan breafing
5. Sasaran
a. Penanggung jawab ruangan
b. Staf
6. Metode
Adapun metode yang digunakan dalam setiap kegiatan adalah diskusi dan tanya
jawab
7. Waktu dan Tempat
a. Waktu
Untuk melaksanakan kegiatan adalah 10 Juli 2021
b. Tempat
Di ruang poli umum Puskesmas Basuki Rahmat Bengkulu
8. Penanggung Jawab
Penanggung jawab kegiatan ini adalah mahasiswa Co Ners dan penanggung
jawab ruangan
Planning of Action (POA)

Masalah Kegiatan Tujuan Sasaran Indikator Tempat dan Metode Biaya PJ


Keberhasilan Waktu
Komunikasi Destiminasi Mengoptimalkan 1. Penanggung 80% perawat Ruang poli Diskusi, Mahasiswa
Efektif ilmu komunikasi jawab ruangan mendengarkan umum. Jumat, 9 tanya Co Ners
tentang efektif 2. Staf destiminasi ilmu Juli 2021 jawab
komunikasi 3. Pasien dan tentang
efektif keluarga komunikasi
efektif
Breafing Destiminasi Mengoptimalkan 1. Penanggung 80% perawat Ruang poli Diskusi, Mahasiswa
Pemenuhan ilmu role breading jawab ruangan melihat role play umum. tanya Co Ners
Sarana play 2. Staf 80% perawat Sabtu, 10 Juli jawab
Prasarana breafing melakukan 2021
breafing
BAB IV
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

A. Belum Optimalnya Komunikasi Efektif


1. Implementasi
a. Destiminasi ilmu tentang komunikasi efektif
2. Evaluasi
a. Komunikasi efektif terlaksana secara optimal
b. Tingkat kepatuhan pasien dalam perawatan dan pengobatan meningkat
3. Rencana Tindak Lanjut
Ruangan mengusulkan pelatihan komunikasi efektif oleh narasumber yang
memiliki kempetensi ke diklat dan sekretariat.

B. Belum Optimalnya Pemenuhan Sarana Prasarana Poli Umum Khususnya


APD Untuk Perawat
1. Implementasi
a. Destiminasi ilmu breafing
b. Role play breafing
2. Evaluasi
a. Petugas dapat menganalisa masalah-masalah secara kritis
b. Meningkatkan kesiapan diri dalam pemberian asuhan keperawatan
3. Rencana Tindak Lanjut
Breafing dilakukan secara berkelanjutan
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Dalam memberikan asuhan keperawatan yang optimal diperlukan adanya suatu
sistem pengorganisasian keperawatan yang baik. Pengorganisasian keperawatan
yang baik dapat dilihat dari sistem manajemen keperawatan sehingga dapat
meningkatkan peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan,
pendokumentasian. Berdasarkan hasil pengkajian dan pelaksanaan intervensi yang
dilakukan oada praktek manajemen keperawaran ini, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut :
1. Berdasarkan hasil pengkajian yang telah dilakukan di ruang poli umum
Puskesmas Basuki Rahmat Bengkulu teridentifikasi ada 2 (dua) prioritas
masalah belum optimalnya komunikasi efektif dan belum optimalnya
pemenuhan sarana prasara terkhusus APD untuk perawat/petugas.
2. Alternatif pemecahan masalah yang di usulkan dan disepakati yaitu melakukan
destiminasi ilmu tentang komunikasi efektif dan breafing, melakukan role play
breafing.
3. Pelaksanaan implementasi pemecahan masalah dilakukan pada tanggal 5-10
Juli 2021 diawali dengan destiminasi ilmu dan dilanjutkan dengan role play
breafing.
4. Hasil kegiatan manajemen keperawatan didapatkan pada breafing petugas dapat
menganalisa masalah secara kritis, meningkatkan kesiapan diri dalam
pemberian asuhan perawat pada komunikasi efektif tingkat kepatuhan pasien
dalam perawatan dan pengobatan meningkat.
5. Adanya perencanaan tindak lanjut di harapkan ruangan mengusulkan pelatihan
komunikasikan efektif oleh narasumber yang memiliki kompetensi ke diklat.
B. Saran
1. Bagi Stikes Bhakti Husada Bengkulu
Bisa dijadikan bahan rujukan dan literatur pelaksanaan residensi berikutnya
agar dapat menerapkan ilmu yang diperoleh dari implementasi yang suda
dilakukan.
2. Bagi Direktur Puskesmas Basuki Rahmat Bengkulu
Menyetujui diadakannya pelatihan komunikasi efektif bagi seluruh
karyawan Puskesmas Basuki Rahmat Bengkulu.
3. Bagi Penanggung Jawab Ruangan
Diperlukan optimalisasi penerapan komunikasi efektif terhadap pasien,
breafing antar ruangan, serta peran aktif dalam pengusulan pelatihan
komunikasi efektif.
NASKAH ROLE PLAY PRE DAN POST CONVERENCE
Pemeran :

1. Dewinta Sari sebagai Kepala Puskesmas


2. Mirna Kristiani sebagai Penanggung Jawab
3. Lukasni sebagai Perawat Pelaksana 1
4. Noni Meriani sebagai Perawat Pelaksana 2
5. Yeni Esti sebagai Perawat Pelaksana 3
6. Nova Arisanty sebagai Perawat Pelaksana 4

PRE CONFERENCE

Waktu kegiatan : Saat Memulai Dinas


Tempat : Ruang Poli Umum
Penanggung Jawab : PJ Ruangan
Kegiatan : Breafing

1. Kepala ruangan membuka acara


2. PJ ruangan menanyakan rencana harian masing-masing perawat pelaksana
3. PJ ruangan memberikan masukan dan tindak lanjut terkait dengan asuhan yang
diberikan saat itu
4. PJ ruangan menutup acara
Narator : Saat memulai dinas di ruang poli melakukan breafing kepala ruangan
puskesmas membuka acara pre conference
Kapus : “Assalamualaikum Wr. Wb. Selamat Pagi semua....”
“Puji syukur kita ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan kesehatan
kepada kita sehingga kita masih bisa menjalankan tugas kita sebagai seorang
perawat”
“Baiklah untuk memulai aktivitas kita awali dengan sama-sama membaca doa.
Selanjutnya saya serahkan kepada perawat Mirna selaku penanggung jawab
ruangan, seperti biasanya untuk memandu breafing kita pada pagi hari ini”
PJ Ruangan : “Terimakasih kepada Bu Dewinta selaku kepala Puskesmas,
Assalamualaikum Wr.Wb. Selamat pagi kepada rekan-rekan semua, puji dan
syukur kita semua masih diberi kesempatan...”
“Ya pada kesempatan breafing pagi ini tanggal 10 Juli 2021, di ruang poli umum.
Baik langsung saja kepada rekan semua silahkan untuk menyampaikan kendala
yang terjadi pada saat memberikan pelayanan”
Lukasni : “Di poli APD untuk petugas sangat minim sekali, handscoon habis”
Novi : “Begitu juga dengan handsanitizer, bahkan sabun untuk cuci tangan sering
habis”
Yeni : “Ada beberapa peralatan yang sering rusak, seperti thermogun yang sering
macet”
Nova : “Timbangan injak sering error”
PJ Ruangan : “Ya baiklah terimakasih kepada rekan-rekan yang sudah
menyampaikan permasalahan yang di hadapi saat melakukan pelayanan pada
pasien. Baik, waktu saya kembalikan kepada Bu Dewinta”
Kapus : “Terimakasih kepada PJ Ruangan dan rekan-rekan semua atas laporannya,
semua keluhan rekan-rekan akan saya tampung. Secepatnya permasalahan yang
ada saat ini akan saya sampaikan pada Dinas Kesehatan. Sebelum melakukan
kegiatan marilah kita berdoa kepada Tuhan masing-masing. Berdoa mulai. Sekali
lagi diharapkan, kerjasamanya dari rekan-rekan sekalian”
Narator : Semua perawat meninggalkan ruangan, dan melakukan tindakan yang
sudah direncanakan.
DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai