Anda di halaman 1dari 2

Kelompok Belanda

Christiano Aditya / 5
Christoper Alviano / 6
Dave Revel / 7
Frederik Januar / 13
Keshia Serafime / 17
Rafael Anggit / 21
Vincent /28

anak -anak yang terkasih pernahkah kalian berpikir tentang bagaimana proses terbentuknya
kesadaran nasional? , bagaimana menyatukan seluruh wilayah Indonesia yang penuh dengan
kebhinekaan ? apa yang menyebabkan bangsa Indonesia bisa bersatu ? pertanyaan ini akan kita
jawab dalam materi yang akan kita bahas dalam bab 4 ini.
sebelum masuk ke materi ini dan menjawab pertanyaan diatas silahkan anda diskusikan
bersama dengan kelompok anda tentang bagaimana pers bisa masuk ke Indonesia , ? Siapakah
tokoh yang berperan membawa pers ke Indonesia? Lalu Bagaimana perkembangan media pers
bisa berkembang di Indonesia ?
sajikanlah dalam bentuk word atau google docs materi yang sudah ada diskusikan dan
kumpulkan tepat waktu
selamat siang semuanya tetap semangat salam jas merah

Pertanyaan :

bagaimana pers bisa masuk ke Indonesia , ?


Jawaban : Keinginan menerbitkan surat kabar di Hindia Belanda saat itu sebenarnya sudah
sangat lama, tetapi selalu dihambat oleh pemerintah VOC. Baru setelah Gubernur Jenderal
Gustaaf Willem Baron van Imhoff menjabat, terbitlah surat kabar "Bataviasche Nouvelles en
Politique Raisonnementen" yang artinya "Berita dan Penalaran Politik Batavia" pada 7 Agustus
1744. surat kabar inilah yang memulai pers di indonesia

Siapakah tokoh yang berperan membawa pers ke Indonesia?


H.C.O. Clockener Brousson
E.F Wigger
G.Francis
R.M Tirtoadisuryo
R.M Tumenggung Kusuma Utaya

Bagaimana perkembangan media pers bisa berkembang di Indonesia ?


-Saat Gubernur Jenderal Gustaaf Willem Baron van Imhoff menjabat, terbitlah surat kabar
"Bataviasche Nouvelles en Politique Raisonnementen" yang artinya "Berita dan Penalaran Politik
Batavia" pada 7 Agustus 1744.

Pada 1851, "De Locomotief" terbit di Semarang. Surat kabar ini memiliki semangat kritis
terhadap pemerintahan kolonial dan pengaruh yang cukup besar. Abad ke-19, untuk menandingi
surat kabar-surat kabar berbahasa Belanda, muncul surat kabar berbahasa Melayu dan Jawa
meskipun para redakturnya masih orang-orang Belanda, seperti "Bintang Timoer" (Surabaya,
1850), "Bromartani" (Surakarta, 1855), "Bianglala" (Batavia, 1867), dan "Berita Betawie" (Batavia,
1874).

Pada 1907, terbit "Medan Prijaji" di Bandung yang dianggap sebagai pelopor pers nasional
karena diterbitkan oleh pengusaha pribumi untuk pertama kali, yaitu Tirto Adhi Soerjo. Ketika
Jepang berhasil menaklukkan Belanda dan akhirnya menduduki Indonesia pada 1942, kebijakan
pers turut berubah. Semua penerbit yang berasal dari Belanda dan China dilarang beroperasi.
Sebagai gantinya penguasa militer Jepang lalu menerbitkan sejumlah surat kabar sendiri.

Saat itu terdapat lima surat kabar yaitu Jawa Shinbun yang terbit di Jawa, Boernoe Shinbun di
Kalimantan, Celebes Shinbun di Sulawesi, Sumatra Shinbun di Sumatra dan Ceram Shinbun di
Seram. Kehidupan pada 1950-1960-an ditandai oleh munculnya kekuatan-kekuatan politik dari
golongan nasionalis, agama, komunis dan tentara.

Pada masa ini sejumlah tonggak sejarah pers Indonesia juga lahir, seperti LKBN Antara pada 13
Desember 1937, RRI pada 11 september 1945, dan organisasi PWI pada 1946 yang kemudian
menjadi cikal bakal Hari Pers Nasional. Lahir pula TVRI, stasiun televisi pemerintah pada 1962.
September hingga akhir 1945, pers nasional semakin kuat ditandai dengan penerbitan "Soeara
Merdeka" di Bandung dan "Berita Indonesia" di Jakarta, serta beberapa surat kabar lain, seperti
"Merdeka", "Independent", "Indonesian News Bulletin", "Warta Indonesia", dan "The Voice of Free
Indonesia".

Anda mungkin juga menyukai