Pasal 1.
PENJELASAN UMUM
1. Tata Cara Penyelengaraan pelaksanaan kegiatan pembangunan prasarana dan sarana umum
harus mengacu syarat-syarat dalam RKS maupun perubahan-perubahannya dalam Berita Acara
Aanwijzing serta gambar kerja dan atau gambar gambar perubahan dan tambahan yang telah
disetujui Pengawas/Kuasa Penguna Anggaran/Barang.
2. Pemberian pekerjaan meliputi :
Mendatangkan, pengolahan, pengangkutan semua bahan, pengerahan tenaga kerja, pengadaan
semua alat-alat bantu dan sebagainya. Yang pada umumnya langsung atau tidak langsung termasuk
di dalam usaha penyelesaian dengan baik dan menyerahkan pekerjaan dengan sempurna lengkap.
Hal tersebut di atas juga dimaksudkan pekerjaan–pekerjaan atau bagian-bagian pekerjaan yang
walaupun tidak disebutkan di dalam bestek tetapi masih berada di dalam lingkungan pekerjaan
harus dilaksanakan sesuai petunjuk Direksi.
3. Lingkup Kegiatan yang dilaksanakan :
Kegiatan yang dimaksud dalam uraian ini adalah Penyelenggaraan Kegiatan REHAB RUMAH DINAS
BBPTUHPT BATURRADEN Pekerjaan yang harus dilaksanakan meliputi :
I. Pekerjaan Persiapan
b. Pekerjaan Beton
e. Pekerjaan Plafond
g. Pekerjaan Sanitasi.
h. Pekerjaan Pengecatan.
Pasal 2.
SITUASI
1. Lokasi pekerjaan yang akan dilaksanakan terletak di Baturraden, Banyumas
2. Kondisi trase akan diserahkan kepada pelaksana sebagaimana adanya pada waktu rapat penjelasan,
terutama kondisi topografi, sifat dan luasnya pekerjaan dan hal lain yang berpengaruh harga
penawaran.
Pasal 3.
GAMBAR - GAMBAR
Gambar yang dipakai adalah gambar yang dibuat Konsultan Perencana dan telah disetujui oleh Pejabat
Pembuat Komitmen pada BBPTUHPT Baturraden dan Tim Teknis Pembangunan sesuai yang disampaikan
pada pemberian penjelasan. Apabila terdapat ketidak sesuaian antara gambar-gambar detail, maka agar
dikonsultasikan kepada Konsultan Perencana/Pengawas dan Direksi atau diadakan Rapat Koordinasi
Lapangan.
Pasal 4.
PENJELASAN RKS DAN GAMBAR
1. Pelaksana wajib meneliti semua Gambar Kerja / Bestek, Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS)
termasuk tambahan dan perubahannya yang dicantumkan dalam Berita Acara Penjelasan Pekerjaan
(Aanwijzing) atau Rapat Koordinasi Lapangan.
2. Bila gambar tidak sesuai dengan RKS, maka yang mengikat/berlaku adalah RKS sebagai Teknis
Pelaksanaan. Bila suatu gambar tidak cocok dengan gambar yang lain, maka gambar yang
mempunyai skala yang lebih kecil yang berlaku, begitu pula apabila dalam bestek (RKS) tidak
dicantumkan, sedangkan gambar ada, maka gambar yang mengikat.
3. Bila perbedaan-perbedaan ini menimbulkan keraguan sehingga dalam pelaksanaan menimbulkan
kesalahan, Pelaksana bersama Konsultan Pengawas wajib menanyakan kepada Konsultan Perencana
dan Pelaksana mengikuti keputusannya atau sesuai keputusan rapat lapangan.
Pasal 5.
PEKERJAAN TAMBAH / KURANG
1. Tugas mengerjakan pekerjaan tambah/kurang diberitahukan dengan tertulis dalam buku harian
dengan persetujuan Direksi Pekerjaan.
2. Pekerjaan tambah/kurang hanya berlaku bila nyata-nyata ada perintah tertulis dari Direksi Pekerjaan
3. Biaya pekerjaan tambah/kurang akan diperhitungkan menurut daftar harga satuan pekerjaan yang
pembayarannya diperhitungkan bersama-sama angsuran terakhir.
4. Untuk pekerjaan tambah yang harga satuannya tidak tercantum dalam harga satuan yang
dimasukkan dalam RAB, harga satuannya akan ditentukan lebih lanjut oleh Direksi Pekerjaan
bersama Penyedia Jasa Konstruksi.
5. Adanya pekerjaan tambah tidak dapat dijadikan alasan sebagai penyebab kelambatan penyerahan
pekerjaan, tetapi Direksi Pekerjaan dapat mempertimbangkan perpanjangan waktu, karena adanya
pekerjaan tambah tersebut.
Pasal 6.
SYARAT-SYARAT TEKNIS KHUSUS
Jenis dan mutu bahan yang dipakai diutamakan produksi dalam negeri dan mengacu Peraturan
Pemerintah yang berlaku kecuali ditentukan lain.
Pasal 7
SYARAT-SYARAT PEMERIKSAAN BAHAN BANGUNAN
1. Semua bahan bangunan yang didatangkan harus memenuhi Syarat dan Standart yang ditentukan
atau yang berlaku menurut (SNI).
2. Semua bahan bangunan yang akan digunakan harus diperiksakan dahulu kepada Direksi Pekerjaan
dan Pengawas untuk mendapatkan persetujuan .
3. Jika ada perkembangan lain, sehingga suatu ketika Pelaksana mengajukan bahan bangunan berbeda
dengan bahan bangunan yang tercantum dalam Dokumen Lelang, baik berpengaruh ataupun tidak
terhadap konstruksi dan ataupun arsitektural, Penyedia Jasa Konstruksi sebelum menggunakannya
harus mendapat persetujuan dari Direksi Pekerjaan .
4. Bahan bangunan khusus yang berkaitan dengan estetika yang telah didatangkan oleh Penyedia Jasa
Konstruksi di lapangan pekerjaan, tetapi ditolak pemakaiannya oleh Direksi Pekerjaan harus segera
dikeluarkan dari lapangan pekerjaan selambatnya-lambatnya dalam waktu 2x24 jam, terhitung dari
jam penolakan.
5. Apabila Pengawas merasa perlu meneliti suatu bahan lebih lanjut, Direksi Pekerjaan berhak
mengirimkan bahan tersebut kepada Balai Penelitian Bahan-bahan Bangunan (Laboratorium) yang
terdekat untuk diteliti. Biaya pengiriman dan penelitian menjadi tanggungan Penyedia Jasa
Konstruksi.
6. Pekerjaan atau bagian pekerjaan yang dilakukan Penyedia Jasa Konstruksi tetapi ternyata ditolak
Direksi Pekerjaan harus segera dihentikan dan selanjutnya dibongkar atas biaya Penyedia Jasa
Konstruksi dalam waktu yang ditetapkan oleh Direksi Pekerjaan .
7. Setiap bahan bangunan yang telah disetujui oleh Direksi Pekerjaan akan digunakan untuk
pelaksanaan, diambil sampelnya dan disaji kemas yang layak untuk memudahkan pemeriksaan oleh
Direksi Pekerjaan atau pihak lain yang berwenang.
Pasal 8.
PERSIAPAN DI LAPANGAN
1. Penyedia Jasa Konstruksi harus membuat bangsal kerja untuk para pekerja dan gudang penyimpanan
barang-barang dengan luas yang cukup dan dapat dikunci.
2. Pembongkaran bangunan bangsal kerja menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa Konstruksi.
3. Tempat/lokasi bengkel kerja sesuai petunjuk Direksi.
Pasal 9.
KUASA PENYEDIA JASA KONSTRUKSI DI LAPANGAN
1. Di lapangan pekerjaan Penyedia Jasa Konstruksi wajib menunjuk seorang kuasa atau biasa disebut
Pelaksana yang cakap untuk memimpin pelaksanaan pekerjaan di lapangan dan mendapat kuasa
penuh dari Penyedia Jasa Konstruksi, berpendidikan teknik dengan pengalaman minimal 5 (lima)
tahun dengan pengalaman pekerjaan diidang konstruksi perpipaan, bangunan sipil.
2. Dengan adanya Koordinator Lapangan, tidak berarti bahwa Penyedia Jasa Konstruksi lepas
tanggungjawab sebagian maupun keseluruhan terhadap kewajibannya.
3. Penyedia Jasa Konstruksi wajib memberitahu secara tertulis kepada Direksi Pekerjaan, nama dan
jabatan Koordinator Lapangan untuk mendapatkan persetujuan.
4. Bila kemudian hari menurut pendapat Direksi Pekerjaan, bahwa Koordinator Lapangan kurang
mampu atau tidak cakap memimpin pekerjaan, maka akan diberitahukan kepada Penyedia Jasa
Konstruksi secara tertulis untuk menggantinya dengan tenaga-tenaga yang memenuhi syarat.
5. Dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah dikeluarkan Surat Pemberitahuan, Penyedia Jasa Konstruksi harus
sudah menunjuk Koordinator Lapangan baru atau Penyedia Jasa Konstruksi sendiri
(penanggungjawab/Team Leader) yang akan memimpin pelaksanaan pekerjaan.
Pasal 10.
TEMPAT TINGGAL PENYEDIA JASA KONSTRUKSI
DAN KOORDINATOR LAPANGAN
1. Koordinator Lapangan selalu berada di kantor direksi lapangan
2. Untuk menjaga kemungkinan diperlukannya kerja di luar jam kerja, apabila terjadi hal-hal mendesak,
Penyedia Jasa Kontruksi dan Koordinator Lapangan wajib memberitahukan secara tertulis alamat
dan nomor telepon di lokasi kepada Direksi Pekerjaan.
3. Alamat Penyedia Jasa Kontruksi dan Koordinator Lapangan diharapkan tidak sering berubah-ubah
selama pekerjaan. Bila terjadi perubahan alamat, Penyedia Jasa Kontruksi dan Koordinator Lapangan
wajib memberitahukan secara tertulis.
Pasal 11.
PENJAGAAN KEAMANAN DI LINGKUNGAN PEKERJAAN
1. Penyedia Jasa Konstruksi wajib menjaga keamanan lapangan pekerjaan terhadap barang-barang
milik Direksi Pekerjaan yang berada di lingkungan pekerjaan.
2. Penyedia Jasa Konstruksi wajib menjaga lingkungan pekerjaan dari kerusakan yang diakibatkan
adanya pekerjaan ini.
3. Penyedia Jasa Konstruksi wajib memperbaiki dan atau mengganti apabila ada kerusakan yang
diakibatkan adanya pekerjaan ini.
4. Penyedia Jasa Konstruksi wajib menyediakan air bersih, kamar mandi dan WC yang layak dan bersih
bagi semua petugas dan pekerja. Membuat tempat penginapan di dalam lapangan pekerjaan untuk
para pekerja tidak diperkenankan, kecuali untuk penjaga keamanan dan seijin Direksi Pekerjaan .
Pasal 12.
JAMINAN DAN KESELAMATAN KERJA
1. Penyedia Jasa Konstruksi diwajibkan menyediakan obat-obatan menurut syarat-syarat Pertolongan
Pertama Pada Kecelakaan (PPPK) yang selalu dalam keadaan siap pakai di lapangan untuk mengatasi
segala kemungkinan musibah bagi semua petugas dan pekerja lapangan.
2. Penyedia Jasa Konstruksi wajib menyediakan air minum yang cukup, bersih dan memenuhi syarat
kesehatan bagi semua petugas dan pekerja yang berada di bawah kekuasaan Penyedia Jasa
Konstruksi.
3. Segala hal yang menyangkut jaminan sosial keselamatan sesuai dengan peraturan dan perundangan
yang berlaku.
Pasal 13.
PEKERJAAN PERSIAPAN
1. Penyedia Jasa Konstruksi harus membersihkan segala sesuatu yang kemungkinan akan dapat
mengganggu pelaksanaan pekerjaan, pada waktu ataupun setelah selesainya pekerjaan.
2. Selama berlangsungnya pekerjaan Penyedia Jasa Konstruksi harus dapat menjaga lingkungan agar
tidak terganggu oleh jalannya Pekerjaan.
3. Penyedia Jasa Konstruksi harus memasang nama Kegiatan 1 (satu) unit dari papan/tiang kayu.
Redaksi papan nama Kegiatan tersebut akan ditentukan kemudian, dengan papan ukuran minimal
1,20m x 0,70 m.
4. Penyedia Jasa Konstruksi harus membuat barak kerja untuk para pekerja dan gudang penyimpanan
barang-barang dengan luas yang cukup dan dapat dikunci.
5. Pembongkaran bangunan barak kerja menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa Konstruksi
6. Tempat/lokasi barak kerja sesuai petujuk Direksi
Pasal 14.
JADUAL PELAKSANAAN PEKERJAAN
1. Sebelum memulai pekerjaan di lapangan , Penyedia Jasa Konstruksi wajib membuat metoda
pelaksanaan Rencana Kerja Pelaksanaan dan bagian-bagian pekerjaan berupa Barchart dan Curve “S”
untuk bahan/tenaga, Bending Schedule dan Shop Drawing untuk gambar yang akan dikerjakan.
2. Rencana kerja tersebut harus sudah mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Pejabat Pembuat
Komitmen, paling lambat dalam waktu 15 (lima belas) hari kalender setelah Surat Perintah Mulai
Kerja diterima oleh Penyedia Jasa Konstruksi dan disahkan oleh Direksi Pekerjaan.
3. Penyedia Jasa Konstruksi wajib memberikan salinan rencana kerja sebanyak rangkap 4 (empat)
kepada Direksi Pekerjaan, satu salinan rencana kerja harus ditempel pada dinding di bangsal kerja di
lapangan yang selalu diikuti dengan grafik kemajuan pekerjaan (prestasi kerja) secara riil.
4. Direksi Pekerjaan akan menilai prestasi pekerjaan Penyedia Jasa Konstruksi berdasarkan rencana
kerja Penyedia Jasa Konstruksi tersebut.
5. Penyedia Jasa Konstruksi diwajibkan membuat As Built Drawing sebagai syarat kelengkapan berkas
serah terima pekerjaan.
Pasal 15.
SARANA PEKERJAAN
Untuk kelancaran pekerjaan pelaksanaan di lapangan Penyedia Jasa Konstruksi harus menyediakan :
1. Tenaga Pelaksana yang selalu ada di lapangan tenaga kerja yang trampil dan cukup jumlahnya
dengan kapasitas yang memadahi dengan pengalaman untuk pekerjaan bangunan sipil dan
bangunan perpipaan.
2. Penyediaan alat-alat bantu :
3. Beton mollen, pompa air, alat pengangkut, dan peralatan-peralatan lainnya yang digunakan harus
selalu tersedia dilapangan sesuai kebutuhan.
4. Bahan-bahan bangunan harus tersedia di lapangan dengan jumlah yang cukup dan kualitas sesuai
dengan spesifikasi teknis.
5. Melaksanakan tepat dengan schedule.
BAGIAN II
PERSYARATAN KHUSUS PEKERJAAN SIPIL
PASAL 1
1. Dalam melaksanakan pekerjaan, kecuali bila ditentukan lain dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat
(RKS) ini, berlaku dan mengikat ketentuan-ketentuan di bawah ini termasuk segala perubahan dan
tambahannya :
c. Keputusan-keputusan dari Majelis Indonesia untuk Arbitrasi Teknik dari Dewan Teknik
Pembangunan Indonesia (DTPI).
l. Tata Cara Pengecatan Kayu Untuk Rumah dan Gedung SNI 03-2407-1991.
m. Tata Cara Pengecatan Dinding Tembok Dengan Cat Emulsi SNI 03-1962-1990.
n. Peraturan Direktorat Jenderal Perawatan Departemen Tenaga Kerja, Keselamatan Kerja dan
Kesehatan Kerja
o. Peraturan dan Ketentuan yang dikeluarkan Pemerintah Daerah Setempat yang Bersangkutan
dengan Permasalahan Bangunan.
2. Untuk melaksanakan pekerjaan dalam Pasal 1 Ayat 2 tersebut di atas berlaku dan mengikat pula :
a. Gambar-gambar kerja yang dibuat Konsultan Perencana yang sudah disahkan oleh pemberi tugas,
termasuk gambar-gambar detail yang diselesaikan Kontraktor dan sudah disahkan atau disetujui
direksi.
PASAL 2
PEKERJAAN BETON
1. KETENTUAN UMUM
a. Persyaratan-persyaratan konstruksi beton, istilah teknis dan syarat-syarat pelaksanaan beton
secara umum menjadi kesatuan dalam bagian buku persyaratan teknis ini. Kecuali ditentukan lain
dalam buku persyaratan teknis ini, maka semua pekerjaan beton harus sesuai dengan referensi
dibawah ini :
5. Standard Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung. SKSNI T-15-1991-
03
6. Pedoman Perencanaan Beton Bertulang dan Struktur Dinding Bertulang untuk Rumah dan
Gedung (SKBI 2362-1986), yang diterbitkan oleh Departemen Pekerjaan Umum.
2. LINGKUP PEKERJAAN
a. Meliputi segala pekerjaan yang diperlukan untuk pelaksanakan pekerjaan beton sesuai dengan
gambar rencana termasuk pengadaan bahan, upah, pengujian dan peralatan pembantu.
b. Pengadaan, detail, fabrikasi dan pemasangan semua penulangan dan bagian - bagian dari
pekerjaan lain yang tertanam dalam beton.
c. Mutu beton menggunakan beton K -175.
d. Lain-lain
1. Bahan :
a. Semen portland / PC
Semen portland yang dipakai harus dari jenis I menurut Peraturan Semen Portland Indonesia
1972 (NI-8) atau British Standard No. 12/1965.
Semen harus sampai di tempat kerja dalam kondisi baik serta dalam kantong-kantong semen asli
dari pabrik. Merk semen dianjurkan dalam negeri misalnya : Holcim, Gresik, Tiga Roda masing-
masing dengan ukuran berat 50 kg, satu macam dan dengan persetujuan Pengawas.
Semen harus disimpan dalam gudang yang kedap air dan berventilasi baik, di atas lantai setinggi
30 cm.
Kantong-kantong semen tidak boleh ditumpuk lebih dari sepuluh lapis, penyimpanan harus
terpisah untuk setiap pengiriman dan penggunaannya diurutkan sesuai dengan waktu
pengiriman.
b. Agregat
Agregat halus dan kasar dapat dipakai agregat alami atau buatan asalkan memenuhi syarat
menurut PBI 1989. Agregat kasar sekualitas dengan hasil pemecah mesin.
Agregat tidak boleh mengandung bahan yang dapat merusak beton dan ketahanan tulangan
terhadap karatan. Untuk itu Kontraktor harus mengajukan contoh-contoh yang memenuhi syarat
dari berbagai sumber (tempat pengambilan) antara lain tidak boleh menggunakan pasir laut.
Agregat-agregat harus disimpan di tempat yang saling terpisah dalam tumpukan yang tidak lebih
dari 1 m, berpermukaan yang bersih, padat serta kering dan harus dicegah terhadap kotoran.
c. Air
Untuk campuran dan untuk pemeliharaan beton harus dari air yang bersih dan tidak mengandung
zat-zat yang dapat merusak beton. Air tersebut harus memenuhi syarat-syarat PBI 1989.
d. Baja tulangan
1) Baja tulangan yang dipakai harus dari baja mutu U-24 polos untuk diameter ≤12 mm dan baja
mutu U-32 untuk diameter > 12 mm dan menurut SNI 1991 atau Japanese Standard Class
SR.24 atau British Standard No. 785. 1938, dengan toleransi kelebihan sesuai Standard SII.
2) Bila baja tulangan oleh pengawas diragukan kualitasnya, harus diperiksakan pada Lembaga
Penelitian Bahan-bahan yang diakui, atas biaya Kontraktor.
3) Ukuran baja harus sesuai dengan gambar kerja, penggantian dengan diameter lain hanya
diperkenankan dengan persetujuan tertulis dari pengawas. Bila penggantian disetujui, maka
luas penampang yang diperlukan tidak boleh kurang dari yang tersebut didalam gambar kerja
atau perhitungan. Segala biaya yang diakibatkan oleh penggantian tulangan adalah tanggung
jawab Kontraktor.
4) Semua baja tulangan harus disimpan pada tempat yang bebas lembab, dipisahkan sesuai
dengan diameter serta asal pembelian. Semua baja tulangan dilindungi terhadap segala
macam kotoran dan lemak serta terlindung dari air hujan.
6) Untuk semua diameter baja tulangan yang digunakan pada konstruksi beton bertulang,
masing-masing diberikan sampelnya yang disusun pada papan kecil yang diurutkan sesuai
dengan diameternya.
1) Pemakaian bahan tambahan kimiawi (concrete admixture) kecuali yang tersebut tegas dalam
gambar atau persyaratan, harus seijin tertulis dari pengawas, untuk itu Kontraktor harus
mengajukan permohonan tertulis.
2) Pihak Kontraktor harus mengajukan analisa kimiawinya serta bukti penggunaan selama 5
tahun di Indonesia.
3) Bahan tambahan yang mempercepat pengerasan permulaan (initial set) tidak boleh dipakai,
sedangkan untuk beton kedap air di bawah tanah (hydrostatic preasure) tidak boleh water
proofer yang mengandung garam stearate. Bahan tambahan campuran beton harus sesuai
dengan iklim tropis dan memenuhi persyaratan sekaligus sebagai pengurangan air adukan
dan penunda pengerasan awal.
4) Penggunaannya harus sesuai dengan petujuk teknis dari pabrik dan dimasukkan ke dalam
mesin pengaduk bersamaan dengan air adukan yang terakhir dituangkan ke dalam mesin
pengaduk. Pemakaian additive tidak boleh menyebabkan dikuranginya volume semen dalam
adukan.
f. Syarat-syarat Pelaksanaan :
1) Pelaksanaan penakaran semen dan agregat harus dengan kotak takaran yang volumenya
sama.
2) Banyaknya air untuk campuran beton harus ditentukan sedemikian rupa sehingga tercapai
sifat mudah dikerjakan sesuai dengan penggunaannya. Dalam hal ini perlu diadakan
pengujian slump sesuai dengan ketentuan di dalam SNI 1991.
5) Pengadukan harus dilakukan dengan mesin pengaduk beton (Ready Mix/Batch Mixer atau
Portable Continous Mixer).
6) Mesin pengaduk harus betul-betul kosong sebelum menerima bahan-bahan dari adukan
selanjutnya, dan harus dicuci bila tidak digunakan lebih dari 30 menit.
7) Bahan-bahan pembentuk beton harus dicampur dan diaduk selama 1.5 menit sesudah semua
bahan ada dalam mixer. Waktu pengadukan harus ditambah, bila kapasitas mesin lebih besar
dari 1.5 m3. Konsultan Pengawas berwenang untuk menambah waktu pengadukan jika
ternyata pemasukan bahan dan cara pengadukan gagal untuk mendapatkan hasil adukan
dengan kekentalan dan warna yang merata/seragam.
8) Beton yang dihasilkan harus seragam dalam komposisi dan konsistensi dalam setiap adukan.
9) Mesin pengaduk tidak boleh dibebani melebihi kapasitas yang telah ditentukan. Air harus
dituang terlebih dahulu untuk selanjutnya ditambahkan selama pengadukan. Tidak
diperkenankan melakukan pengadukan yang berlebihan yang membutuhkan penambahan air
untuk mendapatkan kosistensi beton yang dikehendaki.
h. Persiapan Pengecoran :
2) Bidang pertemuan antara cor beton lama dengan baru harus dibuat miring.
3) Cetakan harus datar, tegak lurus, tidak bocor dan kokoh, sehingga kedudukan / bentuknya
tetap tidak berubah / bergeser pada saat dan setelah pengecoran tetapi mudah dibongkar.
4) Cetakan dibuat dari kayu kelas II tebal 3 cm dan memenuhi syarat sesuai fungsinya serta
sambungan antara papan dan balok harus rapat, rapi dan kuat.
5) Pemadatan cor beton menggunakan penggetar beton yang harus dipersiapkan terlebih
dahulu sebelum dimulai pengecoran.
6) Tiang penyangga cetakan dibuat dari kayu kelas II. Tiang penyangga harus dipasang tegak
lurus dan tidak boleh menumpu langsung pada tanah serta dipasang dengan jarak maksimum
60 cm.
7) Tiang penyangga tidak boleh menggunakan bahan dari bambu kecuali atas ijin pengawas ahli.
8) Sebelum pengecoran dimulai, semua bagian-bagian yang akan dicor harus bersih dan bebas
dari kotoran-kotoran dan bagian beton yang lepas. Bagian-bagian yang akan ditanam dalam
beton sudah harus terpasang (pipa-pipa untuk instalasi listrik, plumbing dan perlengkapan-
perlengkapan lain).
9) Cetakan atau pasangan dinding yang akan berhubungan dengan beton harus di siram dengan
air sampai bersih dan dilapisi minyak begisting, dan tulangan harus sudah terpasang dengan
baik.
10) Bidang-bidang beton lama yang akan dicor harus dibuat kasar terlebih dahulu dan kemudian
dibersihkan dari segala kotoran yang lepas.
11) Sesaat sebelum beton dicor, maka bidang-bidang tersebut harus disapu dengan spesi mortar.
12) Kontraktor Pelaksana harus tetap menjaga kondisi bagian-bagian tersebut sampai ijin
pengecoran diberikan oleh Konsultan Pengawas.
13) Apabila pengecoran tidak memakai begisting kayu maka dasar permukaan yang akan dicor
harus diberi beton dengan adukan 1pc : 3ps : 5krl setebal 5 cm.
i. ACUAN/CETAKAN BETON/BEKISTING
1) Rencana cetakan beton menjadi tanggung jawab Kontraktor Pelaksana sepenuhnya. cetakan
harus sesuai dengan bentuk, ukuran, batas-batas dan bidang dari hasil beton yang
direncanakan, serta tidak boleh bocor dan harus cukup kaku untuk mencegah terjadinya
perpindahan tempat atau kelonggaran dari penyangga harus menggunakan multiplex.
2) Permukaan cetakan harus cukup rata dan halus serta tidak boleh ada lekukan, lubang-lubang
atau terjadi lendutan. Sambungan pada cetakan diusahakan lurus dan rata dalam arah
horisontal dan vertikal, terutama untuk permukaan beton yang tidak di "finish" (expose
concrete).
4) Struktur dari tiang penyangga harus kuat dan kaku untuk menunjang berat sendiri dan beban
yang ada diatasnya selama pelaksanaan. Cetakan harus diteliti untuk memastikan kebenaran
letaknya, cukup kuat dan tidak akan terjadi penurunan dan pengembangan pada saat beton
dituangkan.
5) Permukaan cetakan harus bersih dari segala macam kotoran, dan diberi "form oil" untuk
mencegah lekatnya beton pada cetakan. Pelaksanaannya harus berhati-hati agar tidak terjadi
kontak dengan baja tulangan yang dapat mengurangi daya lekat beton dan dengan tulangan.
6) Cetakan beton dapat dibongkar dengan persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas, atau
jika beton telah melampaui waktu sebagai berikut :
7) Dengan persetujuan Konsultan Pengawas cetakan dapat dibongkar lebih awal apabila hasil
pengujian dari benda uji yang mempunyai kondisi sama dengan beton sebenarnya, telah
mencapai 75% dari kekuatan beton pada umur 28 hari. Segala ijin yang diberikan oleh
Konsultan Pengawas, tidak mengurangi atau membebaskan tanggung jawab Kontraktor
Pelaksana terhadap kerusakan yang timbul akibat pembongkaran cetakan.
9) Dalam hal terjadi bentuk beton yang tidak sesuai dengan gambar rencana, Kontraktor
Pelaksana wajib mengadakan perbaikan atau pembentukan kembali.
10) Permukaan beton harus bersih dari sisa-sisa kayu cetakan dan pada bagian-bagian konstruksi
yang terpendam dalam tanah, cetakan harus dicabut dan dibersihkan sebelum pengurugan
dilakukan.
2) Apabila waktu yang dibutuhkan untuk pengangkutan melebihi waktu yang ditentukan, maka
harus dipakai bahan-bahan penghambat pengikatan (retarder) dengan persetujuan Konsultan
Pengawas.
4) Adukan beton tidak boleh dituang bila waktu sejak dicampurnya air pada semen dan agregat
telah melampaui 1.5 jam, dan waktu ini dapat berkurang, bila Konsultan Pengawas
menganggap perl berdasarkan kondisi tertentu.
Cara penuangan dengan alat-alat pembantu seperti talang, pipa, chute dan sebagainya harus
mendapat persetujuan Konsultan Pengawas dan alat-alat tersebut harus selalu bersih dan
bebas dari sisa-sisa beton yang mengeras.
6) Adukan tidak boleh dijatuhkan secara bebas dari ketinggian lebih dari 1,5 m.
Bila memungkinkan sebaiknya digunakan pipa yang terisi penuh adukan dengan pangkalnya
terbenam dalam adukan yang baru dituang.
7) Penggetaran tidak boleh dilaksanakan pada beton yang telah mengalami "initial set" atau
yang telah mengeras dalam batas dimana beton akan menjadi plastis karena getaran,
penggetaran harus bersamaan dengan penuangan beton.
8) Semua pengecoran bagian dasar konstruksi beton yang menyentuh tanah harus diberi lantai
kerja setebal 5 cm agar menjamin duduknya tulangan dengan baik dan mencegah
penyerapan air semen oleh tanah/pasir secara langsung.
9) Bila pengecoran beton harus berhenti sementara sedang beton sudah menjadi keras dan tidak
berubah bentuk, maka bagian tersebut harus dibersihkan dari lapisan air semen (laitance)
dan partikel-partikel yang terlepas sampai suatu kedalaman yang cukup, sehingga didapat
beton yang padat. Segera setelah pemberhentian pengecoran, adukan yang lekat pada
tulangan dan cetakan harus dibersihkan.
10) Semua pengecoran harus dilaksanakan siang hari dan apabila diperkirakan pengecoran dari
suatu bagian tidak dapat diselesaikan pada siang hari, maka sebaiknya tidak dilaksanakan,
kecuali atas persetujuan Konsultan Pengawas dapat dilaksanakan pada malam hari dengan
ketentuan bahwa sistem penerangan sudah disiapkan dan memenuhi syarat, serta penyiapan
tenda-tenda untuk menjaga terjadinya hujan.
k. Penyambungan Konstruksi
1) Rencana atau schedule pengecoran harus disiapkan untuk penyelesaian satu konstruksi
secara menyeluruh, termasuk persetujuan letak sambungan konstruksi (construction joints).
Dalam keadaan tertentu dan mendesak, Konsultan Pengawas dapat merubah letak
"construction joints" tersebut.
2) Permukaan "construction joints" harus bersih dan dibuat kasar dengan mengupas seluruh
permukaan sampai didapat permukaan beton yang padat.
3) "Contruction joints" harus diusahakan berbentuk garis miring. Sedapat mungkin dihindarkan
adanya "Contruction joints" tegak, kalaupun diperlukan maka harus dimintakan persetujuan
dari Konsultan Pengawas.
4) Bila "Contruction joints" tegak diperlukan, maka tulangan harus menonjol sedemikian rupa
sehingga didapatkan suatu struktur yang monolit.
5) Sebelum pengecoran dilanjutkan, permukaan beton harus dibasahi dan diberi lapisan "grout"
segera sebelum beton dituang.
6) Untuk penyambungan beton lama dan baru, harus menggunakan bahan additive "Bonding
Agent" (lem beton) yang disetujui Konsultan Pengawas.
1) Semua angkur, baut, pipa dan benda-benda lain yang diperlukan tertanam dalam beton,
harus terikat dengan baik pada cetakan sebelum pengecoran.
2) Benda-benda tersebut harus dalam keadaan bersih, bebas dari karat dan kotoran-kotoran lain
pada saat mengecor.
3) Sebelum dilakukan pengecoran pipa-pipa harus sudah diuji dengan baik, baru boleh dicor.
m. Penyelesaian Beton
1) Semua permukaan, pekerjaan beton harus rata, lurus tanpa ada bagian-bagian yang
membekas. Ujung-ujung atau sudut-sudut harus berbentuk penuh dan tajam.
2) Bagian-bagian yang rapuh, kasar, berlubang dan tidak memenuhi persyaratan harus segera
diperbaiki dengan cara memahatnya dan mengisinya kembali dengan adukan beton yang
sesuai baik kekuatan maupun warnanya untuk kemudian diratakan. Bila diperlukan, seluruh
permukaan beton dihaluskan dengan ampelas, carborondum atau gurinda.
3) Permukaan pekerjaan beton harus mempunyai bentuk jadi yang rata. Toleransi kerataan pada
permukaan lantai tidak boleh melampaui 1 cm dalam jarak 10 m.
4) Tidak dibenarkan untuk menaburkan semen kering pada permukaan beton dengan maksud
menyerap kelebihan air.
1) Semua pekerjaan beton harus dirawat secara baik dengan cara yang disetujui oleh Konsultan
Pengawas. Setelah pengecoran dan penyelesaian, permukaan beton yang tidak tertutup oleh
cetakan harus tetap dijaga kelembabannya dengan jalan membasahi secara terus menerus
selama 7 (tujuh) hari.
3) Cetakan beton yang tidak dilindungi terhadap penguapan dan belum dibongkar, selama masa
perawatan beton harus selalu dibasahi untuk mengurangi keretakan dan terjadinya celah-
celah pada sambungan.
4) Lantai beton atau permukaan beton lainnya yang tidak disebut diatas, harus dirawat dengan
jalan membasahi atau menutupi dengan membran yang basah.
o. Perizinan
2) Pengecoran dapat dilaksanakan apabila sudah ada Berita Acara Pengecoran dan izin tertulis
dari Konsultan Pengawas.
p. Hal-hal lain.
1) Apabila pengecoran pada balok berbentang panjang, maka cetakan dinaikkan setinggi
lendutan yang terjadi sehingga apabila cetakan dibongkar tidak ada lendutan yang terjadi. Hal
ini harus dikonsultasikan pada Konsultan Pengawas.
PASAL 3
a. Lingkup Pekerjaan :
a. Pembuatan pasangan dinding batu bata setebal ½ batu termasuk kolom beton pengakunya
dengan campuran 1 : 6.
b. Persyaratan Pelaksanaan
a. Batu bata sebelum dipasang harus direndam air terlebih dahulu sampai jenuh, dan batu bata
harus bersih dari segala kotoran.
b. Pemasangan batu bata dilakukan bertahap, dalam satu hari tidak boleh lebih dari 1 m tingginya
setiap tahapnya di ikuti dengan cor kolom praktis ditunggu sehari untuk pemasangan berikutnya.
c. Batu bata yang ukurannya kurang dari setengah panjangnya tidak boleh dipakai.
d. Spesi pasangan batu bata harus padat, tidak berongga dan harus dikorek siarnya.
e. Dinding batu bata yang luasnya lebih dari 12 m 2 harus diperkuat beton praktis
f. Dalam proses pengeringan, dinding batu bata harus disiram air terus menerus selama 7 hari.
g. Semua campuran adukan harus dicampur dengan mesin pengaduk, pengadukan dengan tangan
hanya boleh dilaksanakan dengan seijin Pengawas.
PASAL 4
1. Lingkup Pekerjaan :
c. Pembuatan, pemasangan dan penyetelan daun pintu panil kayu kamper dan daun pintu dobel
triplek lapis HPL.
d. Pembuatan, pemasangan dan penyetelan daun Jendela kaca rangka kayu kamper
g. Pemasangan perlengkapan pintu dan jendela seperti engsel, kunci, grendel, handel, kait angin
dan lain-lain.
2. Persyaratan Pelaksanaan :
1) Untuk semua kusen menggunakan kayu Kamper kualitas baik, tua, kering dan tidak cacat
dengan kelembaban kurang dari 16% dan harus dengan persetujuan Direksi.
2) Penyetelan kusen harus dijaga agar permukaan tidak cacat, tegak lurus dan siku, serta kayu
penyokong tidak boleh dipasang pada bidang luar tetapi mudah dilepas.
3) Permukaan kusen yang berhubungan dengan bahan lain harus dimeni terlebih dahulu.
4) Pertemuan kusen dengan dinding harus diberi perkuatan angkur sebanyak 6 buah untuk
kusen pintu dan 4 buah kusen jendela.
5) Pada setiap perletakan kusen pintu dipasang neut beton tidak bertulang campuran 1 pc : 2 ps
: 3 kr, setinggi 10 cm.
8) Semua sambungan kayu kusen harus dibuat secara teknis, rapat, rapi dan kuat.
10) Ukuran kayu kusen adalah ukuran sesuai gambar dengan toleransi kekurangan akibat
serutan maksimal 5 mm.
1) Semua rangka daun pintu / jendela Kayu menggunakan kayu kamper kualitas baik.
3) Daun jendela kaca menggunakan kaca bening tebal 5 mm dan kaca mati di klos.
4) Ukuran raam pintu dan jendela sesuai gambar dengan toleransi kekurangan akibat serutan
maksimal 3 mm.
c. Pekerjaan Pengunci
1) Pemasangan alat penggantung dan pengunci dilakukan meliputi seluruh pemasangan pada
daun pintu / jendela.
SYARAT-SYARAT TEKNIS PEKERJAAN
REHAB RUMAH DINAS BPPTUHPT BATURRADEN
TA 2015
15
2) Untuk pintu-pintu panil pada umumnya menggunakan engsel pintu merk lokal, warna standar
atas persetujuan Direksi, dipasang sekurang-kurangnya 3 buah untuk setiap daun dengan
menggunakan sekrup kembang dengan warna yang sama dengan warna engsel, jumlah
engsel yang dipasang harus diperhitungkan menurut beban berat daun pintu, tiap engsel
memikul maksimal 20 kg.
b) Engsel tengah dipasang di antara kedua engsel tersebut (± 40 cm di bawah Engsel atas).
4) Tiap daun pintu dilengkapi dengan kunci tanam dua kali putar merek cavel atau sekualitas
dipasang 105 cm (as) dari permukaan lantai. Untuk daun pintu doble dilengkapi dengan
grendel tanam (espagnolet) merek whitco atau sekualitas.
5) Engsel untuk jendela hidup dipasang dua buah pada bagian bawah, mengingat openning
jendela direncanakan bukaan atas.
6) Untuk alat-alat penggantung dan pengunci yang khusus atau belum tercantum dalam RKS ini
(hak angin, handle, grendel dan lain-lain) maka penyedia jasa diharuskan mengajukan
contohnya terlebih dahulu untuk mendapatkan persetujuan dari Pejabat Pelaksana Teknis
Kegiatan / pengawas.
d. Semua pekerjaan dilaksanakan dengan mengikuti petunjuk gambar, uraian dan syarat - syarat
pekerjaan dalam buku ini.
e. Untuk pekerjaan kaca, toleransi ukuran panjang dan lebar tidak boleh melampaui toleransi yang
ditentukan oleh pabrik.
Bahan kaca dari jenis clear glass (kaca bening) harus sesuai dengan SII 0.189/78 dan PBVI
1982, digunakan setaraf produk PT. ASAHI MAS dengan tebal 5 mm.
Kaca harus terpasang rapi, sisi tepi harus lurus dan rata, tidak diperkenankan retak dan
pecah pada sealant / tepinya, bebas dari segala noda dan bekas goresan.
PASAL 5
PEKERJAAN ATAP
1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi pengiriman material ke site, perangkaian (assembling) dan ereksi
(erection), seluruh pekerjaan pemasangan baja ringan seperti tercantum dalam gambar kerja
meliputi :
2. Persyaratan Bahan
5
- Modulus Elastisitas : 2,1 x 10 MPa
Menggunakan Lapisan pelindung seng dan aluminium (Zincalume/AZ) dengan komposisi sebagai
berikut : 55 % Aluminium (Al), 43,5 % Seng (Zinc), 1,5 % Silicon (Si) dengan Ketebalan Pelapisan
Menggunakan lapisan pelindung dengan kandungan dari ZAM yaitu Zinc – Alumunium (6%) –
Magnesium (3%), dengan ketebalan coating ZG–90 (140gr/m 2).
Talang yang dimaksud disini adalah talang jurai dalam dengan ketebalan dasar baja 0.45
dan telah dibentuk menjadi talang lembah.
3. Persyaratan Design
a. Desain rangka atap harus didukung oleh analisis perhitungan yang akurat serta memenuhi
kaidah-kaidah teknik yang benar dalam perancangan standard batas desain struktur baja
cetak dingin (Limit State Cold Formed Steel Structure Design). Desain harus menggunakan
software komputer khusus untuk aplikasi baja ringan, yang telah mendapat rekomendasi dari
Himpunan Ahli Konstruksi Indonesia (HAKI).
b. Kontraktor Pelaksana wajib menyerahkan sertifikat pabrik (mill certificate) dari material
baja yang akan digunakan serta dokumen data-data produk.
4. Persyaratan Pra-Konstruksi
a. Kontraktor Pelaksana wajib meneliti kebenaran dan bertanggung jawab terhadap semua
ukuran-ukuran yang tercantum dalam gambar Kerja. Pada prinsipnya ukuran pada
gambar kerja adalah ukuran jadi/finish. Demikian juga untuk ring balok harus berada dalam
kondisi level/rata.
b. Setiap bagian yang tidak memenuhi persyaratan yang tertulis disini yang diakibatkan oleh
kurang teliti dan kelalaian Kontraktor Pelaksana akan ditolak dan harus diganti kewajiban
yang sama juga berlaku untuk ketidakcocokan kesalahan maupun kekurangan lain akibat
Kontraktor Pelaksana tidak teliti dan cermat dalam koordinasi dengan gambar pelengkap dari
Arsitek, Struktur, Mekanikal, dan Elektrikal. Pekerjaan perubahan dan pekerjaan tambah
dalam hal ini harus dikerjakan atas biaya Kontraktor Pelaksana tidak dapat diklaim sebagai
biaya tambah.
c. Perubahan bahan/detail karena alasan tertentu harus diajukan ke Konsultan Pengawas dan
Konsultan Perencana untuk mendapatkan persetujuan secara tertulis. Semua perubahan yang
disetujui dapat dilaksanakan tanpa adanya biaya tambahan yang mempengaruhi kontrak,
kecuali untuk perubahan yang mengakibatkan pekerjaan kurang akan diperhitungkan sebagai
pekerjaan tambah kurang.
d. Sebaiknya sebanyak mungkin bahan untuk konstruksi baja ringan difabrikasi di workshop,
baik workshop permanen atau workshop sementara. Kontraktor Pelaksana bertanggung
jawab atas semua kesalahan detail, fabrikasi dan ketetapan pemasangan semua komponen
struktur konstruksi baja ringan.
5. Persyaratan Konstruksi
a. Sambungan
Alat penyambung antar elemen rangka atap yang digunakan untuk fabrikasi dan instalasi
adalah baut menakik sendiri (self drilling screw) dengan spesifikasi sebagai berikut :
3. Panjang : 20 mm
3. Ukuran baut untuk struktur reng (batten fartener) adalah type 10-16x16, dengan
ketentuan sebagai berikut:
3. Panjang : 16 mm
4. Pemasangan jumlah baut harus sesuai dengan detail sambungan pada gambar kerja.
5. Pemasangan baut harus menggunakan alat bor listrik 560 watt dengan kemampuan putaran
alat minimal 2000 rpm.
6. Pemotongan material
1. Pekerjaan pemotongan material baja ringan harus menggunakan peralatan yang sesuai,
alat potong listrik dan gunting, dan telah ditentukan oleh pabrik.
1. Genteng yang dipakai genteng Metal Berpasir. Bubungan Genteng digunakan Bubungan
Genteng Metal
2. Pemasangan genteng harus rata tidak bergelombang permukaannya dan pertemuan
sambungan genteng dengan genteng harus terlihat lurus..
3. Pasangan bubungan genteng atau pasangan bubungan harus lurus dan kedap air.
b. Pekerjaan Lisplank
1. Pekerjaan Lisplank :
Lisplank dari bahan Woodplank ukuran 1/20.
Sambungan lisplank harus kokoh dan rapih, sambungan lisplank harus rapat
Finishing cat.
PASAL 6
PEKERJAAN LANGIT-LANGIT
1. Lingkup pekerjaan
a. Pemasangan rangka dan penutup langit-langit dari kalsiboard ukuran 120 x 240 cm.
2. Persyaratan pelaksanaan
b. Ukuran 5/7 cm tiap jarak 0,6 m dan pertemuan antar rangka plafon diberi klos reng 2/3 cm.
c. Rangka langit-langit dipasang kuat / kokoh dan waterpass serta bidang muka bawah diserut
halus / rata.
e. Penutup langit dipasang dengan menggunakan perkuatan paku / lem sesuai kebutuhan.
f. Garis sambungan langit-langit dibuat alur / nat yang sama, rata, lurus dan saling siku.
PASAL – 7
PEKERJAAN PLESTERAN
1. Lingkup Pekerjaan
2. Persyaratan Pelaksanaan
b. Bidang yang akan diplester harus dibersihkan, kemudian dibasahi agar plesteran tidak cepat
mengering dan tidak retak-retak.
e. Tebal plesteran maksimum 2 cm dan minimum 1,50 cm atau sesuai petunjuk gambar Kerja.
f. Plesteran harus diaci dan di gosok sampai benar-benar halus dan rata / tidak bergelombang.
g. Hasil pekerjaan profilan harus rapih dan sesuai dengan gambar kerja.
PASAL 8
PEKERJAAN LANTAI
1. Lingkup Pekerjaan
2. Persyaratan Pelaksanaan
c. Celah antara pasangan keramik harus sama, lurus, saling siku dan dikolot air semen.
e. Keramik yang cacat tidak boleh digunakan dan harus ditukar dengan kwalitas baik.
f. Permukaan pasangan keramik harus rata / waterpass dan pada ruang tertentu dibuat kemiringan
sesuai ketentuan agar dapat mengalirkan air ke lubang yang tersedia.
g. Pasangan keramik yang memerlukan potongan harus dibuat rapi dan siku, Nat keramik indoor
dan outdoor harus saling bertemu.
h. Keramik yang akan dipasang adalah kwalitas I merek Mulia atau sekualitas yang telah diseleksi
dengan baik, bentuk dan ukuran harus sama, bermotif kasar pada permukaannya, warna sesuai
dengan petunjuk Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan.
i. Pekerjaan pemasangan lantai keramik bisa dimulai dan dilaksanakan apabila Kontraktor telah
membawa contoh-contoh keramik dan telah disetujui Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan /
Pengawas.
j. Untuk pemasangan lantai baru sebelum pemasangan keramik lantai terlebih dahulu dipasang
pasir urug, minimal setebal 10 cm, tanah telah dipadatkan, selanjutnya dibuat lantai kerja
minimal tebal 5 cm campuran 1 : 3 : 5.
l. Bahan keramik sebelum dipasang harus direndam dalam air bersih (tidak mengandung asam
alkali) sampai jenuh.
n. Bahan pengisi adalah grout semen berwarna yang sesuai dengan warna keramik yang digunakan.
o. Apabila hasil pemasangan keramik tile tidak rapi, tidak membentuk garis lurus, retak dan hasil
bergelombang, Kontraktor harus mengganti / mengulangi pekerjaan dengan biaya yang
ditanggung sendiri oleh Kontraktor.
p. Keramik yang sudah terpasang harus dibersihkan dari segala macam noda pada permukaan
keramik, hingga betul-betul bersih.
q. Pekerjaan urugan pasir bawah lantai harus betul-betul padat dengan direndam air hingga jenuh.
PASAL 9
PEKERJAAN CAT
1. Lingkup Pekerjaan.
3) Langit-langit.
1) Semua permukaan kusen kayu, ram pintu / jendela dan pintu / jendela panil
2) listplank.
2. Persyaratan Pelaksanaan
a. Cat tembok.
2) Permukaan yang akan di cat harus di plamir dan diamplas terlebih dahulu.
3) Pengecatan dilakukan minimal 2 kali dengan 1 kali cat dasar sampai diperoleh warna yang
merata.
b. Cat kayu
b) Permukaan kayu yang akan di cat harus diamplas, didempul / plamir dan di meni.
c) Pengecatan dilakukan minimal 2 kali dengan 1 kali cat dasar sampai diperoleh warna yang
merata.
d) Warna cat sesuai dengan petunjuk Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan / Direksi.
3. Pemilihan Warna
Semua warna dipilih oleh Direksi/Pemberi tugas, pemborong harus mengadakan contoh-contoh
warna yang disetujui.
4. Persiapan Umum
a. Sebelum dinding yang akan di cat telah diperiksa dan disetujui oleh pengawas.
c. Apabila dinding atau bagian yang akan di cat ternyata masih basah, lembab atau berdebu.
d. Sebelumnya didahului membuat percobaan pengecatan pada dinding atau bagian-bagian yang
akan di cat.
PASAL 10
1. Segala sesuatu yang belum terantum dalam RKS ini yang masih termasuk dalam lingkup pelaksanaan
ini, penyedia jasa harus menyelesaikan sesuai dengan petunjuk / perintah Direksi, baik sesudah atau
selama berjalannya pekerjaan serta perubahan-perubahan di dalam Berita Acara Aanwijzing.
2. Hal-hal yang timbul dalam pelaksanaan yang diperlukan penyelesaian di lapangan akan dibicarakan
dan diatur oleh pengawas dengan dibuat Berita Acara yang disahkan oleh Pejabat Pelaksana Teknis
Kegiatan / Direksi.
PASAL 11
PERSYARATAN BAHAN
1. Umum
a. Yang disebut dengan bahan bangunan ialah semua bahan yang digunakan dalam pelaksanaan
sebagai tertera dalam uraian pekerjaan dan persyaratan pelaksanaan ini serta gambar kerja.
b. Semua bahan-bahan bangunan baik harus berkualitas baik dan sesuai dengan syarat-syarat yang
tercantum dalam PUBB, SKSNI-T-1991-03, PPPKI, AC, PTC dan AVE.
c. Penyedia jasa harus membuat kelengkapan gambar detail / shop drawing dan menyempaikan
keep Direksi untuk mendapat persetujuan.
d. Penyedia jasa harus menyampaikan contoh-contoh bahan bangunan yang akan digunakan
sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai.
2. Khusus
a. Air
1) Air yang digunakan untuk pembangunan harus tawar, bersih dan bebas
mineral, zat organik, lumpur, larutan alkali dan lain-lain.
2) Air dari saluran PAM / sumber air bersih yang tidak mencukupi maka
penyedia jasa harus mengadakan sendiri dari sumber lain yang memenuhi syarat.
b. Semen portland
1) Semen portland yang dipakai harus dari jenis I menurut Peraturan Semen Indonesia 1972/ NI-
8.
2) Semen harus berkualitas baik, baru/ tidak mengeras dan produk dalam negeri.
3) Semen portland harus dari produk yang sejenis dan penyimpanannya dalam gudang harus
tetap kering / tidak lembab.
c. Split
1) Untuk pekerjaan beton dipakai split bergradasi 2 – 3 cm (lolos saringan berlubang persegi 76
mm dan tertahan pada saringan berlubang 50 mm), bersih dari kotoran organik / lumpur dan
sebelum dipakai harus dicuci terlebih dahulu
d. Pasir pasang
1) Pasir pasang adalah pasir pengisi yang tidak mengandung bahan organik dan bebas lumpur
dan bergradasi minimum 0,35 mm.
2) Pasir pasang / beton adalah pasir yang berbutir kasar, tidak mengandung bahan organik /
garam, bebas lumpur / tanah memenuhi syarat PUBI 1970/PBI 1971.
e. Batu bata
1) Batu bata harus berkualitas baik, matang, warna merah merata, sisinya rata dan tegak lurus,
keras tidak mudah pecah dan bermuka kasar / tajam.
2) Batu bata yang digunakan harus satu ukuran dan sejenis kualitasnya.
f. Keramik
1) Warna keramik yang digunakan untuk lantai adalah sesuai dengan petunjuk direksi dengan
ukuran 40 × 40 cm dan anti selip.
a. Kayu
2) Semua kayu harus tua, kering udara, tidak cacat dan lurus.
b. Besi beton
2) Besi dan kawat beton yang digunakan harus bebas dari karat.
c. Kaca
1) Semua kaca yang digunakan adalah kaca bening, kualitas baik dengan ketentuan dapat
menahan beban angin sebesar 122 Kg / m2.
d. Genteng
1) Sebelum dilakukannya pemasangan genteng, penyedia jasa harus menyediakan material yang
sebelumnya telah mendapat persetujuan dari Pengawas / Direksi.