Anda di halaman 1dari 13

Jurnal Komunikasi KAREBA No. 3 Vol.

1 Juli ± September 2011

/(0%$*$ $'$7 ³6$1,5,´


SEBAGAI FORUM KOMUNIKASI
DALAM PENYELESAIAN MASALAH PUBLIK
DI AMBON
TrDGLWLRQDO ,QVWLWXWLRQ ³6DQLUL´ Ds Communication Forum
In Solving Public Issues In Ambon

Ronald Alfredo
Universitas Pattimura, Ambon. alfredoronald6@gmail.com

Abstrak

.DWD ³DGDW´ WLGDN VHODPDQ\D PHUXMXN SDGD JDPEDUDQ DNDQ VHVXDWX \DQJ ³XVDQJ´ sehingga kata³OHPEDJD DGDW´ WLGDN GDSDW
serta-merta diartikan sebagai suatu lembaga yang tidak dapat diandalkan lagi pada masa sekarang. Di Maluku khususnya di
SXODX $PERQ OHPEDJD DGDW ³6DQLUL´ WHODK terabaikan oleh negara melalui Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang
Pokok-pokok Pemerintahan Daerah, selama lebih dari 20 tahun tidak mendapat legitimasi hukum atas perannya sebagai
lembaga musyawarah di tingkat³GHVD´ DWDX \DQJ GLNHQDO GL $PERQ GHQJDQ VHEXWDQ ³QHJHUL´. Sebagai suatu forum
komunikasi dalam menyelesaikan masalah-masalah yang ada di negeri baikitupersoalan secara kelompok maupun individu,
saat ini saniri ada pada posisi cukup kuat oleh karenadukungan baik menurut adat maupun menurut undang-undang serta
peraturan-peraturan daerahdibawahnya, hanya saja dalam penelitian ini ditemukan adanya kelemahan dari segi sumber
dayamanusia sehingga ketergantungan saniri pada lembaga pada level di atasnya masih cukup tinggi,sehingga penguatan
kapasitas saniri dalam hal ini merupakan suatu kebutuhan yang sangat urgent.
Kata kunci : lembaga adat, forumkomunikasi, isu publik

Abstract
The word "traditional" does not always refer to a picture of something that is "obsolete" so that theword "traditional
institutions" can not necessarily be interpreted as an institution that can not be relied upon again in the present.In Maluku,
particularly Ambon island, traditional institutions "Saniri" has been neglected by the statethrough Act No. 5 of 1979 on the
Principles of Local Government, for more than 20 years did nothave legal legitimacy for its role as the agency deliberations
at the level of "village" or known in Ambon with the designation "Negeri". As a forum of communication in solving the
problems that exist in the "Negeri", either a group or an individual problem, this time saniri is in the strong position because
of the support either by custom or by law and local regulations under it, except that in this study found a weakness in terms
of human resources so that saniri dependence on institutions at the level above it is still quite high, thus strengthening the
capacity of saniri in this case is a very urgent requirement.

Keywords: traditional institution, communication forum , public issues

Pendahuluan
Karena itu disadari benar oleh Belanda bahwa
Dalam kurun waktu yang cukup lama ± lembaga adat yang telah ada
350tahun, bangsa Indonesia dijajah oleh dalam masyarakat Indonesia merupakan
kolonialBelanda, sebelumnya lembaga adat kekuatan yang harus dirangkul sedemikian
telah ada danmemainkan perannya dengan baik rupa sehingga mereka dapat terus menguasai
dalam kehidupan masyarakat di Indonesia.

335
Jurnal Komunikasi KAREBA No. 3 Vol. 1 Juli ± September 2011

dan memanfaatkan hasil-hasil alam yang oleh Lembaga Musyawarah Desa (LMD), yang
dimiliki oleh bangsa Indonesia. meskipun mendapatkan legitimasi secara
Di Maluku khususnya di pulau Ambon umum namun tidak oleh masyarakat desa adat
kekuasaan Belanda berjalan dengan tanpa sepenuhnya, karena komposisi dari
menghadapi kesulitan yang begitu berarti. Hal keanggotaan LMD itu yang sudah tidak lagi
ini disebabkan karena lingkup kekuasaan seperti sedia kala dimana pada waktu
dalam 2 masyarakat Maluku yang terpecah- sebelumnya saniri beranggota kepala-kepala
pecah dimana seorang raja hanya menguasai soa yang merupakan pemimpin dari tiap-tiap
luas wilayah setingkat desa yang dikenal di marga yang ada sehingga mereka merasa
0DOXNX GHQJDQ VHEXWDQ ³1HJUL´ <DQXDUWL terwakilkan.
2007:83). Perlu ditambahkan bahwa, pada saat itu
6WUXNWXU NHOHPEDJDDQ DGDW GL ³QHJUL´ peran raja dalam penyelesaian permasalahan
terus eksis dan berperan secara optimal hingga publik, baik masalah tanah, konflik dalam
mampu menciptakan keserasian dan keluarga, maupun masalah lainnya, hanya
keharmonisan dalam kehidupan sosial sebagai eksekutor dalam memutuskan suatu
masyarakat Maluku. Hingga pada berkuasanya persoalan dan keputusan raja ini sangat ditaati
rezim Orde Baru yang secara sistematis oleh masyarakat, namun proses diskusi,
melakukan penyeragaman sistem negosiasi serta mediasi sebelum keputusan itu
pemerintahan lokal sebagaimana yang ada pada dibuat ada di tangan saniri, bagaimana proses
masyarakat di pulau jawa melalui Undang- komunikasi yang dibangun oleh saniri untuk
Undang Nomor 5 tahun 1979 tentang mendudukan persoalan yang dihadapi oleh dua
Pemerintahan Desa. Sejak itu posisi dan peran pihak yang bersengketa, bagaimana saniri
lembaga-OHPEDJD DGDW \DQJ DGD GL ³QHJUL´ menghasilkan keputusan-keputusan dalam
semakin melemah. forum komunikasi internal saniri itu untuk
Salah satu lembaga adat penting lainnya upaya penyelesaian permasalahan yang
yangkehilangan perannya adalah Saniri. dihadapi, hingga bagaimana saniri melakukan
Sebelumundang-undang ini diberlakukan pemetaan persoalan bagi persoalan yang lebih
dalammelaksanakan tugas-tugasnya raja besar, jika perlu pihak
dibantu olehsaniri. Saniri Negeri adalah mana saja perlu dilibatkan dalam
lembaga adat yangberperan mengayomi adat penyelesaianpersoalan tersebut.
istiadat dan hukum adat.Saniri berperan Persoalannya yang dihadapi sekarang
membantu Raja atau Kepala Desan dalam yakni, mekanisme penyelesaian masalah
menyelesaikan setiap perselisihan di lingkup seperti ini oleh sebagian masyarakat sudah
negeri atau dusun. Saniri Negeri beranggotakan lama tidak dilakukan, sebagian masyarakat
sekelompok orang yang terdiri dari kepala- lebih cenderung menyelesaikan persoalan
kepala soa yakni kepala dari beberapa marga dengan bantuan pihak kepolisian, sehingga
atau fam (sebutan bagi sistem kekeluargaan di keadilan mungkin dapat diperoleh namun
Maluku yang pada umumnya berdasarkan garis ketentraman dan keharmonisan serta jalinan
keturunan ayah) yang merupakan yang telah komunikasi yang khas dalam kehidupan
ditentukan secara turun temurun, pemuda, masyarakat negeri di Ambon akan jauh dari
keamanan yang kerap berfungsi sebagai pihak yang diidamkan. Apakah setelah lebih 20 tahun
yang dimintai nasehat atau masukan dalam tidak berperan dalam penyelesaian masalah
penyelesaian suatu kasus/sengketa. SXEOLN OHPEDJD DGDW ³VDQLUL´ \DQJ NLQL
Namun seiringdengan diberlakukannya dihidupkan lagi mampu mengembalikan
undang-undang nomor 5 tahun 1979 ini peran keharmonisan dan
dari lembaga ini digantikan

336
Jurnal Komunikasi KAREBA No. 3 Vol. 1 Juli ± September 2011

ketentraman dalam kehidupan masyarakat berlaku khusus, bukan bersifat nomotetis


³QHJHUL´ GL $mbon? Suatu pertanyaan atau mencari generalisasi karena
pertanyaan yang tidak mudah untuk dijawab. penafsiran yang berbeda lebih bermakna
Atas dasar inilah penulis merasa perlu untuk bagi realitas yang berbeda pula; dan karena
mengkaji tentang permasalahan tersebut penafsiran bergantung pada nilainilai
melalui penelitian ini sehingga diharapkan kontekstual, termasuk hubungan
hasilnya dapat berguna bagi masyarakat penelitiresponden (objek) yang bersifat
Maluku, lebih khususnya masyarakat Ambon. khusus.
5. Temuan (penelitian) bersifat tentatif. Hasil
Metode Penelitian penelitian naturalistik bersifat ragu untuk
membuat generalisasi yang luas karena
Adapun pelaksanaan penelitian ini adalah tiga
realitas bersifat ganda dan berbeda dan
bulan yakni pada bulan April sampai dengan
karena temuan bergantung pada interaksi
akhir Juni 2010 dan akan dilakukan di Pulau
antara peneliti dan responden dan mungkin
Ambon, Propinsi Maluku. Karena tujuan
tidak dapat ditiru karena melibatkan nilai-
penelitian ini untuk mengamati interaksi
nilai, lingkungan, pengalaman, dan orang-
masyarakat dalam suatu lingkungan tertentu
orang khusus. Sumber data dalam
serta menginterpre-tasikan perilaku tersebut
penelitian ini antara lain, data primer
dalam suatu penjelasan retoris yang masuk akal
diperoleh melalui hasil observasi dan
mengenai temuan-temuan tersebut secara 3
wawancara yang dilakukan oleh peneliti
mendalam, maka peneliti menggunakan
sendiri, sedangkan data sekunder akan
pendekatan kualitatif, atas dasar pengertian
dikumpulkan melalui sumber-sumber
(Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif,
pustaka maupun dokumen-
Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu
dokumen yang ada di lapangan.
Sosial Lainnya, 2004, hal. 159) bahwa:
1. Realitas manusia tidak dapat dipisahkan Hasil dan Pembahasan
dari konteksnya, tidak pula dapat
dipisahkan agar bagian-bagiannya dapat Kedudukan Saniri Menurut Undang-undang
dipelajari. Keseluruhan lebih dari pada Nomor 32 Tahun 2004
sekedar bagian-bagian.
2. Penggunaan pengetahuan tersembunyi Perjuangan masyarakat Maluku untuk
(tacit knowledge) adalah absah. Intuisi dan menghidupkan kembali tatanan adat beserta
perasaan seabsah pengetahuan yang kelembagaan adat yang pernah ada dalam
dinyatakan dalam bahasa karena hal-hal kehidupan masyarakat Maluku merupakan
tersebut mengekspresikan nuansa-nuansa suatu perjuangan yang sesungguhnya
realitas ganda; dan karena interaksi terpendam ketika berkuasanya pemerintahan
manusia juga bersifat demikian. orde baru. Baru setelah penetapan Undang-
3. Hasil (penelitian) yang dinegosiasikan undang nomor 32 Tahun 2004, masyarakat
adalah penting. Makna yang Maluku melakukan suatu gerakan bersama
dinegosiasikan dan interpretasi antara untuk menegakkan eksistensi identitas
peneliti dan manusia (subjek penelitian) masyarakat Maluku sebagai suatu persekutuan
perlu karena konstruksi realitas pihak masyarakat hukum adat yang harus diakui oleh
kedualah yang ingin direkonstruksi pihak Negara Republik Indonesia.
pertama. 2OHK NDUHQD SHQFDQWXPDQ NDWD µ1HJHUL¶
4. Penafsiran atas data (termasuk penarikan sebagai suatu bentuk persekutuan masyarakat
mkesimpulan) bersifat ideografis atau hukum adat yang ada di Maluku sebagaimana

337
Jurnal Komunikasi KAREBA No. 3 Vol. 1 Juli ± September 2011

telah dilakukan dalam Undang-undang Nomor adat dalam penyelesaian persoalan yang ada
32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dalam masyarakat dengan sendirinya telah
sebagai koreksi dari Undang-undang Nomor 22 menimbulkan suatu perubahan sikap dari
Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah masing-masing pihak.
merupakan bentuk pengakuan Negara terhadap Di satu sisi saniri seperti memperoleh
eksistensi masyarakat Maluku. kekuatan hukum dalam menjalankan
Adapun pengakuan Negara terhadap kedudukannya sebagai pimpinan-pimpinan
persekutuan masyarakat adat yang ada di masyarakat yang sudah sekian lama ini tidak
Maluku sebagaimana tercantum dalam pernah dilakoni, sehingga ada terdapat perilaku
penjelasan atas pasal 202 ayat (1) telah para anggota saniri yang terkadang dinilai
membuka ruang untuk bangkitnya kembali berlebihan oleh pihak kepolisian.
lembaga-lembaga adat yang penetapannya Hasil wawancara dengan beberapa anggota
dilakukan berdasarkan Perda Provinsi Maluku kepolisian menunjukkan bahwa adanya
Nomor 14 Tahun 2005 tentang Penetapan disintegrasi antara lembaga adat dengan
Kembali Negeri sebagai Kesatuan Masyarakat lembaga penegak hukum formal, memang pada
Hukum Adat Dalam Wilayah Pemerintahan masa lampau dimana lembaga adat memiliki
Provinsi Maluku yang merupakan aturan legitimasi secara adat untuk melakukan upaya
turunan dari Undang-undang tersebut. Yang penyelesaian persoalan-persoalan yang ada
kemudian dijabarkan lagi lebih detail dalam dalam masyarakatnya namun pada saat ini telah
perda masing-masing daerah. ada begitu banyak perubahan-perubahan yang
Kemudian yang menjadi persoalan berlangsung dalam masyarakat, sehingga untuk
selanjutnya adalah bagaimana perda tersebut menyesuaikan peran dari masing-masing
ditindaklanjuti hingga pada tingkat desa atau lembaga baik lembaga formal maupun lembaga
yang disebut dalam Perda Kota Ambon Nomor adat adalah merupakan tanggung jawab
7DKXQ GHQJDQ VHEXWDQ ³3HUDWXUDQ penguasa dalam hal ini pemerintah untuk
NegHUL´ GLPDQD GLKDUDSNDQ GDODP 3HUQHJ menciptakan suatu kerjasama yang terpadu
tersebut dapat dijabarkan lebih jauh mengenai antara lembaga formal dan lembaga
kedudukan formal masing-masing lembaga adat dalam suatu mekanisme yang solid demi
yang ada dalam struktur pemerintahan negeri ketentraman kehidupan masyarakat.
termasuk saniri yang sebelumnya hanya 4
mendapatkan pengakuan secara sepihak oleh Peran Adat terhadap Eksistensi Saniri serta
masyarakatnya saja sehingga pada akhirnya Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya
juga dapat diwujudkan menjadi suatu tatanan
Saniri Negeri menurut prinsip adat adalah
hukum yang diakui oleh negara juga secara
merupakan jantung dari kesatuan masyarakat
formal. Sebagai implikasi belum
adat suatu negeri, oleh karena saniri negeri
menyentuhnya kedudukan formal dari saniri
memiliki
sebagaimana yang diinginkan oleh Pemerintah
keterkaitan dan keterikatan yang utuh dari
oleh karena belum adanya peraturan negeri
seluruh masyarakat negeri. Saniri Negeri
yang memadai, telah menyebabkan
merupakan inspirasi yang timbul dari
ketimpangan di dalam pelaksanaan peran saniri
masyarakat Ambon sendiri yang diwujudkan
sebagai lembaga adat yang berkompeten dalam
untuk menciptakan keteraturan dan
suatu masyarakat adat manakala ada suatu
keseimbangan dalam kehidupan
persoalan yang diselesaikan oleh saniri, yakni
masyarakat itu sendiri.
kurang maksimalnya dukungan dari lembaga
yang memperoleh kedudukan formal yang jelas
seperti kepolisian. Pemberlakuan mekanisme

338
Jurnal Komunikasi KAREBA No. 3 Vol. 1 Juli ± September 2011

Adapun beberapa faktor yang masyarakat setempat bahwa hanya orang-orang


mempengaruhi eksistensi saniri dalam sistem yang telah ditentukan oleh adat-lah yang boleh
masyarakat adat di Ambon adalah: terlibat dalam ritual tersebut.
Namun demikian dalam perkembangan
a. Faktor Sosial dan Budaya selanjutnya, peran-peran lembaga-lembaga adat
yang tadinya ikut mengobarkan peperangan
Heterogenitas masyarakat Ambon sejak dahulu ternyata tidak hanya mendorong terjadinya
kala telah dicatat dalam peneliti-peneliti konflik tersebut, tetapi justru kemudian
maupun dalam sejarah yang ditulis baik oleh kembali menjadi kekuatan yang pada akhirnya
anak-anak negeri, maupun oleh peneliti- mengambil perannya sebagai sarana pengikat
peneliti asing dari zaman penjajahan, bahkan dalam mewujudkan perdamaian.
citra yang terbangun oleh karena keharmonisan Pengalaman masyarakat Ambon dalam
kehidupan masyarakat yang heterogen tersebut konflik sosial yang terjadi ini memang
telah memberikan predikat ³Ambon Manis..e..´ merupakan konflik yang terbesar, namun ini
kepada kota Ambon sehingga arus penduduk mengingatkan mereka kehidupan pada masa
dari daerah-daerah lain ke daerah ini pun lalu dimana hubungan- hubungan dipelihara
mengalir deras tanpa rasa adanya rasa takut melalui adat, orang-orang yang tidak
ataupun khawatir. Tragedi kemanusiaan yang memelihara keharmonisan kehidupan dianggap
melanda Maluku kurang lebih sepuluh tahun sebagai orang yang tidak tahu adat atau
lalu tepatnya 19 Januari 1999, telah membawa ³ELDGDE´ GDQ \DQJ WHUEHVDU GDQ yang dianggap
perubahan besar pada kondisi sosial dan sakral dalam kehidupan sosial masyarakat
ekonomi masyarakat Maluku. Ambon adalah hubungan Pela-Gandong,
Sepanjang terjadinya konflik sosial dimana sebagian besar hubungan-hubungan
tersebut pulau Ambon menjadi parameter bagi yang terjalin antar negeri satu dengan negeri
kondisi sosial maluku pada umumnya. yang lain diawali oleh adanya
Sepanjang berlangsungnya tersebut juga tidak peperangan lalu kemudian atas prakarsa para
dapat dilupakan bahwa, banyak peristiwa- tokohtokoh adat kedua belah pihak saling
peristiwa adat justru menjadi instrumen dalam mengangkat sumpah untuk menghentikan
mengerahkan massa dalam pertempuran antar kekerasan demi kedamaian hidup bersama.
warga dimana orang-orang dari keturunan adat Dari peristiwa di atas peran raja hanya sebagai
tertentu yang memiliki posisi penting dalam eksekutor atau dapat dikatakan sebagai ikon
perangkat adat dimasa lalu seperti kapitan1 dari sebuah negeri adat, namun kekuatan
secara spontan tergerak untuk membentuk pengikat yang sesungguhnya berada di tangan
jaringan untuk memenangkan peperangan atau tokoh-tokohmasyarakat, orang-orang yang
mempertahankan negerinya, yang kemudian GL´WXD´NDQ ROHK ikatan-ikatan masyarakat yang
ikut menyebabkan menajamnya eskalasi lebih kecil di bawah
konflik. Salah satu ritual adat yang kembali negeri, yakni kepala-kepala soa, kepala-kepala
muncul dalam konflik sosial pada saat itu yakni marga, yang kesemuanya itu terkumpul dalam
apa yang disebut dengan upacara kunci negeri suatu persekutuan saniri.
yang dilakukan untuk melindungi negeri Adapun eksistensi saniri sangat
tersebut dari serangan musuh, dimana dalam dipengaruhi oleh faktor budaya masyarakat
ritual tersebut 1 Kapitan adalah sebutan bagi Ambon. Beberapa benda-benda adat yang
kepala perang di Negeri adat manakala terdapat di negeri-negeri di Ambon memliki
terjadi peperangan di masa lalu. keterkaitan satu dengan yang lainnya. Eratnya
keterlibatan tokoh-tokoh adat sangat hubungan antara benda-benda adat
domina karena kegiatan tersebut dipercaya oleh

339
Jurnal Komunikasi KAREBA No. 3 Vol. 1 Juli ± September 2011

dengan lembaga adat serta masyarakat yang Keberadaan saniri untuk penanganan
ada dalam negeri tidak dapat dipisahkan dari masalah hukum dalam masyarakat memang
sejarah pembentukan masyarakat Maluku di merupakan suatu kebutuhan yang dirasa sangat
masa lalu khususnya Daerah Maluku Tengah urgent mengingat perannya sebagai lapis
dan Ambon, seperti misalnya tiap-tiap negeri pertama dalam penyelesaian permasalah, baik
dimana marga aslinya ditunjukan dengan pelanggaran pidana ringan hingga masalah-
adanya batu-batu teung sebagai bukti bahwa masalah perdata lainnya seperti sengketa tanah,
mereka adalah penghuni asli dari negeri itu, dan lain-lain.
kemudian setelah terbentuk negeri, dari marga- Disamping itu saniri menjadi pilihan
marga itu terbentuk beberapa soa, yang mana pertama dalam penanganan maasalah masalah
nama-nama soa tersebut tertera pada tiang- masyarakat karena dianggap mampu
tiang menyanggah atap baileo. memberikan penyelesaian yang tuntas, dengan
Komposisisi keanggotaan saniri negeri mengadopsi mekanisme penyelesaian secara
dan baileo sebagai tempat pertemuan adat yang kekeluargaan menjadikan pihak-pihak yang
sekaligus merupakan simbol keterwakilan bersengketa cenderung patuh pada keputusan
seluruh anggota masyarakat yang mendiami yang ditetapkan oleh saniri. Keuntungan lain
negeri itu sendiri adalah menjadi suatu dalam mekanisme penyelesaian masalah
kesatuan yang utuh dan tidak dapat dipisahkan melalui saniri yang dapat dirasakan oleh
satu dengan yang lain sebagaimana pernah masyarakat negeri di Ambon yang rata-rata
dilakukan pada era Orde Baru sehingga aktivitas sehari-harinya dalam memenuhi
menyebabkan ketimpangan kehidupan dalam kebutuhan keluarga sebagai petani adalah
masyarakat di negeri-negeri di Maluku persoalan pembiayaan, dimana jika ia harus
khususnya di Ambon. menempuh mekanisme hukum melalui
kepolisian ataupun hingga ke pengadilan maka
b. Faktor Hukum konsekuensi pengeluaran dana yang besar
merupakan hal yang sulit dipenuhi.
Setelah lembaga-lembaga pemerintah atau Selain itu penyelesaian permasalahan
lembaga-lembaga formal dalam penanganan sengketa melalui mekanisme lembaga penegak
konflik sosial pada tahun 1999 dianggap gagal hukum formal sering kali dimanfaatkan oleh
oleh masyarakat di Ambon maupun Maluku pihak-pihak yang memiliki ketersediaan dana
pada umumnya, bahkan aparat keamanan pun besar untuk dapat memenangkan suatu perkara
kehilangankepercayaan masyarakat, aparat manakala pihak lawannya berasal dari
penegak keadilan masyarakat negeri yang memiliki keterbatasan
kehilangan wibawa dan dianggap lebih dana.
memihak pada kekuasaan dan uang, maka
fenomena kembalinya perhatian masyarakat c. Faktor Politik
pada lembaga tradisionil untuk melaksanakan
peran strategis sebagai mana yang diharapkan Bukan suatu yang luar biasa jika masyarakat
oleh masyarakat dapat diwujudkan. Harapan kecil sering dijadikan bulan-bulanan para
ini tentunya tidak hanya berlandaskan pada politikus moderen yang kerap mempengaruhi
impian masyarakat semata, namun sejarah telah masyarakat untuk memenuhi kepentingan
membuktikan bahwa peran lembaga-lembaga politiknya semata yakni mencukupi perolehan
adat yang diabaikan oleh pemerintah dimasa jumlah suara untuk bisa duduk di kursi
lalu sebenarnya memiliki kekuatan untuk legislatif, baik di tingkat lokal maupun sampai
menyelesaikan permasalahan yang ada dalam pada tingkat nasional yakni kursi legislatif di
masyarakat. DPR RI. Untuk itu dengan adanya lembaga

340
Jurnal Komunikasi KAREBA No. 3 Vol. 1 Juli ± September 2011

adat seperti saniri yang memiliki wewenang


untuk membuat perencanaan pembangunan d. Faktor Lingkungan
yang lebih mengutamakan kesejahteraan
masyarakat-nya akan dapat lebih berada dekat Disamping tugas pemerintahan yang diemban
dengan masyarakat dibanding jika harus oleh saniri, secara adat lembaga ini pun diatur
menunggu kebijakan pembangunan dari oleh adat untuk menjaga kelestarian
pemerintah yang lebih jauh di atas. lingkungannya, baik itu pada wilayah yang
Menurut adat dalam masyarakat ambon ditinggali oleh masyarakat negeri itu maupun
khususnya lembaga Saniri ini dikenal juga pada wilayah-wilayah petuanan yang dihuni
dengan sebutan sebagai pemerintah Negeri oleh penduduk yang merupakan pendatang.
yang melaksanakan tugasnya bersama-sama Selain saniri rajapatti, yang terdiri dari raja
dengan raja di dalamnya. Oleh karena itu sebagai pemerintah serta kepala-kepala soa
dalam memimpin negeri adat raja tidak bisa yang dalam pelaksanaan tugas sehari-harinya
bertindak dengan semena-mena, karena fungsi juga membahas persoalan lingkungan pada
eksekutif dalam negeri adat dipegang oleh raja lingkar lapis pertama dalam sistem
dan kepala-kepala soa dimana dalam adat di pemeritahan negeri dengan 2 Sebutan menurut
Ambon disebut dengan Saniri adat di Ambon bagi keturunan yang ditentukan
Rajapatti. sebagai pemimpin di negeri adat.
Disamping itu tuntutan keberadaan raja raja sebagai sentral, dalam sistem
yang harus memenuhi kriteria yakni menurut pemerintaha negeri adat juga terdapat lapisan
garis keturunan matarumah parentah2, kedua yang disebut dengan Saniri Lengkap,
menjadikan sering kali raja tidak berada di dimana di dalam saniri ini termasuk juga
tempat, sehingga tugastugas pemerintahan didalamnya saniri rajapati dan
dilakukan oleh saniri rajapatti dilengkapi dengan kewang yang tugasnya
melalui tugas-tugas jaga dimana tiap kepala menurut adat adalah menjaga dan memelihara
soa mendapat giliran untuk menggantikan perbatasannegeri, hutan-hutan dan kebun-
kedudukan raja manakala raja tidak berada di kebun agar dirawatdan ditanami secara teratur
tempat. Kepala soa yang mendapat gilirannya serta panennya dilakukan sampai pada waktu
dalam tugas jagadisebut dengan sebutan atau musim yang paling menguntungkan dan
³NHSDOD 6RD -DJD´ atau ³NHSDOD 6RD %XODQ´ kalau perlu dilakukan apa yang dikenal oleh
karena kepala-kepala soa itu secara bergiliran masyarakat di Ambon
bertugas mewakili raja selama satu bulan GHQJDQ ³VDVL´3.
dalam melaksanakan tugas-tugas negeri atas Di negeri adat biasanya terdapat kewang
nama raja yang bersangkutan agar segala darat dan kewang laut. Kewang darat
sesuatu di negeri tersebut bisa berjalan dengan mengawasi kelestarian lingkungan pada
baik. Kemudian setiap akhir tahun kinerja wilayah darat dari negeri termasuk gunung-
pemerintah negeri harus dipertanggung- gunung yang ditanami dengan tanaman-
jawabkan dalam suatu forum yang besar yang tanaman umur panjang, mata air yang
melibatkan seluruh masyarakat, semacam digunakan sebagai sumber air air untuk
bentuk demokrasi langsung. Dalam forum ini kebutuhan masyarakat, dan lain-lain. Kewang
seluruh masyarakat yang dikategorikan dewasa laut memelihara kondisi pantai dan laut yang
dapat ikut berbicara menyampaikan terdapat dalam wilayah negeri itu sendiri.
aspirasinya, baik terkait dengan kinerja Dahulu ada saniri kewang yang
pemerintah (raja dan Saniri Negeri), maupun berewenang mengadili pelanggara-
memberikan usulan-usulan lain yang ingin pelanggaran terhadap sasi, namun dalam
disampaikan oleh masyarakat tersebut. perkembangannya segala permasalahan

341
Jurnal Komunikasi KAREBA No. 3 Vol. 1 Juli ± September 2011

termasuk masalah lingkungan ini diatur dalam suatu penjelasan menurut perspektif teori
peraturan negeri yang dibuat oleh saniri negeri interaksi simbolik yang dapat disampaikan
lengkap dimana kewang juga termasuk di adalah sebagai berikut:
dalamnya. ³NHWLND VHVHRUDQJ secara individual
berinisiatif untuk berbuat suatu pelanggaran´,
Peran Saniri Sebagai Sarana Komunikasi sampai pada SHUQ\DWDDQ LQL PDND ³seseorang
Dalam Penyelesaian Masalah Publik secara individu´ sebagaimana yang disebut
dalam WHRUL ³0HDG´ VHEDJDL ³I´ DWDX ³self´
a. Komunikasi Interpersonal bertindak VHEDJDL ³GLUL´ \DQJ ³DNWLI´ VHEDJDL
Sebagai tokoh-tokoh yang memiliki ³VXEMHN´
kompetensi yang diakui oleh adat serta PHODNXNDQ ³LQLVLDWLI´ yang diawali dengan
masyarakat pendukung adat itu sendiri, SURVHV ³EHUSLNLU´ \DQJ PHOLEDWNDQ ³mind´.
anggota saniri memiliki kekuatan yang cukup Dalam konstruksi tahap pertama ini seorang
signifikan dalam penyelesaian persoalan antar anggota masyarakat yang diidentifikasi sebagai
personal yang ada di negerinya melalui pelaku pelemparan warga Negeri Tetangga
komunikasi interpersonal, ini dibuktikan oleh bertindak sebagai individu yang bebas
hasil wawancara dengan anggota kepolisian di mangambil keputusan untuk melakukan suatu
kantor Polsek Nusaniwe, bahwa setelah WLQGDNDQ ³PHQ\DNLWL RUDQJ ODLQ´ yang
dilantiknya saniri Negeri Latuhalat, beberapa berseberangan dengan nilai-nilai bersama
persoalan yang ditangani oleh saniri tersebut kesatuan masyarakatnya (society) yang lebih
dapat dikatakan tuntas karena tidak ada besar dimana ia berdiam atau tinggal. Namun
kelanjutan. tindakan itu pun tidak berarti bahwa ia
3 Adat istiadat untuk melindungi sumber daya menanggalkan keyakinannya akan nilai-nilai
alam sertahasil hutan dan kebun yang biasanya budaya secara permanent, justru pasca tindakan
dilakukan berupa itu si pelaku diliputi rasa bersalah terhadap
larangan untuk memanen hasil tanaman nilai-nilai budaya yang diyakini kelompok
tersebut sampai batas waktu yang ditentukan masyarakatnya sebagaimana nampak pada
oleh kewang sebagai penanggung jawab konstruksi tahap berikutnya.
sumber daya alam di negeri.
Selanjutnya yang mendasari penelitian ini 2. Ketika peristiwa ini sampai di telinga Bapak
adalah pendapat dari George Herbert Mead John Risakotta yang berpikir secara spontan
yang dianggap sebagai penggagas teori atas kedudukannya dalam masyarakat atau
interaksi simbolik (West & Turner, 2008, hal. society sebagai Kepala Soa untuk melakukan
98) bahwa: ³RUDQJ WHUJHrak untuk bertindak penanganan karena menurutnya kejadian ini
berdasarkan makna yang diberikannya pada merupakan tanggung jawabnya, sebagaimana
orang, benda, dan peristiwa. Makna-makna ini menurut Mead bahwa salah satu dari aktivitas
diciptakan dalam bahasa yang digunakan penting yang diselesaikan orang melalui
orang, baikuntuk berkomunikasi dengan orang pemikiran (mind) adalah pengambilan peran
lain (role taking), atau kemampuan untuk secara
maupun dengan dirinya sendiri, atau pikiran simbolik menempatkan dirinya sendiri dalam
pribadinya. Bahasa memungkinkan oranguntuk diri khayalan orang lain (West & Turner, hal.
mengembangkan perasaan mengenai diri dan 105).
untuk berinteraksi dengan orang lain dalam Wujud dari pengambilan peran yang
VHEXDK NRPXQLWDV ´ Sebagaimana hasil dilakukan oleh Bapak John Risakotta
penelitian yakni dalam wawancara dengan merupakan sesuatu tindakan yang telah
Kepala Soa Papala Negeri Latuhalat, maka menjadi kesepakatan yang diyakini oleh

342
Jurnal Komunikasi KAREBA No. 3 Vol. 1 Juli ± September 2011

masyarakatnya yang berdiam dalam solusi damai dalam penanganan masalah yang
lingkungan soa yang dipimpinnya sebagaimana dihadapi secara bersama-sama sebagai wujud
yang selalu dilakukan oleh para kepala-kepala dari rasa tanggung jawab bersama sesama
soa yang pernah ada pada masa lalu yakni anggota saniri yang dengan sendirinya akan
dengan melakukan memanggil pelaku menjadi suatu langkah penguatan atas
pelemparan untuk menanyakan tentang legitimasi saniri oleh masyarakat sebagai suatu
kejadian tersebut. lembaga yang memiliki otoritas dalam
Meskipun kejadian tersebut hanya penyelesaian masalah yang dihadapi.
berselang beberapa waktu setelah pelantikan
Saniri Negeri sebagai lembaga adat yang b. Komunikasi Kelompok
kembali diberi kedudukan dalam pemerintah Peran saniri Negeri Latuhalat dalam kelompok
Negeri, sementara masyarakat sekian lamanya sebagaimana dalam pengamatan di lapangan,
hidup dengan mekanisme penyelesaian terutama dalam rapat yang dilakukan untuk
masalah melalui hukum positif oleh para aparat nembahas permasalahan yang dihadapi oleh
penegak hukum seperti polisi yang kebetulan Pemerintah Negeri Latuhalat, walaupun telah
berkantor di dalam wilayah dari Negeri disebutkan agenda rapat yang akan dibahas,
Latuhalat, namun dalam penyelesaian masalah namun dalam komunikasi yang dilakukan
ini sebagai Kepala Soa Papala sebagai elemen tampak sarat dengan pembicaraan seputar
penting dalam masyarakat adat pada umumnya penegakkan eksistensi saniri serta kedudukan
dan dalam Saniri Negeri khususnya mampu raja sebagai lembaga yang harus dihormati di
mengambil suatu langkah awal yang sangat mata masyarakat.
bijak, yakni dengan melibatkan seluruh Terkait dengan pembahasan mengenai
anggota saniri yang tinggal di sekitar peran saniri dalam kelompok, sebagaimana
pemukiman Soa Papala. hasil penelitian yang diperoleh dari
Tindakan yang dilakukan oleh Bapak John pengamatan langsung oleh peneliti dalam
Risakotta dapat diterjemahkan sebagai pelaksanaan rapat saniri, maka suatu konsep
tindakan multi purpose dengan fokus utama dinamika kelompok atau group dynamic
pada penguatan terhadap identitas dirinya menurut Toseland, et al., (Group Dynamics,
sebagai Kepala Soa, kemudian dengan 2004) akan dapat sangat membantu untuk
melibatkan anggota saniri lainnya ia memahami proses interaksi dalam kelompok
melakukan penguatan terhadap identitas Saniri dalam hal ini saniri bahwa: ³*URXS G\QDPLFV
sebagai lembaga adat yang bertanggung jawab can be conceptualized as falling within the
atas ketenteraman kehidupan masyarakatnya. following five domains: (1) communication
Dalam suasana ini di hadapan pelaku ia processes and interaction patterns, (2)
menciptakan atmosfer yang bernuansa adat interpersonal attraction and cohesion,(3) social
yang secara langsung mempengaruhi pikiran integration and influence, (4) power and
pelaku untuk menyesuaikan tindakannya FRQWURO DQG FXOWXUH´
dengan forum yang telah tercipta disekitarnya
pada saat itu. 1. Communication processes and interaction
Atas penyelesaian kasus di atas ternyata patterns
kepala soa yang juga merupakan anggota saniri
tidak hanya berperan menyelesaikan persoalan Proses komunikasi dan pola interaksi
dalam soanya, namun kedudukannya sebagai merupakan hal yang sangat mendasar dari
kepala soa telah menjadikan ia mampu dinamika kelompok, dimana hal tersebut
melakukan koordinasi dengan anggota-anggota merupakan komponen dari interaksi sosial
saniri lainnya untuk samasama memikirkan yang mempengaruhi perilaku dan sikap dari

343
Jurnal Komunikasi KAREBA No. 3 Vol. 1 Juli ± September 2011

anggota kelompok. Sebagai suatu proses, permasalahan yang dihadapi dalam kelompok
komunikasi merupakan transmisi atau (saniri).
pengiriman pesan dari pengirim kepada
penerima. 2. Interpersonal attraction and cohesion
Menurut Toseland dan Riva (2001) dalam
Toseland (Group Dynamics, 2004), Menurut Cartwright, 1968 (Toseland, Jones, &
komunikasi meliputi: Gellis, 2004) atraksi interpersonal hanyalah
salah satu faktor yang membangun kohesif
a. The encoding of perception, thoughts, and group atau kelompok, sedangkan faktor lain
feelings into language and other symbols by yang turut membangun kohesif kelompok
a sender; antara lain:
b. The transmission of language and symbol a. VDWLVIDFWLRQ RI PHPEHUV¶ QHHGs for
verbally, nonverbally, or virtually affiliation, recognition, and security;
c. The decoding of the message by the b. resources and prestige that members
receiver. believe will be garnered through group
participation;
Jika kita berpedoman pada tiga poin c. expectations about the beneficial
pendapat Toseland mengenai komunikasi, consequences of the work of the group;
maka dalam rapat saniri proses komunikasi and
yang dilakukan antara sesama anggota saniri d. positive comparison of the group with
maupun antara anggota saniri dengan raja, previous group experiences.
ketiga tahapan yang dijabarkan oleh Toseland
berjalan dengan baik dan dapat ditambahkan Menurut Bormann (1969) Kelompok yang
bahwa proses ini berjalan tidak satu arah sangat kohesif mempunyai suasana yang
dengan hanya satu sumber saja melainkan di mempertinggi umpan balik, dan karena itu
antara seluruh anggota memiliki kesempatan mendorong komunikasi yang lebih efektif.
berbicara yang sama tanpa tekanan, sehingga Anggota kelompok yang kohesif akan
pesan dari tiap-tiap anggota saniri dapat menanyakan informasi yang mereka perlukan
disampaikan dengan baik meskipun ada karena mereka tidak takut untuk kelihatan
perbedaan maksud antara beberapa anggota bodoh dan kehilangan muka.... Anggota yang
saniri dengan raja seperti halnya mengenai merasa bahwa keputusan kelompok jelek akan
kedudukan sekretaris negeri serta dewan mengajukan pertanyaan. la tidak dapat tinggal
penasehat dalam rapat saniri maupun terkait diam dan membiarkan kelompok berbuat
dengan tugas bendahara negeri, namun pada kesalahan baru (Rakhmat, 2007).
akhirnya melalui suatu proses komunikasi
multi source dan multi direction, masing- 3. Social integration and influence
masing anggota dapat memainkan peran
strategisnya di tiap kesempatan baik pada saat Integrasi sosial merujuk pada bagaimana
berperan sebagai pendengar maupun kecocokan antara masing-masing anggota dan
pembicara, karena dalam komunikasi tatap penerimaan dalam kelompok. Dalam hal ini
muka sebagaimana dalam rapat saniri ini maka norma, peran serta status adalah dinamika
sesungguhnya tiap-tiap anggota selalu kelompok yang mendukung integrasi sosial
berkomunikasi baik secara verbal dan terutama dengan mempengaruhi bagaimana seharusnya
bahasa nonverbal, sehingga pada akhirnya perilaku anggota dalam kelompok. Proses-
dapat menemukan suatu solusi dari proses dinamik ini mengatur posisi tiap-tiap
anggota di dalam kelompok. Dalam forum

344
Jurnal Komunikasi KAREBA No. 3 Vol. 1 Juli ± September 2011

komunikasi seperti saniri yang mengutamakan beberapa anggota tetap memberikan penekanan
keteraturan serta kekeluargaan dalam setiap atas kedudukan dan wibawa raja dalam
proses-proses kelompok menjadikan perilaku- pandangan masyarakat, khususnya gereja.
perilaku dari tiap-tiap anggota dapat menjadi Disamping itu, selain posisi raja sebagai
mudah untuk diprediksikan serta comfortable pimpinan formal dalam rapat, bapak Yusuf pun
bagi semua anggota. pada gilirannya tampil walaupun dengan pokok
Dalam komposisi dari anggota saniri pada pembicaraan yang kurang lebih sama dengan
masa ini terlihat telah ada pergeseran nilai, jika anggota yang lain, namun dalam kapasitas
dahulu pada era adat sebelumnya dominasi raja lebih dari anggota lain yakni disamping
dalam rapat seringkali mendominasi, namun sebagai anggota dari dewan penasehat dan
dalam era adat yang ada sekarang ini interaksi pemikir, beliau juga merupaka anggota
dalam kelompok tampak lebih demokratis, hal Legislatif Kota Ambon yang masih aktif.
ini paling tidak telah mencegah terjadinya Sehingga pada akhirnya bapak Yusuf mampu
sumbatan informasi, sehingga informasi dapat menyatukan perbedaan yang ada dalam rapat
tetap mengalir, sebagaimana yang tampak saniri tersebut. Oleh karena itu sebagaimana
dalam proses rapat saniri di negeri Latuhalat, pendapat Toseland, bapak Yusuf dapat
dimana tiap-tiap anggota secara bergantian dikatakan memiliki actual power yang
mampu memainkan peran dalam menjaga membuat ia mampu merubah kondisi di dalam
integrasi sosial. group atau kelompok dalam hal ini saniri.

4. Power and Control 5. Culture

Pada dasarnya dalam pembahasan mengenai Lebih lanjut mengenai budaya atau cultur dari
power dan control ini dapat dijabarkan menurut suatu kelompok, Toseland (Group Dynamics,
pendapat Toseland, dkk (Group Dynamics, 2004) menyatakan bahwa:
2004) sebagai berikut:
The culture of a group is defined by the values,
³7KHUH DUH DW OHDVW WZR W\SHV RI SRZHU attributed beliefs, customs, traditions, and preferred ways of
power and actual power. Attributed power comes doing business that are implicitly understood and
from the perception of people within and outside shared by all group members. Deeply held beliefs
the group about the ZRUNHU¶V DELOLW\ WR EH DQ and assumptions that define a group culture emerge
effective leader. Attributed power comes from such through interaction over time
sources as professional status, education,
organizational position experience, boundaries Dalam forum komunikasi atau kelompok
between worker and member roles, fees paid for diskusi seperti saniri terlihat bahwa nilai-nilai,
group participation, and so forth. Actual power
refers WR D ZRUNHU¶V UHVRXUFHV IRU FKDQJLQJ
kepercayaan, adat istiadat serta tradisi dari
conditions within and outside the group´ anggota yang pada umum memiliki kesamaan
sangat saling mempengaruhi budaya dari
Jika kita menangkap pembicaraan dari kelompok itu sendiri. Sehingga kesamaan dari
hasil penelitian yang telah dijabarkan pada hal-hal tersebut dengan sendirinya
bagian nsebelumnya, maka tampak bahwa memudahkan proses komunikasi di antara para
posisi raja merupakan posisi yang dihormati anggota yang ada didalamnya. Sehingga jika
oleh masing-masing anggota, dan tersirat dilihat dari pendapat Levi (2001) bahwa:
bahwa wibawa raja adalah merupakan wibawa
³&XOWXUH KDYH WKUHH OHYHOV RI GHSWK 2Q WKH surface
saniri, jika raja tidak dihormati oleh sebagian level are symbols and rituals that display the
masyarakat maka artinya saniri pun tidak culture of the group. At a deeper
dihormati oleh masyarakat. Oleh karena itu

345
Jurnal Komunikasi KAREBA No. 3 Vol. 1 Juli ± September 2011

level, culture is displayed in the styles and lokal yang menduduki posisi sebagai anggota
approaches that group members use when dewan penasehat dalam saniri negeri
interacting with each other. For example, the
way conflict or competition is handled in a group
mengambil peran untuk mendudukan persoalan
says much about its culture. The deepest level of yang dianggap prinsip ini kepada anggota
culture consists of core ideologies, values, and saniri lain termasuk Bapa Raja. Di samping itu
beliefs held in common by PHPEHUV RI WKH JURXS ´ persoalan prinsip lain yang menjadi penekanan
(Toseland, Jones, & Gellis, 2004) pada tahap ini yakni mengenai sikap sportif
sesama anggota ketika ada yang mengkritik,
maka dalam rapat saniri yang tampak dari hasil atau memberikan saran, agar lembaga saniri ini
penelitian bahwa ketiga tingkatan yang dapat berjalan dengan baik.
dimaksud oleh Levi di atas telah dicapai oleh
saniri sehingga dalam pembahasan mengenai Kesimpulan
budaya kelompok yang dapat dijabarkan
berdasarkan ketiga tahapan tertsebut adalah 1. Undang-undang nomor 32 tahun 2004
sebagai berikut: merupakan suatu titik balik yang
Pada tingkatan awal yang mengawali signifikan dalam membangkitkan
pertemuan atau rapat saniri ini terdapat ritual kearifan lokal di Daerah Maluku
atau suatu prosesi sebagai pembukaan dengan khususnya Ambon. Dapat dikatakan
doa yang merupakan indikator bahwa demikian atas dasar respons dari
kelompok ini merupakan kelompok yang pemerintah daerah untuk merumuskan
berdasarkan pada kekuatan Tuhan Yang Maha peraturan-peraturan daerah mulai dari
Kuasa, sehingga dengan suatu awal yang level provinsi hingga kota, bahkan saat
dilakukan dengan doa diharapkan para anggota ini menjadi pembahasan pada level
saniri mampu menemukan olusi yang terbaik Negeri. Hanya saja pengaturan
bagi masa depan masyarakatnya. mengenai kedudukan lembaga-lembaga
Pada tingkatan selanjutnya sebagaimana formal yang secara teknis
yang maksudkan oleh Levi, para anggota saniri operasionalnya bersinggungan engan
mulai melakukan interaksi antar anggota lembaga-lembaga adat belum
maupun dengan pimpinannya. Pada bagian ini memadahi serta terintegrasi antara satu
khususnya dalam rapat saniri pada negeri dengan lainnya,sehingga masih ada
Latuhalat yakni suatu Negeri yang beberapa terdapat kondisi-kondisi yang tidak
waktu anggotanya baru dilantik, berusaha bersinergi antara lembaga adat dengan
menunjukan suatu sikap profesionalisme, yakni lembaga-lembaga penegak hukum
dengan perkembangan pembicaraan yang lebih formal seperti kepolisian.
menitikberatkan pada pembagian kerja dalam 2. Saniri sendiri merupakan lembaga sentral
struktur pemerintahan negeri khususnya dalammasyarakat yang diberi peran strategis
mengenai kedudukan sekretaris negeri, dewan menurutadat yang dibangun dan dipelihara
penasehat, serta bendahara sehingga jelas bagi oleh masyarakat itu sendiri, sehingga
masyarakat lain tentang transparansi dalam olehnya itu saniri memperoleh legitimasi
kelembagaan saniri. yang untuk menjalankan perannya secara
Meskpun demikian pada tingkatan yang maksimal demi kedamaian kehidupan
akhir, sikap para anggota saniri mengarah pada bersama masyarakatnya. posisi saniri
suatu kesatuan prinsip dasar bahwa mereka menjadi penting oleh karena disebabkan
(saniri) ada untuk membangun negeri, dan beberapa faktor yang juga telah diatur dalam
dalam tahap ini sebagaimana dalam hasil hukum adat khususnya di Ambon, antara
pemantauan peneliti, dominasi dari politikus

346
Jurnal Komunikasi KAREBA No. 3 Vol. 1 Juli ± September 2011

lain: Faktor Sosial Budaya, hukum, politik, Mulyana, D. (2004). Metodologi Penelitian Kualitatif,
serta faktor lingkungan. Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial
Lainnya. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Rakhmat, J. (2007). Psikologi Komunikasi. Bandung:
3. Selain dianggap sebagai lambaga yang PT. Remaja Rosdakarya.
sesuai untuk melaksanakan fungsi Tim Penulis Fakultas Psikologi UI. (2009). Psikologi
pemerintahan di negeri, saniri juga ternyata Sosial. Jakarta: Salemba Humanika.
mampu menjadi sarana komunikasi dengan Toseland, R. W., Jones, L. V., & Gellis, Z. D. (2004).
Group Dynamics. In C. D. Garvin, L. M. Gutierrez,
mengambil posisi sentral baik dalam &
penyelesaian masalah publik di negeri, baik M. J. Galinsky, Handbook of Social Work with Groups.
masalah-masalah antara individu dalam New York: The Guilford Press.
masyarakat maupun dalam diskusi dalam West, R., & Turner, L. H. (2008). Pengantar Teori
perumusan kebijakan dalam forum saniri itu Komunikasi Analisa dan Aplikasi (3rd Edition ed.).
(M. N.. Maer, Penerj.) Jakarta: Salemba Humanika.
sendiri, baik sebagai saniri rajapatti Yanuarti, S., Lan, T. J., Marieta, J. R., & Tryatmoko, M.
(didalamnya terdapat kepala-kepala soa dan W. (2006). Kelembagaan Pemerintah Lokal.
diketuai oleh raja) yang menjalankan fungsi Jakarta: LIPI.
eksekutif, dimana dalam forum saniri lapis Yanuarti, S., Lan, T. J., Masnum, L., Marieta, J. R., &
pertama ini kepala-kepala soa yang Tryatmoko, M. W. (2007). Kelembagaan
Pemerintah dan Masyarakat Di Tingkat Lokal
merupakan perwakilan dari masing-masing Dalam Pengelolaan Konflik di Maluku. Jakarta:
warganya ikut membantu raja dalam LIPI.
menjalankan roda pemerintahan melalui
mekanisme musyawarah sehingga dalam Internet
perumusan suatu kebijakan negeri maka
http://ambon.go.id. (2008). (Kota Ambon Pemkot)
semua aspirasi dari tiap-tiap warga dapat Retrieved Juli 21, 2010, from Pemerintah Kota
terwakili, bukan sekedar terwakili dari segi Ambon:
keanggotaan semata, melainkan pesan-pesan http://ambon.go.id/index.php?option=com_content&vie
tentang keluhan masyarakat dalam soa-soa w=article&id=2&Itemid=9
yang diwakilinya dapat ia sampaikan untuk http://www.lib.utexas.edu. (2005, Januari 25). Retrieved
Juli 21, 2010, from University of Texas Libraries:
dijadikan bagian dari hal yang perlu juga http://www.lib.utexas.edu/maps/middle_east_and_asia/c
mendapat perhatian untuk dibahas. eram_tpc_1967.jpg

Daftar Pustaka

Aw, S. (2010). Komunikasi Sosial Budaya. Yogyakarta:


Graha Ilmu.
Baron, R. A., Byrne, D., & Branscombe, N. R. (2008).
Social Psycology (12 ed.). Boston: Pearson.
Cangara, H. (1998). Pengantar Ilmu Komunikasi.
Jakarta: Rajawali Pers.
Efendi, Z. (1987). Hukum Adat Ambon Lease. Jakarta:
PT. Pradya Paramita.
Littlejohn, S. W., & Foss, K. A. (2009). Theories of
Human Communication (9th Edition ed.). (M. Y.
Hamdan, Penerj.) jakarta: Salemba Humanika.
Miller, K. (2005). Communication Theories
Perspectivies, Processes, and Contexts. New York:
McGraw-Hill.
Mulyana, D. (2007). Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

347

Anda mungkin juga menyukai