Oleh
Kelompok 12
1
KATA PENGANTAR
Om Swastyastu
Assalammu’alaikumWr.Wb
Salam Sejahtera bagi kita semua
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nya,
makalah ini dapat terselesaikan sesuai dengan yang diharapkan. Makalah ini telah kami susun
dengan maksimal dan mendapatkan berbagai informasi melalui media cetak dan media online,
sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah tentang “Memahami Standar Akuntansi Etap
Untuk Lembaga Keuangan”
Terlepas dari semua itu kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susun kalimat maupun tata Bahasa, dan kami sebelumnya mohon maaf apabila ada
kesalahan pengetikan ataupun kata-kata yang kurang berkenan. Akhirnya kata kami sangat
berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita
mengenai “Memahami Standar Akuntansi Etap Untuk Lembaga Keuangan”
Om Shanti Shanti Om
Wassalammu’alaikumWr.Wb
Salam Sejahtera bagi kita semua
Penyusun
DAFTAR ISI
COVER
i
KATA PENGANTAR.................................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang......................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................2
2.1 Konsep Dan Prinsip-Prinsip SAK ETAP Lembaga Keuangan........................................2
2.1.1 SAK Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (ETAP)...............................................................3
2.1.2 Manfaat SAK ETAP............................................................................................................3
2.1.3 Manfaat lain dari SAK ETAP..............................................................................................3
2.1.4 Ruang Lingkup SAK ETAP.................................................................................................4
2.1.5 Isi SAK ETAP......................................................................................................................4
2.1.6 Penyajian laporan keuangan.................................................................................................22
2.1.7 Kebijakan akuntansi.............................................................................................................24
BAB III KESIMPULAN.............................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................27
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Standar akuntansi merupakan masalah penting dalam profesi dan semua pemakai laporan
keuangan. Oleh karena itu, mekanisme penyusunan standar akuntansi harus diatur sedemikian
rupa sehingga dapat memberikan kepuasan kepada semua pihak yang berkepentingan. Standar
akuntansi akan terus berubah dan berkembang sesuai dengan perkembangan dan tuntutan
masyarakat. Standar akuntansi secara umum diterima sebagai aturan baku, yang didukung oleh
sanksi-sanksi untuk setiap ketidakpatuhan (Belkaoui, 2006).
Salah satu standar akuntansi adalah Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa
Akuntabilitas Publik ( SAK ETAP). Sesuai dengan ruang lingkup SAK ETAP maka Standar ini
dimaksudkan untuk digunakan oleh entitas tanpa akuntabilitas publik. Entitas tanpa akuntabilitas
publik yang dimaksud adalah entitas yang tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan; dan
tidak menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose financial statement)
bagi pengguna eksternal (SAK ETAP, 2009).
Standar Akuntansi Keuangan Entitas tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) telah
disahkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan pada tanggal 19 Mei 2009. SAK ETAP
diterapkan untuk penyusunan laporan keuangan yang dimulai pada tanggal 1 Januari 2011
(Nurbasya, 2011 dalam Fithakurrahmah, 2013).
Seiring dengan penerbitan SAK ETAP, standar akuntansi Indonesia yakni SAK Umum
juga mengalami berbagai penyesuaian terkait dengan pengadopsian standar akuntansi
berbasis internasional IFRS (kongres XI-IAI, Desember 2010). Penyesuain tersebut termasuk
pemberlakuan pernyataan standar akuntansi keuangan (PSAK) 50 mengenai instrumen
keuangan : penyajian dan pengungkapan (PSAK 50) dan PSAK 55 instrumen keuangan :
Pengakuan dan Pengukuran (PSAK 55). Pemberlakuan PSAK 50 dan PSAK 55 tersebut
sekaligus menggantikan PSAK 31, sehingga standar akuntansi bagi perbankan pun harus
mengacu pada PSAK yang berlaku (Fithakurrahmah, 2013).
Penerapan standar akuntansi keuangan entitas tanpa akuntabilitas publik (PSAK ETAP) oleh
dewan standar akuntansi keuangan ikatan akuntan indonesia (DSAK IAI) ini adalah sebagai
alternatif standar akuntansi keuangan (SAK) yang boleh diterapkan oleh koperasi dan
usaha kecil menengah (UMKM) di Indonesia, perubahan-perubahan pada SAK ETAP
sebagai bentuk SAK yang lebih sederhana dibandingkan dengan SAK Umum yang lebih
rumit sehingga diharapkan dapat lebih mudah untuk dipahami.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
3. Penyederhanaan pengakuan dan pengukuran.
4. .Mengurangi tingkat pengungkapan.
5. Penyederhanaan proses penyusunan
Apabila SAK ETAP ini telah berlaku efektif maka lembaga keuangan seperti LPDtidak
perlu membuat laporan keuangan dengan menggunakan PSAK umum yang berlaku. Didalam
beberapa hal SAK ETAP memberikan banyak kemudahan untuk perusahaandibandingkan
dengan PSAK dengan ketentuan pelaporan yang lebih kompleks. Perbedaansecara kasat mata
dapat dilihat dari ketebalan SAK ETAP yang hanya sekitar seratus halaman dengan menyajikan
30 bab.
3
4. SAK ETAP masih memerlukan profesional judgement namun tidak sebanyak
untuk PSAK IFRS
5. Tidak ada perubahan signifikan dibandingkan dengan PSAK lama- namun ada
beberapa hal yang diadopsi;modifikasi dari IFRS / IAS
4
Entitas menguasai aset dalam kapasitas sebagai fidusia untuk sekelompok besar
masyarakat, seperti bank, entitas asuransi, pialang dan/atau pedagang efek, dana
pensiun, reksa dana,dan bank investasi.
.
2. Tidak menerbitkan Laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose financial
statements) bagi pengguna eksternal
Contoh pengguna eksternal adalah;
1. Pemilik yang tidak terlibat langsung dalam pengelolaan usaha
2. Kreditur
3. Lembaga pemeringkat kredit
Entitas yang memiliki akuntabilitas publik signifikan dapat menggunakan SAK
ETAP jika otoritas berwenang membuat regulasi yang mengizinkan penggunaan
SAK ETAP.
SAK-ETAP ini akan berlaku efektif per 1 January 2011 namun penerapan dini per 1
januari 2010 diperbolehkan. Entitas yang laporan keuangannya mematuhi SAK ETAP harus
membuatsuatu pernyataan eksplisit dan secara penuh (explicit and unreserved statement )atas
kepatuhantersebut dalam catatan atas laporan keuangan. Laporan keuangan tidak boleh
menyatakanmematuhi SAK ETAP kecuali jika mematuhi semua persyaratan dalam SAK
ETAP. Apabila perusahaan memakai SAK-ETAP, maka auditor yang akan melakukan audit
di perusahaantersebut juga akan mengacu kepada SAK-ETAP.
Mengingat kebijakan akuntansi SAK-ETAP dibeberapa aspek lebih ringan dari pada
PSAK, maka terdapat beberapa ketentuan transisi dalam SAK-ETAP yang cukup ketat.
1. Pada bab 29 misalnya disebutkan pada tahun awal penerapan SAK-ETAP yakni 1 januari
2011
2. Entitas yang memenuhi persyaratan untuk menerapkan SAK ETAP dapat
menyusunlaporan keuangan tidak berdasarkan SAK-ETAP, tetapi berdasarkan PSAK
non-ETAPsepanjang diterapkan secara konsisten. Entitas tersebut tidak diperkenankan
untuk kemudian menerapkan SAK ETAP ini untuk penyusunan laporan keuangan
berikutnya.
5
3. Per 1 Januari 2011, perusahaan yang memenuhi definisi Entitas Tanpa
AkuntabilitasPublik harus memilih apakah akan tetap menyusun laporan keuangan
menggunakanPSAK atau beralih menggunakan SAK-ETAP.
4. Entitas yang menyusun laporan keuangan berdasarkan SAK ETAP kemudian tidak
memenuhi persyaratan entitas yang boleh menggunakan SAK ETAP, maka
entitastersebut tidak diperkenankan untuk menyusun laporan keuangan berdasarkan
SAK-ETAP. Hal ini misalnya ada perusahaan menengah yang memutuskan
menggunakan SAK-ETAP pada tahun 2011, namun kemudian mendaftar menjadi
perusahaan publicdi tahun berikutnya. Entitas tersebut wajib menyusun laporan keuangan
berdasarkan PSAK non-ETAP dan tidak diperkenankan untuk menerapkan SAK ETAP
inikembali.
5. Entitas yang sebelumnya menggunakan PSAK non-ETAP dalam menyusun
laporankeuangannya dan kemudian memenuhi persyaratan entitas yang dapat
menggunakan SAK ETAP, maka entitas tersebut dapat menggunakan SAK ETAP ini
dalammenyusun laporan keuangan.
6
kini atau masa depan, menegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi mereka dimasa
lalu.
c) Materialitas. Informasi dipandang material jika kelalaian untuk mencantumkan atau
kesalahan dalam mencatat informasi tersebut dapat memengaruhi keputusan
ekonomi pengguna yang diambil atas dasar Laporan keuangan.
d) Keandalan. Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari kesalahan material
dan bias, dan penyajian secara jujur apa yang seharusnya disajikan atau yang secara
wajar diharapkan dapat disajikan.
e) Pertimbangan sehat. Pertimbangan sehat mengandung unsur kehati-hatian pada saat
melakukan pertimbangan yang perlu dilakukan dalam kondisi ketidakpastian,
sehingga aset atau penghasilan tidak disajikan lebihtinggi dan kewajiban atau beban
tidak disajikan lebih rendah.
f) Kelengkapan. Agar dapat diandalkan, informasi dalam laporan keuangan harus
lengkap dalam batasan materialitas dan biaya. Kesengajaan untuk tidak
mengungkapkan mengakibatkan informasi tidak benar atau menyesatkan dan
karena itu tidak dapat diandalkan dan kurang mencukupi ditinjau dari segi
relevansi.
g) Dapat dibandingkan. Pengguna harus dapat membandingkan laporan keuangan
entitas antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan posisi dan kinerja
keuangan.
h) Tepat waktu. Tepat waktu meliputi penyediaan informasi laporan keuangan dalam
jangka waktu pengambilan keputusan.
i) Keseimbangan antara biaya dan manfaat. Manfaat informasi seharusnya melebihi
biaya penyediaannya.
3. Posisi keuangan
Posisi keuangan suatu entitas terdiri dari aset, kewajiban dan ekuitas pada suatu waktu
tertentu. Unsur Laporan keuangan yang berkaitan secara langsung dengan posisi
keuangan adalah aset, kewajiban dan ekuitas. Unsur-unsur ini sebagai berikut :
7
a) Aset adalah sumber daya yang dikuasai entitas sebagai akibat dari peristiwa masa
lalu dan darimana manfaat ekonomi dimasa depan dapat diharapkan akan
diperoleh entitas.
b) Kewajiban. Merupakan kewajiban masa kini entitas yang timbul dari peristiwa
masa lalu yang penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar dari
sumber daya entitas yang mengandung manfaat Ekonomi.
c) Ekuitas adalah hak residual atas aset entitas setelah dikurangi semua kewajiban.
d) Kinerja keuangan. Kinerja keuangan adalah hubungan antara penghasilan dan
beban dari entitas sebagaimana disajikan dalam laporan laba rugi. Laba sering
digunakan sebagai ukuran kinerja atau sebagai dasar pengukuran lain seperti
tingkat pengembalian investasi atau Laba per saham. Unsur-unsur laporan
keuangan yang secara langsung terkait dengan pengukuran laba adalah
penghasilan dan beban. Penghasilan dan beban didefinisikan lebih lanjut sebagai
berikut :
Penghasilan (income) adalah kenaikan manfaat ekonomi selamasuatu
periode pelaporan dalam bentuk arus masuk atau peningkatan aset, atau
penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak
berasal dari kontribusi penanam modal.
Beban (expenses) adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu
periode pelaporan dalam bentuk arus keluar atau penurunan aset, atau
terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak
terkait dengan distribusi kepada penanam modal.
4. Pengukuran unsur-unsur pelaporan keuangan
Pengukuran adalah proses penetapan jumlah uang yang digunakan entitas untuk
mengukur aset, kewajiban, penghasilan dan beban dalam laporan keuangan. Proses ini
termasuk pemilihan dasar pengukuran tertentu. Dasar pengukuran yang umum adalah
biaya historis dan nilai wajar .
Biaya historis. Aset adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau nilai
wajar dari pembayaran yang diberikan untuk memperoleh aset pada saat perolehan.
Kewajiban dicatat sebesar kas atau setara kas yang diterima atau besar nilai wajar
8
dari aset non-kas yang diterima sebagai penukar dari kewajiban pada saat terjadinya
kewajiban.
Nilai wajar adalah jumlah yang dipakai untuk mempertukarkan suatu aset, atau untuk
menyelesaikan suatu kewajiban antara pihak-pihak yang berkeinginan dan memiliki
pengetahuan yang memadai dalam suatu transaksi dengan wajar.
Persyaratan untuk pengakuan dan pengukuran aset, kewajiban, penghasilan dan beban
dalam SAK ETAP didasarkan pada prinsip pervasif dari kerangka dasar penyajian dan
pengukuran laporan keuangan
Dasar akrual
Entitas harus mengukur laporan keuangan kecuali laporan arus kas dengan
menggunakan dasar akrual. Dalam dasar akrual, pos-pos diakui sebagai aset,
kewajiban, ekuitas, penghasilan dan beban (unsur-unsur laporan keuangan) Ketika
memenuhi definisi dan kriteria pengakuan untuk pos-pos tersebut.
Pengakuan dalam laporan keuangan
1. Aset diakui dalam neraca jika kemungkinan manfaat ekonominya di masa depan
akan mengalir ke entitas dan aset tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat
diukur dengan andal. Aset tidak diakui dalam neraca jika pengeluaran telah terjadi
dan manfaat ekonominya dipandang tidak mungkin mengalir ke dalam entitas
setelah periode pelaporan berjalan. Sebagai alternatif transaksi tersebut
menimbulkan pengakuan beban dalam laporan laba rugi.
2. Kewajiban diakui dalam neraca jika kemungkinan pengeluaran sumber daya yang
mengandung manfaat ekonomi akan dilakukan untuk menyelesaikan kewajiban
masa kini dan jumlah yang harus diselesaikan dapat diukur dengan andal.
3. Pengakuan penghasilan merupakan akibat langsung dari pengakuan aset dan
kewajiban. Penghasilan diakui dalam Laporan laba rugi jika kenaikan manfaat
ekonomi di masa depan yang berkaitan dengan peningkatan aset atau penurunan
kewajiban telah terjadi dan dapat diukur secara andal.
4. Pengakuan beban merupakan akibat langsung dari pengakuan aset dan kewajiban.
Beban diakui dalam laporan laba rugi jika penurunan manfaat ekonomi masa depan
9
yang berkaitan dengan penurunan aset atau peningkatan kewajiban telah terjadi dan
dapat diukur secara andal.
5. Laba atau rugi merupakan selisih aritmatika antara penghasilan dan beban. Hal
tersebut bukan merupakan suatu unsur terpisah dari laporan keuangan, dan prinsip
pengakuan yang terpisah tidak diperlukan.
6. Saling hapus, Saling hapus tidak diperkenankan atas aset dengan kewajiban, atau
penghasilan dengan beban, kecuali disyaratkan atau diijinkan oleh SAK ETAP.
1. Penyajian wajar
3. Kelangsungan usaha
Pada saat menyusun laporan keuangan, manajemen entitas yang menggunakan
SAK ETAP membuat penilaian atas kemampuan entitas melanjutkan kelangsungan
usaha. Entitas mempunyai kelangsungan usaha kecuali jika manajemen bermaksud
10
melikuidasi entitas tersebut atau menghentikan operasi, atau tidak mempunyai
alternatif realistis kecuali melakukan hal-hal tersebut.
4. Frekuensi pelaporan
Entitas menyajikan secara lengkap laporan keuangan (termasuk informasi
komparatif) minimum satu tahun sekali. Ketika akhir periode pelaporan entitas
berubah dan laporan keuangan tahunan telah disajikan untuk periode yang lebih
panjang atau lebih pendek dari satu tahun, maka entitas mengungkapkan:
1. Fakta tersebut;
2. Alasan penggunaan untuk periode lebih panjang atau lebih pendek; dan
3. Fakta bahwa jumlah komparatif untuk laporan laba rugi, laporan perubahan
ekuitas, laporan laba rugi dan saldo laba, laporan arus kas, dan catatan atas
laporan keuangan yang terkait adalah tidak dapat seluruhnya diperbandingkan.
4. Penyajian yang konsisten
Penyajian dan klasifikasi pos-pos dalam laporan keuangan antar periode harus
konsisten kecuali:
Informasi komparatif
Informasi harus diungkapkan secara komparatif dengan periode
sebelumnya kecuali dinyatakan lain oleh SAK ETAP (termasuk informasi
dalam laporan keuangan dan catatan atas laporan keuangan). Entitas
memasukkan informasi komparatif untuk informasi naratif dan deskriptif
jika relevan untuk pemahaman laporan keuangan periode berjalan.
11
Pos-pos yang material disajikan terpisah dalam laporan keuangan sedangkan
yang tidak material digabungkan dengan jumlah yang memiliki sifat atau
fungsi yang sejenis
1. Neraca;
2. Laporan laba rugi;
3. Laporan perubahan ekuitas
4. Laporan arus kas; dan
5. Catatan atas laporan keuangan yang berisi ringkasan kebijakan akuntansi yang signifikan
dan informasi penjelasan lainnya.
6. Identifikasi laporan keuangan
4. BAB 4 Neraca
Informasi yang disajikan dalam neraca minimal mencakup pos-pos berikut:
1. kas dan setara kas;
2. piutang usaha dan piutang lainnya;
3. persediaan;
4. properti investasi;
5. aset tetap;
6. aset tidak berwujud;
7. utang usaha dan utang lainnya;
8. aset dan kewajiban pajak;
9. kewajiban diestimasi;
10.ekuitas.
Entitas menyajikan pos, judul dan sub jumlah lainnya dalam neraca jika penyajian seperti
itu relevan dalam rangka pemahaman terhadap posisi keuangan entitas. SAK ETAP tidak
menentukan format atau urutan terhadap pos-pos yang disajikan.
5. BAB 5 Laporan Laba Rugi
12
Laporan laba rugi memasukkan semua pos penghasilan dan beban yang diakui dalam
suatu periode kecuali SAK ETAP mensyaratkan lain. SAK ETAP mengatur perlakuan berbeda
terhadap dampak koreksi atas kesalahan dan perubahan kebijakan akuntansi yang disajikan
sebagai penyesuaian terhadap periode yang lalu dan bukan sebagai bagian dari laba atau rugi
dalam periode terjadinya perubahan.
Laporan laba rugi minimal mencakup pos-pos sebagai berikut:
1. Pendapatan;
2. Beban keuangan;
3. Bagian laba atau rugi dari investasi yang menggunakan metode ekuitas;
4. Beban pajak;
5. Laba atau rugi neto
Entitas harus menyajikan pos, judul dan sub jumlah lainnya pada laporan laba rugi jika
penyajian tersebut relevan untuk memahami kinerja keuangan entitas. Entitas tidak boleh
menyajikan atau mengungkapkan pos pendapatan dan beban sebagai “pos luar biasa”, baik
dalam laporan laba rugi maupun dalam catatan atas laporan keuangan
6. BAB 6 Laporan Perubahan Ekuitas Dan Laporan Laba Rugi Dan Saldo Laba
Laporan perubahan ekuitas menyajikan laba atau rugi entitas untuk suatu periode, pos
pendapatan dan beban yang diakui secara langsung dalam ekuitas untuk periode tersebut,
pengaruh perubahan kebijakan akuntansi dan koreksi kesalahan yang diakui dalam periode
tersebut, dan (tergantung pada format laporan perubahan ekuitas yang dipilih oleh entitas)
jumlah investasi oleh, dan dividen dan distribusi lain ke, pemilik ekuitas selama periode
tersebut.
13
1. Laba atau rugi;
2. Pendapatan dan beban yang diakui langsung dalam ekuitas;
3. Jumlah investasi, dividen dan distribusi lainnya ke pemilik ekuitas, yang
menunjukkan secara terpisah modal saham, transaksi saham treasuri, dan dividen
serta distribusi lainnya ke pemilik ekuitas, dan
4. Perubahan kepemilikan dalam entitas anak yang tidak mengakibatkan kehilangan
pengendalian.
14
Bab ini mengatur penerapan akuntansi nilai wajar untuk efek utang dan efek ekuitas baik
yang dimaksudkan oleh pemiliknya untuk diperdagangkan, efek utang yang dimaksudkan untuk
dimiliki hingga jatuh waktu maupun tidak untuk keduanya. Efek adalah surat berharga, yaitu
surat pengakuan utang, surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti utang, unit
penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka atas efek, dan setiap derivatif dari efek.
1. Efek utang adalah efek yang menunjukkan hubungan hutang piutang antara kreditor
dengan entitas yang menerbitkan efek.
2. Efek ekuitas adalah efek yang menunjukkan hak kepemilikan atas suatu ekuitas, atau
hak untuk memperoleh (misalnya: waran, opsi beli) atau hak untuk menjual (misalnya
opsi jual) kepemilikan tersebut dengan harga yang telah atau akan ditetapkan.
15
kesepakatan kontraktual berbagi pengendalian atas suatu aktivitas ekonomi, dan ada hanya jika
keputusan strategis keuangan dan operasi terkait dengan aktivitas tersebut mensyaratkan
persetujuan pihak-pihak yang berbagi pengendalian (venturer).
14. BAB 14 Properti Investasi
Properti investasi adalah properti (tanah atau bangunan atau bagian dari suatu bangunan
atau kedua-duanya) yang dikuasai (oleh pemilik atau lessee melalui sewa pembiayaan) untuk
menghasilkan sewa atau untuk kenaikan nilai atau kedua-duanya, dan tidak untuk:
1. Digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa atau untuk tujuan
administratif; atau
2. Dijual dalam kegiatan usaha sehari-hari.
15. BAB 15 Aset Tetap
Bab ini diterapkan untuk akuntansi atas aset tetap. Aset tetap adalah aset berwujud yang:
1. Dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk
disewakan ke pihak lain, atau untuk tujuan administratif; dan
3. Diharapkan akan digunakan lebih dari satu periode. Aset tidak berwujud tidak
termasuk hak atas mineral dan cadangan mineral, misalnya minyak, gas alam dan
sumber daya yang tidak dapat diperbarui lainnya.
16
1. Sewa untuk mengekplorasi atau menggunakan mineral, minyak bumi, gas alam dan
sumber daya yang tidak dapat diperbaharui lainnya.
2. Perjanjian lisensi seperti film, rekaman video, karya panggung, manuskrip (karya
tulis), hak paten, dan hak cipta.
18. BAB 18 Kewajiban Diestimasi Dan Kontinjensi
Bab ini diterapkan untuk semua kewajiban diestimasi (kewajiban yang waktu atau
jumlahnya belum pasti), kewajiban kontijensi dan aset kontijensi, kecuali kewajiban estimasi
yang diatur dalam Bab lain, yaitu:
1. Sewa (Bab 17 Sewa);
2. Kontrak konstruksi (Bab 20 Pendapatan);
3. Kewajiban imbalan kerja (Bab 23 Imbalan Kerja);
4. Kewajiban pajak penghasilan (Bab 24 Pajak Penghasilan).
17
1. Kontrak konstruksi;
3. Penggunaan aset entitas oleh pihak lain yang menghasilkan bunga, royalti atau
dividen
21. BAB 21 Biaya Pinjaman
Bab ini mengatur akuntansi untuk biaya pinjaman. Biaya pinjaman adalah bunga dan
biaya lainnya yang timbul dari kewajiban keuangan suatu entitas. Biaya pinjaman mencakup:
1. Bunga untuk cerukan bank dan pinjaman jangka pendek dan jangka panjang;
2. Amortisasi diskonto atau premium yang terkait dengan pinjaman;
3. Amortisasi biaya tambahan yang timbul sehubungan dengan proses perjanjian
peminjaman;
4. Beban pembiayaan sesuai dengan sewa pembiayaan yang diakui sesuai dengan bab 17
sewa;
5. Perbedaan nilai tukar yang timbul dari pinjaman dalam mata uang asing dimana
perbedaan ini dianggap sebagai penyesuaian terhadap biaya bunga
18
4. Pesangon pemutusan kerja adalah imbalan kerja yang terutang akibat:
1. Keputusan entitas untuk memberhentikan pekerja sebelum usia pensiun normal,
atau
2. Keputusan pekerja menerima tawaran untuk mengundurkan diri secara sukarela
dengan imbalan tertentu.
24. BAB 24 Pajak Penghasilan
Bab ini mengatur akuntansi untuk pajak penghasilan. Untuk tujuan ini, pajak penghasilan
termasuk seluruh pajak domestik dan luar negeri sebagai dasar penghasilan kena pajak. Pajak
penghasilan juga termasuk pajak, misalnya pemungutan dan pemotongan pajak, yang terutang
oleh entitas anak, entitas asosiasi atau joint venture atas distribusi ke entitas pelaporan.
19
Bab ini mendefinisikan peristiwa setelah akhir tanggal pelaporan dan menentukan
prinsip-prinsip pengakuan, pengukuran, dan pengungkapan peristiwa tersebut.Peristiwa setelah
akhir periode pelaporan adalah peristiwa-peristiwa, baik menguntungkan maupun tidak
menguntungkan, yang terjadi setelah akhir periode pelaporan sampai dengan tanggal
penyelesaian laporan keuangan. Ada dua jenis peristiwa setelah akhir periode pelaporan, yaitu:
1. Peristiwa yang memberikan bukti atas suatu kondisi yang telah terjadi pada akhir
periode pelaporan (peristiwa setelah akhir periode pelaporan yang memerlukan
penyesuaian).
2. Peristiwa yang mengindikasikan timbulnya suatu kondisi setelah akhir periode
pelaporan (peristiwa setelah akhir periode pelaporan yang tidak memerlukan
penyesuaian).
28. BAB 28 Pengungkapan Pihak-Pihak Yang Mempunyai Hubungan Istimewa
Bab ini mensyaratkan entitas untuk memberikan pengungkapan yang diperlukan dalam
laporan keuangannya untuk memberi perhatian pada kemungkinan posisi keuangan dan laba atau
rugi entitas telah terpengaruh oleh adanya pihak pihak yang mempunyai hubungan istimewa
serta transaksi dan saldo dengan pihak-pihak tersebut. Dalam mempertimbangkan setiap
kemungkinan hubungan pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa, entitas harus menilai
dari substansi hubungan dan bukan semata-mata dari bentuk hukum.
Dalam konteks SAK ETAP, pihak-pihak berikut tidak dianggap sebagai pihak-pihak
yang mempunyai hubungan istimewa:
1. Dua entitas yang memiliki satu direktur atau anggota personel manajemen kunci secara
umum, tetapi tidak memenuhi ketentuan (d) dan (f) dalam definisi “pihak yang
mempunyai hubungan istimewa” (lihat daftar istilah).
2. Dua venturer karena mereka berbagi pengendalian bersama atas joint venture.
3. Pihak-pihak berikut dalam pelaksanaan urusan normal dengan entitas (meskipun pihak-
pihak tersebut dapat memengaruhi kebebasan entitas atau ikut serta dalam proses
pengambilan keputusan):
1. Penyandang dana;
2. Serikat dagang;
3. Entitas pelayanan umum; dan
4. Departemen dan instansi pemerintah.
20
5. Pelanggan, pemasok, pemilik hak waralaba (franchisor), distributor atau agen umum
yang mana entitas mengadakan transaksi usaha dengan volume signifikan, semata-
mata berdasar atas akibat ketergantungan ekonomi.
21
Entitas yang sebelumnya digunakanPSAK non-ETAP dalam menyusun laporan
keuangannya dan kemudian memenuhi persyaratan entitas yang dapat menggunakan
SAK ETAP, maka entitas tersebut dapat menggunakan SAK ETAP ini dalam menyusun
keuangan. Entitas tersebut menerapkan persyaratan dalam paragraf 29.1 – 29.3.
22
Entitas harus membuat sesuatu pernyataan eksplisit dan secara penuh (explicit and
unreserved statement) atas kepatuhan terhadap SAK ETAP dalam catatan laporan keuangan yang
terdiri dari :
1. Penyajian wajar
Laporan keuangan menyajikan dengan wajar posisi keuangan, kinerja
keuangan dan arus kas suatu entitas. Penyajian wajar mensyaratkan penyajian
jujur atas pengaruh transaksi, peristiwa dan kondisi lain yang sesuai dengan
definisi dan kriteria pengakuan aset, kewajiban, penghasilan dan beban.
Penyajian wajar posisi keuangan, kinerja keuangan dan arus kas. Entitas
yang menggunakan SAK ETAP harus secara eksplisit menyatakan secara penuh
atas kepatuhan terhadap SAK ETAP dalam catatan Laporan keuangan. Entitas
harus menilai kelangsungan usaha pada saatmenyusun laporan keuangan. Entitas
menyajikan laporan keuangan minimal satu kali dalam setahun. Informasi
komparatif dengan periode sebelumnya dengan keunggulan yang sama. Pos-pos
yang material disajikan terpisah.
2. Kepatuhan terhadap SAK ETAP
Entitas yang laporan Keuangannyamematuhi SAK ETAP harus membuat
pernyataan eksplisit dan secara penuh (explicit and unreserved statement) atas
kepatuhan tersebut dalam catatan atas laporan keuangan. Laporan keuangan tidak
boleh menyatakan mematuhi SAK ETAP kecuali mematuhi semua persyaratan
dalam SAK ETAP.
3. Kelangsungan usaha
Pada saat menyusun laporan keuangan, manajemen entitas yang
menggunakan SAK ETAP membuat penilaian atas kemampuan entitas
melanjutkan kelangsungan usahanya.
4. Frekuensi pelaporan
Entitas menyajikan secara lengkap laporan keuangan (termasuk informasi
komparatif) minimum satu tahun sekali.
5. Konsistensi penyajian
Penyajian dan klasifikasi pos-pos dalam laporan keuangan antar periode
harus konsisten kecuali (a) terjadi perubahan yang signifikan atas sifat operasi
23
entitas atau perubahan penyajian atau pengklasifikasian bertujuan menghasilkan
penyajian lebih baik sesuai dengan kriteria pemilihan dan penerapan kebijakan
akuntansi atau (2) SAK ETAP mensyaratkan suatu perubahan penyajian.
Penyajian dan klasifikasi pos-pos harus konsisten kecuali :
Terjadi perubahan signifikan operasi entitas atau perubahan tersebut
menghasilkan penyajian yang lebih andal dan relevan
SAL ETAP mensyaratkan perubahan penyajian
Reklasifikasi harus dilakukan retrospektif, kecuali tidak praktis dapat
secara prospektif.
Jika prospektif diungkapkan Sifat reklasifikasi dan jumlah pos yang
direklasifikasi serta alasannya.
6. Informasi komparatif
Informasi harus diungkapkan secara komparatifdengan periode
sebelumnya kecuali dinyatakan lain dengan SAK ETAP (termasuk informasi
dalam laporan keuangan dan catatan atas laporan keuangan)
7. Materialitas dan agregasi
Pos-pos yang material disajikan terpisah dalam laporan keuangan,
sedangkan yang tidak material digabungkan dengan jumlah yang memiliki sifat
atau fungsi yang sejenis. Kelalaian dalam mencantumkan atau kesalahan dalam
mencatat suatu pos dianggap material. Jika baik secara individual maupun
bersama-sama dapat memengaruhi pengguna laporan keuangan dalam
pengambilan keputusan ekonomi. Besaran dan sifat unsur tersebut dapat menjadi
faktor penentu.
8. Identifikasi laporan keuangan lengkap
Terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus
kas, catatan atas laporan keuangan. Perubahan periode laporan keuangan sehingga
periode laporan berbeda, maka ETAP mengungkapkan :
Fakta tersebut
Alasan penggunaan periodeyang lebih pendek atau lebih panjang
Fakta bahwa jumlah informasi komparatif dalam laporan keuangan yang
terkait tidak dapat diperbandingkan
24
Identifikasi secara jelas setiap komponen Laporan keuangan
25
Acuan dalam membuat pertimbangan (Bab 9.5)
Persyaratan dan panduan dalam SAK ETAP yang berhubungan dengan isu yang serupa
dan terkait
Definisi, kriteria pengakuan dan konsep pengukuran untuk aset, kewajiban, pendapatan,
beban dan prinsip-prinsip pervasif di Bab 2konsep dan prinsip pervasif
PSAK non ETAP dan panduan tambahan dapat dijadikan rujukan namun tidak boleh
bertentangan dengan Bab 9.5
BAB III
KESIMPULAN
SAK ETAP yang merupakan kepanjangan dari Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas
Tanpa Akuntabilitas Publik ditetapkan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia untuk perusahaan kecil
dan menengah. Diterbitkan pada 17 Juli 2009 dan berlaku efektif pada 01 januari 2011. PSAK &
IFRS dan SAK ETAP disusun dan diterbitkan oleh Dewan Standar AkuntansiKeuangan Ikatan
Akuntan Indonesia (DSAK & IAI) terdiri dari 17 orang mewakili , Akuntan Publik, Akademisi,
Akuntan Sektor Publik, dan Akuntan manajemen. Hasilnya adalah PSAK dan ISAK.
SAK ETAP: Standar akuntansi keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik.
ETAP adalah entitas yang (1) tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan; dan (2)
menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose financial statement bagi
pengguna eksternal. Dengan adanya SAK ETAP diharapkan perusahaan kecil dan menengah
26
dapat untuk menyusun laporan keuangannya sendiri juga dapat diaudit dan mendapatkan opini
audit-sehingga perusahaan dapat menggunakan laporan keuangannya untuk mendapatkan dan
untuk pengembangan usahanya.
SAK ETAP terdiri dari 30 Bab dan daftar istilah yang mempermudah untuk memahami
SAK ini. Entitas harus membuat sesuatu pernyataan eksplisit dan secara penuh (explicit and
unreserved statement) atas kepatuhan terhadap SAK ETAP dalam catatan laporan keuangan.
Pemilihan dan penerapan kebijakan akuntansi, yang terdiri dari perubahan estimasi dan koreksi
kesalahan periode lalu. Kebijakan akuntansi adalah prinsip, dasar, konvensi, aturan dan praktik
tertentu yang diterapkan oleh suatu entitas dalam menyusun dan menyajikan laporan
keuangannya. Jika SAK ETAP secara spesifik mengatur transaksi, kejadian atau keadaan
lainnya, maka entitas harus menerapkan SAK ETAP.
DAFTAR PUSTAKA
http://helloimratnaa.blogspot.com/2013/01/mungkinkah-lpd-mengadopsi-dan.html
https://tsetyaernawati.wordpress.com/2012/04/05/rangkuman-isi-sak-etap/
https://elmudunya.wordpress.com/2009/12/05/standar-akuntansi-entitas-tanpa-akuntabilitas-
publik-sak-etap/
27