Anda di halaman 1dari 30

TUGAS KELOMPOK MATA KULIAH AKUNTANSI PERBANKAN DAN LPD

MEMAHAMI STANDAR AKUNTANSI ETAP UNTUK LEMBAGA KEUANGAN

Oleh
Kelompok 12

1. Ni Luh Putu Lestari Dewi (01 / 1902622010390)


2. Dersiana Lawu Nedi (03 / 1902622010392)
3. Paulina Sarina Neheng (08 / 1902622010397)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR
2021

1
KATA PENGANTAR

Om Swastyastu
Assalammu’alaikumWr.Wb
Salam Sejahtera bagi kita semua

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nya,
makalah ini dapat terselesaikan sesuai dengan yang diharapkan. Makalah ini telah kami susun
dengan maksimal dan mendapatkan berbagai informasi melalui media cetak dan media online,
sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah tentang “Memahami Standar Akuntansi Etap
Untuk Lembaga Keuangan”
Terlepas dari semua itu kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susun kalimat maupun tata Bahasa, dan kami sebelumnya mohon maaf apabila ada
kesalahan pengetikan ataupun kata-kata yang kurang berkenan. Akhirnya kata kami sangat
berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita
mengenai “Memahami Standar Akuntansi Etap Untuk Lembaga Keuangan”
Om Shanti Shanti Om
Wassalammu’alaikumWr.Wb
Salam Sejahtera bagi kita semua

Denpasar, 21 September 2021

Penyusun

DAFTAR ISI
COVER

i
KATA PENGANTAR.................................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang......................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................2
2.1 Konsep Dan Prinsip-Prinsip SAK ETAP Lembaga Keuangan........................................2
2.1.1 SAK Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (ETAP)...............................................................3
2.1.2 Manfaat SAK ETAP............................................................................................................3
2.1.3 Manfaat lain dari SAK ETAP..............................................................................................3
2.1.4 Ruang Lingkup SAK ETAP.................................................................................................4
2.1.5 Isi SAK ETAP......................................................................................................................4
2.1.6 Penyajian laporan keuangan.................................................................................................22
2.1.7 Kebijakan akuntansi.............................................................................................................24
BAB III KESIMPULAN.............................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................27

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Standar akuntansi merupakan masalah penting dalam profesi dan semua pemakai laporan
keuangan. Oleh karena itu, mekanisme penyusunan standar akuntansi harus diatur sedemikian
rupa sehingga dapat memberikan kepuasan kepada semua pihak yang berkepentingan. Standar
akuntansi akan terus berubah dan berkembang sesuai dengan perkembangan dan tuntutan
masyarakat. Standar akuntansi secara umum diterima sebagai aturan baku, yang didukung oleh
sanksi-sanksi untuk setiap ketidakpatuhan (Belkaoui, 2006).
Salah satu standar akuntansi adalah Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa
Akuntabilitas Publik ( SAK ETAP). Sesuai dengan ruang lingkup SAK ETAP maka Standar ini
dimaksudkan untuk digunakan oleh entitas tanpa akuntabilitas publik. Entitas tanpa akuntabilitas
publik yang dimaksud adalah entitas yang tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan; dan
tidak menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose financial statement)
bagi pengguna eksternal (SAK ETAP, 2009).
Standar Akuntansi Keuangan Entitas tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) telah
disahkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan pada tanggal 19 Mei 2009. SAK ETAP
diterapkan untuk penyusunan laporan keuangan yang dimulai pada tanggal 1 Januari 2011
(Nurbasya, 2011 dalam Fithakurrahmah, 2013).
Seiring dengan penerbitan SAK ETAP, standar akuntansi Indonesia yakni SAK Umum
juga mengalami berbagai penyesuaian terkait dengan pengadopsian standar akuntansi
berbasis internasional IFRS (kongres XI-IAI, Desember 2010). Penyesuain tersebut termasuk
pemberlakuan pernyataan standar akuntansi keuangan (PSAK) 50 mengenai instrumen
keuangan : penyajian dan pengungkapan (PSAK 50) dan PSAK 55 instrumen keuangan :
Pengakuan dan Pengukuran (PSAK 55). Pemberlakuan PSAK 50 dan PSAK 55 tersebut
sekaligus menggantikan PSAK 31, sehingga standar akuntansi bagi perbankan pun harus
mengacu pada PSAK yang berlaku (Fithakurrahmah, 2013).
Penerapan standar akuntansi keuangan entitas tanpa akuntabilitas publik (PSAK ETAP) oleh
dewan standar akuntansi keuangan ikatan akuntan indonesia (DSAK IAI) ini adalah sebagai
alternatif standar akuntansi keuangan (SAK) yang boleh diterapkan oleh koperasi dan
usaha kecil menengah (UMKM) di Indonesia, perubahan-perubahan pada SAK ETAP
sebagai bentuk SAK yang lebih sederhana dibandingkan dengan SAK Umum yang lebih
rumit sehingga diharapkan dapat lebih mudah untuk dipahami.

1.1 Rumusan Masalah


Apa yang dimaksud dengan konsep dan prinsip-prinsip SAK ETAP Lembaga Keuangan?

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Dan Prinsip-Prinsip SAK ETAP Lembaga Keuangan.

2.1.1 SAK Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (ETAP)


SAK ETAP yang merupakan kepanjangan dari Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas
Tanpa Akuntabilitas Publik ditetapkan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia untuk perusahaan kecil
dan menengah. SAK ETAP ini dimaksudkan agar semua unit usaha menyusun laporan keuangan
sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Standar ETAP inicukup sederhana dan pasti tidak
akan menyulitkan bagi penggunanya.
Diterbitkan pada 17 Juli 2009 dan berlaku efektif pada 01 januari 2011. PSAK & IFRS dan
SAK ETAP disusun dan diterbitkan oleh Dewan Standar AkuntansiKeuangan Ikatan Akuntan
Indonesia (DSAK & IAI) terdiri dari 17 orang mewakili , Akuntan Publik, Akademisi, Akuntan
Sektor Publik, dan Akuntan manajemen. Hasilnya adalah PSAK dan ISAK.
SAK ETAP: Standar akuntansi keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik.
ETAP adalah entitas yang (1) tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan; dan (2)
menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose financial statement bagi
pengguna eksternal. Contoh pengguna eksternal adalah pemilik yang tidak terlibatlangsung
dalam pengelolaan usaha, kreditur, dan lembaga pemeringkat kredit. SAK ETAP menggunakan
acuan IFRS forSmall Medium Enterprises
(SME) yang lebih sederhana antaralain :
1. Aset tetap- tidak berwujud menggunakan harga perolehan.
2. Entitas anak tidak dikonsolidasi tetapi sebagai investasi dengan metode ekuitas.
3. Mengacu pada praktik akuntansi yang saat ini digunakan.
4. Laporan keuangan sesuai SAK ETAP menyajikan informasi mengenai posisi
keuangan, kinerja, dan arus kas entitas yang berguna bagi pengguna luas.

Pada dasarnya, SAK-ETAP adalah PSAK yang disederhanakan yaitu:


1. Mengabaikan yang tidak relevan.
2. Merupakan pilihan alternative standar akuntansi yang sederhana.

2
3. Penyederhanaan pengakuan dan pengukuran.
4. .Mengurangi tingkat pengungkapan.
5. Penyederhanaan proses penyusunan

Perlu pula diketahui bahwa Karakter SAK-ETAP:


1. Berdiri sendiri dan tidak mengacu pada SAK-Umum
2. Menggunakan historical cost
3. Hanya mengatur transaksi umum yang terjadi pada ETAP
4. Lebih sederhana.
5. Tidak berubah dalam beberapa tahun kedepan

Apabila SAK ETAP ini telah berlaku efektif maka lembaga keuangan seperti LPDtidak
perlu membuat laporan keuangan dengan menggunakan PSAK umum yang berlaku. Didalam
beberapa hal SAK ETAP memberikan banyak kemudahan untuk perusahaandibandingkan
dengan PSAK dengan ketentuan pelaporan yang lebih kompleks. Perbedaansecara kasat mata
dapat dilihat dari ketebalan SAK ETAP yang hanya sekitar seratus halaman dengan menyajikan
30 bab.

2.1.2 Manfaat SAK ETAP


Dengan adanya SAK ETAP diharapkan perusahaan kecil dan menengah dapat untuk
menyusun laporan keuangannya sendiri juga dapat diaudit dan mendapatkan opini audit-sehingga
perusahaan dapat menggunakan laporan keuangannya untuk mendapatkan dan untuk
pengembangan usahanya.

2.1.3 Manfaat lain dari SAK ETAP antara lain:


1. Lebih mudah implementasinya dibandingkan PSAK-IFRS karena lebih
sederhana.
2. Walaupun sederhana namun tetap dapat memberikan informasi yang handal
dalam penyajian laporan keuangan
3. Disusun dengan mengadopsi IFRS for SME dengan modifikasi sesuai dengan
kondisi di Indonesia serta dibuat lebih ringkas

3
4. SAK ETAP masih memerlukan profesional judgement namun tidak sebanyak
untuk PSAK IFRS
5. Tidak ada perubahan signifikan dibandingkan dengan PSAK lama- namun ada
beberapa hal yang diadopsi;modifikasi dari IFRS / IAS

2.1.4 Ruang Lingkup SAK ETAP


Digunakan untuk entitas tanpa akuntabilitas publik yaitu:
1. Entitas yang tidak memiliki akuntabilitas publik
2. Tidak menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum ( general purpose financial
statement ) bagi pengguna eksternal
3. Entitas dengan akuntabilitas publilk signifikan boleh menggunakan SAK ETAP jika di
ijinkan oleh otoritas berwenang. SE No.11/37/DKBU Bank Indonesia tanggal 31
Desember 2009 yang menetapkan standar akuntansi keuangan untuk BPR adalah SAK
ETAP dan SE No. 12/14/DKBU Bank Indonesia tanggal 1 Juni 2010 yang menetapkan
penggunaan Pedoman Akuntansi Bank Perkreditas Rakyat (PA- BPR) yang diberlakukan
sejak 1 Januari 2010.

2.1.5 Isi SAK ETAP


SAK ETAP terdiri dari 30 Bab dan daftar istilah yang mempermudah untuk memahami SAK
ini
1. BAB I Ruang Lingkup
Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP)
dimaksudkan untuk digunakan entitas tanpa akuntabilitas publik. Entitas tanpa akuntabilitas
publik adalah entitas yang memiliki dua kriteria yang menentukan apakah suatu
entitastergolong entitas tanpa akuntabilitas publik (ETAP) yaitu:
1. Tidak memiliki akuntabilitas publik yang signifikan
Suatu entitas dikatakan memiliki akuntabilitas yang signifikan jika:
 Entitas telah mengajukan pernyataan pendaftaran atau entitas dalam proses
pengajuan pernyataan pendaftaran pada otoritas pasar modal (BAPEPAM-LK) atau
regulator lain untuk tujuan penerbitan efek di pasar modal.

4
 Entitas menguasai aset dalam kapasitas sebagai fidusia untuk sekelompok besar
masyarakat, seperti bank, entitas asuransi, pialang dan/atau pedagang efek, dana
pensiun, reksa dana,dan bank investasi.
.
2. Tidak menerbitkan Laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose financial
statements) bagi pengguna eksternal
Contoh pengguna eksternal adalah;
1. Pemilik yang tidak terlibat langsung dalam pengelolaan usaha
2. Kreditur
3. Lembaga pemeringkat kredit
Entitas yang memiliki akuntabilitas publik signifikan dapat menggunakan SAK
ETAP jika otoritas berwenang membuat regulasi yang mengizinkan penggunaan
SAK ETAP.
SAK-ETAP ini akan berlaku efektif per 1 January 2011 namun penerapan dini per 1
januari 2010 diperbolehkan. Entitas yang laporan keuangannya mematuhi SAK ETAP harus
membuatsuatu pernyataan eksplisit dan secara penuh (explicit and unreserved statement )atas
kepatuhantersebut dalam catatan atas laporan keuangan. Laporan keuangan tidak boleh
menyatakanmematuhi SAK ETAP kecuali jika mematuhi semua persyaratan dalam SAK
ETAP. Apabila perusahaan memakai SAK-ETAP, maka auditor yang akan melakukan audit
di perusahaantersebut juga akan mengacu kepada SAK-ETAP.
Mengingat kebijakan akuntansi SAK-ETAP dibeberapa aspek lebih ringan dari pada
PSAK, maka terdapat beberapa ketentuan transisi dalam SAK-ETAP yang cukup ketat.
1. Pada bab 29 misalnya disebutkan pada tahun awal penerapan SAK-ETAP yakni 1 januari
2011
2. Entitas yang memenuhi persyaratan untuk menerapkan SAK ETAP dapat
menyusunlaporan keuangan tidak berdasarkan SAK-ETAP, tetapi berdasarkan PSAK
non-ETAPsepanjang diterapkan secara konsisten. Entitas tersebut tidak diperkenankan
untuk kemudian menerapkan SAK ETAP ini untuk penyusunan laporan keuangan
berikutnya.

5
3. Per 1 Januari 2011, perusahaan yang memenuhi definisi Entitas Tanpa
AkuntabilitasPublik harus memilih apakah akan tetap menyusun laporan keuangan
menggunakanPSAK atau beralih menggunakan SAK-ETAP.
4. Entitas yang menyusun laporan keuangan berdasarkan SAK ETAP kemudian tidak
memenuhi persyaratan entitas yang boleh menggunakan SAK ETAP, maka
entitastersebut tidak diperkenankan untuk menyusun laporan keuangan berdasarkan
SAK-ETAP. Hal ini misalnya ada perusahaan menengah yang memutuskan
menggunakan SAK-ETAP pada tahun 2011, namun kemudian mendaftar menjadi
perusahaan publicdi tahun berikutnya. Entitas tersebut wajib menyusun laporan keuangan
berdasarkan PSAK non-ETAP dan tidak diperkenankan untuk menerapkan SAK ETAP
inikembali.
5. Entitas yang sebelumnya menggunakan PSAK non-ETAP dalam menyusun
laporankeuangannya dan kemudian memenuhi persyaratan entitas yang dapat
menggunakan SAK ETAP, maka entitas tersebut dapat menggunakan SAK ETAP ini
dalammenyusun laporan keuangan.

2. BAB 2 Konsep dan Prinsip pervasif


1. Tujuan pelaporan keuangan
Tujuan pelaporan keuangan adalah menyediakan informasi posisi keuangan,
kinerja keuangan dan laporan arus kas suatu entitas yang bermanfaat bagi sejumlah
besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi oleh siapapun yang tidak
dalam posisi dapat meminta laporan keuangan khusus untuk memenuhi kebutuhan
informasi tertentu. Dalam memenuhi tujuannya, laporan keuangan juga menunjukkan
apa yang telah dilakukan oleh manajemen (stewardship) atau pertanggungjawaban
manajemen atas sumber dayayang dipercayakan kepadanya.
2. Karakteristik kualitatif informasi dalam laporan keuangan
a) Dapat dipahami. Kualitas penting informasi yang disajikan dalam laporan keuangan
adalah kemudahannya untuk segera dapat dipahami.
b) Relevan. Informasi memiliki kualitas relevan jika dapat memengaruhi keputusan
ekonomi pengguna dengan cara mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa

6
kini atau masa depan, menegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi mereka dimasa
lalu.
c) Materialitas. Informasi dipandang material jika kelalaian untuk mencantumkan atau
kesalahan dalam mencatat informasi tersebut dapat memengaruhi keputusan
ekonomi pengguna yang diambil atas dasar Laporan keuangan.
d) Keandalan. Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari kesalahan material
dan bias, dan penyajian secara jujur apa yang seharusnya disajikan atau yang secara
wajar diharapkan dapat disajikan.
e) Pertimbangan sehat. Pertimbangan sehat mengandung unsur kehati-hatian pada saat
melakukan pertimbangan yang perlu dilakukan dalam kondisi ketidakpastian,
sehingga aset atau penghasilan tidak disajikan lebihtinggi dan kewajiban atau beban
tidak disajikan lebih rendah.
f) Kelengkapan. Agar dapat diandalkan, informasi dalam laporan keuangan harus
lengkap dalam batasan materialitas dan biaya. Kesengajaan untuk tidak
mengungkapkan mengakibatkan informasi tidak benar atau menyesatkan dan
karena itu tidak dapat diandalkan dan kurang mencukupi ditinjau dari segi
relevansi.
g) Dapat dibandingkan. Pengguna harus dapat membandingkan laporan keuangan
entitas antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan posisi dan kinerja
keuangan.
h) Tepat waktu. Tepat waktu meliputi penyediaan informasi laporan keuangan dalam
jangka waktu pengambilan keputusan.
i) Keseimbangan antara biaya dan manfaat. Manfaat informasi seharusnya melebihi
biaya penyediaannya.

3. Posisi keuangan
Posisi keuangan suatu entitas terdiri dari aset, kewajiban dan ekuitas pada suatu waktu
tertentu. Unsur Laporan keuangan yang berkaitan secara langsung dengan posisi
keuangan adalah aset, kewajiban dan ekuitas. Unsur-unsur ini sebagai berikut :

7
a) Aset adalah sumber daya yang dikuasai entitas sebagai akibat dari peristiwa masa
lalu dan darimana manfaat ekonomi dimasa depan dapat diharapkan akan
diperoleh entitas.
b) Kewajiban. Merupakan kewajiban masa kini entitas yang timbul dari peristiwa
masa lalu yang penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar dari
sumber daya entitas yang mengandung manfaat Ekonomi.
c) Ekuitas adalah hak residual atas aset entitas setelah dikurangi semua kewajiban.
d) Kinerja keuangan. Kinerja keuangan adalah hubungan antara penghasilan dan
beban dari entitas sebagaimana disajikan dalam laporan laba rugi. Laba sering
digunakan sebagai ukuran kinerja atau sebagai dasar pengukuran lain seperti
tingkat pengembalian investasi atau Laba per saham. Unsur-unsur laporan
keuangan yang secara langsung terkait dengan pengukuran laba adalah
penghasilan dan beban. Penghasilan dan beban didefinisikan lebih lanjut sebagai
berikut :
 Penghasilan (income) adalah kenaikan manfaat ekonomi selamasuatu
periode pelaporan dalam bentuk arus masuk atau peningkatan aset, atau
penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak
berasal dari kontribusi penanam modal.
 Beban (expenses) adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu
periode pelaporan dalam bentuk arus keluar atau penurunan aset, atau
terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak
terkait dengan distribusi kepada penanam modal.
4. Pengukuran unsur-unsur pelaporan keuangan
Pengukuran adalah proses penetapan jumlah uang yang digunakan entitas untuk
mengukur aset, kewajiban, penghasilan dan beban dalam laporan keuangan. Proses ini
termasuk pemilihan dasar pengukuran tertentu. Dasar pengukuran yang umum adalah
biaya historis dan nilai wajar .
 Biaya historis. Aset adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau nilai
wajar dari pembayaran yang diberikan untuk memperoleh aset pada saat perolehan.
Kewajiban dicatat sebesar kas atau setara kas yang diterima atau besar nilai wajar

8
dari aset non-kas yang diterima sebagai penukar dari kewajiban pada saat terjadinya
kewajiban.
 Nilai wajar adalah jumlah yang dipakai untuk mempertukarkan suatu aset, atau untuk
menyelesaikan suatu kewajiban antara pihak-pihak yang berkeinginan dan memiliki
pengetahuan yang memadai dalam suatu transaksi dengan wajar.

Persyaratan untuk pengakuan dan pengukuran aset, kewajiban, penghasilan dan beban
dalam SAK ETAP didasarkan pada prinsip pervasif dari kerangka dasar penyajian dan
pengukuran laporan keuangan
 Dasar akrual
Entitas harus mengukur laporan keuangan kecuali laporan arus kas dengan
menggunakan dasar akrual. Dalam dasar akrual, pos-pos diakui sebagai aset,
kewajiban, ekuitas, penghasilan dan beban (unsur-unsur laporan keuangan) Ketika
memenuhi definisi dan kriteria pengakuan untuk pos-pos tersebut.
 Pengakuan dalam laporan keuangan
1. Aset diakui dalam neraca jika kemungkinan manfaat ekonominya di masa depan
akan mengalir ke entitas dan aset tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat
diukur dengan andal. Aset tidak diakui dalam neraca jika pengeluaran telah terjadi
dan manfaat ekonominya dipandang tidak mungkin mengalir ke dalam entitas
setelah periode pelaporan berjalan. Sebagai alternatif transaksi tersebut
menimbulkan pengakuan beban dalam laporan laba rugi.
2. Kewajiban diakui dalam neraca jika kemungkinan pengeluaran sumber daya yang
mengandung manfaat ekonomi akan dilakukan untuk menyelesaikan kewajiban
masa kini dan jumlah yang harus diselesaikan dapat diukur dengan andal.
3. Pengakuan penghasilan merupakan akibat langsung dari pengakuan aset dan
kewajiban. Penghasilan diakui dalam Laporan laba rugi jika kenaikan manfaat
ekonomi di masa depan yang berkaitan dengan peningkatan aset atau penurunan
kewajiban telah terjadi dan dapat diukur secara andal.
4. Pengakuan beban merupakan akibat langsung dari pengakuan aset dan kewajiban.
Beban diakui dalam laporan laba rugi jika penurunan manfaat ekonomi masa depan

9
yang berkaitan dengan penurunan aset atau peningkatan kewajiban telah terjadi dan
dapat diukur secara andal.
5. Laba atau rugi merupakan selisih aritmatika antara penghasilan dan beban. Hal
tersebut bukan merupakan suatu unsur terpisah dari laporan keuangan, dan prinsip
pengakuan yang terpisah tidak diperlukan.
6. Saling hapus, Saling hapus tidak diperkenankan atas aset dengan kewajiban, atau
penghasilan dengan beban, kecuali disyaratkan atau diijinkan oleh SAK ETAP.

3. BAB 3 Penyajian Laporan Keuangan

1. Penyajian wajar

Laporan keuangan menyajikan dengan wajar posisi keuangan, kinerja keuangan,


dan arus kas suatu entitas. Penyajian wajar mensyaratkan penyajian jujur atas pengaruh
transaksi, peristiwa dan kondisi lain yang sesuai dengan definisi dan kriteria pengakuan
aset, kewajiban, penghasilan dan beban yang dijelaskan dalam Bab 2 Konsep dan Prinsip
Pervasif.

2. Kepatuhan terhadap SAK ETAP


Entitas yang laporan keuangannya mematuhi SAK ETAP harus membuat suatu
pernyataan eksplisit dan secara penuh (explicit and unreserved statement) atas
kepatuhan tersebut dalam catatan atas laporan keuangan. Laporan keuangan tidak
boleh menyatakan mematuhi SAK ETAPkecuali jika mematuhi semua persyaratan
dalam SAK ETAP.

3. Kelangsungan usaha
Pada saat menyusun laporan keuangan, manajemen entitas yang menggunakan
SAK ETAP membuat penilaian atas kemampuan entitas melanjutkan kelangsungan
usaha. Entitas mempunyai kelangsungan usaha kecuali jika manajemen bermaksud

10
melikuidasi entitas tersebut atau menghentikan operasi, atau tidak mempunyai
alternatif realistis kecuali melakukan hal-hal tersebut.
4. Frekuensi pelaporan
Entitas menyajikan secara lengkap laporan keuangan (termasuk informasi
komparatif) minimum satu tahun sekali. Ketika akhir periode pelaporan entitas
berubah dan laporan keuangan tahunan telah disajikan untuk periode yang lebih
panjang atau lebih pendek dari satu tahun, maka entitas mengungkapkan:
1. Fakta tersebut;
2. Alasan penggunaan untuk periode lebih panjang atau lebih pendek; dan
3. Fakta bahwa jumlah komparatif untuk laporan laba rugi, laporan perubahan
ekuitas, laporan laba rugi dan saldo laba, laporan arus kas, dan catatan atas
laporan keuangan yang terkait adalah tidak dapat seluruhnya diperbandingkan.
4. Penyajian yang konsisten
Penyajian dan klasifikasi pos-pos dalam laporan keuangan antar periode harus
konsisten kecuali:

o Terjadi perubahan yang signifikan atas sifat operasi entitas atau


perubahan penyajian atau pengklasifikasian bertujuan menghasilkan
penyajian lebih baik sesuai kriteria pemilihan dan penerapan
kebijakan akuntansi
 SAK ETAP mensyaratkan suatu perubahan penyajian.

 Informasi komparatif
Informasi harus diungkapkan secara komparatif dengan periode
sebelumnya kecuali dinyatakan lain oleh SAK ETAP (termasuk informasi
dalam laporan keuangan dan catatan atas laporan keuangan). Entitas
memasukkan informasi komparatif untuk informasi naratif dan deskriptif
jika relevan untuk pemahaman laporan keuangan periode berjalan.

 Materialitas dan agregasi

11
Pos-pos yang material disajikan terpisah dalam laporan keuangan sedangkan
yang tidak material digabungkan dengan jumlah yang memiliki sifat atau
fungsi yang sejenis

5. Laporan keuangan lengkap

Laporan keuangan entitas meliputi:

1. Neraca;
2. Laporan laba rugi;
3. Laporan perubahan ekuitas
4. Laporan arus kas; dan
5. Catatan atas laporan keuangan yang berisi ringkasan kebijakan akuntansi yang signifikan
dan informasi penjelasan lainnya.
6. Identifikasi laporan keuangan

4. BAB 4 Neraca
Informasi yang disajikan dalam neraca minimal mencakup pos-pos berikut:
1. kas dan setara kas;
2. piutang usaha dan piutang lainnya;
3. persediaan;
4. properti investasi;
5. aset tetap;
6. aset tidak berwujud;
7. utang usaha dan utang lainnya;
8. aset dan kewajiban pajak;
9. kewajiban diestimasi;
10.ekuitas.
Entitas menyajikan pos, judul dan sub jumlah lainnya dalam neraca jika penyajian seperti
itu relevan dalam rangka pemahaman terhadap posisi keuangan entitas. SAK ETAP tidak
menentukan format atau urutan terhadap pos-pos yang disajikan.
5. BAB 5 Laporan Laba Rugi

12
Laporan laba rugi memasukkan semua pos penghasilan dan beban yang diakui dalam
suatu periode kecuali SAK ETAP mensyaratkan lain. SAK ETAP mengatur perlakuan berbeda
terhadap dampak koreksi atas kesalahan dan perubahan kebijakan akuntansi yang disajikan
sebagai penyesuaian terhadap periode yang lalu dan bukan sebagai bagian dari laba atau rugi
dalam periode terjadinya perubahan.
Laporan laba rugi minimal mencakup pos-pos sebagai berikut:
1. Pendapatan;
2. Beban keuangan;
3. Bagian laba atau rugi dari investasi yang menggunakan metode ekuitas;
4. Beban pajak;
5. Laba atau rugi neto
Entitas harus menyajikan pos, judul dan sub jumlah lainnya pada laporan laba rugi jika
penyajian tersebut relevan untuk memahami kinerja keuangan entitas. Entitas tidak boleh
menyajikan atau mengungkapkan pos pendapatan dan beban sebagai “pos luar biasa”, baik
dalam laporan laba rugi maupun dalam catatan atas laporan keuangan

6. BAB 6 Laporan Perubahan Ekuitas Dan Laporan Laba Rugi Dan Saldo Laba

Laporan perubahan ekuitas menyajikan laba atau rugi entitas untuk suatu periode, pos
pendapatan dan beban yang diakui secara langsung dalam ekuitas untuk periode tersebut,
pengaruh perubahan kebijakan akuntansi dan koreksi kesalahan yang diakui dalam periode
tersebut, dan (tergantung pada format laporan perubahan ekuitas yang dipilih oleh entitas)
jumlah investasi oleh, dan dividen dan distribusi lain ke, pemilik ekuitas selama periode
tersebut.

Entitas menyajikan laporan perubahan ekuitas yang menunjukkan:

1. Laba atau rugi untuk periode;


2. Pendapatan dan beban yang diakui langsung dalam ekuitas;
3. Untuk setiap komponen ekuitas, pengaruh perubahan kebijakan akuntansi dan koreksi
kesalahan yang diakui sesuai bab 9 kebijakan akuntansi, estimasi, dan kesalahan;
4. Untuk setiap komponen ekuitas, suatu rekonsiliasi antara jumlah tercatat awal dan akhir
periode, diungkapkan secara terpisah perubahan yang berasal dari:

13
1. Laba atau rugi;
2. Pendapatan dan beban yang diakui langsung dalam ekuitas;
3. Jumlah investasi, dividen dan distribusi lainnya ke pemilik ekuitas, yang
menunjukkan secara terpisah modal saham, transaksi saham treasuri, dan dividen
serta distribusi lainnya ke pemilik ekuitas, dan
4. Perubahan kepemilikan dalam entitas anak yang tidak mengakibatkan kehilangan
pengendalian.

7. BAB 7 Laporan Arus Kas


Bab ini mengatur informasi yang disajikan dalam laporan arus kas dan bagaimana
penyajiannya. Laporan arus kas menyajikan informasi perubahan historis atas kas dan setara kas
entitas, yang menunjukkan secara terpisah perubahan yang terjadi selama satu periode dari
aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan.
8. BAB 8 Catatan Atas Laporan Keuangan
Catatan atas laporan keuangan berisi informasi sebagai tambahan informasi yang
disajikan dalam laporan keuangan. Catatan atas laporan keuangan memberikan penjelasan naratif
atau rincian jumlah yang disajikan dalam laporan keuangan dan informasi pos-pos yang tidak
memenuhi kriteria pengakuan dalam laporan keuangan.
Secara normal urutan penyajian catatan atas laporan keuangan adalah sebagai berikut:
1. Suatu pernyataan bahwa laporan keuangan telah disusun sesuai dengan SAK
ETAP.
2. Ringkasan kebijakan akuntansi signifikan yang diterapkan.
3. Informasi yang mendukung pos-pos laporan keuangan, sesuai dengan urutan
penyajian setiap komponen laporan keuangan dan urutan penyajian pos-pos
tersebut.
4. Pengungkapan lain.
9. BAB 9 Kebijakan Dan Estimasi Akuntansi Dan Kesalahan
Bab ini memberikan panduan untuk memilih dan menerapkan kebijakan akuntansi yang
digunakan dalam menyusun laporan keuangan. Bab ini juga mengatur perubahan estimasi
akuntansi dan koreksi kesalahan periode lalu.
10. BAB 10 Investasi Pada Efek Tertentu

14
Bab ini mengatur penerapan akuntansi nilai wajar untuk efek utang dan efek ekuitas baik
yang dimaksudkan oleh pemiliknya untuk diperdagangkan, efek utang yang dimaksudkan untuk
dimiliki hingga jatuh waktu maupun tidak untuk keduanya. Efek adalah surat berharga, yaitu
surat pengakuan utang, surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti utang, unit
penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka atas efek, dan setiap derivatif dari efek.
1. Efek utang adalah efek yang menunjukkan hubungan hutang piutang antara kreditor
dengan entitas yang menerbitkan efek.
2. Efek ekuitas adalah efek yang menunjukkan hak kepemilikan atas suatu ekuitas, atau
hak untuk memperoleh (misalnya: waran, opsi beli) atau hak untuk menjual (misalnya
opsi jual) kepemilikan tersebut dengan harga yang telah atau akan ditetapkan.

11. BAB 11 Persediaan


Bab ini mengatur prinsip-prinsip pengakuan dan pengukuran persediaan. Persediaan
adalah aset:
1. Untuk dijual dalam kegiatan usaha normal;
2. Dalam proses produksi untuk kemudian dijual; atau
3. Dalam bentuk bahan atau perlengkapan untuk digunakan dalam proses produksi atau
pemberian jasa
12. BAB 12 Investasi Pada Entitas Asosiasi Dan Entitas Anak
Bab ini harus diterapkan untuk investasi pada entitas asosiasi dan entitas anak. Bab ini
tidak mengatur:
1. Investasi pada joint venture;
2. Hak paten, merek dagang, dan aset yang serupa;
3. Sewa pembiayaan
13. BAB 13 Investasi Pada Joint Venture
Bab ini diterapkan untuk investasi pada joint venture. Joint venture adalah perjanjian
kontraktual dimana dua pihak atau lebih menjalankan aktivitas ekonomi yang menjadi subyek
dari pengendalian bersama. Joint venture dapat berbentuk pengendalian bersama operasi,
pengendalian bersama aset, dan pengendalian bersama entitas. Pengendalian bersama adalah

15
kesepakatan kontraktual berbagi pengendalian atas suatu aktivitas ekonomi, dan ada hanya jika
keputusan strategis keuangan dan operasi terkait dengan aktivitas tersebut mensyaratkan
persetujuan pihak-pihak yang berbagi pengendalian (venturer).
14. BAB 14 Properti Investasi
Properti investasi adalah properti (tanah atau bangunan atau bagian dari suatu bangunan
atau kedua-duanya) yang dikuasai (oleh pemilik atau lessee melalui sewa pembiayaan) untuk
menghasilkan sewa atau untuk kenaikan nilai atau kedua-duanya, dan tidak untuk:
1. Digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa atau untuk tujuan
administratif; atau
2. Dijual dalam kegiatan usaha sehari-hari.
15. BAB 15 Aset Tetap
Bab ini diterapkan untuk akuntansi atas aset tetap. Aset tetap adalah aset berwujud yang:
1. Dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk
disewakan ke pihak lain, atau untuk tujuan administratif; dan
3. Diharapkan akan digunakan lebih dari satu periode. Aset tidak berwujud tidak
termasuk hak atas mineral dan cadangan mineral, misalnya minyak, gas alam dan
sumber daya yang tidak dapat diperbarui lainnya.

16. BAB 16 Aset Tidak Berwujud


Aset tidak berwujud adalah aset nonmoneter yang dapat diidentifikasi dan tidak
mempunyai wujud fisik. Suatu aset dapat diidentifikasikan jika:
1. Dapat dipisahkan, yaitu kemampuannya untuk menjadi terpisah atau terbagi dari
entitas dan dijual, dialihkan, dilisensikan, disewakan atau ditukarkan melalui
suatu kontrak terkait aset atau kewajiban secara individual atau secara bersama;
atau
2. Muncul dari hak kontraktual atau hak hukumnya lainnya, terlepas apakah hak
tersebut dapat dialihkan atau dapat dipisahkan dari entitas atau dari hak dan
kewajiban lainnya.
17. BAB 17 Sewa
Bab ini mencakup akuntansi untuk semua sewa, kecuali:

16
1. Sewa untuk mengekplorasi atau menggunakan mineral, minyak bumi, gas alam dan
sumber daya yang tidak dapat diperbaharui lainnya.
2. Perjanjian lisensi seperti film, rekaman video, karya panggung, manuskrip (karya
tulis), hak paten, dan hak cipta.
18. BAB 18 Kewajiban Diestimasi Dan Kontinjensi
Bab ini diterapkan untuk semua kewajiban diestimasi (kewajiban yang waktu atau
jumlahnya belum pasti), kewajiban kontijensi dan aset kontijensi, kecuali kewajiban estimasi
yang diatur dalam Bab lain, yaitu:
1. Sewa (Bab 17 Sewa);
2. Kontrak konstruksi (Bab 20 Pendapatan);
3. Kewajiban imbalan kerja (Bab 23 Imbalan Kerja);
4. Kewajiban pajak penghasilan (Bab 24 Pajak Penghasilan).

19. BAB 19 Ekuitas


Bab ini mengatur akuntansi ekuitas untuk:
1. Entitas Perorangan;
2. Persekutuan Perdata;
3. Firma;
4. Commanditaire Vennootschap (CV);
5. Perseroan Terbatas;
6. Koperasi.
Ekuitas sebagai bagian hak pemilik dalam entitas harus dilaporkan sedemikian rupa
sehingga memberikan informasi mengenai sumbernya secara jelas dan disajikan sesuai dengan
peraturan perundangan dan akta pendirian yang berlaku.

20. BAB 20 Pendapatan


Bab ini diterapkan dalam akuntansi untuk pendapatan yang muncul sebagai akibat dari
transaksi atau kejadian berikut:
1. Penjualan barang (baik diproduksi oleh entitas untuk tujuan produksi atau dibeli
untuk dijual kembali);
2. Pemberian jasa;

17
1. Kontrak konstruksi;
3. Penggunaan aset entitas oleh pihak lain yang menghasilkan bunga, royalti atau
dividen
21. BAB 21 Biaya Pinjaman
Bab ini mengatur akuntansi untuk biaya pinjaman. Biaya pinjaman adalah bunga dan
biaya lainnya yang timbul dari kewajiban keuangan suatu entitas. Biaya pinjaman mencakup:
1. Bunga untuk cerukan bank dan pinjaman jangka pendek dan jangka panjang;
2. Amortisasi diskonto atau premium yang terkait dengan pinjaman;
3. Amortisasi biaya tambahan yang timbul sehubungan dengan proses perjanjian
peminjaman;
4. Beban pembiayaan sesuai dengan sewa pembiayaan yang diakui sesuai dengan bab 17
sewa;
5. Perbedaan nilai tukar yang timbul dari pinjaman dalam mata uang asing dimana
perbedaan ini dianggap sebagai penyesuaian terhadap biaya bunga

22. BAB 22 Penurunan Nilai Aset


Kerugian penurunan nilai terjadi ketika nilai tercatat aset melebihi jumlah yang dapat
diperoleh kembali. Bab ini harus diterapkan dalam akuntansi untuk penurunan nilai semua aset,
kecuali aset yang muncul dari imbalan kerja
23. BAB 23 Imbalan Kerja
Imbalan kerja adalah semua bentuk imbalan yang diberikan oleh entitas sebagai
pertukaran atas jasa yang diberikan oleh pekerja, termasuk direktur dan manajemen. Bab ini
diterapkan untuk empat jenis imbalan kerja:
1. Imbalan kerja jangka pendek adalah imbalan kerja (selain pesangon pemutusan kerja)
yang jatuh tempo seluruhnya dalam waktu 12 bulan setelah akhir periode pekerja
memberikan jasanya.
2. Imbalan pascakerja adalah imbalan kerja (selain pesangon pemutusan kerja) yang
terutang setelah pekerja menyelesaikan masa kerjanya.
3. Imbalan kerja jangka panjang lainnya adalah imbalan kerja (selain imbalan pascakerja
dan pesangon pemutusan kerja) yang tidak seluruhnya jatuh tempo dalam waktu 12
bulan setelah pekerja memberikan jasanya; dan

18
4. Pesangon pemutusan kerja adalah imbalan kerja yang terutang akibat:
1. Keputusan entitas untuk memberhentikan pekerja sebelum usia pensiun normal,
atau
2. Keputusan pekerja menerima tawaran untuk mengundurkan diri secara sukarela
dengan imbalan tertentu.
24. BAB 24 Pajak Penghasilan
Bab ini mengatur akuntansi untuk pajak penghasilan. Untuk tujuan ini, pajak penghasilan
termasuk seluruh pajak domestik dan luar negeri sebagai dasar penghasilan kena pajak. Pajak
penghasilan juga termasuk pajak, misalnya pemungutan dan pemotongan pajak, yang terutang
oleh entitas anak, entitas asosiasi atau joint venture atas distribusi ke entitas pelaporan.

25. BAB 25 Mata Uang Pelaporan


Bab ini diterapkan untuk semua entitas yang akan atau telah menggunakan mata uang
selain rupiah sebagai mata uang pelaporan. Mata uang fungsional adalah mata uang utama dalam
arti substansi ekonomi, yaitu mata uang utama yang dicerminkan dalam kegiatan operasi entitas.
Mata uang pelaporan adalah mata uang yang digunakan dalam menyajikan laporan keuangan.
Mata uang pencatatan adalah mata uang yang digunakan oleh entitas untuk membukukan
transaksi.
26. BAB 26 Transaksi Dalam Mata Uang Asing
Bab ini diterapkan dalam akuntansi untuk transaksi dalam mata uang asing. Transaksi
mata uang asing adalah transaksi yang didenominasi atau harus diselesaikan dalam mata uang
asing, yang meliputi transaksi yang timbul ketika entitas:
1. Membeli atau menjual barang atau jasa yang harganya didenominasi dalam mata uang
asing;
2. Meminjam atau meminjamkan dana atas sejumlah utang atau piutang yang
didenominasi dalam mata uang asing;
3. Memperoleh atau melepas aset, atau terjadinya atau menyelesaikan kewajiban, yang
didenominasi dalam mata uang asing.
27. BAB 27 Peristiwa Setelah Akhir Periode Pelaporan

19
Bab ini mendefinisikan peristiwa setelah akhir tanggal pelaporan dan menentukan
prinsip-prinsip pengakuan, pengukuran, dan pengungkapan peristiwa tersebut.Peristiwa setelah
akhir periode pelaporan adalah peristiwa-peristiwa, baik menguntungkan maupun tidak
menguntungkan, yang terjadi setelah akhir periode pelaporan sampai dengan tanggal
penyelesaian laporan keuangan. Ada dua jenis peristiwa setelah akhir periode pelaporan, yaitu:
1. Peristiwa yang memberikan bukti atas suatu kondisi yang telah terjadi pada akhir
periode pelaporan (peristiwa setelah akhir periode pelaporan yang memerlukan
penyesuaian).
2. Peristiwa yang mengindikasikan timbulnya suatu kondisi setelah akhir periode
pelaporan (peristiwa setelah akhir periode pelaporan yang tidak memerlukan
penyesuaian).
28. BAB 28 Pengungkapan Pihak-Pihak Yang Mempunyai Hubungan Istimewa
Bab ini mensyaratkan entitas untuk memberikan pengungkapan yang diperlukan dalam
laporan keuangannya untuk memberi perhatian pada kemungkinan posisi keuangan dan laba atau
rugi entitas telah terpengaruh oleh adanya pihak pihak yang mempunyai hubungan istimewa
serta transaksi dan saldo dengan pihak-pihak tersebut. Dalam mempertimbangkan setiap
kemungkinan hubungan pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa, entitas harus menilai
dari substansi hubungan dan bukan semata-mata dari bentuk hukum.
Dalam konteks SAK ETAP, pihak-pihak berikut tidak dianggap sebagai pihak-pihak
yang mempunyai hubungan istimewa:
1. Dua entitas yang memiliki satu direktur atau anggota personel manajemen kunci secara
umum, tetapi tidak memenuhi ketentuan (d) dan (f) dalam definisi “pihak yang
mempunyai hubungan istimewa” (lihat daftar istilah).
2. Dua venturer karena mereka berbagi pengendalian bersama atas joint venture.
3. Pihak-pihak berikut dalam pelaksanaan urusan normal dengan entitas (meskipun pihak-
pihak tersebut dapat memengaruhi kebebasan entitas atau ikut serta dalam proses
pengambilan keputusan):
1. Penyandang dana;
2. Serikat dagang;
3. Entitas pelayanan umum; dan
4. Departemen dan instansi pemerintah.

20
5. Pelanggan, pemasok, pemilik hak waralaba (franchisor), distributor atau agen umum
yang mana entitas mengadakan transaksi usaha dengan volume signifikan, semata-
mata berdasar atas akibat ketergantungan ekonomi.

29. BAB 29 Ketentuan Transisi


Entitas menerapkan SAK ETAP secara retrospektif, namun jika tidak praktis, maka entitas
diperkenankan untuk menerapkan SAK ETAP secara prospektif. Entitas yang menerapkan
prospektif dan sebelumnya telah menyusun laporan keuangan maka :
1. Mengakui semua aset dan kewajiban yang pengakuannyadipersyaratkan dalam SAK
ETAP
2. Tidak mengakui semua aset dan kewajiban jika SAK ETAP tidak mengijinkan
pengakuan tersebut
3. Mereklasifikasikan pos-pos yang di akui sebagai jenis aset, kewajiban dan komponen
ekuitas berdasarkan kerangka pelaporan sebelumnya tetapi merupakan jenis aset,
kewajiban atau komponen yang berbeda berdasarkan SAK ETAP.
4. Menerapkan SAK ETAP dalam pengukuran seluruh aset dan kewajiban yang diakui
Kebijakan akuntansi yang digunakan oleh entitas pada saldo awal neracanya berdasarkan
SAK ETAP mungkin berbeda dari yang digunakan untuk tanggal yang sama dengan
menggunakan kerangka pelaporan keuangan sebelumnya. Hasil penyesuaian yang
muncul dari transaksi, kejadian atau kondisi lainnya sebelum tanggal efektif SAK ETAP
diakui secara langsung pada saldo laba pada tanggal penerapan SAK ETAP.
Pada tahun awal penerapan SAK ETAP, entitas yang memenuhi persyaratan untuk
menerapkan SAK ETAP dapat menyusun laporan keuangan tidak berdasarkan SAK
ETAP, tetapi berdasarkan PSAK non-ETAP sepanjang diterapkan secara konsisten.
Entitas tersebut tidak diperkenankan untuk kemudian menerapkan SAK ETAP ini untuk
penyusunan keuangan berikutnya. Entitas yang menyusun laporan keuangan berdasarkan
SAK ETAP kemudian tidak memenuhi persyaratan entitas yang boleh menggunakan
SAK ETAP, maka entitas tersebut tidak diperkenankan untuk menyusun laporan
keuangan berdasarkan SAK ETAP. Entitas tersebut wajib menyusun laporan keuangan
berdasarkan PSAK non-ETAP dan tidak diperkenankan untuk menerapkan SAK ETAP
ini kembali sesuai dengan paragraf 29.4 diatas.

21
Entitas yang sebelumnya digunakanPSAK non-ETAP dalam menyusun laporan
keuangannya dan kemudian memenuhi persyaratan entitas yang dapat menggunakan
SAK ETAP, maka entitas tersebut dapat menggunakan SAK ETAP ini dalam menyusun
keuangan. Entitas tersebut menerapkan persyaratan dalam paragraf 29.1 – 29.3.

30. Bab 30 Tanggal efektif


SAK ETAP diterapkan untuk penyusunan laporan keuangan yangdimulai pada
atau setelah 1 Januari 2011. Penerapan dini diperkenankan jika SAK ETAP diterapkan
dini, maka entitas harus menerapkan SAK ETAP untuk penyusunan laporan keuangan
yang dimulaiatau setelah1 Januari 2010.
Apabila SAK ETAP ini telah berlaku efektif, maka lembaga keuangan seperti LPD
tidak perlu membuat laporan keuangan dengan menggunakan PSAK umum yang berlaku.
Didalam beberapa hal SAK ETAP memberikan banyak kemudahan untuk perusahaan
dibandingkan dengan PSAK dengan ketentuan pelaporan yang lebih kompleks.
Perbedaan secara kasat mata dapat dilihatdari ketebalan SAK ETAP yang hanya sekitar
seratus halaman dengan menyajikan 30 bab.
Sesuai dengan ruang lingkup SAK ETAP, maka standar ini dimaksudkan untuk
digunakan oleh entitas tanpa akuntabilitas publik. Entitas akuntabilitas publik yang
dimaksudkan adalah entitas yang tidak memiliki akuntabilitaspublik signifikan,dan tidak
menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum ( general purpose Financial statement)
bagi pengguna eksternal. Contoh pemilik eksternal adalah pemilik yang tidak terlibat
langsung dalam pengelolaan usaha, kreditur dan lembaga pemeringkat kredit.
Perlu pula diketahui bahwa, karakter SAK ETAP :
a) Berdiri sendiri dan tidak mengacu pada SAK-umum
b) Menggunakan historical cost
c) Hanya mengatur transaksi umum yang terjadi pada ETAP
d) Lebih sederhana
e) Tidak berubah pada beberapa tahun kedepan

2.1.6 Penyajian laporan keuangan

22
Entitas harus membuat sesuatu pernyataan eksplisit dan secara penuh (explicit and
unreserved statement) atas kepatuhan terhadap SAK ETAP dalam catatan laporan keuangan yang
terdiri dari :
1. Penyajian wajar
Laporan keuangan menyajikan dengan wajar posisi keuangan, kinerja
keuangan dan arus kas suatu entitas. Penyajian wajar mensyaratkan penyajian
jujur atas pengaruh transaksi, peristiwa dan kondisi lain yang sesuai dengan
definisi dan kriteria pengakuan aset, kewajiban, penghasilan dan beban.
Penyajian wajar posisi keuangan, kinerja keuangan dan arus kas. Entitas
yang menggunakan SAK ETAP harus secara eksplisit menyatakan secara penuh
atas kepatuhan terhadap SAK ETAP dalam catatan Laporan keuangan. Entitas
harus menilai kelangsungan usaha pada saatmenyusun laporan keuangan. Entitas
menyajikan laporan keuangan minimal satu kali dalam setahun. Informasi
komparatif dengan periode sebelumnya dengan keunggulan yang sama. Pos-pos
yang material disajikan terpisah.
2. Kepatuhan terhadap SAK ETAP
Entitas yang laporan Keuangannyamematuhi SAK ETAP harus membuat
pernyataan eksplisit dan secara penuh (explicit and unreserved statement) atas
kepatuhan tersebut dalam catatan atas laporan keuangan. Laporan keuangan tidak
boleh menyatakan mematuhi SAK ETAP kecuali mematuhi semua persyaratan
dalam SAK ETAP.
3. Kelangsungan usaha
Pada saat menyusun laporan keuangan, manajemen entitas yang
menggunakan SAK ETAP membuat penilaian atas kemampuan entitas
melanjutkan kelangsungan usahanya.
4. Frekuensi pelaporan
Entitas menyajikan secara lengkap laporan keuangan (termasuk informasi
komparatif) minimum satu tahun sekali.
5. Konsistensi penyajian
Penyajian dan klasifikasi pos-pos dalam laporan keuangan antar periode
harus konsisten kecuali (a) terjadi perubahan yang signifikan atas sifat operasi

23
entitas atau perubahan penyajian atau pengklasifikasian bertujuan menghasilkan
penyajian lebih baik sesuai dengan kriteria pemilihan dan penerapan kebijakan
akuntansi atau (2) SAK ETAP mensyaratkan suatu perubahan penyajian.
Penyajian dan klasifikasi pos-pos harus konsisten kecuali :
 Terjadi perubahan signifikan operasi entitas atau perubahan tersebut
menghasilkan penyajian yang lebih andal dan relevan
 SAL ETAP mensyaratkan perubahan penyajian
 Reklasifikasi harus dilakukan retrospektif, kecuali tidak praktis dapat
secara prospektif.
 Jika prospektif diungkapkan Sifat reklasifikasi dan jumlah pos yang
direklasifikasi serta alasannya.
6. Informasi komparatif
Informasi harus diungkapkan secara komparatifdengan periode
sebelumnya kecuali dinyatakan lain dengan SAK ETAP (termasuk informasi
dalam laporan keuangan dan catatan atas laporan keuangan)
7. Materialitas dan agregasi
Pos-pos yang material disajikan terpisah dalam laporan keuangan,
sedangkan yang tidak material digabungkan dengan jumlah yang memiliki sifat
atau fungsi yang sejenis. Kelalaian dalam mencantumkan atau kesalahan dalam
mencatat suatu pos dianggap material. Jika baik secara individual maupun
bersama-sama dapat memengaruhi pengguna laporan keuangan dalam
pengambilan keputusan ekonomi. Besaran dan sifat unsur tersebut dapat menjadi
faktor penentu.
8. Identifikasi laporan keuangan lengkap
Terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus
kas, catatan atas laporan keuangan. Perubahan periode laporan keuangan sehingga
periode laporan berbeda, maka ETAP mengungkapkan :
 Fakta tersebut
 Alasan penggunaan periodeyang lebih pendek atau lebih panjang
 Fakta bahwa jumlah informasi komparatif dalam laporan keuangan yang
terkait tidak dapat diperbandingkan

24
 Identifikasi secara jelas setiap komponen Laporan keuangan

Informasi berikut , jika perlu setiap halaman :


 Nama entitas pelapor dan perubahan nama tersebut sejak laporan periode
terakhir
 Tanggal atau periode yang dicakup oleh laporan keuangan, mana yang lebih
tepat bagi setiap komponenlaporan keuangan
 Mata uang pelaporan, seperti yang didefinisikan Bab 25 mata uang pelaporan
 Pembulatan angka yang digunakan dalam penyajian laporan keuangan

Catatan laporan keuangan


 Domisili, bentuk hukum dan alamat kantor yang terdaftar
 Penjelasan sifat operasi dan aktivitas utama

2.1.7 Kebijakan akuntansi


Pemilihan dan penerapan kebijakan akuntansi, yang terdiri dari perubahan estimasi dan
koreksi kesalahan periode lalu. Kebijakan akuntansi adalah prinsip, dasar, konvensi, aturan dan
praktik tertentu yang diterapkan oleh suatu entitas dalam menyusun dan menyajikan laporan
keuangannya. Jika SAK ETAP secara spesifik mengatur transaksi, kejadian atau keadaan
lainnya, maka entitas harus menerapkan SAK ETAP. Namun, jika dampak tidak material maka
entitas tidak perlu mengikuti persyaratan dalam SAK ETAP. Jika transaksi, peristiwa tidak diatur
spesifik dalam SAK ETAP, maka manajemen dengan menggunakan judgedmentnya
mengembangkan dan menerapkan suatu kebijakan akuntansi yang menghasilkan informasi :
 Relevan bagi pemakai untuk kebutuhan pengambilan keputusan ekonomi, dan
 Andal yaitu dalam laporan keuangan yang menyajikan dengan jujur posisi keuangan,
kinerja keuangan dan arus kas suatu entitas
 Mencerminkan substansi ekonomi dari transaksi, peristiwa dan kondisi lainnya serta tidak
hanya mencerminkan bentuk hukumnya
 Netral yaitu bebas dari bias
 Mencerminkan kehati-hatian
 Bersifat lengkap dalam semua hal yang material

25
Acuan dalam membuat pertimbangan (Bab 9.5)
 Persyaratan dan panduan dalam SAK ETAP yang berhubungan dengan isu yang serupa
dan terkait
 Definisi, kriteria pengakuan dan konsep pengukuran untuk aset, kewajiban, pendapatan,
beban dan prinsip-prinsip pervasif di Bab 2konsep dan prinsip pervasif
 PSAK non ETAP dan panduan tambahan dapat dijadikan rujukan namun tidak boleh
bertentangan dengan Bab 9.5

BAB III
KESIMPULAN

SAK ETAP yang merupakan kepanjangan dari Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas
Tanpa Akuntabilitas Publik ditetapkan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia untuk perusahaan kecil
dan menengah. Diterbitkan pada 17 Juli 2009 dan berlaku efektif pada 01 januari 2011. PSAK &
IFRS dan SAK ETAP disusun dan diterbitkan oleh Dewan Standar AkuntansiKeuangan Ikatan
Akuntan Indonesia (DSAK & IAI) terdiri dari 17 orang mewakili , Akuntan Publik, Akademisi,
Akuntan Sektor Publik, dan Akuntan manajemen. Hasilnya adalah PSAK dan ISAK.
SAK ETAP: Standar akuntansi keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik.
ETAP adalah entitas yang (1) tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan; dan (2)
menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose financial statement bagi
pengguna eksternal. Dengan adanya SAK ETAP diharapkan perusahaan kecil dan menengah

26
dapat untuk menyusun laporan keuangannya sendiri juga dapat diaudit dan mendapatkan opini
audit-sehingga perusahaan dapat menggunakan laporan keuangannya untuk mendapatkan dan
untuk pengembangan usahanya.

SAK ETAP terdiri dari 30 Bab dan daftar istilah yang mempermudah untuk memahami
SAK ini. Entitas harus membuat sesuatu pernyataan eksplisit dan secara penuh (explicit and
unreserved statement) atas kepatuhan terhadap SAK ETAP dalam catatan laporan keuangan.
Pemilihan dan penerapan kebijakan akuntansi, yang terdiri dari perubahan estimasi dan koreksi
kesalahan periode lalu. Kebijakan akuntansi adalah prinsip, dasar, konvensi, aturan dan praktik
tertentu yang diterapkan oleh suatu entitas dalam menyusun dan menyajikan laporan
keuangannya. Jika SAK ETAP secara spesifik mengatur transaksi, kejadian atau keadaan
lainnya, maka entitas harus menerapkan SAK ETAP.

DAFTAR PUSTAKA
http://helloimratnaa.blogspot.com/2013/01/mungkinkah-lpd-mengadopsi-dan.html
https://tsetyaernawati.wordpress.com/2012/04/05/rangkuman-isi-sak-etap/
https://elmudunya.wordpress.com/2009/12/05/standar-akuntansi-entitas-tanpa-akuntabilitas-
publik-sak-etap/

27

Anda mungkin juga menyukai