Ajaran Islam didasarkan pada tiga prinsip, yaitu aqidah, hukum syariah dan moralitas. Iman
berhubungan dengan prinsip Keyakinan yang menjadi landasan seseorang. Fitur bentuk
Ketaatan pada hukum syariah atau sumber hukum syariah ini Menjadi bagian penting dari
Islam untuk satu orang. Meskipun moralitas adalah prinsip penting Islam terkait dengan isi
Islam Seseorang. Karakteristik moral akan dilampirkan pada Nyatakan arti iman Dan taatilah
ajaran Islam. fitur Ini menciptakan keseimbangan perilaku Seorang muslim yang selalu
berkomitmen dengan segala macam kebaikan (ihsan).
Iman, Islam dan Ihsan, Iman secara etimologi bermakna pembenaran hati, sedangkan secara
terminologi iman adalah “membenarkan dengan hati, mengikrarkan dengan lisan dan mengamalkan
dengan anggota badan”. Maksud dari “membenarkan dengan hati” adalah menerima segala ajaran
yang dibawa oleh Rasulullah Saw. Yang dimaksud “mengikrarkan dengan lisan” adalah dengan
mengucapkan dua kalimat syahadat: “asyhadu an la ilaha illallah wa asyhadu anna Muhammadan
Rasulullah”
Sementara itu, kata Islam, dilihat dari akar katanya bermakna “tunduk dan patuh kepada perintah
orang yang memberi perintah dan kepada larangannya tanpa membantah”. Islam adalah agama
yang ajaranajarannya diwahyukan Tuhan kepada masyarakat manusia melalui nabi Muhammad
sebagai Rasul. Islam pada hakikatnya membawa ajaran-ajaran bukan hanya satu segi, tetapi
mengenai berbagai segi dari kehidupan manusia. Sumber dari ajaran-ajaran yang mengambil
berbagai aspek itu ialah Al-Quran dan Hadis.
Moderasi dalam Iman Dalam kaitannya dengan moderasi, iman adalah pondasi utama dari moderasi
dalam seluruh ajaran agama Islam. Artinya adalah bahwa dalam berakidah, konsep moderasi
diterapkan dalam kaitannya dengan keimanan seseorang maupun pada saat berhubungan dengan
sesama umat Islam dan juga penganut agama lain.
Moderasi dalam Islam, Hubungan antara moderatisme dengan konsep Islam (syariat) memiliki
keterkaitan dengan keseimbangan dalam memahami syariat Islam. Keseimbangan yang dimaksud di
sini adalah keseimbangan dalam mendudukkan pemahaman antara teks dengan realitas.
Moderasi dalam Ihsan merupakan bentuk lain dari akhlak. Sebagaimana Iman dan Islam, sumber
utama dari ihsan adalah Al-Quran dan Hadis. Ajaran akhlak sebagaimana tercermin dalam Al-Quran
menyuruh umat manusia untuk berperilaku baik kepada siapa pun, baik kepada dirinya sendiri,
keluarga, masyarakat, maupun kepada seluruh alam semesta.
1. Kejujuran (ash-Shidqu)
Jujur dalam arti satunya kata dengan perbuatan dan pikiran. Apa yang diucapkan sama
dengan apa yang ada di dalam sanubari.
2. Keadilan (al-’adalah)
Adil berarti bersikap objektif, proporsional, dan taat asas, yang menuntut setiap orang
menempatkan segala sesuatu pada tempatnya, jauh dari pengaruh egoisme, emosi pribadi,
dan kepentingan pribadi.
4. Istiqamah (sustainability)
teguh dan konsisten. Istiqamah juga bisa berarti berkesinambungan (sustainability). Tetap
teguh dengan ketentuan Allah dan Rasul-Nya, tuntunan para salaf shalih, dan aturan main
serta perjanjian yang sudah disepakati bersama. I
Perbedaan merupakan sebuah keniscayaan yang tidak dapat dihindarkan (dalam bahasa
agama sering disebut sunnatullah).
Perlu ditegaskan di sini bahwa pada dasarnya perbedaan pendapat hanya terjadi di wilayah
fikih dan berkaitan dengan hukum praktis. Sebuah wilayah yang memang dibuka selebar-
lebarnya untuk melakukan ijtihad. Pada titik ini, perbedaan-perbedaan mengenai tata cara
berwudu atau gerakan salat, misalnya, merupakan sesuatu yang sangat dimungkinkan
terjadi dan tentunya ditolelir. Para ulama memberikan penamaan atas hal-hal yang masuk
dalam kategori ini sebagai wilayah ijtihadi atau dalam bahasa lainnya disebut dzanniyat,
yaitu nash Al-Quran maupun hadis yang kalimatnya mengandung makna atau ketentuan
hukum yang relatif.
Meski sedemikian terbukanya ruang perbedaan pendapat, penting untuk diutarakan di sini
bahwa perbedaan pendapat harus memiliki tujuan baik. Sebab, Nabi Muhammad SAW
sendiri mengarahkan para sahabatnya untuk menghindari perbedaan yang justru mengarah
pada hal-hal yang destruktif.
Bab: MODERASI BERAGAMA DALAM HUBUNGAN DENGAN SESAMA MUSLIm
1. persaudaraan dengan Sesama Muslim
Apabila seorang atau sekelompok mukmin menderita kesulitan, maka mukmin yang lain juga
seharusnya merasakan itu. Umat Islam harus bisa merasakan apa yang diderita saudaranya seagama,
untuk selanjutnya memberikan bantuan apapun bentuknya agar meringankan beban dan
penderitaan saudaranya itu. Inilah makna ukhuwah.
2. Menyikapi Perbedaan Pendapat
Perbedaan pendapat di kalangan umat Islam tidak mungkin terhindarkan dalam kehidupan sehari-
hari. perbedaan pendapat atau khilafiyah bukan hal yang harus diributkan, apalagi sampai
meretakkan persaudaraan sesama muslim. Tidak boleh ada suatu kelompok merasa paling benar
dan menyalahkan yang lain. Jika seorang muslim tidak sanggup berijtihad sendiri, maka ia boleh
melakukan ittiba', yakni mengikuti atau memilih pendapat mana saja sesuai keyakinan dan
pemahaman kita sendiri, disertai pengetahuan dan pemahaman akan landasan atau argumen
masing-masing pendapat.
3 Beberapa Etika Pergaulan Sesama Muslim
1. Mengucap Salam dan Saling Mendoakan Salah satu perintah bagi seorang muslim terhadap
saudaranya adalah saling menebar salam ketika bertemu. Salam adalah ucapan doa untuk
sesama muslim. Ucapan salam adalah salah satu wujud kasih sayang terhadap orang lain.
Sementara rasa kasih sayang terhadap saudara muslimnya yang lain itu merupakan indikator
keimanan seorang muslim kepada Allah SWT.
2. menasihati Sesama dengan Bijak
Salah satu ketutamaan yang menghantarkan ketaatan seorang Muslim kepada Allah adalah
saling mengingatkan dan menasihati antara muslim satu dengan lainnya secara bijaksana.
3. Menjaga Kehormatan Sesama Muslim
Dengan kehormatan seorang bisa dihargai dan dihormati oleh manusia. Bahkan bisa jadi
kehormatan itu dianggap lebih berharga dari harta benda. Seseorang dihormati bukan saja
karena dia berasal dari keluarga terhormat atau pun memiliki paras indah, tapi ketika dia
mampu terus menjaga kehormatan.
4. Menghormati yang Lebih Tua, Menyayangi yang Lebih Muda
Ketika seorang muslim bergaul dengan anak muda atau orang tua, mereka memiliki masing-
masing hak yang pantas diberikan baginya sehingga membuahkan rasa persaudaraan dan
persatuan di antara kaum muslimin. Memuliakan orang yang tua bukan sekedar budaya,
namun bagian dari akhlak mulia dan terpuji yang ditekankan oleh Islam karena mereka
memiliki keutamaan.
5. Bergaul dengan Lawan Jenis yang Bukan Mahram
Islam memberikan batasan-batasan dan etika bagaimana seharusnya pergaulan antara
lawan jenis yang belum menikah. Hal itu perlu diperhatikan dan tidak boleh diterjang karena
ada bahaya besar jika aturanaturan ini diabaikan, yakni perzinaan, sebuah dosa besar yang
akibatnya bisa ditanggung oleh keturunan pelakunya.
6. Tidak Menyakiti Perasaan Muslim dengan Merendahkan dan Mengafirkan
mahluk Allah SWT yang diciptakan paling sempurna dibanding makhluk-makhluk lainnya baik
pancaindera dan kelengkapan fisiknya, akal budi atau hati nuraninya. Karena itu, manusia
tidak boleh merendahkan derajat manusia lainnya yang diciptakan sedemikian sempurna,
meskipun dikarenakan kelemahan, kekurangan dan kesalahan yang dimilikinya
7. Saling Membantu Urusan Sesama Muslim
Islam mengajarkan kita untuk ikut meringankan beban atau musibah orang lain, karena itu
termasuk menyenangkan hati mereka. Namun, Allah juga melarang kita untuk tolong-
menolong dalam urusan keburukan atau maksiat karena akan mendapatkan aliran dosa dari
orang yang mengikutinya.