Anda di halaman 1dari 14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori
1. Jamur
Jamur adalah mikroorganisme yang termasuk golongan eukariotik dan
tidak termasuk golongan tumbuhan. Jamur berbentuk sel atau benang
bercabang dan mempunyai dinding sel yang sebagian besar terdiri atas kitin
dan glukan, dan sebagian kecil dari selulosa atau kitosan. Jamur mempunyai
protoplasma yang mengandung satu atau lebih inti, tidak mempunyai klorofil
dan berkembang biak secara aseksual dan seksual (Sutanto, 2013).
jamur bersifat heterotrofik yaitu organisme yang tidak mempunyai klorofil
sehingga tidak dapat membuat makanan sendiri melalui proses fotosintesis
seperti tanaman. Pada umumnya, jamur tumbuh dengan baik di tempat yang
lembab. Jamur juga dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya, sehingga
jamur dapat ditemukan di semua tempat di seluruh dunia termasuk di gurun
pasir yang panas. Diperkirakan 100 spesies bersifat patogen pada manusia dan
sekitar 100 spesies hidup komensal pada manusia (bersifat saprofit) (Sutanto,
2013).
a. Morfologi Jamur
Morfologi jamur mencakup :
1) Khamir
Koloni bulat dan cembung, bertekstur halus dan licin menyerupai bakteri,
membentuk koloni basah dan berwarna putih kekuningan. Contohnya pada
Candida, Cryptococcus (Utama, 2012).
2) Kapang
Membentuk koloni kering dan padat, tekstur menyerupai beludru atau
kapas. Contohnya pada Aspergillus, Trichophyton, Epidermophyton (Utama,
2012).
b. Reproduksi Jamur
Menurut (Sutanto, 2013) ada 2 macam cara reproduksi, yaitu :
1) Spora aseksual disebut talospora (thallospora), yaitu spora yang langsung
dibentuk dari hifa reproduksi.

5
6

Macam-macam spora aseksual :


a) Konidia, berupa spora yang dibentuk diujung sterigma bentuk fialid. Sterigma
dibentuk di atas konidiofora. Konidia membentuk susunan seperti rantai.
Contohnya : Penicillium, Aspergillus.
b) Sporangiospora, yaitu spora yang dibentuk di dalam ujung hifa yang
menggelembung, disebut sporangium.
Contohnya : Rhizopus, Mucor, Absidia.
c) Arthrospora, yaitu spora yang dibentuk langsung dari hifa dengan banyak
septum yang kemudian mengadakan flagmentasi sehingga hifa tersebut terbagi
menjadi banyak artrospora yang berdinding tebal.
Contohnya : Oidiodendron, Geotrichum.
d) Klamidospora, yaitu spora yang dibentuk pada hifa di ujung, di tengah atau
menonjol ke lateral, dan disebut klamidospora terminal, interkaler dan lateral.
Diameter klamidospora tersebut lebih lebar dari hifa yang berdinding tebal.
Contohnya : Candida albicans, dermatofita.
e) Blastospora, yaitu spora yang berbentuk tunas pada permukaan sel, ujung hifa
semu atau pada sekat (sputum) hifa semu.
Contohnya : Candida
f) Aleuriospora, yaitu spora yang dibentuk pada ujung atau sisi dari hifa khusus
yang disebut konidiofora.
Contohnya : Fusarium, Curvularia, dermatofita.
2) Spora seksual dibentuk dari fusi dua sel atau hifa. Termasuk golongan spora
seksual.
Macam-macam spora seksual :
a) Askospora, yaitu spora yang dibentuk di dalam askus sebagai hasil
penggabungkan (fusi) dua sel atau dua jenis hifa.
b) Basidiospora, yaitu spora yang dibentuk pada basidium sebagai hasil
penggabungan dua jenis hifa.
c) Zigospora, yaitu spora yang dibentuk dari fusi (penggabungan) dua hifa yang
sejenis membentuk zigot dan di dalam zigot terbentuk zigospora.
d) Oospora, yaitu spora yang dibentuk pada basidium sebagai hasil
penggabungan dua jenis hifa (Sutanto, 2013).
7

2. Candida albicans
Spesies Candida yang paling sering menyebabkan penyakit pada manusia
adalah Candida albicans yang merupakan organisme komersal pada saluran
gastrointestinal manusia (Soedarto, 2015).
Candida albicans adalah jamur mirip ragi (yeast like fungus) yang terdapat
di kulit manusia, saluran napas atas, saluran pencernaan dan saluran genital
perempuan. Jamur ini mempunyai siklus hidup dimorfik dengan stadium ragi
dan stadium hifa. Ragi membentuk hifa dan pseudohifa. Pseudohifa akan
memperpanjang sel ragi dengan membentuk tunas ke ujung sel atau ke arah
lateral (Soedarto, 2015).
a. Klasifikasi
Candida adalah tanaman yang termasuk ke dalam kelompok jamur.
Menurut rut Lodder (1970), taksonomi kandida adalah :
Fungi imperfecti atau deutromycota

Famili : Cryptococcaccae

Subfamili : Candidoidea

Genus : Candida

Spesies pada manusia : Candida albicans


: Candida stellatoidea
: Candida tropicalis
: Candida pseudotropicalis
: Candida krusei
: Candida parapsilosis
: Candida guilliermondii (Siregar, 2013).
8

b. Morfologi

blastospora

pseudohifa

Sumber : (Soedarto, 2015)


Gambar 2.1 Candida albicans.
Sel-sel jamur Candida berbentuk bulat, lonjong, atau bulat lonjong dengan
ukuran 2-5,5µ x 5-28,5µ. Berkembang biak dengan memperbanyak diri dengan
spora yang tumbuh dari tunas, disebut blastospora. Candida dapat mudah
tumbuh di dalam media Sabauroud dengan membentuk koloni ragi dengan
sifat-sifat khas, yakni : menonjol dari permukaan medium, permukaan koloni
halus, licin, berwarna putih kekuning-kuningan, dan berbau ragi (Siregar,
2013).
c. Patogenis jamur candida
Jamur Candida dapat hidup di dalam tubuh manusia, hidup sebagai parasit
atau saprofit, yaitu di dalam alat pencernaan, alat pernapasan, atau vagina
orang sehat. Pada keadaan tertentu, sifat Candida ini dapat berubah menjadi
patogen dan dapat menyebabkan penyakit yang disebut kandidiasis (Siregar,
2013).
3. Faktor Predisposisi
Banyak faktor yang mempermudah terjadinya infeksi Candida pada
seeseorang. Pada dasarnya faktor predisposisi ini digolongkan dalam dua
kelompok, yaitu :
a. Faktor Endogen :
1) Perubahan fisiologi tubuh, yaitu terjadi pada :
a) Kehamilan, terjadi perubahan di dalam vagina
b) Obesitas, kegemukan menyebabkan banyak keringat, mudah terjadi meserasi
kulit, dan memudahkan infestasi Candida.
c) Endokrinopati, gangguan konsentrasi gula dalam darah, yang pada kulit akan
menyuburkan pertumbuhan Candida.
9

d) Penyakit menahun, seperti tuberkulosis, lupus eritematosus, karsinoma, dan


leukemia.
e) Pengaruh pemberian obat-obatan, seperti antibiotik, kortikosteroid, atau
sitostatik.
f) Pemakaian alat-alat didalam tubuh , seperti gigi palsu, infus, dan kateter.
2) Umur
Orang tua dan bayi lebih mudah terkena infeksi karena status imunologisnya
tidak sempurna.
3) Gangguan imunologis
Pada penyakit genetik seperti atopik dermatitis, infeksi Candida mudah terjadi.
b. Faktor Eksogen :
1) Iklim panas dan kelembaban menyebabkan banyak keringat terutama pada
lipatan kulit, menyebabkan kulit meserasi dan ini mempermudah invasi
Candida.
2) Kebiasaan dan pekerjaan yang banyak berhubungan dengan air mempermudah
invasi Candida.
3) Kebersihan dan kontak dengan penderita. Pada penderita yang sudah terkena
infeksi (kandidiasis di mulut) dapat menularkan infeksi kepada pasangannya
melalui ciuman (Siregar, 2013).
4. Kandidiasis
Kandidiasis ialah penyakit jamur yang menyerang kulit, kuku, selaput
lendir, dan alat dalam yang disebabkan oleh berbagai spesies Candida dan
penyebab terbanyak kandidiasis adalah Candida albicans, spesies dengan
patogenisitas paling tinggi (Sutanto, 2013).
Berdasarkan lokasinya kandidiasis dibagi menjadi kandidiasis superfisialis dan
kandidiasis sistemik atau invasif.
a. Kandidiasis superfisialis
1) Kandidiasis kulit
Kelainan terutama ditemukan pada daerah yang lembab dan hangat,
jaringan pada tempat tersebut menyebabkan turunnya imunitas lokal yang akan
menyebabkan kandidiasis kulit. Kandidiasis kulit sering terjadi di sela jari kaki
atau tangan, inguinal, perineum, bawah payudara dn ketiak (Sutanto, 2013).
10

2) Kandidiasis kuku
Kandidiasis kuku biasanya terjadi pada orang dengan kelainan kongenital
seperti kandidiasis mukokutaneus kronik, orang yang sering berhubungan
dengan air dan pasien diabetes melitus. Kelainan yang terjadi adalah paronikia
dan gejala yang penting adalah kemerahan di daerah sekitar kuku dan bawah
kuku yang disertai rasa nyeri (Sutanto, 2013).
3) Kandidiasis oral
Memberikan gambaran klinis berupa stomatitis akut. Pada selaput lendir
mulut tampak bercak-bercak putih kekuningan yang tumbuh dari dasar selaput
lendir yang merah yang disebut membran palsu. Kandidiasis oral ini banyak
diderita oleh bayi baru lahir, penderita penyakit menahun yang mendapat
antibiotik dalam waktu lama, atau penderita keganasan yang mendapatkan obat
sitostatik atau pengobatan dengan radiasi (Siregar, 2013).
4) Kandidiasis vaginitis dan vulvovaginitis
Vaginitis karena Candida selalu disertai oleh vulvovaginitis. Hal ini
disebabkan terjadi kontak langsung dari sekret-sekret vagina yang mengalami
infeksi sehingga daerah vulva ikut mengalami infeksi. Pada mukosa vagina
terlihat ada bercak putih kekuningan, meninggi dari permukaan, yang disebut
vaginal trush. Bercak-bercak ini terdiri dari gumpalan jamur Candida (Siregar,
2013).
5) Kandidiasis balanitis
Kandidiasis ini sering terjadi pada pria yang tidak khitan, dimana glans
penis tertutup terus oleh preputium (Siregar, 2013).
6) Kandidiasis perianal
Infeksi Candida pada kulit sekitar anus, yang banyak ditemukan pada
bayi-bayi, dikenal sebagai kandidiasis popok (Diaper rash). Disebabkan oleh
popok basah yang tidak segera diganti sehingga menyebabkan iritasi kulit
sekitar genitilia dan anus (Siregar, 2013).
b. Kandidiasis sistemik
Kandidiasis sistemik adalah penyakit jamur yang menyerang organ dalam
manusia seperti saraf pusat, paru, jantung, dan endokard, endovaskular, mata
(biasanya diseminasi dari tempat lain), hati dan ginjal. Sumber infeksi
11

kandidiasis sistemik berasal dari Candida yang semula hidup sebagai saprofit
di saluran cerna, saluran napas bagian atas atau masuk saat pemberian
antibiotik, pemasangan kateter intravena dan pemakaian infus (Sutanto, 2013).
5. Jeruk Purut (Citrus hystrik Dc)
Jeruk purut merupakan tumbuhan perdu yang dimanfaatkan terutama buah
dan daunya sebagai bumbu penyedap masakan. Jeruk purut termasuk tanaman
yang sangat lemban pertumbuhannya. Tanaman jeruk purut berupa perdu,
setinggi 3-5 meter, dengan tajuk yang tidak beraturan. Daun tumbuh berhadap-
hadapan di sepanjang ranting, namun posisi tidak pada sejajar (Susilo, 2013).

Sumber : Kompasiana.com
Gambar 2.2 Jeruk Purut (citrus hystrix Dc).
a. Klasifikasi Jeruk Purut
Kingdom : plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : spermatophyta (menghasilkan biji)
Divisi : magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : magnoliopsida (berkeping dua/dikotil)
Subkelas : rosidae
Ordo : sapindales
Famili : rutaceae (suku jeruk-jerukan)
Genus : citrus
Spesies : citrus hystrix Dc
12

b. Morfologi
1) Daun
Daun jeruk purut merupakan daun majemuk menyirip beranak daun satu.
Tangkai daun sebagian melebar menyerupai anak daun. Helaian anak daun
berbentuk bulat telur sampai lonjong. Pangkal membundar atau tumpul, ujung
tumpul sampai meruncing, tepi beringgit, panjangnya 8-15 cm, dengan lebar 2-
6 cm, kedua permukaan licin dengan bintik-bintik kecil berwarna jernih,
permukaan atas warnanya hijau tua agak mengilap, permukaan bawah hijau
muda atau hijau kekuningan, buram, jika diremas baunya harum. Ciri khas
daun jeruk purut adalah terdiri dari dua bagian, dengan lekukan ditengahnya.
Hingga sepintas, daun jeruk purut tampak seperti terdiri dua daun. Diatas daun
pertama, tumbuh daun kedua yang berada dibagian atasnya. Warna daun jeruk
purut hijau tua, dengan aroma harum dan tajam (Susilo, 2013).
2) Buah
Buah jeruk purut yang berbentuk bulat, oval hampir bulat atau lonjong
sedikit memanjang. Tangkai buah rata-rata besar dan pendek. Kulit buah ada
yang tebel dan ulet, tetapi ada juga yang tipis tidak ulet, sehingga kulit mudah
dikupas. Dinding kulit buah jeruk berpori-pori, terdapat kelenjar-kelenjar yang
berisi pectin. Kadar pectin yang paling tinggi terdapat pada jeruk purut, yakni
3%-5%, lebih tinggi jika dibandingkan dengan jeruk siam dan jeruk bali.
Kandungan pectin terbanyak ada dilapisan dalam kulit jeruk yang sering
disebut Albedo. Meskipun demikian, pada kulit jeruk lapisan luar (flavedo)
dapat juga dimanfaatkan untuk diambil pectinya. Pectin pada buah jeruk purut
ada dua macam, yakni pactin yang bermektosi tinggi dan pectin yang
bermektosi rendah. Pectin biasanya sering dipakai untuk penderita penyakit
gula. Metoksi pectin dan kulit jeruk ini dapat mecapai 9%, dan dapat berfungsi
sebagai unsur utama pengikat air (Susilo, 2013).
3) Bunga
karena keadaan tanaah dan iklim yang cocok, tanaman jeruk purut di
Indonesia pada umumnya dapat berbunga setiap waktu. Tanaman jeruk
biasanya berbunga lebat sekali pada bulan oktober dan november. Frekuensi
13

pembungaan jeruk pada setiap tahunnya dapat mencapai 3-4 kali. Khusus
untuk jeruk nipis dan Citroen, setiap waktu dapat berbunga (Susilo, 2013).
c. Kandungan Bahan Kimia
Jeruk purut memiliki rasa agak asin dan kelat dan bersifat stimulan serta
penyegar. Beberapa bahan kimia yang terdapat pada jeruk purut diantaranya
daun minyak atsiri 1-1,5%, steroid triterpenoid, dan tanin 1,8%. Kulit buah
mengandung saponin, tanin 1%, steroid triterpenoid, dan minyak atsiri dengan
kandungan sitrat 2,2,5% (Susilo, 2013).
1) Minyak Atsiri
Minyak atsiri digunakan sebagai aroma terapi. Aroma muncul dari minyak
atsiri dapat menimbulkan efek menenangkan yang pada akhirnya dapat
digunakan sebagai terapi psikis. Selain menenangkan, zat aktif dalam minyak
atsiri juga sangat membantu proses penyembuhan karena memiliki sifat
antiradang, antifungi, antiserangga, afrodisiak, anti-inflamasi, antidepresi,
antiflogistik, dan dekongestan (Armando, 2009).
2) Steroid Triterpenoid
Golongan senyawa yang mempunyai aktivitas sebagai antijamur adalah
terpenoid. Terpenoid banyak dhasilkan oleh tumbuhan sebagai metabolit
sekunder dan terutama terkandung pada getah dan vakula selnya, contoh
senyawa terpenoid adalah steroid (Purwanti, 2015).
3) Tanin
Tanin merupakan suatu senyawa polifenol yang tersebar luas dalam
tumbuhan, dan pada beberapa tanaman terdapat terutama dalam jaringan kayu
seperti kulit batang, dan jaringan lain, yaitu daun dan buah. Beberapa pustaka
mengelompokkan tanin dalam senyawa golongan fenol. Sifat tanin sebagai
astringen dapat dimanfaatkan sebagai antidiare, menghentikan perdarahan, dan
mencegah peradangan terutama pada mukosa mulut, serta digunakan sebagai
antidotum pada keracunan logam berat alkaloid (Hanani, 2017).
4) Saponin
Saponin adalah suatu senyawa yang memiliki bobot molekul tinggi atau
besar, saponin dikelompokan menjadi saponin steroid dan saponin triterpen
(Hanani, 2017).
14

d. Mekanisme jeruk purut sebagai antifungi


Senyawa tanaman jeruk purut yang menunjukan aktivitas antifungi adalah
saponin yang bereaksi dengan menggangu membran sel fungi, salah satunya
Candida albicans. Selain itu kandungan senyawa antifungi lain seperti, tanin
mempengaruhi perubahan permeabilitas membran sel yang dapat
menyebabkan penurunan volume sel yang sama halnya dengan saponin dan
tanin. Falvonoid juga dapat merusak membran sel sehingga terjadi perubahan
permeabilitas sel, sedangkan kumarin merusak sel dengan membenuk pori-
pori dinding sel sehingga menyebabkan kematian sel (Khafidhoh dkk, 2015).
6. Antijamur
Antijamur merupakan senyawa yang dapat membrantas infeksi mikroba
pada manusia (Sunaryo, 2015).
a. Sifat antijamur
1) Bakteriostatik, yaitu menghambat atau menghentikan pertumbuhan bakteri
sehingga bakteri yang bersangkutan menjadi stasioner dan tidak terjadi lagi
multiplikasi atau perkembangbiakan (Sunaryo, 2015).
2) Bakterisida, yaitu membunuh bakteri (Sunaryo, 2015).
b. Penggolongan obat
Obat-obat yang sering digunakan untuk mengobati infeksi jamur Candida :
1) Nistatin
Nistatin adalah antibiotik poliena yang secara struktural berkaitan dengan
amfoterisin B dan memiliki cara kerja umum yang sama. Obat ini dapat
bermanfaat untuk mengobatin infeksi Candida lokal pada mulut dan vagina
(Jawetz, 2014).
2) Amfoterisin B
Amfoterisin B adalah obat yang paling efektif untuk mikosis sistemik yang
berat. Antibiotik tersebut mempunyai rspektrum luas, dan jarang intratekal atau
intraartikular (Jawetz, 2014).
3) Azol
Antijamur imidazol (ketokonazol) dan triazol (flukonazol dan itrakonazol)
adalah obat-obat oral yang digunakan untuk mengobati berbagai infeksi fungi
lokal dan sistemik (Jawetz, 2014).
15

7. Pengujian Aktivitas Antijamur


Pengujian aktivitas antijamur dapat dilakukan dengan 2 metode, yaitu :
a. Metode disc diffusion (tes Kieby & Bauer)
Untuk menentukan aktivitas agen antimikroba. Piringan yang berisi agen
antimikroba diletakkan pada media Agar yang telah ditanam mikroorganisme
yang akan berdifusi pada media Agar tersebut. Area jernih mengindikasikan
adanya hambatan pertumbuhan mikroorganisme oleh agen mikroba pada
permukaan media Agar (Pratiwi, 2008).

Sumber : (Pratiwi, 2008)


Gambar 3.2 Metode Disc Diffusion (uji Kirby & Bauer).
b. Metode dilusi
Metode ini mengukur kadar hambat minimum (KHM) dan kadar bunuh
minimum (KBM) cara yang dilakukan adalah dengan membuat seri pengenceran
agen antimikroba pada medium cair yang ditambahkan dengan mikroba uji.
Larutan uji agen antimikroba pada kadar terkecil yang terlihat jernih tanpa adanya
pertumbuhan mikroba uji ditetapkan sebagai KHM. Larutan yang ditetapkan
sebagai KHM tersebut dilanjutkan dikultur ulang pada media cair tanpa
penambahan mikroba uji ataupun agen antimikroba, dan diinkubasi selama 18-24
jam. Media cair yang tetap terlihat jernih setelah inkubasi ditetapkan sebagai
KBM (Pratiwi, 2008).
16

Sumber : (Pratiwi, 2008)


Gambar 4.2 Metode Dilusi Cair.
8. Ekstraksi
Ekstraksi atau penyarian merupakan proses pemisahan senyawa dari
matriks atau simplisia dengan menggunakan pelarut yang sesuai, metode
ekstraksi yang digunakan tergantung pada jenis, sifat, fisik dan sifat kimia
kandungan senyawa yang akan diekstraksi. Tujuan ekstraksi adalah menarik
atau memisahkan senyawa dari campurannya atau simplisia, salah satu
metode ekstraksi yang digunakan untuk pemisahan atau penarikan senyawa
aktif dari tumbuh-tumbuhan adalah maserasi (Hanani, 2017).
a. Ekstrak
Ekstrak adalah suatu produk hasil pengambilan zat aktif melalui proses
ekstraksi menggunakan pelarut, dimana pelarut yang digunakan diuapkan
kembali sehingga zat aktif ekstrak menjadi pekat. Bentuk dari ekstrak yang
dihasilkan dapat berupa ekstrak kental atau ekstrak kering tergantung jumlah
pelarut yang digunakan (Marjoni, 2016).
b. Simplisia
Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang
belum mengalami pengolahan apapun juga, berupa bahan yang telah
dikeringkan (Endarini, 2016).
c. Maserasi
Meserasi berasal dari bahasa latin “macerare” yang berarti merendam.
Meserasi merupakan salah satu metode ekstraksi yang dilakukan dengan cara
cara merendam simplisia menggunakan pelarut tertentu selama waktu tertentu
(Marjoni, 2016).
17

d. Pelarut
Pelarut pada umumnya adalah zat yang berbeda pada larutan dalam jumlah
yang besar, sedangkan zat lainnya dianggap sebagai zat terlarut. Pelarut yang
digunakan pada proses ekstraksi haruslah merupakan pelarut terbaik untuk zat
aktif yang terdapat dalam sampel atau simplisia, sehingga zat aktif dapat
dipisahkan dari simplisia dan senyawa lainnya yang ada dalam simplisia
tersebut (Marjoni, 2016).
Pelarut pada meserasi adalah etanol karena etanol memiliki beberapa
keunggulan sebagai pelarut, diantaranya :
1) Etanol bersifat lebih selektif.
2) Dapat menghambat pertumbuhan kapang dan kuman.
3) Bersifat non toksik (tidak beracun).
4) Etanol bersifat netral.
5) Memiliki daya absorbsi yang baik.
6) Dapat bercampur dengan air pada berbagai perbandingan.
7) Panas yang diperlukan untuk pemekatan lebih sedikit.
8) Etanol dapat melarutkan berbagai zat aktif dan meminimasirkan terlarutnya
zat pengganggu seperti lemak (Marjoni, 2016).
18

B. Kerangka Teori

kandidiasis adalah suatu infeksi Merupakan penyebab terbanyak di antara sekian banyak
kulit yang disebabkan oleh jamur jenis jamur yang dapat hinggap pada tubuh manusia.
Candida albicans.

Yang terdapat pada kulit manusia, saluran napas atas,


saluran pencernaan dan saluran genital perempuan .

Pengobatan Herbal menggunakan daun jeruk Pengobatan Kimiawi seperti Nistatin


purut (Citrus hystrix Dc). topikal, azol, amfoterisin B
mempunyai efek sanping demam,
mengigil, hipotensi, sakit kepala,
Daun jeruk purut mengandung zat aktif sebagai mual, muntah bahkan kerusakan
obat antijamur. ginjal.

Ekstrak daun jeruk purut (Citrus hystrix Dc)

Uji sensitivitas

Metode difusi Cakram Kirby Bauer

Dapat menghambat pertumbuhan jamur


Candida albicans

Sumber : (Nadesul, 2009) , (Jawetz, 2014) , (Susilo, 2013).

C. Kerangka Konsep

Variabel Bebas Variabel Terikat

Ekstrak daun jeruk purut (Citrus hystrix Menghambat pertumbuhan jamur


Dc) konsentrasi 30%, 50%, 70%, 90% dan Candida albicans
100%

D. Hipotesis
HI : Ada pengaruh ekstrak daun jeruk purut (Citrus hystrix Dc) terhadap
pertumbuhan jamur Candida albicans.

Anda mungkin juga menyukai