Anda di halaman 1dari 6

Terapi esofagitis

1. Non Pharmacological

a. Lifestyle Modification

Penderita esofagitis dapat menggunakan pola diet layaknya penderita GERD.

Karena pada dasarnya GERD adalah penyebab utama esofagitis.

a. Berhenti merokok

b. rendah lemak, tinggi protein

c. Porsi kecil namun sering

d. makanan halus agar mudah tertelan

e. hindari makanan pedas, berlemak, dan asam

f. hindari makanan yg memicu heartburn seperti coklat, mint, bawang

g. berhenti sebelum kenyang

h. hindari kopi dan teh

2. Pharmacological Therapy

Bisa menggunakan antasida (u/ mengurangi produksi asam lambung),

Antihistamin H2 (Simetidine), dan PPI (proton pump inhibitor) seperti

Lansoprazole atau omeprazole

3. Surgical Procedure

Memakai prosedur fundoplication. Prosedur ini mampu memperkuat sfingter dan

mencegah asam naik ke esofagus

Terapi Kolitis

1. Pengaturan Diet

a. Makan dalam porsi kecil tapi sering

b. Hindari makanan yang mengandung serat

c. Hindari makanan yang mengandung laktosa


d. Hindari gula yang tidak dapat diserap

e. Batasi makanan berlemak

f. Hindari minuman beralkohol dan kafein

g. Mengembangkan diet sehat

h. Buah rendah serat. 

i. seperti: pisang, blewah, melon, adalah jenis buah rendah serat. Buah jenis

ini biasanya juga direkomendasikan pada pasien yang mengalami

penyempitan atau pasien yang baru saja menjalani operasi.

j. Protein tanpa lemak. Anda dapat menemukannya pada ikan, telur, tempe

dan tahu.

k. Cukupi kebutuhan cairan tubuh. Diare seringkali menyebabkan dehidrasi.

Oleh sebab itu, penderita kolitis ulseratif harus memastikan kebutuhan

cairan di dalam tubuh terpenuhi. Minumlah minimal 8 gelas air (2 liter)

dalam sehari.

2. Terapi simptomatik

Karena biasanya pasien IBD memiliki gejala seperti diare, spasme atau nyeri,

ketidaknyamanan epigastrium, maka diberikan obat-obatan seperti antidiare,

antispasmodic, pereda asam lambung (PPI atau antagonis H2). Membatasi

asupan secara oral, menambah cairan NaCl 0,9% iv dan nutrisi secara iv

3. Terapi Step-wise

Aminosalisilat dan kortikosteroid intravena (metilprednisolon) atau kortikosteroid

oral (prednison)

4. Pembedahan dengan colectomy apabila gagal dengan terapi farmakologis


GERD

1. Penatalaksanaan non-farmakologik

Perhatian utama ditujukan kepada memodifikasi berat badan berlebih dan

meninggikan kepala lebih kurang 15-20 cm pada saat tidur, serta faktor-faktor

tambahan lain seperti menghentikan merokok, minum alkohol, mengurangi

makanan dan obat-obatan yang merangsang asam lambung dan menyebabkan

refluks, makan tidak boleh terlalu kenyang dan makan malam paling lambat 3 jam

sebelum tidur

2. Terapi Farmakologi

Terapi farmakologis GERD dilakukan dengan supresi asam. Pilihan terapi yang

dapat diberikan antara lain adalah:

a. Supresi Asam

Supresi asam merupakan terapi lini pertama pada GERD. Pilihan obat yang

dapat diberikan adalah:

1. Inhibitor Pompa Proton:

Inhibitor pompa proton merupakan obat pilihan pada GERD. Dosis inisial

20 atau 40 mg dapat diberikan 1 kali sehari sebelum makan pagi selama 2-

4 minggu. Apabila keluhan menetap, dosis dapat dititrasi naik selama 4-8

minggu hingga terjadi remisi. PPI yang dapat diberikan adalah omeprazole,

pantoprazole, lansoprazole, esomeprazole, atau rabeprazole. Terapi

dengan PPI juga aman dilakukan pada ibu hamil. Pemberian PPI dapat

dilanjutkan secara jangka panjang atau sesuai kebutuhan (on-demand).

2. Antagonis Reseptor Histamin-2/H-2 receptor antagonist (H2RA)


H2RA seperti ranitidin dapat diberikan untuk mengurangi gejala akut

secara cepat. Obat ini juga dapat diberikan apabila inhibitor pompa proton

tidak tersedia.

3. Antasida

Antasida juga dapat diberikan untuk meredakan gejala akut secara cepat.

Akan tetapi, terapi ini tidak dianjurkan untuk jangka panjang.

Terapi supresi asam dilakukan dengan metode step-up dan kemudian

dilakukan titrasi turun sampai pasien mencapai kadar pH 4. Terapi ini tidak

mencegah refluks tetapi menurunkan kadar asam refluksat. Pengobatan GERD

dapat dimulai dengan PPI setelah diagnosis GERD ditegakkan Dosis inisial PPI

adalah dosis tunggal per pagi hari sebelum makan selama 2 sampai 4 minggu.

Apabila masih ditemukan gejala sesuai GERD (PPI failure), sebaiknya PPI

diberikan secara berkelanjutan dengan dosis ganda sampai gejala menghilang.

Umumnya terapi dosis ganda dapat diberikan sampai 4-8 minggu


Bagan 1. Algoritma Diagnosis dan Penayalaksanaan GERD

GERD yang refrakter terhadap terapi PPI (tidak berespons terhadap

terapi PPI dua kali sehari selama 8 minggu) harus dikonfirmasi untuk

reevaluasi diagnosis GERD dengan pemeriksaan endoskopi dalam rangka

memastikan adanya esofagitis. Apabila tidak ditemukan esofagitis, dilanjutkan

dengan pemeriksaan pH-metri. Dari hasil pemeriksaan pH-metri akan dapat


ditentukan keterlibatan dominan refluks asam lambung oleh faktor hiperasiditas

atau oleh faktor patologi anatomik (gangguan SEB, hiatus hernia, dsb). Apabila

kesimpulan pH- metri menunjukkan adanya dominan faktor patologi anatomik

dengan tetap ditemukan gejala klinis, maka dapat dipertimbangkan tindakan

diagnostik esophageal impedance dan pH untuk memastikan langkah

terapeutik berikutnya

Anda mungkin juga menyukai