Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

“PERAN FILSFAT DALAM PERKEMBANGAN FISIKA”

(Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah FILSAFAT IPA

oleh Dewi Diana Paramata, S.Pd, M.Pd)

Disusun Oleh :

APRIYANSAH DJANO (433420024)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

TAHUN 2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Dalam era sekarang ini, untuk memahami fisika modern kita harus mengenali
lebih dalam kejadian-kejadian penting dalam perkembangan ilmu fisika sepanjang
sejarah. Sejarah pemikiran fisika penting untuk diketahui, karena pengetahuan ini
akan memberikan pengertian yang lebih mendalam tentang kemajuan fisika dewasa
ini. Mungkin kejadiankejadian tertentu bagi mereka yang hidup dimasa lampau tidak
mempunyai arti penting menurut segi pandang mereka sendiri, tetapi dari sudut
historis merupakan sebagian dari kejadian-kejadian yang spektakuler yang telah
mereka capai. Dengan demikian kita akan mendapat kesadaran yang lebih baik atas
kebenaran pengetahuan manusia tentang fisika modern sebagai perkembangan dari
sains secara keseluruhan.
Fisika pada awalnya berkembang dari dunia filosofi dimana manusia terus
memperhatikan benda-benda disekitarnyaberinteraksi, kenapa benda yang tanpa
disangka akan jatuh kebawa, kenapa benda yang berlainan memiliki sifat yang
berlainan juga, dan sebagainya. Sehingga fisika berawal bukan dari eksperimen yang
sistematis melanikan melalui pengamatan, pengalaman, dan pemikiran yang terbatas.
Selanjutnya dalam makalah ini akan titik beratkan untuk membahas perkembangan
dan pertumbuhan pemikiran fisika menurut Richtmeyer dan jacoub. Berikut juga akan
dibahas tentang persamaan dan perbedaan pendapat antara
kedua tokoh tersebut.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Peranan Filsafat Ilmu dalam Menunjang Keterbatasan Ilmu Fisika?
2. Bagaimanakah sejarah perkembangan fisika menurut Richtmeyer ?
3. Bagaimanakah sejarah perkembangan fisika menurur Jacoub?
C. TUJUAN
1. Mahasiswa dapat mengetahui Peranan Filsafat Ilmu dalam Menunjang
Keterbatasan Ilmu Fisika?
2. Mahasiswa dapat mengetahui Bagaimanakah sejarah perkembangan fisika
menurut Richtmeyer
3. Mahasiswa dapat mengetahui sejarah perkembangan fisika menurur Jacoub
BAB II

DASAR TEORI

A. SEJARAH PERKEMBANGAN FISIKA MENURUT RICHTMEYER

Menurut Richtmeyer, Sejarah perkembangan ilmu Fisika dibagi menjadi empat


periode, yaitu :

1. Periode pertama
Dimulai dari zaman prasejarah sampai tahun 1550an. Dalam periode pertama
ini belum ada penelitian yang sistematis. Pada zaman ini manusia mulai
mengembangkan ilmu pengetahuan menggunakan pola pikir. Ilmu
pengetahuan berkembang dengan adanya pengamatan,pengalaman, dan
pemikiran yang terbatas. Beberapa penemuan pada periode ini diantaranya :
 2400000 SM-599 SM
Dibidang astronomi orang-orang yang hidup pada zaman tersebut
sudah menghasilkan Kalender Mesir dengan perhitungan 1 tahun =
365 hari, selain itu mereka dapat memprediksi gerhana, membuat jam
matahari dan membuat katalog bintang. Dalam bidang teknologi
mereka sudah mengenal peleburan berbagai logam, pembuatan roda,
teknologi bangunan (piramid), standart berat, pengukuran, koin (mata
uang)
 600 SM-530 M
Pada zaman ini perkembangan ilmu dan tehnologi sangat terkait
dengan perkembangan matematika . Dalam bidang Astronomi sudah
ada pengamatan tentang gerak benda langit ( termasuk bumi ), jarak
dan ukuran benda langit . Dalam bidang sains fisik , sudah ada
hipotesis Democritus bahwa mateeri teerdiri dari atom-atom .
Archimides memulai tradisi " Fisika Matematika " untuk menjelaskan
tenmtang katrol , hukum-hukum hidrostatika dan lain-lain.Tradisi
Fisika Matematika berlanjut sampai sekarang
 530 M – 1450 M
Mundurnya tradisi sains di Eropa dan pesatnya perkembangan sains di
Timur Tengah . Pada saat itu perkembangan tehnologi di dunia islam
semakin berkembang , diantaranya muncul tokoh-tokoh fisikawan
muslim.yaitu : Ibnu Al-Haitham (965 M- 1039 M ) dalam karyanya
bertajuk kitab Almanazir (tentang optik ) : Abu Nasr Mansur (960 M
– 1036 M) yang menemukan hukum sains. Dalam kurun waktu ini
juga terjadi perkembangan ilmu kalkulus . Dalam bidang Asttronomi
ada " Almagest " karya ptolo meous yang menjadi teks standar untuk
astronommi . Dalam sains fisik , Aristoteles berpendapat bahwa gerak
bisa terjadi jika ada yang mendorong secara terus menerus ;
kemagnetan berkembang ;eksperimen optika berkembang, ilmu kimia
berkembang (Alchemy).
 1450 M-1550 M
Ada publikasi teori Heliosentris dari Copernicus yang tercetak dalam
bukunya De Revolutionibus Orbium Caelestium. Dalam pendapatnya
yang paling terkenal yaitu Heliosentris, ia mengganti posisi bumi
sebagai pusat alam semesta dengan matahari. Dan ia juga
menggambarkan gerakan benda-benda langit. Sehingga ilmu yang
disumbangkan Copernicus menjadi titik penting dalam revolusi
saintifik, yaitu ketika ilmu mulai memikirkan gaya-gaya yang
menyebabkan gerakan benda langit.
2. Periode Kedua
Dimulai dari tahun 1550an sampai tahun1800an. Pada periode kedua
ini mulai dikembangkan metoda penelitian yang sistematis dengan
galileodikenal sebagai pencetus metoda saintifik dalam penelitian. Galileo
memperbaiki teori-teori sebelumnya untuk menghasilkan mekanika. Dalam
bukunya Discourses Concerning Two New Sciences, ia tidak lagi mencari
penyebab gerakan (dinamika), tapi menerangkan dengan gejalanya
(kinematika). Newton meneruskan kerja Galileo terutama dalam bidang
mekanika menghasilkan hukum-hukum gerak yang sampai sekarang masih
dipakai. Sehingga dari tulisan Galileo terhubunglah benang merah langsung
ke menika newton. Dalam mekanika selain hukum-hukum Newton dihasilkan
pula persamaan Bernoulli, Teori Kinetik Gas, Vibrasi Transversal dari
batang, kekekalan Momuntum sudut, persamaan Lagrange. Dalam fisika
panas ada penemuan termometer, Azas Black, dan Kalorimeter. Dalam
gelombang cahaya ada penemuan aberasi dan pengukuran kelajuan cahaya.
Dalam kelistrikan ada klasifikasi konduktor dan nonkondukror, penemuan
elektroskop, pengembangan teori arus listrik yang serupa dengan teori
penjalaran panas dan Hukum Coloumb.
3. Periode Ketiga
Dimulai dari Tahun 1800an sampai 1890an. Pada periode ini
diformulasikan konsep-konsep fisika yang mendasar yang sekarang kita kenal
dengan sebutan fisika klasik. Dalam periode ini fisika berkembang dengan
pesat terutama dalam mendapatkan formulasi-formulasi umum dalam
mekanika, Fisika panas, Listrik-Magnet dan gelombang, yang masih terpakai
sampai saat ini. Dalam mekanika diformulasikan Hamiltonian (yang
kemudian dipakai dalam fisika kuantum), persamaan gerak benda tegar, teori
elastisitas, hidrodinamika. Dalam fisika panas diformulasikan hukumhukum
termodinamika, teori kinetik gas penjalaran panas dan lain-lain. Dalam
Listrik-Magnet diformulasikan Hukom Ohm, Hukum Faraday, Teori
Maxwell dan lain-lain. Dalam gelombang diformulasikan teori gelombang
cahaya, prinsip interferensi, difraksi dan lain-lain.
4. Periode Keempat
Dimulai dari tahun 1890an sampai sekarang. Pada akhir abad ke-19
ditemukan beberapa fonumena yang tidak bisa dijelaskan melalui fisika
klasik. Hal ini menentut pengembangan konsep fisika yang lebih mendasar
lagi yang sekarang disebut Fisika Modern. Dalam periode ini dikembangkan
teori-teori yang lebih umum yang dapat mencankup masalah yang berkaitan
dengan kecepatan yang sangat tinggi (relativitas) dan yang berkaitan dengan
partikal yang sangat kecil (teori kuantum). Teori Relativitas yang dipelapori
oleh Einstein, teori ini menjelaskan bahwa tidakj mungkin untuk
membedakan satu sistem dari yang lain jika dua-duanya bergerak dengan
kecepatan tetap. Dari teori Relativitas itu menghasilkan beberapa hal
diantaranya adalah kesetaraan massa dan energi E=mc2 yang dipakai sebagai
salah satu prisip dasar dalam trasformasi partikel. Teori kuantum, yang
diawali oleh karya Planck dan Bohr dan kemudian dikembangkan oleh
Schroedinger, Pauli, Heisenberg dan lainlain, melahirkan teori-teori tentang
atom, inti, partikel subatomik, molekul, zat padat yang sangat besar perannya
dalam pengembangan ilmu dan teknologi.

B. SEJARAH PERKEMBANGAN FISIKA MENURUT JACOUB


Perkembangan sejarah fisika dibagi kedalam 5 periode [boer Jacoub, 1968],
yaitu
1. Periode pertama (Antara zaman purbakala s.d. 1500)
Belum adanya eksperimen yang sistematis dan kebebasan dalam mengadakan
percobaan. Dengan karakteristik sebagai berikut :
 Hasil perkembangan pengetahuan dalam bidang fisika tidak
memuaskan
 Sifatnya spekulasi dan metafisik (sulap dan gaib)
 Eksperimen tidak sistematis dan jauh dari ketelitian.
2. Periode kedua (sekitar 1550-1800)
Perkembangan fisika berdasarkan metode eksperimen yang dapat
dipertanggungjawabkan, diakui, dan diterima sebagai persoalan yang ilmiah. Dengan
karakteristik sebagai berikut :
 Pertumbuhan penyelidikan berkembang pesat sekali dengan percobaan yang
dipelapori oleh Galileo (1564-1642)
 Galileo meletakkan pandangan modern dimana sains harus berdasarkan
pengamatan dan percobaan. Hampir 2 abad galileo menghadapi dogma dan
intoleransi kaum agama.
 Tokoh lain yang berperan Newton, Huygens, boyle, dll.
 Prinsip yang berkembang :" ilmu dapat dikembangkan dan dimajukan sesuai
dengan teorinya yang berdasarkan eksperiman ; diterima atau ditolak apabila
teori sesuai atau berlawanan dengan eksperimen yang diperlukan untuk
menguji teori tersebut".
3. Periode Ketiga (periode singkat, 1800-1890)
Berkembangnya fisika klasik yang meletakkan dasar fisika kuantum. Dengan
karakteristik sebagai berikut :
 Kemajuan pesat dari pertumbuhan dan perkembangan fisika klasik yang
meletakkan dasar fisika kuantum
 Periode ini singkat, tapi kemajuan pesat, hampir semua fisikawan percaya
semua hukum fisika telah ditemukan dan selesai, sehingga penelitian dialihkan
untuk memperbaiki validitas alat ukur dan perbaikan metode pengukurannya.
Beberapa fonomena dapat dicatat antara lain :
 Eksperimen count Rumford dan Joule yang memberi dasar teori kinetik panas
yang dikenal memberi dasar teori kinetik panas yang dikenal sekarang
 Pengamatan dan percobaan Young telah membuktikan interferensi dua berkas
cahaya, yang mengukuhkan teori gelombang Huygens dari teori Corpuscular
Newton
 Hasil Riset Faraday yang memberikan dasar kebenaran teori elektromagnetik
maxwell.
 Banyak teknologi hasil fisika dipakai dalam kegiatan industri
4. Periode Keempat (Tahun 1887 s.d. 1925)
Adanya fenomena mikroskopis (elektron dll). Teori klasik semi modern, teori
kuantum masih terkait fisika klasik (the old quantum mechanics). Dengan
karakteristik sebagai berikut :
 Dimulai tahun1887 dengan ditemukannya efek fotolistrik.
 Sepuluh tahun kemudian ditemukan beturut-turut :sinar X (1895),
Radioaktivitas (1896), dan elektron (1900)
 Teori kuantum yang timbul masih dihubungkan dengan teori klasik semi
modern, perkembangannya kurang pesat (the old quantum mechanics)
 Adanya fenomena mikroskopis, yaitu fenomena yang tidak dapat dilihat
langsung, seperti elektron dan newtron dimana fisika klasik tak dapat
menerangkan fenomena tersebut sehingga dicari ilmu dan moodel-model baru
lagi.
5. Periode Kelima (tahun 1925 s.d. sekarang)
Fenomena mikroskopis revolusioner, dibuat teori baru yang tidak terkait fisika
klasik (the new quantum mechanics). Dengan karakteristik sebagai berikut :
 Dimilai perkembangan baru dengan dibuatnya teori-teori baru yang lebih
revolusioner dengan tidak mengindahkan mekanika klasik (the new quantum
mechanics)
 Teori baru ini muncul berdasarkan uraian teoritisde Broglie, Heissenbergh,
dan Schrodiger serta percobaan Davisson-Germer dan Thompson)
 Ditemukan prinsip mekanika matriks (Heisenbergh), mekanika gelombang
(Schrodinger), dan mekanika gabungan keduanya yang lebih umum (Dirac-
Tomonaga)
 Mekanika kuantum yang dikemukakan Dirac dinamakan symbolic method,
sifatnya sangat abstrak dan sukar dimengerti, dikenal dengan nama Relativistic
quantum mechanics.
BAB III

PEMBAHSAN

A. PERANAN FILSAFAT ILMU DALAM ILMU FISIKA


Filsafat IlmuFilsafat berperan dalam mendasari berbagai aspek keilmuan baik
pada tataran teoritismaupun praktis. Filsafat sebagai suatu sistem berpikir dengan
cabang-cabangnya (ontologi,epistemologi, dan aksiologi) dapat mendasari pemikiran
tentang keilmuan. Dalam filsafat ilmu, ontologi adalah studi pengkajian mengenai
sifat dasar ilmu yangarti sifat dasar itu membentuk arti, struktur, dan prinsip ilmu.
Epistemologi membicarakantentang terjadinya pengetahuan, sumber pengetahuan,
asal mula pengetahuan dan batas-batas,sifat, metode dan keahlian pengetahuan.
Aksiologi merupakan bagaimana cara manusiamenggunakan penalaran otak yang
luar biasa, sehingga perkembangan ilmu itu sudah sejakdulu diarahkan dalam tahap-
tahap pertumbuhannya. Jadi jelas dan nyatalah bahwa teori-teoriini adalah dalam
rangka penerapan suatu disiplin ilmu yang dikaji secara ilmiah dengansecara
mendalam dan radikal tentang asal mula pengetahuan, terstruktur,
menggunakanmetode yang jelas, serta datanya validitas.
B. KETERBATASAN ILMU
Pengetahuan dapat menemukan kebenaran mutlak, dan sebagian teori
pengetahuan memang kebenaran mutlak, seperti diyakini Karl Popper. Hal ini karena
teori pengetahuandapat disalahkan. Teori baru yang lebih benar muncul dan
memperbaiki. Tetapi, jika ia dapat disalahkan, berarti ia dapat pula dibenarkan.
Paradigma dalam pengetahuan terus diperbaiki.Paradigma baru menjawab teka-teki
yang tak terpecahkan paradigma lama. Paradigma barujuga dapat membawa
penerapan yang lebih luas atas jawabannya pada teka-teki. Tetapiparadigma lama
tidak boleh semata dinyatakan salah. Proses pemerolehan pengetahuan itusendiri
mengubah sebagian fakta ilmiah yang diyakini benar seratus tahun lalu, dan
bukantidak mungkin, fakta yang kita yakini sekarang akan berubah seratus tahun yang
akan datang.Sebagian filsuf dan sosiolog bahkan mengklaim kalau fakta ilmiah tidak
akan mencapaikebenaran mutlak.Teori gravitasi Newton misalnya, telah
disalahkan Einstein, tetapi ia dibenarkankarena lebih sederhana. Teori
heliosentris telah menjawab banyak misteri yang takterpecahkan oleh teori
geosentris. Tetapi geosentris tetap benar seperti dilakukan Ptolomeusdalam
menjelaskan orbit Mars. Geosentrisme bahkan terbukti baik dalam bidang
ilmugeodesi dan dalam memandu hidup para aborigin Australia.
Ilmu itu tidak dapat dipandang sebagai dasar mutlak bagi pemahaman
manusiatentang alam, demikian juga kebenaran ilmu harus dipandang secara tentatif,
artinya selalusiap berubah bila ditemukan teori-teori baru yang menyangkalnya.
Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan berkaitan dengan keterbatasan ilmu, yaitu:
 ilmu hanya mengetahui fenomena bukan realitas, atau mengkaji realitas
sebagai suatufenomena (science can only know the phenomenal, or know the
real through and asphenomenal - R. Tennant),
 ilmu hanya menjelaskan sebagian kecil dari fenomena
alam/kehidupan manusia danlingkungannya,
 kebenaran ilmu bersifat sementara dan tidak mutlak. Keterbatasan tersebut
sering kurangdisadari oleh orang yang mempelajari suatu cabang ilmu
tertentu, fisika misalnya. Hal inidisebabkan ilmuwan fisika cenderung
bekerja hanya dalam batas wilayahnya sendiridengan suatu disiplin
yang sangat ketat, dan keterbatasan ilmu itu sendiri
bukanmerupakan konsern utama ilmuwan fisika yang berada dalam wilayah
ilmu tertentu.
C. PERANAN FILSAFAT ILMU DALAM MENUNJANG KETERBATASAN
ILMU FISIKA
Fisika mencatat pernah terjadi tragedi keilmuan tatkala teori
Heliosentris yangdiumumkan oleh Copernicus dan Galileo dicap sebagai
pemikiran sesat oleh gereja.Sementara itu, begawan fisika Isaac Newton hanya
menempatkan Tuhan sebagai penutupsementara lubang kesulitan yang belum
terpecahkan dan terjawab dalam beberapa teorinya. Setelah kesulitan itu terjawab,
maka secara otomatis intervensi Tuhan tidak lagi diperlukan.Bahkan, suatu saat ketika
Napoleon Bonaparte bertanya kepada Laplace tentang peran Tuhanyang tidak
disinggung dalam karyanya, Laplace men-jawab dengan tegas bahwa peran
Tuhantidak diperlukan dalam penjelasan keteraturan alam raya ini.Fisika sebagai
subjek ilmu yang berusaha menjelaskan keteraturan alam semesta tentuseharusnya
juga bisa menjelaskan bagaimana peran Tuhan dalam keteraturan
tersebut.Selama ini, buku-buku teks fisika seolah-seolah melepaskan begitu saja peran
Tuhan. Jikaditarik dalam sebuah kesimpulan sederhana, dapat dikatakan bahwa tidak
ada hubunganantara Tuhan (agama) dan fisika sebagai subjek ilmu.Pemahaman
seperti ini amat berbahaya, sebab bisa menyebabkan kecakapan ilmuyang dimiliki
menjadi terbelah. Lambat laun ini akan mengarah pada pemisahan agama danilmu
pengetahuan. Beberapa karya yang ada kemudian mencoba memasuki
wacanapengetahuan dan agama ini.
Dalam kajian ilmu pengetahuan, dikenal adanya tiga landasan yang menjadi
pondasisebuah ilmu. Ketiga landasan itu adalah ontologi, epistimologi dan
aksiologi. Ontologimerupakan landasan yang mempersoalkan tentang hakikat
objek kajian. Epistemologimenyoal tentang bagaimana cara yang benar untuk
mendapatkan pengetahuan dan aksiologiberbicara tentang tujuan dan kegunaan ilmu.
Dengan demikian, setiap jenis pengetahuanmempunyai ciri-ciri yang spesifik
mengenai apa (ontologi), bagaimana (epistemologi) danuntuk apa (aksiologi)
pengetahuan tersebut disusun. Dari sisi ontologi, ada 2 paradigma yangmenjadi basis
bagi pengetahuan untuk mengembangkan dirinya, yaitu paradigma naturalism dan
supernaturalisme (Suriasumantri, 2005). Pengetahuan yang kita kenal sekarang ini
merupakan pengetahuan yang menganutparadigma naturalisme. Dalam paham ini,
saintis berpendapat bahwa gejala-gejala alam tidakdisebabkan oleh pengaruh
kekuatan yang bersifat ghaib, melainkan oleh kekuatan yangterdapat dalam alam itu
sendiri. Naturalisme adalah paradigma yang tidak percaya terhadaproh-roh dalam
setiap benda-benda. Oleh karena itu paradigma naturalisme merupakan cikalbakal
paham materialisme. Terkait dengan aktivitas Merapi, maka bagi saintis
aktivitasMerapi hanyalah sekedar aktivitas kimia-fisika semata. Tidak ada kekuatan
lain selain darisekedar aktivitas tersebut. Merapi hanyalah setumpuk material
vulkanik yang di dalamnyaada rongga yang terhubung dengan pusat magma. Ketika
rongga ini tersumbat material diatasnya, maka dengan sendirinya terhimpun kekuatan
yang suatu saat bisa menjebol saluranyang tersumbat tersebut. Jika kekuatan tersebut
sangat besar, maka inilah yang disebutletusan Merapi. Jika kekuatan tersebut tidak
cukup kuat untuk menjebol, maka ini yang disebutleleran lava. Penjelasan terhadap
aktivitas ini secara sederhana hanya merujuk pada prosesfisika semata.Pendapat ini
tentu akan berbeda bila kita percaya terhadap paradigmasupernaturalisme.
Dalam paradigma ini, maka secara ontologis kita meyakini bahwa ada roh-roh yang
bersifat ghaib yang terdapat di dalam benda-benda seperti batu, air, pohon dan
tentusaja gunung Merapi. Paradigma ini memang hampir mendekati dengan paham
animisme yangmerupakan kepercayaan asli bangsa kita. Maka, ketika Mbah
Maridjan mengomentari aktivitas Merapi dengan mengatakan bahwa Keraton
Merapi sedang punya gawe danaktivitas leleran lava sebagai kegiatan bersih-
bersih di Keraton Merapi sebenarnya me-nunjukkan bahwa Mbah Maridjan percaya
terhadap adanya roh-roh ghaib di Merapi. Konon,roh-roh itu mengejawantah sebagai
Kiai Petruk, Kiai Sapu Jagat atau Nyai Gadhung Mlati.Ungkapan Mbah Maridjan
tersebut sebenarnya merupakan ungkapan yang filosofissebab secara mendasar
ungkapannya menyentuh sisi ontologis. Mbah Maridjan percayabahwa Merapi
bukanlah sekedar setumpuk material vulkanik yang mati. Merapi
merupakanorganisme yang hidup. Merapi juga punya jiwa sebagaimana kita bangsa
manusia. Hanya sajakarena keyakinan terhadap paham naturalisme sudah begitu kuat
akarnya dan mendarahdaging dalam setiap saintis, maka pernyataan Mbah
Maridjan tidak dianggap sebagaiungkapan pengetahuan.Ada satu contoh kuat
yang bisa mempertegas hal ini sebagaimana telah dikaji olehPamela Asquith (Amir:
2003). Dalam kajiannya, Asquith mengamati primatologis Barat(Eropa dan
Amerika) dan primatologis Jepang ketika masing-masing meneliti
perilakuprimata. Adanya pandangan Kristen yang percaya bahwa hanya manusia yang
mempunyaijiwa telah “menutup celah” bagi primatologis Barat untuk melihat kualitas
mental yangmembentuk perilaku sosial primata yang begitu majemuk. Sebaliknya,
sistem kepercayaanmasyarakat Jepang yang meyakini bahwa binatang juga memiliki
jiwa seperti manusia telah”menuntun” para primatologis Jepang untuk tertarik dan
memperhatikan motivasi maupunpersonalitas primata. Disini kita melihat bahwa ada
perbedaan yang cukup serius antara primatologis Baratdan primatologis Jepang,
padahal objek yang diamati sama yakni binatang primata.Primatologis Barat
cenderung pada aspek fisiologis sementara primatologis Jepangcenderung
pada aspek sosiologis. Ternyata, objek kajian yang sama dan sistem kepercayaanyang
berbeda akan menghasilkan pengetahuan yang berbeda. Inilah tahapan
epistemologi.Pada tingkat selanjutnya, pengetahuan yang telah terbentuk ini juga akan
berimplikasipada tindak-tanduk manusia. Mbah Maridjan yang percaya bahwa Merapi
juga mempunyaijiwa senantiasa tidak lelah un-tuk mengingatkan para
penambang pasir Merapi yangmenggunakan bego agar tidak serakah. Menurut
Mbah Maridjan, tindakan ini akan membuatKanjeng Sultan Merapi menjadi murka.
Berbeda dengan orang-orang yang berpandanganbahwa Merapi hanyalah setumpuk
material yang mati, mereka dengan “penuh semangat”melakukan penambangan
material Mer-api dengan liar dan membabi-buta. Seandainya sajabanyak orang yang
seperti Mbah Maridjan, maka niscaya kerusakan alam di nusantara tidakakan separah
sekarang. Bencana banjir, tanah longsor, luberan lumpur panas, abrasi pantai maupun
hilangnya beberapa pulau kecil dari peta nusantara tidak akan pernah tertulis dikoran-
koran. Bahkan gunung di Papua yang begitu disucikan beberapa suku asli di sana
tidakakan pernah menjadi kawah menganga. Fase seperti ini merupakan fase
aksiologi.Filsafat ilmu berusaha menjelaskan hakekat ilmu fisika yang mempunyai
banyakketerbatasan, sehingga dapat diperoleh pemahaman yang padu mengenai
berbagai fenomenaalam yang telah menjadi objek ilmu fisika itu sendiri, dan yang
cenderung terfragmentasi.Untuk itu filsafat ilmu berperan dalam:
1) menghindarkan diri dari memutlakan kebenaranilmiah, dan menganggap
bahwa ilmu sebagai satu-satunya cara memperoleh kebenaran,
2) melatih berfikir radikal tentang hakekat ilmu,
3) menghidarkan diri dari egoisme ilmiah,yakni tidak menghargai sudut pandang
lain di luar bidang ilmunya,
4) melatih berfikirreflektif di dalam lingkup ilmu.Dengan demikian filsafat ilmu
merupakan telaahan yang berkaitan dengan objek apayang dikaji oleh ilmu
fisika (ontologi), bagaimana proses pemerolehan ilmu fisika
itu(epistimologi), dan apa manfaat ilmu fisika (aksiologi)
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari penaparan makalah ini, dapat disimpulkan bahwa sejarah perkembangan
fisika menurut Richtmeyer dibagi menjadi empat periode, yaitu : Periode Pertama
(zaman prsejarah-155an), Periode Kedua (tahun 1550an-1800an), Periode Ketiga
(1800an-1890an), Periode Keempat (1890-sekarang).
Sedangkan menurut Jacoub, sejarah perkembangan fisika dibagi menjadi 5
periode, yaitu: periode pertama (zaman prasejarah-1550an), periode kedua (1550an-
1800an), periode ketiga (1800an-1890an), periode keempat(1887an-1925an), periode
kelima (1925an-sekarang)
Persamaan pendapat antara kedua tokoh tersebut adalah terletak pada pembagian
waktu dari periode pertama sampai ketiga. Sedangkan perbedaannya yaitu terletak
pada periode keempat. Menurut Richtmyer periode keempat dimulai tahun 1890-
sekarang, sedangkan menurut Jacoub
periode tersebut masih dibagi lagi menjadi dua periode, yaitu periode keempat
(1887an-1925an) yang masih dipengaruhi oleh fisika klasik, dan periode kelima
(1925an-sekarang) yang tidak dipengaruhi oleh fisika klasik.
Filsafat ilmu berusaha menjelaskan hakekat ilmu fisika yang mempunyai
banyakketerbatasan, sehingga dapat diperoleh pemahaman yang padu mengenai
berbagai fenomenaalam yang telah menjadi objek ilmu fisika itu sendiri, dan yang
cenderung terfragmentasi.Untuk itu filsafat ilmu berperan dalam:
 menghindarkan diri dari memutlakan kebenaranilmiah, dan menganggap
bahwa ilmu sebagai satu-satunya cara memperoleh kebenaran,
 melatih berfikir radikal tentang hakekat ilmu,
 menghidarkan diri dari egoisme ilmiah,yakni tidak menghargai sudut pandang
lain di luar bidang ilmunya,
 melatih berfikirreflektif di dalam lingkup ilmu.
Dengan demikian filsafat ilmu merupakan telaahan yang berkaitan dengan
objek apayang dikaji oleh ilmu fisika (ontologi), bagaimana proses
pemerolehan ilmu fisika itu(epistimologi), dan apa manfaat ilmu fisika
(aksiologi).
B. SARAN
Demikianlah makalah yang kami susun, kami menyadari masih banyak
kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan sanan yang membangun demi kesempurnaan makalah kami.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pemakalah khususnya dan kita semua
umumnya.
DAFTAR PUSTAKA

Agung R., Frida,. 2007. Fisika Integrasi-Interkoneksi. Prosiding Seminar Nasional


Penelitian,Pendidikan dan Penerapan MIPA UNY

Akbar, M., Kurdi, M., dan Supriyadi, 2008. Kebenaran Teori Gravitasi Newton dan Teori
Gravitasi Einstein Ditinjau dari Perspektif Teori Gravi-tasi dalam Al-
Qur’an,Prosiding Seminar Sains dan Pendidikan Sains 2008 UKSW

Al Attas, Syed Muhammad Naquib,. 1995. Islam dan Filsafat Sains. Bandung: Mizan

Baiquni, Achmad,. 1995. Al Qur’an, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Ed.1, Cet.3. Jakarta:

Dana Bhakti WakafFebri P.A., 2007. Menyibak Misteri Kekal Akhirat tinjauan Ilmu Fisika.
Yogyakarta: Kreasi Total Media

Firdaus, Feris,. 2004. Alam Semesta: sumber ilmu, Hukum, dan Infor-masi Ketiga Setelah
AlQuran dan As Sunnah. Yogyakarta: Insania Cipta Press

Jujun S Suriasumantri, 1996. Filsafat Ilmu, Sebuah Pengantar Populer, Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan

Popper, K., Eccles, J.C. 1977. The Self and its Brain. Berlin: Springer-Verlag

Anda mungkin juga menyukai