Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN TETAP

PRAKTIKUM BUDIDAYA PAKAN ALAMI

BIOFLOK DAN BIOFLOQUA IKAN LELE (Clarias sp.)

BIOFLOK AND BIOFLOQUA CATFISH (Clarias sp.)

Veronitta Hodifa
05051181924007

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN


JURUSAN PERIKANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2021
DAFTAR ISI

COVER .................................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ........................................................................................... i
DAFTAR ISI .......................................................................................................... i
BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2. Tujuan Praktikum .................................................................................. 2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 3
2.1.Klasifikasi dan Morfologi Ikan Lele ....................................................... 3
2.2. Klasifikasi Kangkung ............................................................................. 3
2.3. Bioflok ................................................................................................... 4
2.4. Biofloqua ................................................................................................ 4
2.5. Kualitas Air ............................................................................................
BAB 3 PELAKSANAAN PRAKTIKUM ........................................................... 6
3.1. Tempat dan Waktu ................................................................................ 7
3.2. Alat dan Bahan ...................................................................................... 8
3.3. Metode ................................................................................................... 4
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN..................................................................9
4.1. Hasil .......................................................................................................10
4.2. Pembahasan ............................................................................................10
BAB 5 KESIMPULAN........................................................................................11
5.1.Kesimpulan.............................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................13
LAMPIRAN..........................................................................................................14

I Universitas Sriwijaya
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Ikan lele merupakan ikan yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat di
Indonesia, kandungan gizi yang cukup tinggi dan relatif murahnya harga ikan lele
menjadi salah satu pilihan masyarakat. Sehingga kebutuhan akan ikan lele terus
bertambah disetiap daerah (Muttaqin & Murwono, 2012). Seiring dengan
perkembangan teknologi melalui pendekatan biologis, telah diterapkan teknologi
bioflok untuk menjaga kualitas perairan budi daya. Teknologi bioflok merupakan
teknologi penggunaan bakteri baik heterotrof maupun autotrof yang dapat
mengonversi limbah organik secara intensif menjadi kumpulan mikroorganisme
yang berbentuk flok, kemudian dapat dimanfaatkan oleh ikan sebagai sumber
makanan, didalam flok terdapat beberapa organisme pembentuk seperti bakteri,
plankton, jamur, alga, dan partikel tersuspensi yang memengaruhi struktur dan
kandungan nutrisi bioflok,komunitas bakteri merupakan mikroorganisme paling
dominan dalam pembentukan flok dalam bioflok (Adharani et al., 2016).
Jenis tanaman yang dapat dipelihara pada bioflok ini adalah tanaman
kangkung, pemilihan tanaman kangkung dalam sistem bioflok karena merupakan
tanaman dengan akar yang tidak terlalu kuat dan dalam pemeliharaannya
memerlukan air secara terus menerus. Penggunaan tanaman Kangkung dalam
budidaya teknik bioflok dapat diketahuui bahwa kangkung darat memberikan
hasil reduksi nitrogen anorganik tertinggi untuk amonia bebas (NH3) dan nitrat
(NO3) pada sistem bioflok budidaya ikan lele sangkuriang. Penggunaan kangkung
dalam sistem bioflok mampu mengurangi limbah nitrogen budidaya ikan hingga
58% (Setijaningsih, 2012).
Menurut Setiawan, dkk (2016) bahwa teknologi bioflokulasi merupakan salah
satu teknologi yang saat ini sedang dikembangkan dalam akuakultur yang
bertujuan untuk memperbaiki kualilas air dan meningkatkan efisiensi pemanfaatan
nutrisi. Teknik bioflok dinilai efektif dan mampu mendongkrak produktivitas
Selain itu, budidaya sistem bioflok tidak berbau dan sangat baik untuk pupuk
tanaman. Hal itu terjadi karena adanya mikroorganisme seperi bakteri Bacillus sp

1 Universitas Sriwijaya
yang mampu mengurai limbah budidaya dan terbukti meningkatkan
produktifitas hasil panen lele 2 kali lipat. Purnomo (2012) menyatakan bahwa
penambahan sumber karbohidrat mampu meningkatkan kelimpahan bakteri pada
media budidaya dan berpengaruh terhadap hasil produksi.

1.2. Tujuan Praktikum


Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami menjaga kualitas
air budidaya ikan lele dengan sistem bioflok.

2 Universitas Sriwijaya
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Ikan lele (Clarias sp.)dan nutrient pakan


Menurut Pratiwi (2014), klasifkasi Ikan Lele antara lain :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actonopteryii
Ordo : Ostariophysi
Famili : Claridae
Genus : Clarias
Spesies : Clarias sp

Gambar 2.1. Ikan Lele (Clarias sp)

Habitat atau lingkungan hidup ikan lele adalah semua perairan tawar, meliputi
sungai dan aliran yang tidak terlalu deras atau perairan yang tenang, seperti
waduk, danau, telaga, rawa dan genangan air seperti kolam. Ikan lele tahan hidup
di perairan yang mengandung sedikit oksigen dan relatif tahan terhadap
pencemaran bahan –bahan organik. Meningkatkan kualitas benih dengan
menambahkan protein alternatif. Ikan lele (Clarias sp.) merupakan ikan yang
hidup di perairan tawar, dengan arus yang tidak deras atau perairan yang tenang
Ikan lele termasuk dalam golongan ikan karnivora dan juga termasuk hewan
pemakan bangkai. Ikan lele merupakan salah satu komoditas air tawar unggulan
untuk dibudidayaka, ikan ini memiliki juga potensi sebagai komoditas ekspor,
karena protein yang tinggi dan kandungan gizi yang terkandungdalam 100 g

3 Universitas Sriwijaya
daging ikan lele yaitu meliputi kandungan protein (17,7 %), lemak (4,8 %),
mineral (1,2 %), dan air (76 %) (Ubaidillah and Hersulistyorini, 2010).

2.2. Klasifikasi kangkung


klasifikasi Tanaman Kangkung (Ipomoea reptans Poir) sebagai berikut
(Sunarjono, 2003) :
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Solanales
Famili : Convolvulaceae
Genus : Ipomoea
Spesies : Ipomoea reptans Poi

Gambar 2.2. kangkung (Ipomoea reptans Poi)

Morfologi tanaman kangkung terdiri dari akar, batang, daun, bunga, buah,
biji. Tanaman kangkung memiliki sistem perakaran tunggang dan cabang-cabang
akarnya menyebar ke semua arah, dapat menembus tanah sampai kedalaman 60-
100 cm dan melebar secara mendatar pada radius ±150 cm, terutama pada jenis
kangkung air. Menurut Mangoting, (1994) batang kangkung bulat dan berlubang,
berbuku-buku, banyak mengandung air, dari buku-bukunya mudah sekali keluar
akar. Daun kangkung memiliki tangkai daun yang melekat pada buku-buku
batang dan di ketiak daunnnya terdapat mata tunas yang dapat tumbuh menjadi

4 Universitas Sriwijaya
percabangan baru. Bentuk daun umumnya runcing, permukaan daun bagian atas
berwarna hijau tua dan permukaan daun bagian bawah berwarna hijau muda.

2.2. Bioflok
Bioflok adalah kumpulan dari berbagai organisme (bakteri, jamur, algae,
protozoa, cacing), yang tergabung dalam gumpalan (floc). Bioflok dapat terbentuk
jika ada 4 komponen yaitu sumber karbon, bahan organik dari sisa pakan dan
kotoran ikan, bakteri pengurai dan ketersediaan oksigen. Terbentuknya bioflok
terjadi melalui pengadukan bahan organik oleh aerasi supaya terlarut dalam kolom
air untuk merangsang perkembangan bakteri heterotrof aerobik (kondisi cukup
oksigen) menempel pada partikel organik, menguraikan bahan organik
(mengambil C-organik), selanjutnya menyerap mineral seperti ammonia, fosfat
dan nutrient lain dalam air. Sehingga bakteri yang menguntungkan akan
berkembang biak dengan baik. Teknologi bioflok merupakan teknologi budidaya
yang didasarkan pada prinsip asimilasi nitrogen anorganik (amonia, nitrit dan
nitrat) oleh komunita mikroba (bakteri heterotrof) media budidaya yang kemudian
dapat dimanfaatkan oleh organisme budidaya sebagai sumber makana. Budidaya
ikan membutuhkan pakan sebagai penunjang pertumbuhan ikan. Pakan yang
diberikan tidak semua termakan sebagian pakan yang berikan hanya 25% yang
dikonversi sebagai hasil produksi dan yang lainnya terbuang sebagai limbah (62%
berupa bahan terlarut dan 13% berupa partikel terendap) (Suryaningrum, 2014).

2.4. Bioflokua
Teknologi bioflok merupakan suatu system budidaya bakteri heterotrof dan
alga alam suatu gumpalan “flocs” secara terkontrol dalam suatu wadah budidaya
atau merupakan suatu sistem yang memanipulasi kepadatan dan aktivitas mikroba
sebagai suatu cara megontrol kualitas air dengan mentransformasikan amonium
menjadi protein mikrobial agar mampu mengurangi residu dari sisa pakan, agregat
diatom, makro alga, sisa pelet, bakteri, protista dan invertebrate yang berdiameter
0,1-2 mm. Teknologi bioflok mampu mengolah limbah sehingga teknologi ini
memungkinkan kita meminimalisir limbah sekaligus mendaur ulang limbah
menjadi pakan yang merupakan kunci permasalahan dalam menciptakan budidaya

5 Universitas Sriwijaya
ikan, berkelanjutan, efisien dalam penggunaan air maupun pakan. Pengontrolan
kualitas air terjadi dalam wadah kultur itu sendiri, oleh sistem bioflok yang sudah
berjalan dalam wadah kultur. Sistem ini sangat murah, sederhana, ramah
lingkungan dan memiliki produktifitas yang sangat tinggi (Suryaningrum, 2012).

2.5. Kualitas Air


Kualitas air adalah istilah yang menggambarkan kesesuaian atau kecocokan
air untuk penggunaan tertentu, misalnya: air minum, perikanan, pengairan/ irigasi,
industri, rekreasi dan sebagainya. kualitas air adalah mengetahui kondisi air untuk
menjamin keamanan dan kelestarian dalam penggunaannya. Kualitas air dapat
diketahui dengan melakukan pengujian tertentu terhadap air tersebut. Pengujian
yang dilakukan adalah uji kimia, fisik, biologi, atau uji kenampakan (bau dan
warna). Pengelolaan kualitas air adalah upaya pemeliharaan air sehingga tercapai
kualitas air yang diinginkan sesuai peruntukannya untuk menjamin agar kondisi
air tetap dalam kondisi alamiahnya. Penurunan kualitas lingkungan disebabkan
limbah organik dari sisa pakan dan kotoran, limbah tersebut umumnya didominasi
oleh senyawa nitrogen anorganik yang beracun. organik dan limbah yang akan
terbuang ke perairan umum, diperlukan pengelolaan kualitas air agar media
pemeliharaan tetap dalam kondisi baik. Salah satu upayanya adalah pendekatan
biologis dengan me manfaatkan aktivitas bakteri untuk mempercepat proses
dekomposisi limbah organik (Sahrijannah, 2017).

6 Universitas Sriwijaya
BAB 3
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1. Tempat dan Waktu


Praktikum ini dilaksanakan di Ponpes Raudhatul Ulum Sakatiga, Indralaya,
Kabupaten Organ Ilir, pada tanggal 16 Oktober 2021 pukul 07.30–Selesai.

3.2. Alat dan Bahan


3.2.1. Alat
Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini disajikan pada tabel berikut
No. Alat Jumlah
1 Pisau 1
2 Kolam terpal 1
3 Cangkul 1
4 Aerator 1
5 Pipa paralon 3
6 Kabel 1
7 Nampam 1

3.2.2. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini disajikan pada tabel
berikut:
No Bahan Jumlah
1 Ikan lele 1
2 Tanaman kangkung 1

3.3. Metode
Proses pembuatan pakan ikan adalah sebagai berikut :
1. Siapkan alat dan juga bahan bahan yang digunakan untuk praktikum kali
ini.
2. Lalu bersihkan kolam terpal yang akan digunakan agar terhindar dari
bakteri dan juga kotoran.
3. Kemudian langkah selanjutnya yaitu pengisian air pada kolam terpal.
Jangan lupa untuk memasang aerator.
4. Setelah itu lakukan pemotongan pipa yang berfungsi sebagai outlet pada
kolam terpal.

7 Universitas Sriwijaya
5. Lalu siapkan busa yang sudah dipotong persegi empat, busa ini berfungsi
untuk penanaman kangkung.
6. Kemudian masukkan bibit tanaman kangkung kedalam nampan dan
masukkan ikan lele kedalam kolam tersebut
7. Lalu terakhir diamkan dan jangan lupa diamati

8 Universitas Sriwijaya
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
Adapun hasil pada praktikum biflok disajiakan dalam tabel sebagai berikut :
Tabel 4.1.1. Kangkung
Kangkung
No Panjang (cm) Berat (g)
1 74, 5 cm 15 g
2 56 cm 8g
3 50 cm 7g
4 65 cm 19 g
5 52,5 cm 8g
6 63,5 cm 9g
7 60 cm 16 g
8 59 cm 9g
9 51 cm 6g

Tabel 4.1.2. Sampling ikan lele selama masa pemeliharaan


Kolam Bioflok Kolam Biasa
No Panjang (cm) Berat (g) Panjang (cm) Berat (g)
1 11 cm 11, 1 g 13 cm 16 g
2 11 cm 9g 13,3 cm 13 g
3 14,5 cm 23,6 g 13,3 cm 20 g
4 13,5 cm 18,7 g 13,5 cm 15,8 g
5 12,2 cm 13 g 12,5 cm 13,4 g
6 13 cm 20,5 g 13 cm 15,4 g
7 14,2 cm 21,2 g 15,5 cm 27,3 g
8 13,1 cm 15,4 g 17 cm 32,4 g
9 11,9 cm 12,1 g 15,5 cm 23,4 g
10 11,3 cm 11,1 g 14 cm 17 g
11 12,6 cm 13,7 g 13,5 cm 17,1 g
12 14, 9 cm 18,8 g 12,5 cm 15 g
13 12,1 cm 12,3 g 12 cm 11,3 g
14 14,6 cm 18,7 g 14 cm 22,1 g
15 13 cm 15,4 g 14 cm 21,9 g
16 16,6 cm 26,3 g 10,5 cm 12,2 g
17 13,3 cm 19,5 g 15 cm 21,6 g
18 13,7 cm 16,3 g 15 cm 22,1 g
19 12,8 cm 15,3 g 12 cm 12,9 g
20 14,7 cm 20,7 g 13,5 cm 18 g

9 Universitas Sriwijaya
4.2. Pembahasan
Berdasarkan hasil praktikun bioflok dimana hasil yang didaptkan selama
pemeliharaan 21 hari yang dimulai dari persiapan hingga akhir pemanenan,
didapatkan hasil bahwa pertumbuhan bobot ikan lele yang ada, pada kolam
bioflok berat tubuh ikan lele yang tertinggi mencapai 26,3 gram. Begitu juga pada
pertumbuhan panjang tubuh ikan lele pada kolam bioflok yang tertinggi mencapai
16,6 cm. Selain pertumbuhan ikan lele juga ada pertumbuhan tanaman kangkung.
Pada pertumbuhan kangkung didapatkan hasil panjang tanaman kangkung yaitu
74,5 cm dan berat tanaman kangkung tertinggi yaitu 19 gram. Perbedaan hasil
tersebut dikarenakan ada kelebihan dan kekurangan pada setiap kolam yang
digunakan. Kelebihan pada kolam bundar adalah yaitu Dengan kontruksi
berbentuk bundar sisi kolam lebih kuat menahan beban air dari pada bentuk kotak.
Sehingga kolam bundar ini lebih cocok untuk budidaya ikan lele dengan sistem
bioflok yang menerapkan tebar padat. Pembuangan limbah dan pemanenan lele
dapat di lakukan dengan mudah karena dasar kolam dapat di buat kerucut. Terlihat
lebih muthakir dari pada kolam berbentuk kotak. selain itu kekurangan kolam
bundar adalah Volume air lebih sedikit, Memakan tempat karena membuat kolam
bundar tidak dapat berdempetan sehingga lebih banyak lahan kosong yang tidak
dapat terpakai, Biaya pembuatan lebih mahal jika di bandingkan kolam bentuk
kotak. Karena setiap sisi tidak kolam tidak bisa di pakai untuk dua kolam.
Sedangkan kelebihan pada kolam bioflok yaitu Kelebihan kolam Bioflok pH air
menjadi relatif stabil. Kestabilan pH ini juga menurunkan kandungan amonia pada
air. Tidak memerlukan pergantian air, karena pergantian air akan mengakibatkan
biosecurity mati. Limbah yang ada pada kolam budidaya akan didaur ulang
menjadi pakan berprotein tinggi, sehingga biaya pembelian pakan dapat
diminimalisir. Sedangkan kekurangan kolam bioflok adalah Kekurangan Sistem
Bioflok Tidak dapat diterapkan pada kolam atau tambak yang bocor atau rembes,
karena dapat mengancam biosecurity yang ada. Memerlukan aerator yang dapat
bekerja terus-menerus sebagai penyuplai oksigen. Pengamatan air harus dilakukan
lebih sering dan teliti demi mencegah timbulnya nitrit dan amonia. Sebagai
pembudidaya haruslah memperhatikan kualitas air agar ikan yang dibudidayakan
bisa dapat tumbuh dan berkembang dengan optimal dengan kualitas yang baik.

10 Universitas Sriwijaya
BAB 5
KESIMPULAN

5.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan pada praktikum ini sebagai berikut :
1. Pengelolaan kualitas air pada media pemeliharaan dapat menjamin kualitas air
yang diinginkan agar kondisi air tetap dalam kondisi baik.
2. Teknologi bioflok mampu mengolah limbah sehingga teknologi ini
memungkinkan kita meminimalisir limbah sekaligus mendaur ulang limbah
menjadi pakan.
3. Bioflok dapat terbentuk jika ada 4 komponen yaitu sumber karbon, bahan
organik dari sisa pakan dan kotoran ikan, bakteri pengurai dan ketersediaan
oksigen.
4. Bioflok dinilai efektif dan mampu meningkatkan produktivitas seta mampu
mengurangi limbah budidaya yang tidak berbau dan sangat baik untuk pupuk
tanaman.
5. Perumbuhan tertinggi ikan lele pada kolam bioflok dengan berat 26,3 gram
panjang mencapai 16,6 cm.

5.2. Saran
Sebaiknya praktikum ini dilakukan dengan persiapan matang dan penjabaran
alat bahan serta metodenya lebih jelas lagi sebelum hari saat praktikum agar tidak
ada alat bahan yang tidak digunakan atau terbuang sia-sia.

11 Universitas Sriwijaya
DAFTAR PUSTAKA

Adharani, N., Soewardi, K., Dhamar Syakti, A., & Hariyadi, S. (2016). Water
Quality Management Using Bioflocs Technology: Catfish Aquaculture
(Clarias sp.). Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia, 21(1), 35–40.
https://doi.org/10.18343/jipi.21.1.35
Muttaqin, R., Murwono, D. (2012). Pengaruh Pengapungan Pakan Terhadap
Pertumbuhan Ikan Lele Dengan Metode Pengukuran Fcr ( Feed Conversion
Ratio ). Jurnal Teknologi Kimia Dan Industri, 1(1), 444–449.
Setijaningsih, L. (2012). Pertumbuhan Ikan Mas (Cyprinus carpio) dengan
Perbedaan Jarak Tanam Tanaman Kangkung (Ipomoea aquatic) pada Sistem
Akuaponik. Prosiding Indoaqua, 197–204.
Suryaningrum. Herawati, H. (2012). Uji Efektivitas Bio Filter dengan Tanaman
Air untuk Memperbaiki Kualitas Air pada Sistem Akuaponik Ikan Lele
Sangkuriang (Clarias gariepinus). Perikanan Dan Kelautan, IX(1), 134–142.
Ubaidillah, A. and Hersulistyorini, W. (2010) „Kadar Protein Dan Sifat
Organoleptik Nugget Rajungan Dengan Substitusi Ikan Lele (Clarias
Gariepinus) Protein Levels and Organoleptic Crab Nugget With Substitution
Catfish (Clarias Gariepinus)‟, Jurnal Pangan dan Gizi, 1(2), p. 116029. doi:
10.26714/jpg.1.2.2010.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai