Anda di halaman 1dari 4

PENDAHULUAN

Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker, dan telah
mengucapkan sumpah/janji apoteker. Seorang sarjana farmasi meskipun sudah lulus dari
program pendidikan apoteker dan bisa mempunyai sertifikat kompetensi apoteker belum
dapat disebut sebagai apoteker sebelum yang bersangkutan disumpah menurut iktikad
baik dan pertanggung jawaban untuk mengucapkan sumpah/janji apoteker. (Peraturan
Pemerintah No.20 tahun 1962 )

Profesi Apoteker ditempuh melalui pendidikan dalam sebuah kelompok yang memiliki ciri
khusus dalam komunitasnya, disatukan oleh latar belakang pendidikan, keahlian yang
sama, memiliki otoritas dalam profesinya, sehingga mempunyai kewenangan tertentu
dalam bidang kesehatan. Ciri khususnya, yaitu :

a. Mempunyai sistim nilai yang mengikat tingkah apoteker baik sesama kolega, sejawat
maupun terhadap anggota masyarakat.
b. Bersifat otonom memiliki identitas tertentu, memiliki komunitas (kelompok tertentu)
yang biasa disebut sistem otonom, yang akan melahirkan standar profesi maupun
standar pelayanan profesi apoteker yang biasa digunakan sebagai pedoman atau
pemberi arah praktik kefarmasian. (Jakarta: Majelis Etik dan Disiplin Apoteker
Indonesia Pusat Ikatan Apoteker Indonesia, dan pedoman disiplin Apoteker Indonesia,
2015 ; hlm 6-7)

Standar pelayanan kefarmasian menurut Permenkes RI No. 35 tahun 2014 menjadi tolak
ukur atau pedoman bagi Tenaga kefarmasian dalam menyelenggarakan pelayanan
kefarmasian. Pelayanan Kefarmasian yang merupakan suatu pelayanan langsung dan
bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan kepada pasien dan konsumen, untuk
meningkatkan kualitas hidup pasien maupun konsumen. (Permenkes RI, 2014)

Pada setiap tenaga kerja dalam bidang kesehatan ataupun bidang lainnya, mereka
mendapatkan hak dan kewajiban secara adil. Hak dan kewajiban akan terbentuk saat
kedua belah pihak melakukan suatu perjanjian atau ditentukan oleh Undang-undang, yang
menimbulkan suatu perikatan dimana perikatan tersebut merupakan isinya. Perikatan
yang telah dilaksanakan, akan memberikan tuntutan pemenuhan hak dan kewajiban
dalam penuntasan isi perjanjian tersebut.

PEMBAHASAN
Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan
serta memiliki pengetahuan dan/atau ketrampilan melalui pendidikan dibidang kesehatan
yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.

Tenaga kesehatan memiliki peranan penting untuk meningkatkan kualitas pelayanan


kesehatan yang maksimal kepada masyarakat agar masyarakat mampu untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat sehingga akan
terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan
sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomi.

Apoteker adalah suatu profesi yang merupakan panggilan hidup untuk mengabdikan diri
pada kemanusiaan pada bidang kesehatan, membutuhkan ilmu pengetahuan yang tinggi
yang didapat dari pendidikan formal, orientasi primernya harus ditujukan untuk
kepentingan masyarakat.

Dalam menjalankan Tugasnya, Apoteker mempunyai Hak dan kewajiban serta


mengamalkan keahliannya yang selalu berpegang teguh pada sumpah/janji Apoteker.
Apoteker di dalam pengabdian profesinya berpedoman pada satu ikatan moral yaitu kode
etik apoteker Indonesia. Di dalam peraturan menteri kesehatan no. 922./MENKES/ PER X/
1993, tentang Ketentuan dan tata cara pemberian izin apotek, pada pasal 12 ayat 1 bahwa
apoteker berkewajiban menyediakan, menyimpan dan menyerahkan perbekalan farmasi
yang bermutu baik dan terjamin kualitasnya.

Hubungan moral dengan etika sangat erat, mengingat etika membutuhkan moral sebagai
landasan atau pijakan dalam melahirkan sikap tertentu. Apoteker sebagai
individu/kelompok dalam melakukan tindakan juga harus berpegang pada moral yang
baik, yang diwujudkan dalam bentuk Kode Etik Apoteker Indonesia. Dalam mukadimah
kode etik apoteker Indonesia disebutkan:

a. Melakukan pengabdian dan pengamalan ilmunya harus didasari oleh sebuah niat luhur
untuk kepentingan makhluk hidup sesuai dengan tuntunan Tuhan Yang Maha Esa.
b. Dalam pengabdiannya serta dalam mengamalkan keahliannya selalu berpegang teguh
pada sumpah dan janji apoteker sebagai komitmen, yang harus dijadikan landasan
moral dalam pengabdian profesinya
c. Dalam pengabdian profesinya berpegang pada ikatan moral yaitu kode etik sebagai
kumpulan nilai-nilai atau prinsip harus diikuti sebagai pedoman dan petunjuk serta
standar perilaku dalam bertindak dan mengambil keputusan.

Pelayanan kefarmasian selama ini dinilai oleh banyak pengamat masih dibawah standar.
Apotek telah berubah menjadi semacam toko yang berisi semua golongan obat baik obat
bebas, obat keras, psikotropika dan narkotika dengan pelayanan yang tidak mengacu pada
tanggungjawab profesi karena tidak dilakukan oleh apoteker. Selain itu, Sebagian apoteker
tidak berada di apotek sehingga pelayanan farmasi digantikan oleh asisten apoteker.

KESIMPULAN

Guna mencegah munculnya akibat-akibat langsung yang merugika konsumen didalam


perundang-undangan yang berkaitan dengan hak dan perlindungan konsumen yaitu
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen. Dalam
melaksanakan hak dan kewajibannya, apoteker harus memenuhinya dengan itikad baik
dan penuh tanggung jawab. Jika apoteker bersalah tidak memenuhi kewajiban itu,
menjadi alasan baginya untuk dituntut secara hukum untuk mengganti segala kerugian
yang timbul.

Tenaga kesehatan memiliki peranan penting untuk meningkatkan kualitas pelayanan


kesehatan yang maksimal kepada masyarakat agar masyarakat mampu untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat sehingga akan terwujud
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber
daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomi.

Apoteker sebagai individu/kelompok dalam melakukan tindakan juga harus berpegang


pada moral yang baik, yang diwujudkan dalam bentuk Kode Etik Apoteker Indonesia..
Apotek telah berubah menjadi semacam toko yang berisi semua golongan obat baik obat
bebas, obat keras, psikotropika dan narkotika dengan pelayanan yang tidak mengacu pada
tanggungjawab profesi karena tidak dilakukan oleh apoteker.

Dalam melaksanakan hak dan kewajibannya, apoteker harus memenuhinya dengan itikad
baik dan penuh tanggung jawab. Apoteker yang tidak memenuhi kewajibannya, maka
apoteker dapat dituntut secara hukum untuk mengganti segala kerugian dan apoteker
harus bertanggung jawab secara hukum atas kesalahan atau kelalaiannya.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai