ABSTRAK
Dalam artikel ini penulis mengemukakan tentang esensi pembentukan karakter
peserta didik melalui lembaga pendidikan dan lembaga keluarga. Artikel ini juga
membahas tentang begitu krusialnya peran pendidikan moral. Selanjutnya
dijelaskan pula pembentukan karakter melalui tiga pilar pendidikan, yaitu sekolah,
keluarga, dan masyarakat. Ketiga pilar ini menjadi sesuatu yang tidak dapat
dipisahkan dalam pendidikan karakter, karena ketiga pilar tersebut memiliki
fungsi edukasi. Di bagian akhir penulis mengangkat kasus tentang peran guru di
SD(Sekolah Dasar) dalam membentuk karakter peserta didik.
ABSTRACT
In this article, the author argues about the essence of character building of
students through educational institutions and family institutions. This article also
discusses the crucial role of moral education. Furthermore, it is also explained the
formation of character through the three pillars of education, namely school,
family, and community. These three pillars are something that cannot be separated
in character education, because these three pillars have an educational function. At
the end, the author raises a case about the role of teachers in elementary schools
(elementary schools) in shaping the character of students.
PENDAHULUAN
Salah satu model gaya belajar yang paling efektif untuk memahami
perbedaan gaya belajar. Gaya belajar yang dikembangkannya memberikan
wawasan tentang bagaimana pokoran seseorang mengerti dan memahami i
nformasi.
1. Dua Sudut Pandang
Kita cenderung memandang dunia berdasarkan cara pemahaman kita
masing-masing sebagai individu. Demikian halnya dengan orang lain c
ara kita memandang sesuatu disebut persepsi . Persepsi mempengaruhi
apa yang kita pikirkan, bagaimana kita membuat keputusan dan bagai
mana kita menetapkan apa yang penting menurut kita.
2. Dua cara penyusunan informasi
Ketia kita mendapat informasi kita juga menggunakan dua cara untuk
menggunakan menyusun informasi yang kita terima. Menurut Gregorc
ada 2 kemampuan menyusun informasi adalah sekuensial (teratur men
urut aturan bertahap) dan random (acak). Bila peserta didik kita tidak
menanggapi apa yang kita sampailan, bukan berarti mereka tidak men
dengarkan. Bisa jadi mereka adanya perbedaan sudut pandang dalam
menerima informasi antara peserta didik dan guru.
3. Modalitas ( cara otak mengingat informasi )
Seperti pemaparan sebelumnya tentang bagaimana gaya belajar kita da
n peserta didik kita dalam menyerap dan memproses informasi dengan
meggunakan satu atau beberapa indera untuk memahami dan menging
1
Alpiyanto, Hypno Heart (Rahasia Mudah Mendidik Dengan Hati), Bekasi: PT. Tujuh Samudera
Alfath, 2011. Hal. 9
at sesuatu. Ada 3 cara untuk mengingat informasi yang digunakan dala
m tingkat yang beragam , yaitu Auditori,Visual,dan Kinestetik.
4. Bagaimana Cara Peserta Didik Memahami Pelajaran
Cara seseorang menyerap informasi akan mempengaruhi dalam meng
omunikasikan informasi tersebut kepada orang lain. Peserta didik yang
global melihat” suatu gambaran” secara keseluruhan, sementara pesert
a didik yang analitis melihat “ bagian-bagian “ yang membentuk selur
uh gambaran tersebut. Pada dasarnya kedua pendapat tersebut adalah b
enar, karena setiap orang meimiliki caranya sendiri dalam melihat dan
memahami objek atau masalah.
5. Kecerdasan berganda
Manusia adalah makhluk yang selalu dalam proses untuk menjadi ses
eorang yang didalamkannya, Manusia dapat menjadi apapun yang diin
ginkannya2
.
Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa
Sebagai bangsa kita memiliki jatidiri dan karakter yang didasarkan pada
kesadaran tentang hakekat keberhasilan kita sebagai manusia, identitas ma
upun sebagai penanada dan pembeda dengan bangsa lain. Sedangkan karak
ter satu bangsa sangat dipengaruhi oleh kultur bangsa tersebut. Tentunya ju
ga PANCASILA diharapkan dapat menjadi spirit dan pendorong agar setia
p orang Indonesia “berjati diri dan berkarakter” yang selalu mengedepanka
n “hati nurani” dalam setiap pemikiran, sikap dan perilakunya. Orang yang
berkarakter mulia adalah orang yang memiliki komitmen yang kuat dan be
kerja menikuti jalan yang lurus kepada agama Allah dengan landasan perca
ya pada kekuasaan – Nya. Dengan demikian, diharapkan para guru lebih m
udah mendididk karakter peserta didiknya karena ia telah menjalani nya ter
3
lebih dahulu.
2
Ibid. Hal. 121
3
Ibid. Hal. 208
Kurikulum dan Pembelajaran dalam Pembentukan Karakter
a. Isi kurikulum
Pembinaan karakter termasuk dalam materi yang harus diajarkan
dan dikuasai serta direalisasikan oleh peserta didik dalam kehidupan
sehari-hari. Pendidikan karakter diintegrasikan ke dalam mata pelajaran
yang suadah ada di samping lewat pembiasaan dalam budaya sekolah.
Guru tidak hanya berusaha memenuhi standar kompetensi sebagaimana
diamanatkan oleh kurikulum nasional, tetapi juga mengarahkan peserta
didik terbiasa memetik nilai-nilai dari pelajaran tersebut.
b. Proses pembelajaran dan penilaian
Pembelajaran nilai-nilai karakter tidak hanya pada tataran kognitif,
tetapi menyentuh pada internalisasi, dan pengamalan nyata dalam
kehidupan peserta didik sehari-hari di masyarakat.
c. Penanganan dan pengelolaan mata pelajaran
Pendidikan karakter dapat diintegrasikan dalam pembelajaran pada
setiap mata pelajaran. Materi pembelajaran yang berkaitan dengan norma
atau nilai-nilai pada setiap mata pelajaran perlu dikembangkan,
dieksplisitkan, dikaitkan dengan konteks kehidupan sehari-hari.4
d. Pengelolaan sekolah
4
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D).Hal. 79
Pendidikan karakter di sekolah juga sangat terkait dengan manajemen
atau pengelolaan sekolah. Pengelolaan yang dimaksud adalah bagaimana
pendidikan karakter direncanakan, dilaksanakan, dan dikendalikan dalam
kegiatan-kegiatan pendidikan di sekolah secara memadai Pengelolaan
tersebut antara lain meliputi, nilai-nilai yang perlu ditanamkan,
muatan kurikulum, pembelajaran, penilaian, pendidik dan tenaga
kependidikan, dan komponen terkait lainnya.Dengan demikian,
manajemen sekolah merupakan salah satu media yang efektif dalam
pendidikan karakter di sekolah.
e. Pelaksanaan aktivitas kegiatan atau ko-kurikuler
Kegiatan ko-kurikuler yang selama ini diselenggarakan sekolah
merupakan salah satu media yang potensial untuk pembinaan karakter dan
peningkatan mutu akademik peserta didik. Kegiatan ko-kurikuler
merupakan kegiatan membantu pengembangan peserta didik sesuai dengan
kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka melalui kegiatan yang secara
khusus diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga kependidikan
yang berkemampuan dan berkewenangan di sekolah. Melalui kegiatan ko-
kurikuler diharapkan dapat mengembangkan kemampuan dan rasa
tanggung jawab sosial, serta potensi dan prestasi peserta didik.
Program pendidikan karakter sudah dimasukan sejak dirumuskan
dan disusunnya kurikulum (KTSP) SD N 210 Palembang. Beliau
menyampaikan bahwa dalam perumusan dan penyusunan kurikulum
tersebut pihak komite sekolah selalu diundang dan dimintai masukan
untuk kesempurnaan kurikulum tersebut.pendidikan karakter sangat
penting untuk membina anak didik untuk menjadi manusia yang berbudi
pekerti luhur, sehingga program pendidikan karakter harus mempunyai
arah yang jelas, salah satunya dengan memasukan program tersebut
kedalam kerangka dan isi kurikulum SD N 210 Palembang.
Berdasarkan hasil observasi, maka penulis menyimpulkan bahawa
program pendidikan karakter di SD N 210 Palembang adalah sebagai berikut :
1) Pendidikan karakter merupakan unsur yang penting sehingga
pendidikan karakter perlu dirumuskan sejak disusunya kurikulum
pendidikan SD N 210 Palembang (KTSP) sehingga implementasinya
lebih mudah dan menyatu dengan tujuan diselenggarakannya
pendidikan SD N 210 Palembang
2) Karena program pendidikan karakter masuk kedalam isi kurikulum,
maka semua pihak, baik kepala sekolah, guru, karyawan, siswa,
komite sekolah maupun wali siswa wajib mensukseskan
terlaksananya program pendidikan karakter tersebut.
3) Penyusunan kurikulum (KTSP) SD N 210 Palembang yang
didalamnya terkandung pendidikan karakter, pihak sekolah selalu
melibatkan semua pihak yang berkepentingan dengan
penyelenggaraan pendidikan.5
5
Margono, S, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000). Hal.
98
Dalam kegiatan belajar-mengajar di kelas pengembangan nilai/karakter
dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan terintegrasi dalam semua
mata pelajaran. Pembelajaran Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa
menggunakan pendekatan proses belajar peserta didik belajar aktif dan
berpusat pada anak, dilakukan melalui berbagai kegiatan di kelas, sekolah,
dan masyarakat . Di Kelas dilaksanakan melalui proses belajar setiap mata
pelajaran atau kegiatan yang dirancang khusus. Setiap kegiatan belajar
mengembangkan kemampuan dalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.
Oleh karena itu tidak selalu diperlukan kegiatan belajar khusus untuk
mengembangkan nilai-nilai pada pendidikan budaya dan karakter bangsa.
Meski pun demikian, untuk pengembangan nilai-nilai tertentu seperti kerja
keras, jujur, toleransi, disiplin, mandiri, semangat kebangsaan, cinta tanah air,
dan gemar membaca dapat dikembangkan melalui kegiatan belajar yang biasa
dilakukan guru. Untuk pegembangan beberapa nilai lain seperti peduli sosial,
peduli lingkungan, rasa ingin tahu, dan kreatif memerlukan upaya
pengkondisian sehingga peserta didik memiliki kesempatan untuk
memunculkan perilaku yang menunjukkan nilai tersebut.
Contoh dalam tujuan pembelajaran dikelas, siswa dapat :
- Memperbesar dan memperkecil peta dengan bantuan garis-garis koordinat
bersama-sama dengan teliti/ cermat.
- Menjelaskan pemanfaatan peta dengan penuh percaya diri.
Pada jenjang SD ini porsinya mencapai 60 persen dibandingkan
dengan jenjang pendidikan lainnya.Hal ini agar lebih mudah diajarkan dan
melekat dijiwa anak-anak itu hingga kelak ia dewasa. Pendidikan karakter
harus dimulai dari SD karena jika karakter tidak terbentuk sejak dini maka
akan susah untuk merubah karakter seseorang. "Pendidikan Karakter
Bangsa" yang merupakan rangkaian acara rapat pimpinan Program Pasca
Sarjana (PPs) Lembaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan (LPTK) se-
Indonesia di Universitas Negeri Medan (Unimed). Ia mengatakan, pendidikan
karakter tidak mendapatkan porsi yang besar pada tingkat Taman Kanak-
kanak (TK) atau sejenisnya karena TK bukan merupakan sekolah tetapi
taman bermain.6
Pembinaan karakter yang termudah dilakukan adalah ketika anak-anak
masih duduk di bangku SD. Itulah sebabnya kita memprioritaskan pendidikan
karakter di tingkat SD. Bukan berarti pada jenjang pendidikan lainnya tidak
mendapat perhatian namun porsinya saja yang berbeda,Dunia pendidikan
diharapkan sebagai motor penggerak untuk memfasilitasi pembangunan
karakter, sehingga anggota masyarakat mempunyai kesadaran kehidupan
berbangsa dan bernegara yang harmonis dan demokratis dengan tetap
memperhatikan norma-norma di masyarakat yang telah menjadi kesepakatan
bersama.
Penutup
Pendidikan karakter sangat penting diterapkan demi mengembalikan
karakter bangsa Indonesia yang sudah mulai luntur. Dengan dilaksanakannya
pendidikan karakter di sekolah dasar, diharapkan dapat menjadi solusi atas
masalah-masalah sosial yang terjadi di masyarakat. Pelaksanaan pendidikan
karakter di sekolah dapat dilaksanakan pada ranah pembelajaran (kegiatan
pembelajaran), pengembangan budaya sekolah dan pusat kegiatan belajar,
kegiatan ko-kurikuler dan atau kegiatan ekstrakurikuler, dan kegiatan
keseharian di rumah dan di masyarakat. Sebaiknya para orang tua, para
pendidik dan pemerintah lebih menerapkan pendidikan karakter kepada para
anak atau anak didiknya agar mereka menjadi generasi yang mempunyai
akhlak yang baik,baik di lingkungan masyarakat maupun keagamaan.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
-