BIDANG KEGIATAN :
PKM-GT
Diusulkan oleh:
i
Halaman Pengesahan Usulan PKM-GT
Prof. Dr. Ir. Yonny Koesmaryono, MS Dr. Ir. Ernan Rustiadi, M. Agr.
NIP. 19581228 198503 1 003 NIP. 19651011 199002 1 002
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karea atas berkat rahmat
dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan karya yang berjudul “Pembangunan
Vertikal : Upaya Menangani Peningkatan Kebutuhan Tempat Tinggal
Terkait Jumlah Penduduk yang Terus Bertambah dan Luas Lahan yang
Semakin Terbatas” sebagai gagasan tertulis dalam Program Kreativitas
Mahasiswa yang diselenggarakan DIKTI untuk periode 2011.
Dalam karya ini kami membahas suatu upaya untuk menangani
permasalahan jumlah penduduk yang terus meningkat dan berdampak pada
dibutuhkannya lahan untuk tempat hidup mereka. Namun di sisi lain, luas lahan di
negara kita semakin terbatas untuk memenuhi semua kebutuhan hidup
masyarakat.
Akhirnya, kami berharap semoga karya ini dapat memberikan manfaat
pengetahuan dan ilmu terutama dibidang penataan ruang guna menangani
permasalahan kependudukan dan tata guna lahan. Kami sadar masih banyak
kekurangan dalam penulisan ini. Kritik dan saran sangat kami harapkan guna
memperbaiki penulisan kami selanjutnya. Terima kasih.
iii
DAFTAR ISI
iv
RINGKASAN
v
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dengan bertambahnya jumlah penduduk pada suatu wilayah dalam hal ini
perkotaan, akan mendorong kota untuk mengembangkan wilayahnya. Fenomena
ini disebut Urban Sprawl. Urban sprawl dikenal sebagai peristiwa maupun
fenomena terjadinya pemekaran kota yang secara acak, tidak terstruktur, tanpa
diawali dengan sebuah rencana (Isnaeni, 2010). Fenomena Urban sprawl terjadi
saat suatu kota sedang mengalami pertumbuhan, seiring dengan semakin
bertambahnya jumlah populasi penduduk dan jumlah area lahan secara acak.
Fenomena Urban sprawl ini memiliki dampak yang positif, yaitu menjadikan
rumah berkualitas dengan harga yang terjangkau bagi masyarakat kelas menengah
ke bawah. Namun, fenomena ini ternyata juga dapat menimbulkan dampak negatif
bagi komunitas di sekitarnya. Banyak masalah perkotaan yang muncul baru-baru
ini, akibat adanya pemekaran wilayah keluar area kota. Urban sprawl merupakan
salah satu bentuk perkembangan kota yang dilihat dari segi fisik seperti
bertambahnya gedung secara vertikal maupun horisontal, bertambahnya jalan,
tempat parkir, maupun saluran drainase kota. Salah satu akibat yang dirasakan
akibat perkembangan ini adalah kemacetan.
Luas lahan yang digunakan untuk pemukiman bertambah setiap tahunnya.
Dari lahan yang digunakan tersebut banyak yang berada di kawasan yang
seharusnya untuk pemanfaatan lain atau dilindungi. Lahan yang seharusnya
digunakan untuk pertanian tidak sedikit yang dijadikan areal pemukiman.
Akibatnya kawasan pertanian banyak tersingkir ke lahan marjinal selanjutnya
berdampak pada produksi pertanian yang dihasilkan. Dampak pembangunan
kawasan pemukiman sangat dirasakan terutama di daerah perkotaan. Seperti yang
diketahui selama ini kota menjadi tujuan utama masyarakat untuk mencari
pekerjaan dan diharapkan dapat memberikan kehidupan yang layak. Akibatnya
semakin banyak masyarakat yang pindah ke kota dan juga semakin banyak
kawasan terbangun untuk tempat tinggal mereka dan kawasan terbuka hijau
semakin menyempit. Sedangkan dalam peraturan UU No. 26 Tahun 2007 Pasal 29
ayat 2 menyebutkan bahwa proporsi ruang terbuka hijau pada wilayah kota paling
sedikit 30 (tiga puluh) persen dari luas wilayah kota. Ruang terbuka hijau adalah
area memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat
terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang
sengaja ditanam (UU No. 26 Tahun 2007).
Kondisi lahan semakin sempit dan mahal menjadi masalah besar dalam
pengadaan perumahan terutama di perkotaan. Kota yang semakin padat,
permintaan akan rumah semakin tinggi, pemanfaatan lahan secara besar-besaran,
mengakibatkan nilai lahan naik, dan harga unit perumahan menjadi naik, menjadi
efek domino yang selalu menyertai program pengadaan perumahan. Terkait
dengan naiknya nilai dan harga lahan di wilayah perkotaan pemerintah
menyiasatinya dengan mengeluarkan Keputusan Menteri Perumahan dan
Permukiman, No. 04/KPTS/M/1999, dalam point Strategi Pembangunan
Perumahan dan Permukiman Nasional, d). Mendorong pembangunan perumahan
dan permukiman ke arah vertikal untuk daerah yang berkepadatan tinggi, terutama
di kota-kota besar dan metropolis. Pengembangan perumahan secara vertikal
berdampak terhadap tingkat efesiensi lahan dan dapat menjadi subsidi terhadap
harga rumahnya kelak.
3
GAGASAN
Budaya dan
Jumlah Perilaku Peningkat- Fenomena
Masyarakat
Kebutuhan Areal
Penduduk an Jumlah Urban
mengenai Pemukiman
Meningkat Tempat Sprawl dan
Setiap tempat Tinggal dampak
tinggai
Tahunnya negatifnya
Dibutuh- Pembukaan
kan Solusi Lahan untuk
Pembangunan untuk Luas Lahan Areal
Vertikal Menangani Semakin Pemukiman
Berkurang
Masalah
Tersebut
Penggunaan Lahan
pertanian yaitu sawah dan kebun campuran mengalami pengurangan luas yang
terbesar menjadi permukiman, lahan hutan menjadi permukiman, sedangkan
semak dan tegalan bertambah luas.
Anugerah (2005) melakukan penelitian tentang faktor-raktor yang
mempengaruhi konversi lahan sawah ke penggunaan lahan non pertanian
Kabupaten Tanggerang, dan di peroleh hasil selama periode tahun 1994-2003,
terjadi konversi lahan sebesar 5407 ha, dengan laju konversi 2,44% per tahun.
Selain itu, peneliti lain, Wulandhana (2007) melakukan penelitian tentang
dinamika pemusatan dan distribusi spasial perubahan penutupan lahan di
Jabodetabek, berdasarkan analisis penutupan lahan pada tahun 1972, 1983, 1992,
2000 dan tahun 2005. Hasil penelitian menunjukan penutupaan lahan ruang
terbangun selalu mengalami peningkatan luas. Hal ini sangat kontras dengan
penutupan lahan terbuka hijau yang setiap tahun menyempit. Penurunan ini
disebabkan oleh pertumbuhan penduduk dan aktivitas ekonomi yang sangat pesat
menyebabkan kebutuhan lahan untuk ruang terbangun sangat besar dan akhirnya
mengkonversi lahan penutupan lahan terbuka hijau terutama yang berada
dipinggiran kota Jakarta.
KESIMPULAN
Pembangunan vertikal atau yang sering dikenal dengan rumah susun atau
apartemen merupakan suatau upaya untuk menangani masalah peningkatan
jumlah penduduk yang terus menerus namun di sisi lain luas lahan juga semakin
menyempit. Hasil sensus yang menunjukan pertumbuhan jumlah penduduk yang
terus menerus dapat menyebakan banyak permasalahan. Lahan sebagai
pendukung kebutuhan hidup suatu saat tidak mampu menampung dan memenuhi
kebutuha hidup jika penduduk terus meningkat. Permukiman yang menjadi
kebutuhan pokok manusia untuk bisa hidup dan melakukan aktivitasnya,
memerlukan lahan yang luas untuk dapat menampung penduduk. Jika setiap
penduduk terus membangun tempat tinggal, lahan-lahan yang telah ditentukan
fungsinya seperti lahan pertanian dan kawasan lindung bisa terkonversi menjadi
kawasan pemukiman. Masalah lain yang akan muncul berupa masalah ketahanan
pangan, masalah lingkungan dan sebagainya. Permasalahan yang kompleks
tentang pemukiman banyak terjadi di kawasan perkotaan. Akibat urbanisasi
penduduk yang tinggi muncul permasalahan pengembangan kota yang tidak
terarah dan terkendali serta munculnya permukiman kumuh. Pengembangan
perumahan ke arah vertikal diharapkan dapat menjadi salah satu upaya untuk
mengefesiensikan pemanfaatan lahan dan menghasilkan pola hunian yang lebih
teratur dan baik. Adanya permasalahan terkait tentang pembangunan vertikal ini
juga diharapkan dapat dikendalikan dengan berbagai upaya dan kerjasama antar
semua pihak baik pemerintah, swasta dan masyarakatnya.
9
DAFTAR PUSTAKA
1. Ketua Kelompok
Nama : Etika Agrianita
Tempat, tanggal lahir : Lampung, 16 Agustus 1989
Karya ilmiah yang pernah dibuat :-
Penghargaan yang diraih :-
2. Anggota Kelompok
10