Perkembangan DewasaAkhir
Perkembangan DewasaAkhir
Oleh:
Muhammad Syawal
1
perubahan hormonal atau menyebabkan masalah system kekebalan, sehingga
tubuh menjadi rentan terhadap infeksi dan penyakit.
Beberapa perubahan fisik, seperti hilangnya kekuatan otot, akumulasi lemak,
dan atropi organ mungkin berhubungan dengan aktivitas hormone (Lamberts,
van den Beld, dan van der Lely, 1997 ; Rudman et al.,1990 dalam Papalia 2008).
Keefesienan system kekebalan juga menurun seiring dengan pertambahan usia
(Holliday, 2004; Kiecolt-Glaser & Glaser, 2001 dalam Papalia 2008). Suatu
penelitian mengungkapkan bahwa jam biologi diatur oleh penyusutan perlahan
dari telomere, ujung pelindung kromosom yang memendek setiap kkali
membelah. Erosi terprogram ini pada akhirnya berujung pada berhentinya
pembelahan sel tersebut (de Lange, 1998 dalam Papalia 2008).
Penelitian terhadap 143 orang dewasa berusia 60 tahun ke atas yang tidak
memiliki hubungan darah menmukan kaitan antara telomer yang pendek pada
DNA darah dan kemataian awal yang disebabkan oleh penyakit jantung dan
infeksi (Cawthon, Smith, O’Brien, Sivatchenko. Dan Kerber, 2003 dalam Papalia,
2008).
Teori Tingkat Variabel (Variable Rate Theories)
Teori yang menjelaskan tentang penuaan biologis sebagai hasil dari
proses yang berbeda antarsatu orang dengan orang laindan dipengaruhi oleh
lingkungan internal dan eksternal. Teori ini dapat juga disebut dengan teori
kesalahan.
Selain itu, ada juga yang dinamakan dengan teori wear and tear, yaitu penuaan
tubuh adalah hasil dari akumulasi kerusakan system pada tingkat molekul
(Hayflick, 2004 ; Holliday, 2004 dalam Papalia 2008). Sebelumnya pernah
dijelaskan bahwa sel tubuh berkembang biak terus menerus melalui pembelahan
diri. Proses ini sangat penting karena bertujuan untuk mengimbangi kehilangan
dan kematian sel berbahaya serat untuk menjaga organ dan system yang
berfungsi dengan baik. Dalam proses penuaan yang terjadi pada seseorang, sel
tidak mampu memperbaiki atau mengganti bagian yang rusak.
Teori radikal bebas adalah molekul-molekul yang terbentuk selama
metabolism yang dapat bereaksi dan merusak membran sel, protein sel lemak,
karbohidrat. Suatu penelitian yang berhubungan dengan teori radikal bebas
yaitu lalat buah. Ketika diberikan gen ekstra yang menghilangkan radikal bebas
2
bisa hidup sepertiga kali lebih lama dibandingkan yang normal (Orr & Sohal,
1994 dalam Papalia 2008). Sedangkan pada tikus yang dikembangkan tanpa
gen yang disebut MsrA yang biasanya melindungi tubuh terhadap radikal bebas
memiliki rentang hidup yang lebih pendek dari rentang hidup normal
(Moskovitz, et al., 2001). Dapat diketahui dari dua penelitian yang berbeda
antara lalat buah dan tikus yang menghasilkan hasil penelitian yang sangat
berbeda pula. Penelitian pertama yang dilakukan pada lalat buah yang diberikan
gen ekstra yang menghilangkan radikal bebas dapat hidup sepertiga lebih lama
dibandingkan yang normal, sedangkan pada tikus yang dikembangkan tanpa gen
memliki rentang hidup yang lebih pendek dari yang normal. Dapat disimpulkan
bahwa gen pada penelitian terhadap lalat buah dan tikus sangat berpengaruh
terhadap rentang hidup.
Teori tingkat kehidupan menjelaskan bahwa tubuh dapat bekerja sampai
tingkat tertentu hingga selesai. Makin cepat seseorang bekerjam makin besar
energy yang digunakan dan tubuh makin cepat mengalami kerusakan, di mana
energy yang kita gunakan dapat menentukan panjang usia.
Teori Autoimun menjelaskan bahwa system kekebalan yang menua dapat
mengeluarkan antibodi yang menyerang sel tubuh itu sendiri. Kesalahan fungsi
yang disebut dengan autoimunitas diperkirakan bertanggungjawab terhadap
gangguan dan penyakit yang berhubungan dengan penuaan (Hooliday, 2004
dalam Papalia, 2008). Teori ini menjelaskan bagaimana pengaturan kematian sel
yang sudah teratur secara genetika. Krtika mekanisme penghancuran sel yang
tidak diperlukan mengalami gangguan, penghancuran sel secara keseluruhan
dapat menyebabkan penyakit stroke, alzeimer, kanker, dan penyakit autoimun.
3
Physical Changes
Teori Penuaan
Terdapat teori-teori mengenai penuaan (aging) yang menjelaskan dari sudut
pandang biologis. Di antaranya adalah rate-of-living theories dan cellular theories.
a. Rate –of-living theories
Teori ini didasarkan pada pemikiran bahwa manusia dilahirkan dengan jumlah
energi yang terbatas yang dapat diperluas pada kecepatan yang unik pada tiap-
tiap individu. Proses metabolisme seperti mengkonsumsi kalori dalam jumlah
yang sedikit atau mengurangi stres berkaitan dengan hidup yang lebih panjang.
Penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi terhadap stres dengan usia
dapat menjadi penyebab penuaan.
b. Cellular theories
Teori ini menyatakan bahwa terdapat batasan pada seberapa sering sel tubuh
dapat membelah sebelum sel tersebut mati (disebut Hayfick limit), dimana dapat
menjelaskan mengenai penuaan.
4
kemampuannya untuk mengenali dan melawan bakteri dan para penyerbu asing,
begitu pula dengan sel-sel kanver. Sel-sel kekebalan mungkin juga telah mulai
melawan sel-sel kesehatan tubuh sendiri, kemungkinan menghasilkan penyakit-
penyakitbkekebalan (autoimune disease) seperti radang sendi dan beberapa
penyakit ginjal ringan. Para ilmuan berpendapat bahwa pencetus saat penuaan
ditempatkan di dalam otak, lebih khususnya lagi di kelenjar-kelenjar
hipotalamus dan pituitari, yang melibatkan pelepasan hormon-hormon. Dalam
pandangan ini, dimulai saat pubertas kelenjar pituitari melepaskan hormon,
yang menyebabkan tubuh menjadi menua pada kecepatan yang telah doprogam.
Tiroksin mengatur kecepatan metabolisme di dalam jantung dan sistem
kekebalan yang kerusakannya seringkali melibatkan berbagai macam penyakit
yang membunuh orang tua.
5
pada wanita. Penurunan tinggi badan ini pada umumnya disebabkan oleh kompresi
pada spinal karena berkurangnya kekuatan tulang.
Peningkatan berat badan pada usia pertengahan diikuti oleh penurunan
berat pada periode berikutnya merupakan hal yang normal. Pada umumnya
manusia bertambah berat badannya pada usia 20an hingga 50an, namun pada usia
tua akan mengalami penurunan berat badan. Perubahan lain yang dapat diamati
pada orang-orang usia lanjut adalah sebagai berikut:
Daerah kepala:
1. Hidung menjulur lemas
2. Bentuk mulut berubah akibat hilangnya gigi atau karena harus memakai gigi
palsu
3. Mata kelihatan pudar, tak bercahaya dan sering mengeluarkan cairan
4. Dagu melipat dua atau tiga
5. Pipi berkerut, longar dan bergelombang.
6. Kulit berkerut dan kering berbintik hitam, banyak tahi lalat atau ditumbuhi kutil
7. Rambut menipis, berubah menjadi putih atau abu-abu dan kaku. Tumbuh rambut
halus dalam hidung, telinga dan pada alis
Daerah tubuh:
1. Bahu membungkuk dan tampak kecil
2. Perut membesar dan membuncit
3. Pinggul tampak mengendor dan lebih lebar dibandingkan dengan waktu
sebelumnya
4. Garis pinggang melebar, menjadikan badan tamapak seperti terisap
5. Payudara bagi wanita menjadi kendur dan melorot.
Daerah persendian:
1. Pangkal tangan menjadi kendor dan terasa berat,s edangkan ujung tangan
tampak mengkerut
2. Kaki menjadi kendor dan pembulh darah balik menonjol, terutama yang ada di
sekitar pergelangan kaki
3. Tangan menjadi kurus kering dan pembuluh vena di sepanjang bagian belakang
tangan menonjol
4. Kaki membesar dan otot-otot mengendor, timbul benjolan0benjolan, ibu jari kaki
membengkak, dan bisa meradang serta sering timbul kelosis
6
5. Kuku tangan dan kaki menebal, mengeras dan mengapur.
d. Implikasi psikologis
Stereotip budaya memberikan pengaruh yang besar pada penerimaan orang
berkaitan dengan perubahan penampilan yang terkait dengan usia. Berkurangnya
kekuatan dan kelenturan, dan perubahan pada persendian memiliki konsekuensi
psikologis yang penting, terutama terkait dengan self-esteem.
Sisitem Sensoris
Terdiri dari perubahan pendengaran, perasa, pembau dan peraba. Perubahan ini
terjadi mulai pada usia madya (Hurlock; 326). Perubahan yang merepotkan dan paling
nampak adalah perubahan pada pendengaran dan penglihatan.
1. Indera Penglihatan
7
Perubahan pada indera penglihatan, dimulai pada usia dewasa madya, dan
semakin jelas pada usia lanjut (Kosnick dkk, 1989). Kemampuan beradaptasi indera
penglihatan menjadi menurun atau melambat. Orang lanjut usia membutuhkan waktu
lebih lama untuk memulihkan kembali penglihatan mereka disaat mereka beralih dari
ruangan yang terang menuju ke ruang gelap. Daerah medan penglihatan juga menadi
mengecil.
Perubahan fungsional dan degenarif pada mata berakibat mengecilnya bundaran
kecil pada mata, mengurangnya ketajaman mata dan akhirnya menjadi glukoma,
katarak dan tumor. Kebanyakan orang yang berusia madya menderita presbiopi atau
kesulitan melihat sesuatu dari jarak yang jauh, karena daya akomodasi mata berangsur-
angsur menurun. Antara usia 40-50 tahun daya akomodasi mata ini biasanya tidak
mampu untuk melihat dengan jarak dekat sehingga yang bersangkutan terpaksa
memakai kacamata (Hurlock; 327).
Hal yang tampak pada mata orang usia lanjut adalah mata kelihatan kurang
bersinar dan cenderung mengeluarkan kotoran mata yang menumpuk di sudut mata.
2. Indera Pendengaran
Kemampuan pendengaran juga menurun mulai di usia dewasa madya.
Penurunan ini debabkan oleh kemunduran selaput telinga (cochlea), syaraf penerima
umtuk pendengaran di dalam telinga (Santrock; 1999). Sehingga, mereka harus selalu
mendengarkan sesuatu dengan sungguh-sungguh dibandingkan pada saat mereka lebih
muda. Mula-mula kepekaan terhadap nada tinggi menurun, kemudian diikuti dengan
menurunnya secara drastik sesuai dengan meningkatnya usia. karena penurunan
kemampuan mendengar ini, orang-orang usia lanjut berbicara dengan keras dan
monoton (Hurlock; 327).
Namun, bagi sebagian orang lanjut usia, penurunan daya pendengaran ini bisa
diatasi dengan menggunakan alat bantu pendengaran (hearing aids).
3. Indera Penciuman dan Perasa
Pada usia lanjut, penurunan juga dialami pada indera penciuman dan perasa.
Kepekaan terhadap rasa pahit dan masam bertahan lebih lama dibandingkan dengan
kepekaan terhadap rasa asin dan manis (Santrock; 1999). Penurunan ini,terutama
terjadi pada pria. Karena, rambut hidung mereka bertambah, sehingga mempengaruhi
daya rangsangan daya cium untuk menembus organ-organ indera penciuman yang
terletak pada batang hidung. Karena rasa sangat bergantung pada kemampuan
8
membau, indera inipun menjadi semakin lemah dengan meningkatnya usia (Hurlock;
327).
Orang usia lanjut memiliki kepekaan yang menurun pada rasa sakit, sehingga
kurang mengalami penderitaan jika dibandingkan dengan mereka yang berusia lebih
muda.
4. Indera Peraba
Karena kulit menjadi semakin kering dan keras, maka indera peraba kulit
menjadi semakin kurang peka (Hurlock; 389).
Fungsi-fungsi Vital
Perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuh bagian luar, disertai dengan
perubahan-perubahan tubuh bagian dalam (organ-organ dalam tubuh) dan
keberfungsiannya.
1. Sistem Peredaran Darah
Saluran arteri, tempat aliran darah yang diedarkan menuju ke seluruh tubuh,
menjadi rapuh dengan bertambahnya usia. sehingga mengakibatkan kesulitan sirkulasi.
Tekanan darah yang meningkat, mengakibatkan komplikasi jantung. Tekanan darah
yang meningkat ini dapat dikarenakan bertambahnya usia disertai dengan penyakit,
obesitas, kecemasan, pengerasan pembuluh darah, atau kurangnya olah raga. Semakin
lama beberapa faktor ini bertahan, semakin buruk tekanan darah individu
(Santrock;2000).
2. Sistem Pernafasan
Kapasitas paru-paru menurun antara usia 20 dan 80 tahun, meskipun tanpa
penyakit. Paru-paru kehilangan elastisitas, dada menyusut, dan diafragma melemah
(Santrock;2000).
3. Sistem Kelenjar
Fungsi kelenjar tubuh menjadi lebih lamban. Pori-pori dan kelenjar pada kulit
yang membersihkan kulit dari kotoran menjadi lebih pelan, sehingga bau badan
bertambah. Berbagai kelenjar yang dihunbungkan dengan proses pencernaan berfungsi
lebih lambat, sehingga mengalami masalah karena pencernaan menjadi lebih sering
bekerja.
4. Sistem Pencernaan
9
Sebagian orang usia dewasa madya menggunakan gigi palsu, yang juga
menambah kesulitan mengunyah. Selain itu, beberapa orang usia madya memperbaiki
kebiasaan makan mereka sesuai dengan semakin lambannya kegiatan mereka. Keadaan
ini, malah menambah masalah pada system pencernaan, karena mereka sering
mengalami konstipasi.
Siistem Reproduksi
Kedua wanita maupun pria mengalami perubahan pada system reproduksi pada
usia madya. Wanita mengalami menopause dan pria mengalami klimakterik.
Menopose ditandai dengan oleh terhentinya periode haid pada usia akhir 40 dan 50
tahun, dan kemampuan untuk melahirkan anak berhenti secara keseluruhan. Wanita
yang mengalami menopaus ini berhenti memproduksi ovarium, hormon ovarium, dan
hormon progestin. Akibat dari berhentinya produksi hormon- hormone tersebut, seks
sekunder kewanitaan menjadi kurang kelihatan. Bulu di wajah menjadi bertambah
kasar, suara menjadi lebih mendalam, lekuk tubuh menjadi rata, payudara tidak lagi
kencang, dan bulu kemaluan dan aksial menjadi lebih tipis.
Turunnya secara drastis hormon estrogen mengakibatkan hal yang tidak
menyenangkan pada wanita yang mengalami menopause. Mereka ,erasa panas, mual
letih, dan denyut jantung yang lebih cepat. Akibatnya, mereka lebih cepat marah,
tertekan, dan mengkritik diri bahkan beberapa dari mereka yang mengeluhkan depresi.
Klimaterik pada pria, terjadi karena adanya penurunan yang berangsur-angsur
pada aktivitas gonad yang terjadi pada usia setelah lima puluh tahunan. Namun,
penurunan ini terjadi sangat lamban dan tidak sampai terjadi pemberhentian seperti
pada wanita yang mengalami menopause. Sehingga, pria usia tujuh puluh tahun masih
mampu untuk membuahi istrinya. Penurunan aktivitas gonad ini diiringi oleh
penurunan nafsu seksual. Meskipun penurunan nafsu seksual ini juga disebabkan oleh
hal lain, seperti tekanan psikologis dan sebab lainnya.
Hal lain yang disebabkan oleh penurunan aktivitas gonad ini, seks sekunder pria
juga mengalami perubahan. Misalnya intonasi suara menjadi lebih tinggi, rambut di
kepala dan tubuh menjadi berkurang, tubuh menjadi lebih sedikit gemuk, terutama
bagian perut dan paha.
10
Otak dan Sitem Saraf
Saat tua, kita kehilangan sejumlah neuron, unit-unit sel dasar dari sistem saraf.
Aspek-aspek yag signifikan dari proses penuaan mungkin adalah bahwa neuron-neuron
itu tidak mengganti dirinya sendiri (Moushegian, 1993). Meskipun demikian, otak dapat
cepat sembuh dan memperbaiki kemampuannya, hanya kehilangan sebagian kecil dari
kemampuannya untuk berfungsi di masa dewasa akhir (Labouvie-Vief, 1985). Sifat
adaptif otak telah ditunjukkan dalam sebuah penelitian (Coleman, 1986). Dari usia 40 –
70an tahun, pertumbuhan dendrite meningkat. Dendrit adalah bagian penerima dari
neuron atau sel saraf. Tetapi pada orang yang sangat tua, yang berusia sekitar 90an,
pertumbuhan dendrit tidak lagi terjadi. Pertumbuhan dendrit dapat menggantikan
kehilangan neuron, selama usia 70an, tetapi tidak terjadi ketika individu mencapai usia
90an. Meskipun beberapa neuron menghilang, otak tua dapat berfungsi secara efektif.
11
cerebral, bagian otak yang melakukan tugas kognitif. Suatu penelitan baru menemukan
bahwa penurunan pada otak terjadi bukan karena jumlah neuron, tetapi adanya
penyusutan ukura neuron yang disebabkan karena hilangnya jaringan penghubung,
seperti akson, dendrite, dan sinaps. Dengan hilangnya material otak secara perlahan-
lahan, dapat mengakibatkan perlambatan pada system saraf pusat yang mempengaruhi
koordinasi fisik dan kognitif.
Struktur otak, korteks serebral dapat menyusut lebih cepat pada pria dibandingakn
dengan wanita (Coffey et al., 1998 dalam Papalia, 2008). Atropi serebral dapat mungkin
muncul lebih awal pada wanita dibandingka pada pria, terutama yang mengalami
kelebihan berat badan (Gustafson, Lissner, Bengtsson, Bjorkelund, dan Skoog, 2004
dalam Papalia, 2008). Atropi kortikal juag terjadi lebih cepat pada orang yang tingkat
pendidikannya kurang (Coffey, Saxton, Ratcliff, Bryan, dan Lucke, 1999 dalam Papalia
2008). Selain itu, aerobic juga dapat mempelambat hilangnya jaringan otak (Friedland,
1993 ; Satz, 1993 dalam Papalia, 2008). Sedangkan pada tikus, pola makan yang terdiri
dari buah dan sayuran dapat menghambat penurunan fungsi otak yang berhubungan
dengan usia (Galli, Shukitt-Hale, Youdim, dan Joseph, 2002 dalam Papalia, 2008).
Tidak semua perubahan yang terjadi pada otak sifatnya merusak. Peneliti telah
menemukan bahwa otak yang sudah tua dapat menumbuhkan sel saraf baru. Buktinya
telah ditemukan bahwa pembelahan sel yang terjadi pada bagian hipokampus, bagian
otak yang terlibat dalam pembelajaran dan ingatan (Erikson et al.,1999 dalam Papalia
2008).
12
kecelakaan tau jatuh. Mata yang tua memerlukan cahay yang besar untuk
melihat, lebih sensitive terhadap kilauan, serta dapat mengalami
kesulitan menemukan dan membaca tanda, dengan demikian mengemudi
menjadi berbahaya, terutama pada malam hari (D.W. Kline et al., 1992 ;
D.W.Kline & Scialfa, 1996). Masalah penglihatan yang terjadi dapat diatasi
dengan bantuan kacamata, perawatan medis, dan dapat juga
mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan yang mengandung
vitamin A baik untuk mata. Gangguan-gangguan penglihatan dapat juga
disebabkan oleh katarak, degenarasi macular terkait usia, galukoma, dan
retinopati diabetes.
Hampir 47 persen dari lansia laki-laki dan 30 persen dari lansia
perempuan di Amerika, melaporkan mengalami gangguan pendengaran.
Gangguan pendengaran meningkat seiring dengan bertambahnya usia
(Federal Interagency Forum on Aging-Related Statistics, 2004 dalam
Papalia 2008). Gangguan pendengaran dapat merupakan penyebab
persepsi yang salah bahwa orang lansia mengganggu, menderita
demensia, dan mengesalkan, serta cenderung memberikan dampak
negative tidak hanya pada dirinya , tetapi juga pada pasangannya
(Wallhagen, Strawbridge, Shema, dan Kaplan, 2004). Masalah
pendengaran dapat dibantu dengan menggunakan alat bantu
pendengaran, tetapi alat ini sulit untuk disesuaikan karena cenderung
memperkuat suara yang ingin didengar seseorang.
Jadi, masalah penglihatan dan pendengaran dapat terjadi karena salah
satu faktor usia yang mempengaruhi.
2. Kekuatan, Ketahanan, Keseimbangan, dan Waktu Reaksi
Pada umumnya, orang dewasa kehilangan kekuatan sekitar 10 sampai 20
persen ketika mereka pada usia 70 tahun. Ketahanan menjadi turun
secara konsisten bersamaan dengan usia, terutama untuk perempuan.
Penurunan yang terjadi pada kekuatan otot dapat terjadi akibat
kombinasi penuaan ilmiah, aktivitas yang menurun, dan penyakit (Barry
& Carson, 2004 dalam Papalia, 2008). Keelastisitisan pada lansia sangat
penting karena orang-orang yang ototnya sudah menyusut
memungkinkan untuk jatuh dan mengalami patah tulang serta melakukan
13
bantuan yuntk melakukan aktivitas sehari-hari. Alasan seorang lansia
lebih mudah untuk jatuh karena penurunan kesensitifan saraf penerima
yang memberikan informasi kepada otak mengenai posisi tubuh pada
keruangan. Kebanyakan patah tulang dan jatuh dapat dicegah dengan
meningkatkan kekuatan otot keseimbangan dan kecepatan berjalan
(Agency for Healthcare Research and Quality dan CDC, 2002).
Pola Tidur
Pola tidur yang terjadi pada lansia, cenderung memiliki waktu tidur yang
lebih sedikit dan jarang untuk bermimpi. Jumlah jam tidur pulas mereka lebih
terbatas dan mereka dapat terbangun dengan lebih mudah disebabkan oleh masalah
fisik atau terkena cahaya (Czeister et al., 1999 ; Lamberg, 1997). Pernyataan bahwa
masalah tidur adalah hal normal bagi lansia, tetapi dapat membahayakan jika
menjadi insomnia kronis dan dapat merupakan gejala yang jika tidak diobatai dapat
menjadi gejala awal depresi. Untuk menangani masalah pola tidur yang terjadi pada
lansia, dapat dilakukan terapi kognitif dan perilaku yang bertujuan suapay lansia
dapat tidur sesuai dengan aturan.
Fungsi Seksual
Faktor yang terpenting dalam mempertahankan fungsi seksual adalah
aktivitas seksual yang konsisten selama bertahun-tahun. Seorang pria yang sehat
secara seksual aktif dapat teuru mempertahankan ekspresi seksualnya sampai
berusia 70-80 tahun. Sedangka perempuan secara fisiologis dapat aktif secara
seksual selam mereka hidup, halangan utama mereka dalam memenuhi
kehidupan seksual adalah ketiadaan pasangan (Masters & Johnson, 1966, 1981 ;
NIA, 1994 ; NFO Research Inc, 1999). Seks pada saat lansia berbeda pada saat
sebelumnya. Pada umumnya, pria memerlukan waktu yang lebih lama untuk
mengalami ejakulasi dan ereksi, mungkin memerlukan stimulasi manual yang
lebih dan mengalami interval yang lebih panjang di antara ereksi. Perubahan
yang terjadi pada ukuran payudara perempuan dan tanda-tanda terangsang
secara seksual menjadi tidak seintens sebelumnya. Selain itu, vagina menjadi
kurang fleksibel. Aktivitas seksual menjadi lebih memuaskan bagi lansia jika
lansia dan orang yang lebih muda menyadari bahwa hal ini normal dan sehat.
14
PERKEMBANGAN KOGNITIF
Some abilities, such as speed of mental processes and abstrack reasoning, may
decline in later years, but aspect of practicalland integratif thinking tend to improve
throughout most of adult live (Stenberg, Grogorenko, & Oh, dalam Papalia 2004). Pada
masa dewasa awal beberapa aspek kecerdasan akan mengalami penurunan, akan tetapi
beberapa aspek integratif dan pemikiran praktis cenderung meningkat pada masa ini.
Penurunan-penurunan kemampuan berpikir ini salah satunya disebabkan juga oleh
melemahnya neurologis pada lansia.
Mengukur intellegensi dewasa awal cukup sulit. Faktor fisik dan psikologi dapat
mempengaruhi hasil tes mereka. Seperti layaknya dewasa awal dan dewasa
pertengahan, individu pada masa dewasa akhir lebih baik mengikuti tes intellegensi
pada saat kondisinya baik dan bugar. Kondisi fisik maupun psikologis yang buruk akan
membuat skor pada tes menjadi lebih buruk. Masalah saraf, tekanan darah tinggi, atau
gangguan kardiovaskular lainnya, akan mengakibatkan darah mengalir ke otak, dan
dapat mengganggu performa kognitifnya (Stand & Meredith, dalam Papalia 2004)
Menurut studi klasik yang dilakukan Horn dan Cattell, tahap dewasa akhir
mengalami perubahan dalam fluid intellegence sedangkan crystalized intellegence terus
meningkat dan megnikuti life span. Fluid intellegence mengalami penurunan setelah
dewasa awal, sedangkan crystalized intellegence terus naik hingga melewati dewasa
akhir.
15
Baltes dan rekannya mengusulkan sebuah model fungsi kognitif yang diberi
nama dual-proses model. Mereka membagi model ini menjadi dua dimensi, yaitu
intellegensi mekanik dan intellegensi pragmatis. Intellegensi mekanik terdiri dari
proses informasi dan problem solving. Dimensi ini, seperti layaknya fluid intellegensi,
didasari oleh psikologis dan dapat berhenti pada umur tertentu. Sedangkan pragmatis
intellegensi terdiri dari area tumbuh yang potensial seperti berpikir praktis, aplikasi
dari pengalaman dan skills. Dimensi ini akan terus tumbuh pada tahap dewasa akhir.
Penurunan kognitif yang terjadi pada lansia berbeda bagi setiap orang. Beberapa
orang mengalami penurunan pada usia tujuh puluh hingga delapan puluh tahun dan
beberapa yang lainnya sudah mengalami penurunan fungsi kognitif sejak usia tiga puluh
hingga empat puluh tahun. Melambatnya penurunan kognitif dapat terjadi karena pola
hidup yang sehat, pendidikan yang tinggi dan luas, keluarga yang harmonis, dan
lingkungan yang menstimulasi dengan baik.
Penurunan yang terjadi pada lansia masih dapat ditanggulangi dengan mengikuti
pelatihan. Penurunan kognitif sering kali disebabkan oleh kurangnya penggunaan
kemampuan kognitif dimasa lalu (Schaie, dalam Papalia 2004). Pelatihan pada lansia
memungkinkan mereka untuk dapat mengembalikan kompetensi yang pernah ia miliki
atau mungkin mencapai sesuatu yang belum sempat mereka capai pada masa
sebelumnya.
16
Dilakukan penelitian untuk menguji perubahan memori jangka pendek pada
dewasa akhir. Pengujian dilakukan dengan meminta seseorang mengulang deret angka.
Hasilnya, orang tersebut bisa dengan mudah mengulang deret angka yang berurutan
namun kesulitan dalam mengulang deret angka yang diucapkan secara terbalik
urutannya. Hal ini terjadi karena dalam mengulang deret angka yang berurut hanya
dibutuhkan memori sensori, yang efisiennya bertahan sepanjang hidung, sedangkan
untuk mengulang deret angka yang terbalik dibutuhkan memori kerja, yang efisiennya
berhenti pada usia 45 tahun. Dewasa awal mengalami penurunan yang tidak terlalu
besar dalam melakukan pengulangan, namun penurunan terlihat lebih besar saat
mereka dituntut untuk melakukan tugas-tugas yang lebih kompleks dan menuntut
elaborasi serta reorganisasi.
17
Dewasa akhir mengalami kesulitan dalam meng-encoding suatu informasi.
Dewasa akhir juga mengalami masalah dalam me-recall jika dibandingkan dengan
dewasa awal. Hal ini terjadi, berkaitan dengan penurunan kecepatan pada sistem saraf
pusat. Bagian hippocampus (yang berfungsi dalam mengatur longterm memory)
kehilangan sistem sarafnya sebesar 20%. Corpus callosum yang mengordinasi sistem
sensorimotor tubuh mengalami perhentian pertumbuhan.
Para dewasa awal, sering kali melupakan sebuah janji dengan orang lain atau
juga mengingat suatu hal yang ia khayalkan menjadi suatu hal yang benar-benar real.
Hal ini terjadi dikarenakan adanya penurunan pada prefrontal cortex. Lansia dapat
meningkatkan kemunduran neurologis itu dengan memperhatikan aspek faktual dari
suatu situasi, bukan emosionalnya, dab lebih berhati-hati serta kritis dalam
mengevaluasi dari mana ingatan tersebut berasal (Henkel, Johnson, & De leonardis,
dalam Anwar 2008).
18
PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL
Beberapa ahli menyebutkan bahwa masa lansia merupakan tahapan
perkembangan dengan isu dan tugas khusus, yakni waktu tuju dimana seseorang
mengkaji ulang kehidupan mereka, melengkapi urusan yang belum selesai, serta
memutuskan cara terbaik untuk menyalurkan energy dan menghabiskan sisa waktu
mereka. Mengenai perkembangan psikososial terdapat hal-hal yang dapat menjelaskan
tahap terakhir dari rentang hidup ini, yaitu mengenai stabilitas kepribadian dan emosi,
bagaimana lansia mengatasi kehilangan dan stress serta apa yang dianggap sebagai
penuaan yang sukses.
Kepribadian merupakan alat prediksi yang kuat untuk emosi dan kebahagiaan
subyektif. Dalam sebuah penelitian longitudinal, emosi negative meningkat seiring
dengan bertambahnya usia, sedangkan emosi positif –kegairahan, minat, kebanggaan,
dan perasaan pencapaian sesuatu –cenderung tetap stabil hingga masa lansia, baru
kemudian sedikit menurun perlahan (Charles, dkk., dalam Papalia, 2009).
Hal ini dapat dijelaskan dari teori selektivitas social emosional, bahwa ketika
orang beranjak tua, mereka cenderung mencari aktivitas dan orang-orang yang
memberi imbalan emosional. Kemampuan lansia juga lebih baik dalam mengatur emosi
menjelaskan mengapa mereka cenderung lebih senang dan ceria dibanding orang
dewasa muda. Kemudian dalam penelitian lain ditemukan bahwa kepercayaan masa
kanak-kanak, energy, optimism masa kanak-kanak maupun tingkat pergaulan tidak
berhubungan dengan panjangnya usia. Hal yang terjadi justru sebaliknya: anak yang
19
ceria cenderung mati muda. Diperkirakan yang menjadi faktor kuat panjangnya usia
adalah dimensi kepribadian yang disebut conscientiousness atau kehati-hatian,
keterandalan yang sering digambarkan sebagai keteraturan, kehati-hatian dan kontrol
diri.
Model-model Coping
Secara umum lansia memiliki gangguan mental yang lebih sedikit dan lebih puas
akan hidup dibandingkan orang yang lebih muda (Mroczek& Kolarz; Wykle& Musil
dalam Papalia, 2009). Ada dua pendekatan teoritis dalam mempelajari coping,yaitu
pertahanan adaptif dan model penilaian kognitif.
1. Pertahanan Adaptif
20
intuitif, sebaliknya model pendekatan kognitif menekankan pada kesadaran memilih
strategi coping.
21
Teori Pelepasan vs Teori Aktivitas
Teori pelepasan (Cumming& Henry dalam Papalia, 2009) merupakan kondisi
universal dari penuaan. Penuaan yang sukses ditandai dengan penarikan diri yang
mutual antara lansia dan masyarakat. Penurunan fungsi fisik dan kesadaran bahwa
kematian makin dekat menghasilkan pengunduran diri yangperlahan dan tidak bisa
dihindari dari peran social.
Teori Aktivitas mengaitkan aktivitas dengan kekuatan hidup. Maka makin besar
kehilangan peran, maka seseorang makin merasakan ketidakpuasan. Penelitian
Greenfield& Marks (dalam Papalia, 2009) menunjukkan bahwa kehilangan peran yang
besar adalah faktor resiko terhadap penurunan kebahagiaan hidup dan kesehatan
mental.
Teori Kesinambungan
Teori Kesinambungan (continuity theory) oleh Robert Atchley menekankan
pentingnya seseorang mempertahankan kesinambungan antara masa lalu dan masa
kini. Dalam pandangan ini aktivitas menjadi penting bukan karena hal itu sendiri, tetapi
sejauh mana hal tersebut mewakili kesinambungan gaya hidup.
Peran Produktivitas
Penelitian mendukung ide bahwa aktivitas produktif memainkan peranan
penting dalam proses penuaan yang sukses. Lansia tidak hanya bisa tetap produktif,
tetapi bahkan bisa lebih dan makin produktif (Glass et al., dalam Papalia, 2009). Semua
aktivitas rutin yang mengekspresikan dan menguatkan sebagian aspek diri dapat
berkontribusi pada proses penuaan yang sukses (Herzog et al., dalam Papalia, 2009)
22
Gaya Hidup dan Isu-isu Sosial Terkait Penuaan
1. Pola gaya hidup pada keluarga (family-focused life style), terdiri dari aktivitas
yang mudah dan murah yang berpusat pada keluarga.
2. Pola investasi seimbang (balance investment), biasanya dilakukan oleh orang
yang lebih terdidik yang mengalokasikan waktu meraka secara lebih seimbang
antara keluarga, bekerja dan bersenang-senang.
3. Pola kesenangan serius (serious leisure) yakni pola yang didominasi oleh
aktivitas yang menuntut keahlian, perhatian dan komitmen.
23
2. Tinggal Sendiri
Lansia yang tinggal sendiri akan merasa kesepian, namun meskipun demikian
faktor-faktor seperti kepribadian, kemampuan kognitif, kesehatan fisik dan
jaringan social mungkin memainkan peranan yang lebih besar terhadap
perasaan kesepian (P.Martin dkk., dalam Papalia,2009)
1. Kekerasan fisik –kekerasan fisik yang menyebabkan cedera tubuh, sakit secara
fisik, atau kecacatan.
2. Kekerasan seksual –kontak seksual tanpa persetujuan dari lansia.
3. Kekerasan emosional atau psikologis –termasuk menyebabakan kesedihan,
kesakitan, stress.
24
4. Eksploitasi finansial atau materi –penggunaan dana, kekayaan atau asset lansia
secara illegal.
5. Penelantaran –penolakan atau kegagalan untuk memenuhi kewajiban seseorang
terhadap lansia.
6. Penelantaran diri –perilaku lansia yang depresi, renta dan secara mental tidak
kompeten yang mengancam keselamatan dan kesehatannya sendiri.
Menurut teori selektivitas sosioemosional, karena sisa waktu yang makin singkat,
lansia memilih untuk menghabiskan waktu dengan orang dan aktivitas yang memenuhi
kebutuhan emosional yang sekarang.
Lansia memiliki jaringan social yang lebih kecil dibandingkan dengan orang
dewasa yang lebih muda, tetapi mereka cenderung memiliki hubungan yang lebih dekat
dan lebih puas dengan hubungan yang mereka miliki ( Lang dan Carstensen, 1994,
1998; Antonucci dan Akiyama, 1995 ). Meskipun ukuran jaringan social dan frekuensi
kontak menurun, tidak berarti kualitas dan kuantitas dukungan social akan berkurang
juga, kecuali pada lansia yang depresi dan memiliki keterbatasan kognitif ( Bosse,
Aldwin, Levenson, Spiro dan Mroczel, 1993 ).
25
penelitian longitudinal pada 28.369 pria, orang-orang yang terisolasi secara social 53%
lebih mungkin meninggal karena penyakit kardiovaskular dibandingkan orang yang
masih terhubung secara social dan dua kali lebih mungkin untuk meninggal karena
kecelakaan atau bunuh diri ( Eng, Rimm, Fitzmaurice dan Kawachi, 2002 ). Selain itu,
lansia dengan jaringan social yang lebih luas dan kontak social yang lebih sering, akan
lebih tidak mungkin untuk mengalami penurunan kognitif ( Holtzman et al., 2004 ).
Janda/Duda
Seperti halnya kemungkinan pria lansia yang lebih besar dibandingkan wanita
untuk menikah kembali, wanita pun cendurung lebih mungkin menjadi janda. Wanita
cenderung hidup lebih lama dibandingkan suaminya dan lebih tidak mungkin untuk
menikah kembali dibandingkan laki-laki.
Hidup Sendiri
Lansia yang tidak pernah menikah akan lebih mungkin untuk memilih hidup
sendiri dan tidak merasa kesepian dibandingkan lansia yang bercerai atau janda/duda (
Dykstra, 1995 ). Sebuah penelitian menyebutkan bahwa wanita yang tidak pernah
menikah dan tidak mempunyai anak memiliki tiga peran atau hubungan yang dianggap
penting, yaitu :
26
Hubungan Homoseks dan Lesbian
Hubungan homoseks atau lesbian pada masa lansia cenderung sangat kuat,
sportif dan beragam. Mereka yang mempertahankan hubungan yang jelas dan
keterlibatan yang kuat pada komunitas homoseksual cenderung beradaptasi dengan
lebih mudah ( Friend, 1991; Reid, 1995 ).
Masalah utama yang dihadapi oleh lansia homoseks dan lesbian tumbuh dari
sikap masyarakat, yaitu :
Persahabatan
Kebanyakan lansia memiliki teman dekat dan seperti halnya pada masa dewasa
awal dan menengah, mereka dengan lingkaran pertemanan yang aktif cenderung lebih
sehat dan bahagia (Autonucci dan Akiyama, 1995; Babchuk, 1978-1979; Lomon et al.,
1971; Steinbach, 1992 ). Mereka yang bisa membagi perasaan, pemikiran,
kekhawatiran, dan kesulitan mereka dengan teman cenderung akan menghadapi
perubahan dan krisis karena penuaan dengan lebih baik (Genevay, 1986; Lowenthal
dan Haven, 1986 ) dan lebih lama ( Steinbach, 1992 ).
27
kebahagiaan hidup lansia, tetapi ketika hubungan keluarga buruk atau tidak ada, efek
negatifnya akan sangat jelas ( Antonucci dan Akiyama, 1995 ).
Menjadi Buyut
Ketika cucu beranjak dewasa, seorang kakek/nenek biasanya makin jarang
menemuinya. Kemudian ketika cucu menjadi orang tua, kakek/nenek pindah ke peran
baru yaitu buyut.
28