Anda di halaman 1dari 11

Nama : Wiwit Kusdianti

D.IV Penerbang Angkatan 6

1. 10 kata yang salah dalam artikel ilmiah di atas dan perbaikan dari kata tersebut adalah
 Kata Asfek seharusnya menjadi aspek
 Kata peradaban seharusnya menjadi peradapan
 Kata deskrpitif seharusnya menjadi deskriptif
 Kata paham seharusnya menjadi faham
 Kata perbudakkan seharusnya menjadi perbudakan
 Kata penghagaan seharusnya menjadi penghargaan
 Kata sindiran” seharusnya menjadi sindiran-sindiran
 Kata menghasikkan seharusnya menjadi menghasilkan
 Kata ini lah seharusnya menjadi inilah
 Kata sense of belonging seharusnya di cetak miring menjadi sense of belonging
 Kata aktuwalisasi seharusnya menjadi aktualisasi
 Kata ke benaran seharusnya menjadi kebenaran
 Kata pemunculannya seharusnya menjadi kemunculannya
 Kata pisiologi seharusnya menjadi fisiologi
 Kata atau angka 10 seharusnya menjadi sepuluh
 Kata ceritra seharusnya menjadi cerita
 Kata Setelah itu, (enter) mendata aspek …. Seharusnya menjadi Setelah itu,
mendata aspek …. (tanpa perlu di enter)

2. 4 kalimat yang tidak tepat dan perbaikan dari kalimat tersebut adalah
 Aspek humanisme yang ditemukan dalam dongeng akan diuraikan secara
berurutan dari yang pemunculannya paling banyak yaitu kebutuhan fisiologi
dasar sebanyak 29 atau 42,65%, kebutuhan akan rasa aman sebanyak 14 atau
20,59%, kebutuhan untuk dihargai sebanyak 10 atau 14,71%, kebutuhan
aktualisasi diri sebanyak 9 atau 13,24%, kebutuhan untuk dicintai atau disayangi
sebanyak 6 atau 8,82%.
 Dongeng diceritakan terutama untuk hiburan walaupun banyak juga yang
melukiskan kebenaran, berisikan pelajaran (moral), atau bahkan sindiran-
sindiran.
 Humanisme berasal dari latin, humanis; manusia, dan isme berarti paham atau
aliran.
 Danandjaja (2007: 83) mengemukakan “Dongeng adalah cerita pendek kolektif
kesusastraan lisan, cerita prosa rakyat yang tidak dianggap benar-benar terjadi.

3. Catatan Kaki merupakan sebuah daftar keterangan tambahan khusus yang tertulis di
bagian paling bawah setiap lembaran di akhir bab sebuah karya ilmiah baik makalah,
tesis, skripsi, maupun lainnya. Catatan kaki juga termasuk keterangan referensi yang
berada dikaki tulisan ataupun teks karya ilmiah. Catatan kaki biasa digunakan untuk
memberikan keterangan dan komentar, menjelaskan sumber kutipan atau sebagai
pedoman penyusunan daftar bacaan/bibliografi.

Berikut adalah ciri-ciri catatan kaki antara lain sebagai berikut:

 Diberi nomor, biasanya nomornya berurutan


 Biasanya catatan kaki ada di paling bawah tulisan atau teks
 Biasanya ukuran hurufnya lebih kecil dari tulisan atau teks
 Terdapat halaman yang dikutip
 Kota terbit dan penerbit ditulis dalam tanda kurung ()
 Judul buku dicetak miring
Jenis-Jenis Catatan Kaki
Berikut adalah jenis-jenis catatan kaki diantaranya sebagai berikut:

1. Ibid
Ibid merupakan singkatan dari Ibidium yang berarti “sama dengan di atas”. Biasanya Ibid
digunakan untuk menulis catatan kaki yang sumbernya sama dengan catatan kaki yang
tepat di atasnya. Tidak dipakai apabila telah ada catatan kaki lain yang menyelingnya.
Diketik atau ditulis dengan huruf capital pada awal kata, dicetak miring, dan diakhiri
titik. Apabila referensi berikutnya berassal dari jiid atau halaman lain, urutan
penulisan:Ibid, koma, jilid, halaman.
Contohnya:
1 Jonathan Holmes, An Introduction to Sociolinguistics, (Paris: Java, 1996), h. 59.
2 Ibid., h. 102
2. Op.cit
Op.cit merupakan singkatan dari opera cintati, yang artinya “dalam karya yang telah
dikutip”.Secara umum Op. cit merujuk buku sumber yang telah disebutkan dan diselingi
sumber lain. Ditulis dengan huruf kapital pada awal suku kata, dicetak miring, setiap
suku diikuti titik. Urutan penulissan: nama pengarang, nama panggilan atau nama
family, Op.cit. nama buku, halaman.
Contohnya:
Jonathan Holmes, An Inttroduction to Sociolinguistics, (Paris: Java, 1996), h. 59.
Ahmad Charli, Pengantar Sosiolinguistik, (Bandung: Tiga Serangkai, 2000), h. 54.
Jonathan Holmes, op.cit., h. 105.
3. Loc.cit
Loc.cit merupakan singkatan dari loco cintati, artinya tempat yang telah dikutip.
Biasanya digunakan untuk merunjuk sumber data pustaka yang serupa yang berupa
kumpulan esai, jurnal, ensiklopedi, atau majalah; dan telah diselingi sumber lain.
Kutipan bersumber pada halaman yang sama kata loc.cit tidak diikuti nomor halaman.
Jika halaman berbeda, kata loc.cit diikuti nomor halaman. Menyebutkan nama keluarga
pengarang.
Contohnya:
1 Jonathan Holmes, An Introduction to Sociolinguistics, (Paris: Java, 1996), .h. 59.
2 Ahmad Charli, Pengantar Sosiolinguistik, (Bandung: Tiga Serangkai, 2000), h. 54.
Jonathan Holmes, loc.cit.

Unsur-Unsur Catatan Kaki


Berikut adalah unsur-unsur catatan kaki antara lain sebagai berikut:

1. Unsur Untuk Buku


Berikut adalah unsur catatan kaki untuk buku yang terdiri :
Nama pengarang, ditulis dalam urutan biasa dan tidak dibalik, diikuti tanda koma,
Judul buku, diawali dengan huruf kapital (kecuali kata tugas) ditulis miring atau digaris
bawahi,
Nama atau nomor seri (kalau ada),
Data publikasi, yang terdiri dari: jumlah jilid (kalau ada), nomor cetakan (kalau ada), kota
penerbitan, diikuti titik dua, nama penerbit diikuti koma di dalam tanda kurung, tahun
penerbitan.
Nomor jilid,
Nomor halaman diikuti tanda titik.

2. Untuk Artikel dalam Majalah sebagai Acuan


Berikut adalah unsur catatan kaki untuk majalah yang terdiri :
Nama pengarang,
Judul artikel, diantara tanda kutip,
Nama majalah, ditulis miring atau digaris bawahi,
Nomor majalah jika ada,
Tanggal penerbitan,
Nomor halaman.

Contoh Penulisan Catatan Kaki


Berikut adalah contoh dalam penulisan catatan kaki :
1. Bila Bersumber Dari Buku
Dita Nama, Tata Cara Menulis Karya Ilmiah Bagi Pemula, Pustaka Siang, lampung, 2013,
hlm.20.
Ibid., hal. 18
Dina Nama, Cara menulis karya ilmiah, Pustaka Pagi, lampung, 2013, hlm.23.

2. Penulisan Catatan Kaki Bersumber Dari Berita Online Ataupun Bersumber Dari
Internet
Putri Sekar, “Tata Cata Menulis Karya Ilmiah Untuk Pemula”, Pustaka Terbit Terang,
diakses dari http://www.nama-situs-webnya.com/2015/04/materi-pengantar-
manajemen-bisnis.html, tgl 23 Agustus 20189 pukul 14.30.

4. Kesalahan umum penggunaan bahasa Indonesia antara lain :


 Kata Informal pada Tulisan Ilmiah/Situasi Formal
Bahasa Indonesia dalam penggunaannya dapat dikategorikan ke dalam Formal
dan Informal. Kata-kata Formal, tentunya kata-kata yang terdaftar dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Sedangkan bahasa informal adalah bahasa yang
digunakan keseharian, yang tidak digunakan dalam jurnal ilmiah dan situasi
formal. Bahasa informal ini sendiri ada yang lahir dari bahasa indonesia baku,
namun dipengaruhi oleh bahasa ibu masing-masing daerah dan ada pula dari
serapan-serapan bahasa asing. Namun celakanya semakin banyak orang yang
tidak menyadari telah melakukan kesalahan dengan mencampur-adukan bahasa
informal ke dalam pembicaraan yang formal.
 Kata-kata yang Mubajir
Mubajir yang dimaksudkan di sini adalah pengunaan kata yang bukan merupakan
kategori pleonasme pada satu kalimat. Kesalahan pengucapan yang sering sekali
terdengar adalah penggunaan kata"Agar dan Supaya". Banyak sekali orang
menggabungkan pengucapan dua kata ini, yang pada dasarnya kedua kata ini
adalah sinonim. Jadi sinonim kata Agar adalah Supaya. Cukup ucapkan "Agar" 
saja, atau "Supaya". Kata-kata mubajir lainnya adalah "Alternatif lain", "Warga
Masyarakat" " Bisa Dapat"  "Yakin dan Percaya" "Naik Ke atas" ,"Turun Ke
Bawah" , "Masuk Ke Dalam".
 Peluruhan kata saat dibubuhkan Imbuhan,Sisipan, atau Akhiran
Kesalahan ini sering terdengar dan terbaca saya. Misalnya, penggunaan Kata
"Mensukseskan" mestinya "Menyukseskan"  karena kata"Sukses"  jika
dibubuhkan awalan me- kata "s"  luruh menjadi "ny"
Namun peluruhan itu tidak berlaku untuk semua kata dasar yang jika
ditambahkan imbuhan meluruh. contohnya, Kata "Cuci + me- = Mencuci". ya,
tetap mencuci bukan menyuci.
 Penggunaan Kata Depan
Kesalahan ini teramat sering saya dapati pada bahasa iklan."DI  JUAL".
semestinya penulisan kata tersebut disatukan menjadi 'DIJUAL".
Jangan menganggap remeh hal seperti ini. Karena jika terus dibiasakan
pengaruhnya akan buruk ke depannya. Generasi bisa-bisa tidak mengenali lagi
bahasa baku itu apa.
5. Menulis ulang artikel ilmiah di atas dengan memperbaiki kata, kalimat dan
paragraf, agar menjadi artikel ilmiah yang tepat dan benar!

ASPEK HUMANISME PADA DONGENG


Oleh:
Ahmad Muzaki, Ni Wayan Ayu Permata Sari

ABSTRAK

Penelitian ini adalah penelitian deskrpitif kualitatif yaitu penelitian yang


berupaya menggambarkan dan merumuskan data aspek humanisme pada dongeng.
Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah studi
dokumentasi, yaitu suatu upaya melacak sumber-sumber informasi kandungan aspek
humanisme yang terdapat dalam dongeng pilihan. Penelitian yang dilakukan terhadap
10 dongeng anak Indonesia menghasilkan sejumlah data dan temuan tentang aspek-
aspek humanisme. Dari 10 dongeng yang diteliti ditemukan sebanyak 68 aspek
humanisme.Aspek humanisme yang ditemukan dalam dongeng akan diuraikan secara
berurutan dari yang pemunculannya paling banyak yaitu kebutuhan fisiologi dasar
sebanyak 29 atau 42,65%; kebutuhan akan rasa aman sebanyak 14 atau 20,59%;
kebutuhan untuk dihargai sebanyak 10 atau 14,71%; kebutuhan aktualisasi diri
sebanyak 9 atau 13,24%; kebutuhan untuk dicintai atau disayangi sebanyak 6 atau
8,82%.

Kata kunci: Aspek humanisme, dongeng

PENDAHULUAN
Dongeng merupakan salah satu di antara bentuk sastra yang peka terhadap
cerminan masyarakat. Manusia menyadari bahwa dirinya adalah agen perubahan
dalam sejarah peradaban. Sebagai subjek yang mempunyai kesadaran diri, manusia
dapat berhubungan dengan objek yang ada di luar dirinya. Melalui kemampuan akal
budi dan daya nalarnya, manusia dapat memahami realitas di luar dirinya dan tidak
hanya memahami realitas, tetapi juga dapat mengubahnya demi kepentingan manusia
itu sendiri. Sebagai makhluk yang berkehendak, manusia mempunyai kebebasan untuk
menentukan hidupnya sendiri. Dengan kata lain, manusia adalah makhluk otonom
yang hidupnya tidak dikendalikan oleh faktor di luar dirinya, tetapi diarahkan dan
diatur oleh kekuatan internal yang dimilikinya. Nilai-nilai yang dikembangkan oleh
gerakan humanisme seperti kebebasan, aktualisasi diri, dan otonomi di satu sisi telah
membawa manusia pada kesadaran baru atas kesamaan harkat dan martabat,
menentang berbagai ketidakadilan, diskriminasi, dan perbudakan.
Aspek-aspek humanisme di atas dapat ditemui dalam berbagai karya sastra,
seperti dongeng. Sebagai cerita khayal yang berkembang di masyarakat yang bertujuan
untuk mendidik serta menghibur, tentunya dongeng memiliki andil dan peran
tersendiri dalam masyarakat. Hal inilah yang menimbulkan ketertarikan penulis untuk
meneliti unsur-unsur humanisme dalam dongeng.

Aspek Humanisme
Humanisme berasal dari latin, humanis; manusia, dan isme berarti paham atau
aliran. Mangun Harjana (1997:101) mengatakan humanisme adalah pandangan yang
menekankan martabat manusia dan kemampuannya.

Teori Kepribadian Humanistik Menurut Maslow


Maslow (1908–1970) berpendapat manusia mempunyai naluri-naluri dasar
yang menjadi nyata sebagai kebutuhan. Kebutuhan tersebut adalah:
1. Kebutuhan fisik/biologis;
2. Kebutuhan akan rasa aman;
3. Kebutuhan akan rasa dimiliki (sense of belonging) dan cinta;
4. Kebutuhan akan penghagaan dan harga diri;
5. Kebutuhan aktualisasi/perwujudan diri.

Dongeng
Tengsoe (1988:166) mengemukakan bahwa dongeng adalah cerita khayal
semata yang sulit dipercaya kebenarannya. Dalam dongeng disajikan hal-hal yang ajaib,
aneh, dan tidak masuk akal. Dahulu dongeng diciptakan untuk anak kecil, isinya penuh
dengan nasihat. Dongeng muncul pertama kali pada zaman sastra purba di Indonesia.
Pada mulanya, dongeng tergolong sastra oral atau sastra lisan, yaitu sastra yang
disampaikan dari mulut ke mulut.
Danandjaja (2007: 83) mengemukakan “Dongeng adalah cerita pendek kolektif
kesusastraan lisan, cerita prosa rakyat yang tidak dianggap benar-benar terjadi.
Dongeng diceritakan terutama untuk hiburan walaupun banyak juga yang melukiskan
kebenaran, berisikan pelajaran (moral), atau bahkan sindiran”. Jadi, dongeng
merupakan replika kehidupan manusia yang dijadikan pelajaran dalam kehidupan
nyata.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan teknik analisis isi. Adapun
langkah kajian berupa pengumpulan data dengan membaca secara keseluruhan dan
berulang-ulang dongeng. Setelah itu, mendata aspek humanisme yang ada di dalam
dongeng. Kemudian memasukkan aspek humanisme tersebut ke dalam tabel.
Selanjutnya, mendata tanda kehadiran aspek humanisme dalam dongeng. Akhirnya
memasukkan hasil pengelompokan tersebut ke dalam tabel.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Deskripsi informasi penelitian adalah gambaran mengenai data yang diteliti.
Data yang diteliti yaitu 10 dongeng anak yang melegenda di Indonesia, berasal dari
dalam negeri dan luar negeri. Dongeng-dongeng tesebut berjudul Si Kancil Mencuri
Mentimun, Timun Emas dan Raksasa Hijau, Ayam Jantan yang Sombong, Burung Gagak
yang Cerdik dan Kendi Air, Cerita Bunga dan Kupu-Kupu, Cerita Anak dan Ayah yang
Bijaksana, Saudagar Jerami, Jack dan Pohon Kacang, Petani yang Baik Hati, dan Bawang
Merah dan Bawang Putih. Dongeng tersebut diteliti berdasarkan aspek humanisme.
Dari sepuluh dongeng yang diteliti, diperoleh hasil sebanyak 68 unsur humanisme.
Aspek humanisme berdasarkan terdiri atas kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa
aman, kebutuhan dicintai dan disayangi, kebutuhan dihargai, dan kebutuhan
aktualisasi diri.
Hasil penelitian akan dijelaskan berdasarkan aspek humanisme, baik pada setiap
karangan maupun seluruh karangan. Deskripsi hasil penelitian akan dilengkapi pula
dengan rekapitulasi aspek-aspek humanisme.

SIMPULAN
Penelitian yang dilakukan terhadap 10 dongeng anak Indonesia menghasilkan
sejumlah data dan temuan tentang aspek-aspek humanisme. Dari 10 dongeng yang
diteliti ditemukan sebanyak 68 aspek humanisme. Aspek humanisme yang ditemukan
dalam dongeng akan diuraikan secara berurutan dari yang pemunculannya paling
banyak yaitu kebutuhan fisiologi dasar sebanyak 29 atau 42,65%; kebutuhan akan rasa
aman sebanyak 14 atau 20,59%; kebutuhan untuk dihargai sebanyak 10 atau 14,71%;
kebutuhan aktualisasi diri sebanyak 9 atau 13,24%; kebutuhan untuk dicintai atau
disayangi sebanyak 6 atau 8,82%.

6. Apakah yang dimaksud dengan sarana berpikir ilmiah bukanlah ilmu, melainkan
kumpulan pengetahuan yang didapatkan berdasarkan metode ilmiah ?
Sarana ilmiah bukan merupakan kumpulan ilmu dalam pengertian bahwa
sarana ilmiah itu merupakan kumpulan pengetahuan yang didapatkan berdasar
metode ilmiah.Salah satu diantaranya ciri-ciri ilmu contohnya adalah
penggunaan induksi dan deduksi dalam mendapatkan pengetahuan. Sarana
berpikir ilmiah tidak mempergunakan cara dalam
mendapatkanpengetahuanya. B.Tujuan mempelajari sarana berpikir ilmiah
adalah untuk memungkinkan kita untuk menelaah ilmu secara baik.
Sedangkan tujuan mempelajari ilmu dimaksudkan untuk mendapatkan
pengetahuan yang memungkinkan kita untuk dapat memecahkan masalah kita
sehari-hari. Dalam hal ini maka sarana berpikir ilmiah merupakan alat bagi
cabang-cabang ilmu untuk mengembangkan materi pengetahuaannya
berdasarkan metode ilmiah .Jelaslah bahwa mengapa sarana berpikir ilmiah
mempunyai metode tersendiri yang berbeda dengan metode ilmiah dalam
mendapatkan pengetahuaannya. Sebab fungsi dari sarana berfikir ilmiah adalah
sebagai alat bantu untuk mencapai tujuan dalam kegiatan ilmiah secara
keseluruhan.

7. Interferensi merupakan kendala yang harus dihindari dalam pemakaian Bahasa baku,
sebutkan dan jelaskan empat aspek kebahasaan yang termasuk ke dalam interferensi !
1) Interferensi Fonologi atau Bunyi
Interferensi terjadi bila penutur itu mengidentifikasi fonem sistem bahasa pertama
(bahasa sumber atau bahasa yang sangat kuat memengaruhi seorang penutur) dan
kemudian memakainya dalam sistem bahasa kedua (bahasa sasaran). Dalam
mengucapkan kembali bunyi itu, dia menyesuaikan pengucapannya dengan aturan
fonetik bahasa pertama. Weinreich (1953) membedakan tipe interferensi dalam
bidang fonologi menjadi:
a) Interferensi substitusi (penutur Bali),
b) Interferensi overdiferensiasi (penutur Tapanuli dan Jawa),
c) Interferensi underdeferensi (penutur Jepang), dan
d) Interferensi reinterpretasi (penutur Hawai).
2) Interferensi Morfologi atau Tatabahasa
Interferensi tata bentuk kata atau morfologi terjadi bila dalam pembentukan kata-
kata bahasa pertama penutur menggunakan atau menyerap awalan atau akhiran
bahasa kedua. Interferensi juga terjadi apabila seorang penutur mengidentifikasi
morfem atau tata bahasa pertama dan kemudian menggunakannya dalam bahasa
kedua. Interferensi morfologis terjadi apabila dalam pembentukan katanya suatu
bahasa menyerap afiks-afiks bahasa lain.
Penyimpangan struktur itu terjadi kontak bahasa antara bahasa yang sedang
diucapkan (bahasa Indonesia) dengan bahasa lain yang juga dikuasainya (bahasa
daerah atau bahasa asing) (Nababan, 1984: 123-124). Misalnya awalan ke- dalam
kata ketabrak, seharusnya tertabrak, kejebak seharusnya terjebak, kekecilan
seharusnya terlalu kecil. Dalam bahasa Arab ada sufiks -wi dan -ni untuk
membentuk adjektif seperti dalam kata-kata manusiawi, inderawi, dan gerejani.
3) Inteferensi Sintaksis atau Kosakata
Interferensi ini terjadi karena pemindahan morfem atau kata bahasa pertama ke
dalam pemakaian bahasa kedua. Bisa juga terjadi perluasan pemakaian kata bahasa
pertama, yakni memperluas makna kata yang sudah ada sehingga kata dasar
tersebut memperoleh kata baru atau bahkan gabungan dari kedua kemungkinan di
atas. Interferensi kata dasar terjadi apabila misalnya seorang penutur bahasa
Indonesia juga menguasai bahasa Inggris dengan baik, sehingga dalam
percakapannya sering terselip kata-kata bahasa Inggris, sehingga sering terjebak
dalam interferensi.
4) Interferensi dalam tata makna dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:
1) Interferensi perluasan makna atau expansive interference, yakni peristiwa
penyerapan unsur-unsur kosakata ke dalam bahasa lainnya. Misalnya konsep
kata Distanz yang berasal dari kosakata bahasa Inggris distance menjadi kosakata
bahasa Jerman. Atau kata democration menjadi demokration dan demokrasi.
2) Interferensi penambahan makna atau additive interference, yakni penambahan
kosakata baru dengan makna yang agak khusus meskipun kosakata lama masih
tetap dipergunakan dan masih mempunyai makna lengkap. Misalnya kata Father
dalam bahasa Inggris atau Vater dalam bahasa Jerman menjadi Vati. Pada usaha-
usaha menghaluskan makna juga terjadi interferensi, misalnya: penghalusan kata
gelandangan menjadi tunawisma dan tahanan menjadi narapidana.
3) Interferensi penggantian makna atau replasive interference, yakni interferensi
yang terjadi karena penggantian kosakata yang disebabkan adanya perubahan
makna seperti kata saya yang berasal dari bahasa melayu sahaya.
8. Apakah yang dimaksud dengan makna gramatikal dan makna leksikal, jelaskan dan
berikan contohnya ?
 Makna gramatikal adalah makna yang ada disebabkan adanya aktivitas gramatikal
berupa reduplikasi, modifikasi, afiksasi atau transformasi wujud kata seperti read
berubah menjadi reading. Kalimat jenis ini adalah makna yang berubah yang
beradaptasi dengan konteks dimana kata tersebut beradaptasi sesuai dengan
kondisi, waktu latar tempat dan lingkungan.
Makna gramatikal didapat karena adanya aktivitas derivasional dan infleksional.
Selain itu makna ini juga bergantung dengan struktur kalimat, maka dari itu makna
ini kerap kali dinamakan makna struktural. Secara garis besar arti dari makna
gramatikal berubah, karena dalam makna ini terjadi aktivitas pemajemukan,
pengulangan dan pengimbuhan.
Contohnya:
Hari ini di puskesmas terlihat ramai dengan kehadiran ibu-ibu PKK.
Walaupun sudah melahirkan dua anak, sikap keibuannya sedikitpun tak tampak.
 Makna leksikal adalah makna yang didasarkan pada kata yang sesungguhnya
(makna sebenarnya), dan memiliki sifat tetap yang berarti tidak berhubungan
dengan konteks kalimatnya. Makna ini sendiri dapat ditemui pada kamus, karena
sifatnya yang tetap dan asli, tanpa adanya pemaknaan atau interpertasi khusus.
Sementara berlandaskan pada KBBI leksikal adalah yang berhubungan dengan
leksem, kata dan kosakata. Bila dilihat secara mendalam, makna leksikal
merupakan makna yang tergolong dalam konotasi dan denotasi. Agar lebih jelas
mengenai jenis kalimat ini berikut contoh dari leksikal.
Contohnya:
Muhit mencium bau sampah busuk di dekat tempat pembuangan sampah.
Maro sedang mengolah daging dan membanting tulang sapi untuk persiapan hari
raya Idul Fitri.

9. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur bentuk
ulang sempurna) dalam nama negara, lembaga, badan, organisasi, atau dokumen,
kecuali ….
Kata tugas, seperti, dan, oleh, atau, dan untuk.

10. Apakah perbedaan tanda titik koma dan tanda titik dua, berikan contohnya ? ( sebutkan
2 perbedaan )
 Titik dua :
- digunakan pada akhir dari suatu pernyataan lengkap, contoh : Olik membeli
buah : apel, pisang, jeruk dan semangka.
- digunakan sesudah kata ungkapan yang memerlukan penjelasan, contoh :
Nama : Muhamad Abdul Muhit
Golongan Darah : A
 Titik Koma ;
- Tanda titik koma dipakai pada akhir perincian yang berupa klausa, contoh :
syarat Penerimaan Pegawai adalah:
1) Berkewarganegaraan Indonesia;
2) Berijazah sarjana S-1;
3) Berbadan sehat; dan
4) Bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
11. Tanda titik koma dipakai untuk memisahkan bagian-bagian pemerincian dalam kalimat
yang sudah menggunakan tanda koma, contoh : Ibu membeli buku, pensil, dan pulpen;
baju, celana, dan kemeja; pisang, melon, dan jeruk.

Anda mungkin juga menyukai