Anda di halaman 1dari 13

Materi Pokok Soal SKB CPNS Tahun 2021

Pembukaan
• Tujuan
Berdasarkan Berdasarkan Peraturan Presiden No. 12 Tahun 2021 tentang Perubahan atas Peraturan
Presiden No. 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, Pengadaan Barang/Jasa bertujuan:
1. Menghasilkan barang/jasa yang tepat dari setiap uang yang dibelanjakan, diukur dari aspek:
▪ Kualitas (Kualitas/Mutu barang/jasa tak terlalu tinggi sehingga terlalu mahal atau terlalu rendah
sampai tak dapat memenuhi kebutuhan)
▪ Kuantitas (Kuantitas barang/jasa yang dibeli tak lebih atau kurang dari yang dibutuhkan)
▪ Waktu (Waktu kedatangan barang/jasa yang dibutuhkan tak terlambat atau lebih cepat sehingga
membutuhkan tempat penyimpanan lebih lama dari yang seharusnya)
▪ Biaya (Biaya/harga untuk Pengadaan Barang/Jasa dilaksanakan secara akuntabel)
▪ Lokasi (Barang/jasa yang diterima tepat pada lokasi yang membutuhkan)
▪ Penyedia (Penyedia Barang/jasa wajib memenuhi kualifikasi).
2. Meningkatkan Penggunaan Produk Dalam Negeri
“Produk dalam negeri adalah barang/jasa termasuk rancang bangun dan perekayasaan yang
diproduksi atau dikerjakan oleh perusahaan industri yang berinvestasi dan berproduksi di
Indonesia.”
▪ Menumbuh kembangkan produksi dalam negeri
▪ Menghidupkan industri pendukung dan bahkan industri baru
▪ Membuka lebih banyak lapangan pekerjaan
▪ Dapat memperkuat terjadinya transfer teknologi
▪ Menggerakkan roda perekonomian nasional
• Contoh: TNI/Polri yang menggunakan produk-produk dari PT. PINDAD.
3. Meningkatkan Peran Serta Usaha Mikro, Kecil, dan Koperasi
▪ Kementerian/lembaga pemerintah non kementerian dan perangkat daerah wajib mengalokasikan
paling sedikit 40% dari anggaran belanjanya untuk barang/jasa Usaha Mikro, Kecil, dan Koperasi
Kriteria
Usaha
Kekayaan bersih Omzet
Mikro Maks 50 juta Maks 300 juta
Kecil 50 juta – 500 juta 300 juta – 2,5 miliar
Menegah 500 juta – 10 miliar 2,5 miliar – 50 miliar
• Contoh: Memperbanyak paket untuk usaha kecil dan koperasi tanpa mengabaikan prinsip
efisiensi, persaingan usaha yang sehat, kesatuan sistem, dan kualitas kemampuan teknis.
4. Meningkatkan Peran Pelaku Usaha Nasional
• Contoh: Pengadaan helikopter untuk operasi SAR dengan melibatkan pelaku usaha nasional
dalam perakitan dan modifikasi pesawat.
5. Mendukung Pelaksanaan Penelitian dan Pemanfaatan Barang/Jasa Hasil Penelitian
• Contoh: Pembuatan prototype pesawat N 219 type amphibi dilakukan oleh LAPAN dan PT. DI.
6. Meningkatkan Keikutsertaan Industri Kreatif
“Industri kreatif adalah Industri yang berasal dari pemanfaatan kreativitas, keterampilan serta
bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan serta lapangan pekerjaan melalui penciptaan dan
pemanfaatan daya kreasi dan daya cipta individu tersebut.”
▪ Menggali dan mengembangkan segala potensi yang dimiliki oleh suatu negara
▪ Menciptakan masyarakat yang kreatif dan inovatif
▪ Mengurangi tingkat kemiskinan dan jumlah pengangguran
▪ Memberikan dampak sosial yang positif
▪ Menciptakan iklim bisnis yang kondusif dan positif
▪ Memberikan kontribusi ekonomi yang signifikan
• Contoh: Pengadaan baju seragam batik dengan motif khas daerah untuk
pegawai.
7. Mewujudkan Pemerataan Ekonomi dan Memberikan Perluasan Kesempatan Berusaha
“Pemerataan ekonomi adalah suatu usaha menciptakan stabilitas, dengan upaya pemerataan
pembangunan dan hasil-hasilnya yang menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang dapat
dinikmati oleh seluruh kalangan masyarakat melalui kepemilikan aset maupun akses.”
• Contoh: Pemerataan pembangunan sarana kesehatan dan Pendidikan
“Perluasan Kesempatan Berusahan dilakukan dengan cara memberikan kemudahan pelaku usaha
baru (Mikro atau Kecil) untuk ikut serta dalam proses Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.”
• Contoh: Memberi kesempatan pada produsen baru untuk ikut serta dalam
kompetisi Pengadaan Barang/Jasa sesuai dengan kemampuan produksinya
8. Meningkatkan Pengadaan Berkelanjutan
“Pengadaan Berkelanjutan adalah Pengadaan Barang/Jasa yang bertujuan untuk mencapai nilai
manfaat yang menguntungkan secara ekonomis serta mengurangi dampak negatif terhadap
lingkungan.”
▪ Untuk menjaga peningkatan kesejahteraan masyarakat secara berkesinambungan
▪ Menjaga keberlanjutan kehidupan sosial masyarakat
▪ Menjaga kualitas lingkungan hidup
▪ Pembangunan yang inklusif adalah pembangunan bagi semua penduduk Indonesia
▪ Terlaksananya tata kelola yang mampu menjaga peningkatan kualitas kehidupan dari satu generasi
ke generasi berikutnya
• Contoh: Memilih produk dengan label ramah lingkungan hidup dalam Pengadaan Barang/Jasa.

• Kebijakan
Kebijakan adalah bagian dari strategi untuk mencapai tujuan Pengadaan Barang/Jasa. Kebijakan Pengadaan
Barang/Jasa meliputi:
1. Meningkatkan Kualitas Perencanaan Pengadaan Barang/Jasa
“Perencanaan Pengadaan Barang/Jasa yang meliputi identifikasi kebutuhan, penetapan barang/jasa,
cara, jadwal, dan anggaran baik melalui penyedia maupun swakelola. Selain itu harus juga dilakukan
proses penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) untuk APBN ataupun APBD.”
2. Melaksanakan Pengadaan Barang/Jasa yang Lebih Transparan, Terbuka, dan Kompetitif
“Perencanaan wajib dilakukan secara elektronik agar proses pemilihan terbuka bagi semua penyedia
yang memenuhi syarat.”
3. Memperkuat Kapasitas Kelembagaan dan Sumber Daya Manusia Pengadaan Barang/Jasa Termasuk
Agen Pengadaan
▪ Pengadaan Barang/Jasa harus dilakukan secara terencana oleh suatu unit kerja yang terorganisir
dan dikelola SDM yang kompeten di bidangnya.
▪ Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah wajib memiliki Pengelola Pengadaan Barang/Jasa sebagai
Pokja Pemilihan/Pejabat Pengadaan
▪ Mewajibkan Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)/Pokja pemilihan/pejabat pengadaan yang dijabat
oleh Aparatur Sipil Negara/TNI/Polri memiliki sertifikat kompetensi paling lambat 31 Desember 2023.
▪ Mewajibkan PPK/Pokja pemilihan/pejabat pengadaan yang dijabat oleh personil lain memiliki
sertifikat kompetensi paling lambat 31 Desember 2023.
4. Mengembangkan E-marketplace Pengadaan Barang/Jasa
“E-marketplace adalah pasar elektronik untuk memenuhi kebutuhan barang/jasa pemerintah.”
• Contoh: Katalog Elektronik, Toko Daring (Online Shop), dan Pemilihan Penyedia.
5. Menggunakan Teknologi Informasi Komunikasi dan Transaksi Elektronik
▪ Mencerdaskan kehidupan bangsa sebagai bagian dari masyarakat informasi dunia
▪ Mengembangkan perdagangan dan perekonomian nasional dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan masyarakat
▪ Meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan publik
▪ Membuka kesempatan seluas-luasnya kepada setiap orang untuk memajukan pemikiran dan
kemampuan di bidang penggunaan dan pemanfaatan Teknologi Informasi
▪ Memberikan rasa aman, keadilan, dan kepastian hukum bagi pengguna dan penyelenggara Teknologi
Informasi.
6. Mendorong Penggunaan Barang/Jasa Dalam Negeri dan Standar Nasional Indonesia (SNI)
“Produk dalam negeri adalah produk barang/jasa termasuk rancang bangun dan perekayasaan yang
diproduksi dan dikerjakan oleh perusahaan yang berinvestasi dan berproduksi di Indonesia yang dalam
proses produksi atau pengerjaaannya dimungkinkan menggunakan bahan baku/komponen impor.”
▪ Bobot Manfaat Perusahaan (BMP) adalah nilai penghargaan kepada perusahaan yang berinvestasi di
Indonesia karena memberdayakan usaha mikro dan usaha kecil serta koperasi kecil
▪ Kewajiban penggunaan produk dalam negeri dilakukan jika terdapat peserta yang menawarkan
barang/jasa dengan nilai Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) ditambah nilai Bobot Manfaat
Perusahaan (BMP) paling sedikit 40%
7. Memberikan Kesempatan Kepada Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
“PA/PPK/UKPBJ dalam melakukan Konsolidasi untuk paket Pengadaan Barang/Jasa sejenis yang
dicadangkan untuk Usaha Mikro atau Usaha Kecil dan/atau Koperasi.”
• Contoh: Nilai pagu anggaran hingga 1 miliar dialokasikan hanya untuk Penyedia Jasa Konsultansi
Konstruksi dengan kualifikasi usaha kecil, sedangkan nilai pagi anggaran hingga 15 miliar
dialokasikan hanya untuk Penyedia Pekerjaan Konstruksi dengan kualifikasi usaha kecil
dan/atau koperasi
8. Mendorong Pelaksanaan Penelitian dan Industri Kreatif
▪ Ketentuan khusus untuk Pengadaan Barang/Jasa untuk kegiatan penelitian diatur oleh
Permenristekdikti.
• Contoh bidang industri kreatif antara lain: Periklanan, Arsitektur, Pasar Barang Seni,
Kerajinan, Desain, Fesyen dan Kuliner.
9. Melaksanakan Pengadaan Barang/Jasa yang Berkelanjutan
▪ Aspek ekonomi, meliputi biaya produksi barang/jasa sepanjang usia barang/jasa tersebut
▪ Aspek sosial, meliputi pemberdayaan usaha mikro dan usaha kecil, jaminan kondisi kerja yang
adil, pemberdayaan komunitas/usaha lokal, kesetaraan, dan keberagaman
▪ Aspek lingkungan hidup, meliputi pengurangan dampak negatif terhadap kesehatan, kualitas
udara, kualitas tanah, kualitas air, serta menggunakan sumber daya alam secara bijaksana.

• Prinsip
Prinsip adalah kebenaran yang menjadi pokok dasar berpikir, bertindak, dan sebagainya (KBBI, 2018). Jadi
prinsip pengadaan adalah sikap yang menjadi pokok dasar berpikir dalam melaksanakan Pengadaan Barang/Jasa.
1. Efisien
Pengunaan dana dan daya yang minimum untuk mencapai hasil dan sasaran dengan kualitas yang
maksimum
2. Efektif
Sesuai dengan kebutuhan dan sasaran yang telah ditetapkan serta memberikan manfaat yang sebesar-
besarnya
3. Transparan
Semua ketentuan dan informasi mengenai Pengadaan Barang/Jasa bersifat jelas dan dapat diketahui
secara luas
4. Terbuka
Dapat diikuti oleh semua Penyedia Barang/Jasa yang memenuhi persyaratan berdasarkan ketentuan dan
prosedur
5. Bersaing
Dilakukan melalui persaingan yang sehat diantara Penyedia Barang/Jasa yang setara dan memenuhi
persyaratan, sehingga dapat diperoleh harga yang kompetitif
6. Adil
Memberikan perlakuan yang sama bagi semua calon Penyedia Barang/Jasa
7. Akuntable
Sesuai dengan aturan dan ketentuan yang terkait dengan Pengadaan Barang/Jasa sehingga dapat
dipertanggungjawabkan
• Etika
Etika adalah ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral/akhlak
(KBBI, 2018). Etika pengadaan adalah norma yang mengatur tindakan yang harus dilakukan dan tindakan yang
dilarang dalam melaksanakan Pengadaan Barang/Jasa.
1. Melaksanakan tugas secara tertib, disertai rasa tanggung jawab untuk mencapai sasaran, kelancaran
dan ketepatan tujuan
2. Bekerja secara profesional, mandiri, dan menjaga kerahasiaan informasi yang menurut sifatnya harus
dirahasiakan untuk mencegah penyimpangan
3. Tidak saling mempengaruhi baik langsung maupun tidak langsung yang berakibat persaingan usaha tidak
sehat
4. Menerima dan bertanggung jawab atas segala keputusan yang ditetapkan sesuai dengan kesepakatan
tertulis pihak yang terkait
5. Menghindari dan mencegah terjadinya pertentangan kepentingan pihak yang terkait, baik secara langsung
maupun tidak langsung yang berakibat persaingan usaha tidak sehat
6. Menghindari dan mencegah pemborosan dan kebocoran keuangan negara
7. Menghindari dan mencegah penyalahgunaan wewenang dan/atau kolusi sesuai UU no. 30 tahun 2014
tentang administrasi pemerintahan
8. Tidak menerima, tidak menawarkan, atau tidak menjanjikan untuk memberi atau menerima hadiah,
imbalan, komisi, rabat, dan apa saja dari atau kepada siapa pun yang diketahui atau patut diduga berkaitan
dengan Pengadaan Barang/Jasa
Pertentangan kepentingan pihak yang terkait yang ada pada Nomor 5, adalah:
1. Direksi, Dewan Komisaris, atau personel inti pada suatu badan usaha, merangkap sebagai Direksi,
Dewan Komisaris, atau personel inti pada badan usaha lain yang mengikuti Tender/Seleksi yang sama
2. Konsultan perencana/pengawas bertindak sebagai pelaksana Pekerjaan Konstruksi yang
direncanakannya/diawasinya, kecuali dalam pelaksanaan Pengadaan Pekerjaan Terintegrasi
3. Konsultan manajemen konstruksi berperan sebagai Konsultan Perencana
4. Pengurus/Manajer koperasi yang mengikuti Tender/Seleksi pada Kementerian/ Lembaga/Perangkat
Daerah, yang mana pengurus koperasi merangkap sebagai PA/KPA/PPK/Pokja Pemilihan/Pejabat
Pengadaan
5. PPK/Pokja Pemilihan/Pejabat Pengadaan baik langsung maupun tidak langsung mengendalikan atau
menjalankan perusahaan Penyedia
6. Beberapa perusahaan yang mengikuti tender/seleksi yang sama, dikendalikan baik langsung maupun
tidak langsung oleh pihak yang sama, yang mana sahamnya lebih dari 50% dikuasai oleh pemegang
saham yang sama
Pelaku Pengadaan Barang/Jasa

• Pengguna Anggaran (PA)


Untuk APBN yang bertindak selaku PA adalah Menteri/Kepala Badan/Kepala Lembaga. Untuk APBD yang
bertindak selaku PA adalah Kepala Organisasi Perangkat Daerah (Contoh: Sekretaris Daerah/Kepala
Dinas/Kepala Badan/Camat). Tugas PA adalah:
1. Melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran anggaran belanja
2. Mengadakan perjanjian dengan pihak lain dalam batas anggaran yang ditetapkan
3. Menetapkan perencanaan pengadaan
4. Menetapkan dan mengumumkan Rencana Umum Pengadaan (RUP)
5. Melaksanakan Konsolidasi PengadaanBarang/Jasa
6. Menetapkan penunjukkan langsung untuk tender/seleksi ulang gagal
7. Menetapkan pengenaan Sanksi Daftar Hitam
-----------------------------------Batas tugas PA yang dapat dilimpahkan ke KPA pada APBD
8. Menetapkan:
▪ Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)
▪ Pejabat Pengadaan (PP)
▪ Penyelenggara Swakelola
▪ Tim teknis
▪ Tim juri/ahli untuk pelaksanaan melalui sayembara/kontes
9. Menyatakan Tender gagal/Seleksi gagal
10. Menetapkan pemenang pemilihan/penyedia untuk metode pemilihan:
▪ Tender/Penunjukan Langsung/E-purchasing untuk paket Pengadaan Barang/Pekerjaan
Konstruksi/Jasa Lainnya dengan nilai pagu anggaran ≥ Rp100.000.000.000
▪ Seleksi/Penunjukan Langsung untuk paket Pengadaan Jasa Konsultansi dengan nilai pagu anggaran
≥ Rp10.000.000.000

• Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)


KPA adalah pejabat yang diberi kuasa oleh PA untuk melaksanakan kewenangan dan tanggung jawab penggunaan
anggaran. Tugas KPA adalah:
1. Melaksanakan pendelegasian sesuai pelimpahan dari PA
2. Menjawab sanggah banding peserta tender pekerjaan konstruksi
3. Menugaskan PPK untuk melaksanakan kewenangan yang terkait dengan:
▪ Melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran anggaran belanja
▪ Mengadakan perjanjian dengan pihak lain dalam batas anggara belanja yang telah ditetapkan
4. Dapat dibantu oleh Pengelola Pengadaan Barang/Jasa.
5. Pengadaan Barang/Jasa yang menggunakan anggaran belanja dari APBD, dapat merangkap sebagai PPK.
• Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)
PPK adalah pejabat yang diberi kewenangan oleh PA/KPA untuk mengambil keputusan dan/atau melakukan
tindakan yang dapat mengakibatkan pengeluaran anggaran belanja. Tugas PPK adalah:
1. Menyusun perencanaan pengadaan
2. Melaksanakan Konsolidasi Pengadaan Barang/Jasa
3. Menetapkan spesifikasi teknis/Kerangka Acuan Kerja (KAK)
4. Menetapkan rancangan kontrak
5. Menetapkan HPS
6. Menetapkan besaran uang muka yang akan dibayarkan kepada Penyedia
7. Mengusulkan perubahan jadwal kegiatan
8. Melaksanakan E-purchasing untuk nilai ≥ Rp200.000.000
9. Mengendalikan Kontrak
10. Menyimpan dan menjaga keutuhan seluruh dokumen pelaksanaan kegiatan
11. Melaporkan pelaksanaan dan penyelesaian kegiatan kepada PA/ KPA
12. Menyerahkan hasil pekerjaan pelaksanaan kegiatan kepada PA/KPA dengan berita acara penyerahan
13. Menilai kinerja Penyedia
--------------------------Batas tugas PPK yang dapat dikerjakan oleh Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK)
14. menetapkan tim pendukung
15. menetapkan tim ahli atau tenaga ahli
16. menetapkan Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa
17. PPK melaksanakan tugas pelimpahan kewenangan dari PA/KPA, meliputi:
▪ Melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran anggaran belanja
▪ Mengadakan dan menetapkan perjanjian dengan pihak laindalam batas anggaran belanja yang telah
ditetapkan

• Pejabat Pengadaan (PP)


PP adalah pejabat administrasi/pejabat fungsional/personel yang ditetapkan oleh PA/KPA untuk melaksanakan
Pengadaan Langsung, Penunjukan Langsung, dan/atau E-purchasing. Tugas PP adalah:
1. Melaksanakan persiapan dan pelaksanaan Pengadaan Langsung
2. Melaksanakan persiapan dan pelaksanaan Penunjukan Langsung untuk pengadaan Barang/Pekerjaan
Konstruksi/Jasa Lainnya yang bernilai ≤ Rp200.000.000
3. Melaksanakan persiapan dan pelaksanaan Penunjukan Langsung untuk pengadaan Jasa Konsultansi
yang bernilai ≤ Rp100.000.000
4. Melaksanakan E-purchasing yang bernilai ≤ Rp200.000.000

• Kelompok Kerja (Pokja) Pemilihan


Pokja Pemilihan ditetapkan oleh Kepala Unit Kerja Pengadaan Barang dan Jasa (UKPBJ) untuk mengelola
pemilihan Penyedia, Pokja pemilihan beranggotakan tiga orang, dapat ditambah selama berjumah gansal dan
juga dapat dibantu oleh tim ahli atau tenaga ahli. Tugas Pokja Pemilihan adalah:
1. Melaksanakan persiapan dan pelaksanaan pemilihan Penyedia kecuali E-purchasing dan Pengadaan
Langsung
2. Menetapkan pemenang pemilihan/Penyedia untuk metode pemilihan:
▪ Tender/Penunjukan Langsung untuk paket Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya
dengan nilai Pagu Anggaran ≤ Rp100.000.000.000
▪ Seleksi/Penunjukan Langsung untuk paket Pengadaan Jasa Konsultansi dengan nilai Pagu Anggaran ≤
Rp10.000.000.000

• Agen Pengadaan
Agen Pengadaan adalah Unit Kerja Pengadaan Barang dan Jasa (UKPBJ) atau Pelaku Usaha yang melaksanakan
sebagian atau seluruh pekerjaan Pengadaan Barang/Jasa yang diberi kepercayaan oleh Kementerian/
Lembaga/Perangkat Daerah sebagai pihak pemberi pekerjaan.
Agen Pengadaan dapat melaksanakan Pengadaan Barang/Jasa. Pelaksanaan tugas Agen Pengadaan mutatis
mutandis (sama persis) dengan tugas Pokja Pemilihan dan/atau Pejabat Pengadaan.
• Penyelenggara Swakelola
Penyelenggara Swakelola adalah tim yang menyelenggarakan kegiatan secara swakelola yang bertujuan
untuk meningkatkan pelayanan publik yang tidak bisa dilaksanakan oleh Penyedia Barang/Jasa.

Personil
Tipe
Tim
Swakelola Tim Persiapan Tim Pelaksana
Pengawas
I Pegawai Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah ditetapkan oleh PA/KPA
Pegawai Kementerian/Lembaga/Perangkat
Pegawai Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah Daerah yang ditetapkan oleh pimpinan
II
ditetapkan oleh PA/KPA Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah
lain
Pengurus/anggota Organisasi
Pegawai Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah Kemasyarakatan yang ditetapkan oleh
III
ditetapkan oleh PA/KPA pimpinan organisasi Kemasyarakatan
pelaksana Swakelola
Pegawai Kementerian/Lembaga/Perangkat
Pengurus/anggota Kelompok Masyarakat pelaksana
Daerah berdasarkan usulan dari
IV Swakelola yang ditetapkan oleh pimpinan Kelompok
Pengurus/anggota Kelompok Masyarakat
Masyarakat pelaksana Swakelola
pelaksana Swakelola
Penyelenggara Swakelola untuk Swakelola tipe I dapat berasal dari Pengelola Pengadaan Barang/Jasa. Tim
Persiapan dan Tim Pengawas untuk Swakelola tipe II dan tipe III dapat berasal dari Pengelola Pengadaan
Barang/Jasa.

• Penyedia
Penyedia adalah Pelaku Usaha yang menyediakan barang/jasa berdasarkan kontrak. Penyedia mempunyai
tanggung jawab atas pelaksanaan Kontrak yaitu melaksanakan pekerjaan sesuai dengan hak dan kewajiban yang
ditentukan dalam kontrak.
▪ Metode Pemilihan Penyedia
Jenis Metode Digunakan untuk Penyedia Pelaku
E-purchasing Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya • PP (≤200jt)
• PPK (≥200jt)
• PA/KPA (≥100m)
Pengadaan Langsung Semua • PP
a. Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa
Lainnya ≤200jt
b. Jasa Konsultasi ≤100jt

Penunjukan Langsung Semua • PP (≤200jt)/(≤100jt)


• Pokja Pemilihan (≤100m)/(≤10m)
• PA (≥100m)/(≥10m)
Tender Cepat Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya • Pokja Pemilihan
Tender Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya • Pokja Pemilihan (≤100m)
• PA (≥100m)
Seleksi Jasa Konsultansi • Pokja Pemilihan (≤10m)
• PA (≥10m)

Kualifikasi adalah evaluasi: kompetensi, kemampuan usahan, dan pemenuhan persyaratan

Metode evaluasi penawaran penyedia (Pokja Pemilihan)

Pemaketan Pengadaan memperhatiiakn


▪ Jenis kontrak
Gabungan
Harga Lumsum Kontrak Biaya Plus Putar Waktu
Jenis Kontrak Lumsum
Satuan dan Harga Payung Imbalan Kunci Penugasan
Satuan
Pengadaan Barang/Jasa
√ √ √ √ √
Lainnya
Pengadaan Pekerjaan
√ √ √ √ √
Konstruksi
Pengadaan Jasa Konsultansi
√ √ √
nonkonstruksi
Pengadaan Jasa Konsultansi
√ √
Konstruksi
▪ Bentuk Kontrak
Bentuk Kegunaan Nilai Penggunaan
Bukti Pembelian/Pembayaran Pengadaan Barang/Jasa Lainnya ≤10jt
Kuitansi Pengadaan Barang/Jasa Lainnya ≤50jt
Surat Perintah Kerja Pengadaan Jasa Konsultansi ≤100jt
Pengadaan Barang/Jasa Lainnya 50jt-200jt
Pengadaan Pekerjaan Konstruksi ≤200jt
Surat Perjanjian Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya ≥200jt
Pengadaan Jasa Konsultansi ≥100jt
Surat Pesanan Pengadaan Barang/Jasa melalui E-purchasing

Pengadaan Barang/Jasa
• Perencanaan Pengadaan (disusun oleh PPK dan ditetapkan oleh PA/KPA)
▪ Perencanaan pengadaan meliputi identifikasi kebutuhan, penetapan barang/jasa, cara, jadwal, dan anggaran
▪ Perencanaan pengadaan yang dananya bersumber dari:
➢ APBN, dilakukan bersamaan dengan proses penyusunan Rencana Kerja Kementerian/Lembaga (Renja K/L)
setelah penetapan Pagu Indikatif
➢ APBD, dilakukan bersamaan dengan proses penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Perangkat Daerah
(RKA Perangkat Daerah) setelah nota kesepakatan Kebijakan Umum APBD serta Prioritas dan Plafon
Anggaran Sementara (KUA-PPAS)
▪ Perencanaan pengadaan terdiri atas:
➢ Perencanaan pengadaan melalui Swakelola
1. Penetapan tipe Swakelola
2. Penyusunan Spesifikasi/Kerangka Acuan Kerja (KAK)
3. Penyusunan Perkiraan Biaya/Rencana Anggaran Biaya (RAB)
➢ Perencanaan pengadaan melalui Penyedia
1. Penyusunan Spesifikasi/Kerangka Acuan Kerja (KAK)
2. Penyusunan Perkiraan Biaya/Rencana Anggaran Biaya (RAB)
3. Pemaketan Pengadaan Barang/Jasa
4. Konsolidasi Pengadaan Barang/Jasa
5. Penyusunan biaya pendukung

• Persiapan Pengadaan (dilakukan oleh PPK setelah RKAKL disetujui oleh DPR)
▪ Persiapan Pengadaan Barang/Jasa melalui Swakelola meliputi:
➢ Penetapan sasaran ditetapkan oleh PA/KPA
➢ Penyelenggara Swakelola
➢ Rencana kegiatan ditetapkan oleh PPK, memperhitungkan tenaga ahli untuk swakelola tipe I (maks 50%)
➢ Rencana Anggaran Biaya (RAB)
▪ Persiapan Pengadaan Barang/Jasa melalui Penyedia oleh PPK meliputi:
➢ Menetapkan HPS
➢ Menetapkan rancangan kontrak
➢ Menetapkan spesifikasi teknis/Kerangka Acuan Kerja (KAK)
➢ Menetapkan uang muka, jaminan uang muka, jaminan pelaksanaan, jaminan pemeliharaan, sertifikat
garansi, dan/atau penyesuaian harga

• Pelaksanaan Pengadaan
▪ Pelaksanaan Pengadaan melalui Swakelola dilakukan sebagai berikut:
➢ Tipe I
a. PA/KPA dapat memakai pegawai Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah lain dan/atau tenaga ahli
b. Penggunaan tenaga ahli tidak boleh melebihi 50% dari jumlah Tim Pelaksana
c. Jika dibutuhkan Pengadaan Barang/Jasa dari Penyedia, dilaksanakan sesuai Perpres 12/2021
➢ Tipe II
a. PA/KPA melakukan kesepakatan kerja sama dengan Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah lain
pelaksana Swakelola
b. PPK menandatangani Kontrak dengan Ketua Tim Pelaksana Swakelola sesuai dengan kesepakatan
kerja sama sebagaimana dimaksud diatas
➢ Tipe III
Dilakukan berdasarkan Kontrak PPK dengan pimpinan Ormas
➢ Tipe IV
Dilakukan berdasarkan Kontrak PPK dengan pimpinan Kelompok Masyarakat
▪ Pelaksanaan Pengadaan melalui Penyedia dilakukan sebagai berikut:
➢ Tender/Seleksi
a. Pelaksanaan Kualifikasi
b. Pengumuman dan/atau Undangan
c. Pendaftaran dan Pengambilan Dokumen Pemilihan
d. Pemberian Penjelasan
e. Penyampaian Dokumen Penawaran
f. Evaluasi Dokumen Penawaran
g. Penetapan dan Pengumuman Pemenang
h. Sanggah
➢ Pekerjaan Konstruksi
Proses pemilihan sama dengan Tender/Seleksi diatas namun ditambahkan tahapan Sanggah Banding
➢ Jasa Konsultasi
Proses pemilihan sama dengan Tender/Seleksi diatas namun perlu dilakukan klarifikasi dan negosiasi
terhadap penawaran teknis dan biaya setelah masa sanggah selesai
➢ Tender Cepat
a. Peserta telah terkualifikasi dalam Sistem Informasi Kinerja Penyedia
b. Peserta menyampaikan penawaran harga
c. Evaluasi penawaran harga dilakukan melalui aplikasi
d. Penetapan pemenang berdasarkan harga penawaran terendah
➢ E-purchasing
Wajib dilakukan untuk barang/jasa yang menyangkut pemenuhan kebutuhan nasional dan/atau
strategis yang ditetapkan oleh menteri, kepala lembaga, atau kepala daerah.
➢ Penujukan Langsung
Dilakukan dengan mengundang 1 Pelaku Usaha yang dipilih, disertai negosiasi teknis maupun harga
➢ Pengadaan Langsung
a. pembelian/pembayaran langsung kepada Penyedia untuk Pengadaan Barang/Jasa Lainnya yang
menggunakan bukti pembelian atau kuitansi
b. permintaan penawaran yang disertai dengan klarifikasi serta negosiasi teknis dan harga kepada
Pelaku Usaha untuk Pengadaan Langsung yang menggunakan surat perintah kerja
PENGADAAN KHUSUS
Pengadaan khusus adalah pengadaan yang dibedakan karena suatu keadaan tertentu yang tidak memungkinkan
penerapan secara umum ketentuan Peraturan Presiden tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.

• Pengadaan Barang/Jasa Dalam Rangka Penanganan Keadaan Darurat


Pengadaan Barang/Jasa dalam Penanganan Keadaan Darurat adalah kegiatan Pengadaan Barang/Jasa dalam
masa status keadaan darurat yang ditetapkan oleh pihak yang berwenang.

Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 dan Perubahannya yaitu Peraturan Presiden Nomor 12
Tahun 2021, yang disebut sebagai Keadaan Darurat meliputi:
1. Keadaan yang disebabkan oleh bencana alam, bencana non alamdan/atau bencana sosial
▪ Siaga darurat (kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana)
• Contoh: Sewa/kontrak rumah/ruangan untuk pos komando siaga darurat bencana
▪ Tanggap darurat (kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana)
• Contoh: Makanan siap saji (nasi bungkus, roti, makanan kemasan kaleng, dan sejenisnya)
▪ Transisi darurat ke pemulihan
• Contoh: Penyediaan Tempat hunian untuk masyarakat yang rumahnya terdampak bencana
2. Pelaksanaan operasi pencarian dan pertolongan
3. Kerusakan sarana/prasarana yang dapat mengganggu pelayanan publik
4. Bencana alam, bencana non alam, bencana sosial, perkembangan situasi politik dan keamanan diluar
negeri yang berdampak terhadap keselamatan WNI
5. Pemberian bantuan kemanusiaan kepada negara lain yang terkena bencana

Para Pelaku yang terlibat dalam rangka penanganan keadaan darurat adalah:
1. Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) memiliki tugas:
▪ Menetapkan identifikasi kebutuhan dan ketersediaan
▪ Memerintahkan PPK untuk melaksanakan Pengadaan Barang/Jasa
▪ Mengalokasikan anggaran yang diperlukan
2. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) memiliki tugas:
▪ Melakukan identifikasi kebutuhan dan menganalisis ketersediaan
▪ Melakukan penunjukan Penyedia dalam penanganan keadaan darurat
▪ Menerbitkan Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa (SPPBJ)
▪ Melakukan serah terima lokasi pekerjaan kepada Penyedia
▪ Menerbitkan Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK)/Surat Perintah Pengiriman (SPP)
▪ Mengendalikan pelaksanaan pekerjaan
▪ Melakukan perikatan/perjanjian
3. Penyedia Barang/Jasa memiliki tugas:
▪ Melaksanakan pekerjaan
▪ Melakukan serah terima hasil pekerjaan kepada PPK

Tata cara Pengadaan Barang/Jasa Keadaan Darurat melalui penyedia


▪ Perencanaan pengadaan
▪ Pelaksanaan pengadaan
▪ Penyelesaian pembayaran meliputi Kontrak, Pembayaran dan post audit.

Tata cara Pengadaan Barang/Jasa Keadaan Darurat melalui swakelola


▪ Mengoordinasikan pihak lain yang akan terlibat dalam penanganan darurat
▪ Pemeriksaan bersama dan rapat persiapan
▪ Pelaksanaan pekerjaan
▪ Serah terima hasil pekerjaan
SWAKELOLA
• Perencanaan
Perencanaan Pengadaan Barang/Jasa secara Swakelola merupakan pedoman dan acuan dasar dalam
melaksanakan kegiatan Pengadaan Barang/Jasa melalui Swakelola.
Tahap perencanaan melalui Swakelola meliputi penetapan tipe, penyusunan spesifikasi teknis/Kerangka Acuan
Kerja (KAK), dan penyusunan perkiraan biaya/Rencana Anggaran Biaya (RAB).
1. Penetapan Tipe
▪ Tipe I
Direncanakan, dilaksanakan, dan diawasi oleh Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah
• Contoh: kegiatan bimbingan teknis, penyuluhan, sosialisasi peraturan baru
▪ Tipe II
Direncanakan dan diawasi oleh Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah dan dilaksanakan oleh
Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah lain pelaksana Swakelola
• Contoh: Kegiatan Pendidikan dan pelatihan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) kerja sama
antara Kementerian A dengan Lembaga B
▪ Tipe III
Direncanakan dan diawasi oleh Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah dan dilaksanakan oleh
Organisasi Kemasyarakatan (Ormas) pelaksana Swakelola
• Contoh: Pemberian vaksin covid-19 bekerja sama dengan Ikatan Dokter Indonesia (IDI)
▪ Tipe IV
Direncanakan oleh Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah dan/atau berdasarkan usulan
Kelompok Masyarakat, dan dilaksanakan serta diawasi oleh Kelompok Masyarakat (Pokmas)
pelaksana Swakelola
• Contoh: Kegiatan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) untuk anak balita oleh oleh Kader
Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK)/Posyandu.
2. Penyusunan Spesifikasi/Kerangka Acuan Kerja (KAK)
Pengguna Anggaran (PA)/KPA dibantu oleh Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) menyusun Spesifikasi
Teknis/KAK Pengadaan Barang/Jasa yang akan dilaksanakan melalui Swakelola. Spesifikasi teknis/KAK
memuat antara lain:
▪ Latar belakang, maksud dan tujuan, sasaran, sumber pendanaan, dan barang/jasa yang disediakan
▪ Spesifikasi barang/jasa
▪ Jangka waktu Swakelola
▪ Kebutuhan tenaga ahli/teknis, tenaga kerja, narasumber, bahan/material termasuk peralatan/suku
cadang, Jasa Lainnya, Jasa Konsultansi, dan/atau kebutuhan lainnya
▪ Gambar rencana kerja untuk pekerjaan konstruksi
3. Penyusunan Perkiraan Biaya/Rencana Anggaran Biaya (RAB)
Rencana Anggaran Biaya (RAB) pada Pengadaan Barang/Jasa melalui Swakelola terdiri dari:
▪ Gaji tenaga ahli/teknis/personel, upah tenaga kerja (mandor, tukang), honor narasumber, dan honor
Tim Penyelenggara Swakelola
▪ Biaya material termasuk peralatan/suku cadang
▪ Biaya Jasa Lainnya
▪ Biaya lainnya yang dibutuhkan (perjalanan, rapat, komunikasi, laporan)
▪ (Untuk Swakelola tipe I atau II) penyusunan RAB berdasarkan tarif yang telah ditetapkan dalam
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP).

• Pelaksanaan
1. Pelaksanaan Swakelola
▪ Tipe I
Penyelenggara Swakelola melaksanakan swakelola sesuai dengan jadwal dan tahapan
pelaksanaan kegiatan sesuai dengan hasil persiapan.
▪ Tipe II, III, dan IV
Tim pelaksana melaksanakan swakelola sesuai dengan jadwal dan tahapan pelaksanaan
kegiatan berdasarkan Kontrak Swakelola yang telah disepakati. Pelaksana Swakelola
dilarang mengalihkan pekerjaan utama kepada pihak lain.
2. Pembayaran
▪ Tipe I
Pembayaran upah tenaga kerja, gaji/honorarium, Jasa Lainnya/Jasa Konsultansi, atau
bahan/material dan peralatan/suku cadang
▪ Tipe II, III, dan IV
Pembayaran pelaksanaan Swakelola sesuai dengan kesepakatan yang tercantum dalam
Kontrak Swakelola yang disesuaikan dengan kebutuhan
1. Pengawasan
Penyelenggara Swakelola melaksanakan tugas pengawasan administrasi, teknis, dan keuangan
sejak persiapan, pelaksanaan, dan penyerahan hasil pekerjaan yang meliputi:
▪ Verifikasi administrasi dan dokumentasi serta pelaporan
▪ Pengawasan teknis pelaksanaan dan hasil Swakelola untuk mengetahui realisasi
▪ Pengawasan tertib administrasi keuangan.
2. Serah Terima Pekerjaan
Penyerahan Hasil Pekerjaan Swakelola dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut:
▪ Penyelenggara Swakelola (pada Tipe I), Tim pelaksana Swakelola (pada Tipe II), Pimpinan
Ormas pelaksana Swakelola melalui Tim Pelaksana (pada Tipe III), atau Pimpinan Pokmas
melalui Tim Pelaksana (pada Tipe IV), menyerahkan hasil pekerjaan dan laporan
pelaksanaan pekerjaan kepada PPK dilengkapi dengan Berita Acara Serah Terima Hasil
Pekerjaan
▪ Penyerahan hasil pekerjaan dan laporan pelaksanaan pekerjaan kepada PPK setelah
dilakukan pemeriksaan oleh Tim Pengawas dengan Berita Acara Hasil Pemeriksaan
▪ PPK menyerahkan hasil pekerjaan kepada PA/KPA
3. Sanksi
PPK dapat mengenakan sanksi kepada pelaksana Swakelola atas adanya pelanggaran
penyelenggaraan swakelola berdasarkan penilaian PPK secara mandiri ataupun atas laporan
dari Tim Pengawas. Pengenaan sanksi pada Swakelola Tipe I sesuai dengan ketentuan
Peraturan Perundang-Undangan, sedangkan pada Swakelola Tipe II, III, dan IV sesuai dengan
ketentuan yang tercantum dalam Kontrak

• Pengawasan
Penyelenggara Swakelola melaksanakan tugas pengawasan administrasi, teknis, dan keuangan sejak persiapan,
pelaksanaan, dan penyerahan hasil pekerjaan yang meliputi:
1. Verifikasi administrasi dan dokumentasi serta pelaporan
2. Pengawasan teknis pelaksanaan dan hasil Swakelola untuk mengetahui realisasi fisik meliputi:
a. Pengawasan kemajuan pelaksanaan kegiatan
b. Pengawasan penggunaan tenaga kerja (tenaga ahli, tenaga terampil, atau tenaga pendukung)
serta jasa konsultansi, sarana prasarana/peralatan dan material/bahan
c. Pengawasan pengadaan Barang/Jasa (jika ada)
3. Pengawasan tertib administrasi keuangan
Berdasarkan hasil pengawasan, Penyelenggara Swakelola melakukan evaluasi Swakelola. Apabila dalam hasil
evaluasi ditemukan penyimpangan, Penyelenggara Swakelola melaporkan dan memberikan rekomendasi
kepada PPK, tim persiapan, atau tim pelaksana untuk segera mengambil tindakan korektif. Khusus pada
pelaksanaan Swakelola Tipe IV, PPK menugaskan pegawai pada instansi penanggung jawab anggaran
atau tenaga ahli/teknis/narasumber untuk melakukan pendampingan atau asistensi Penyelenggara
Swakelola.

Anda mungkin juga menyukai