Jurnal Penelitian
KONSTELASI POLITIK
DI TENGAH PANDEMI COVID-19 (I)
Asesmen Publik Atas Kinerja Pemerintah Indonesia Menangani Wabah Covid-19:
Sebuah Penjelasan Ekonomi Politik
Konstelasi Politik di Tengah Pandemi:
Potensi Bertambahnya Dukungan Partai Politik Bagi Pemerintah
Kepemimpinan Lokal di Masa Pandemi Covid-19:
Respons, Kebijakan, dan Panggung Elektoral
Peran Militer dalam Penanganan Pandemi Covid-19
dan Dinamika Pengawasannya di Indonesia
Kepentingan Politik Donald Trump dan Xi Jinping dalam Meningkatkan
Relasi Konfliktual Antara AS-Tiongkok di Masa Pandemi Covid-19
Perspektif Nasionalisme Ekonomi dalam Kebijakan Mitigasi Covid-19
di Vietnam Dan Taiwan
REVIEW BUKU
Diplomasi dan Pembangunan Konektivitas Maritim Indonesia
dalam Konstelasi Politik Global
P2 Politik-LIPI sebagai pusat penelitian milik pemerintah, dewasa ini dihadapkan pada tuntutan
dan tantangan baru, baik yang bersifat akademik maupun praktis kebijakan, khususnya yang
berkaitan dengan persoalan dengan otonomi daerah, demokrasi, HAM dan posisi Indonesia dalam
percaturan regional dan internasional. Secara akademik, P2 Politik-LIPI dituntut menghasilkan
kajian-kajian unggulan yang bisa bersaing dan menjadi rujukan ilmiah, baik pada tingkat nasional
maupun internasional. Sementara secara moral, P2 Politik-LIPI dituntut untuk memberikan arah
dan pencerahan bagi masyarakat dalam rangka membangun Indonesia baru yang rasional, adil,
dan demokratis. Karena itu, kajian-kajian yang dilakukan tidak semata-mata berorientasi praksis
kebijakan, tetapi juga pengembangan ilmu-ilmu pengetahuan sosial, khususnya perambahan
konsep dan teori-teori baru ilmu politik, perbandingan politik, studi kawasan dan ilmu hubungan
internasional yang memiliki kemampuan menjelaskan berbagai fenomena sosial-politik, baik
lokal, nasional, regional maupun internasional.
Mitra Bestari Prof. Dr. Firman Noor, M.A (Ahli Kajian Pemikiran Politik, Pemilu dan Kepartaian)
Prof. Dr. Dewi Fortuna Anwar, M.A (Ahli Kajian Hubungan Internasional)
Prof. Dr. Tri Nuke Pudjiastuti, M.A (Ahli Kajian Hubungan Internasional)
Prof. Dr. R. Siti Zuhro, M.A (Ahli Kajian Otonomi Daerah dan Politik Lokal)
Prof. Dr. Lili Romli (Ahli Kajian Pemilu dan Kepartaian)
Dr. Siswanto (Ahli Kajian Hubungan Internasional)
Dr. Ganewati Wuryandari, M.A (Ahli Kajian Hubungan Internasional)
Dr. Kurniawati Hastuti Dewi, M.A (Ahli Gender dan Politik)
Drs. Hamdan Basyar, M.Si (Ahli Kajian Timur Tengah dan Politik Islam)
Prof. Dr. Indria Samego (Ahli Kajian Ekonomi Politik dan Keamanan )
Prof. Dr. Ikrar Nusa Bhakti (Ahli Kajian Politik Internasional dan Keamanan )
Prof. Dr. Tirta Mursitama (Ahli Kajian Hubungan Internasional)
Dr. Alfitra Salam (Ahli Kajian Pemilu dan Demokrasi)
Dr. Sri Budi Eko Wardani, M.Si (Ahli Kajian Pemilu dan Kepartaian)
Dr. Yon Machmudi, M.A (Ahli Studi Islam dan Timur Tengah)
Dewan Redaksi Dr. Sri Nuryanti (Ahli Kajian Kepartaian dan Pemilu)
Dr. Dhurorudin Mashad (Ahli Kajian Islam dan Timur Tengah)
M. Nurhasim, S. IP, M. Si (Ahli Kajian Pemilu dan Kepartaian)
Dra. Awani Irewati, M.A (Ahli Kajian ASEAN dan Perbatasan)
Sandy Nur Ikfal R, M.Si.(Han) (Ahli Kajian Hubungan Internasional dan Perbatasan)
DAFTAR ISI
Daftar Isi i–ii
Catatan Redaksi iii–vi
Artikel
• Asesmen Publik Atas Kinerja Pemerintah Indonesia 159–178
Menangani Wabah Covid-19: Sebuah Penjelasan Ekonomi
Politik
Saiful Mujani
• Konstelasi Politik di Tengah Pandemi: Potensi Bertambahnya 179–194
Dukungan Partai Politik Bagi Pemerintah
M. Prakoso Aji
• Kepemimpinan Lokal di Masa Pandemi Covid-19: 195–218
Respons, Kebijakan, dan Panggung Elektoral
Ridho Imawan Hanafi, Imam Syafii, Mario Surya Ramadhan,
Pandu Prayoga
• Peran Militer dalam Penanganan Pandemi Covid-19 dan 219-234
Dinamika Pengawasannya di Indonesia
Diandra Megaputri Mengko, Aulia Fitri
• Kepentingan Politik Donald Trump dan Xi Jinping dalam 235-254
Meningkatkan Relasi Konfliktual Antara AS-Tiongkok
di Masa Pandemi Covid-19
Rangga Amalul Akhli, Galby Rifqi Samhudi
• Perspektif Nasionalisme Ekonomi dalam Kebijakan Mitigasi 255–268
Covid-19 di Vietnam dan Taiwan
Arinda Widya Laraswati
• Sinergi Motif Politik dan Motif Normatif dalam Diplomasi 269–294
Kemanusiaan Tiongkok Pada Masa Pandemi Covid-19
R.A. Rizka Fiani Prabaningtyas, Atin Prabandari
World Health Organization (WHO) menangani pandemi Covid-19 di tanah air. Studi
mendeklarasikan Covid-19 sebagai pandemi tersebut memberikan sumbangan baru dari sisi
global pada tanggal 11 Maret 2020. Covid-19 data dan model teoretis untuk menjelaskan
menyebar dengan cepat ke seluruh dunia kinerja pemerintah Indonesia dalam kasus
dan berdampak pada kesehatan publik dan penanganan wabah Covid-19.
perekonomian global. Selain itu, Covid-19
Artikel kedua ditulis oleh M. Prakoso Aji
juga memiliki implikasi politik yang memaksa
dengan judul “Konstelasi Politik di Tengah
negara-negara di dunia untuk menyesuaikan
Pandemi: Potensi Bertambahnya Dukungan
kebijakannya. Hampir seluruh negara di
Partai Politik Bagi Pemerintah”. Tulisan
dunia harus bergerak cepat untuk menerapkan
ini memaparkan konstelasi politik Indonesia
langkah-langkah efektif agar terhindar dari
di masa pandemi Covid-19 sekaligus melihat
krisis kesehatan, ekonomi, maupun politik. Hal
potensi bertambahnya dukungan politik bagi
tersebut tentu menjadi ujian bagi kapabilitas
pemerintah dengan kemungkinan bergabungnya
dan kualitas kepemimpinan pemerintahan baik
PAN dan Partai Demokrat. Temuan penelitian
di tingkat global, nasional, maupun lokal. Di
yang dilakukan M. Prakoso Aji menunjukkan
sisi lain, Covid-19 juga merupakan ujian bagi
bahwa konstelasi politik di tengah pandemi
komitmen terhadap prinsip demokrasi, misalnya
akan membuat partai-partai yang belum
dalam menjamin penyampaian aspirasi di ruang
bergabung dengan koalisi pemerintah, kecuali
publik dan memberi kebebasan bagi rakyat
PKS, memiliki potensi tinggi untuk bergabung
untuk terlibat dalam roda pemerintahan.
karena ingin membantu mengatasi pandemi
Pandemi Covid-19 bukan merupakan secara bersama-sama.
masalah satu negara saja, tetapi saat ini
Dalam artikel ketiga yang berjudul
telah menjadi masalah internasional yang
“Kepemimpinan Lokal di Masa Pandemi
penyelesainnya juga membutuhkan solusi
Covid-19: Respons, Kebijakan, dan
global. Latar belakang kondisi politik di
Panggung Elektoral” dibahas mengenai
atas mendorong redaksi untuk mengangkat
respons dan kebijakan kepala daerah di empat
judul “Konstelasi Politik di Tengah Pandemi
provinsi: Provinsi DKI Jakarta, Provinsi Jawa
Covid-19 (I)” sebagai tema dalam terbitan
Barat, Provinsi Jawa Tengah, dan Provinsi
Jurnal Penelitian Politik Volume 17, No. 2
Jawa Timur dalam menghadapi pandemi
Tahun 2020. Edisi kali ini menyajikan delapan
COVID-19. Ridho Imawan Hanafi, dkk.
tulisan yang terdiri dari tujuh artikel ilmiah dan
melalui tulisannya mengungkapkan bahwa
satu naskah review buku.
untuk menghadapi pandemi, para pemimpin
Artikel pertama berjudul “Asesmen lokal melakukan koordinasi dengan pemimpin
Publik Atas Kinerja Pemerintah Indonesia pusat, mengeluarkan kebijakan-kebijakan
Menangani Wabah Covid-19: Sebuah publik di daerah, dan mendorong partisipasi
Penjelasan Ekonomi-Politik” mengulas aktif warga. Tidak hanya berupaya untuk
tentang evaluasi publik terhadap kinerja mengendalikan penyebaran virus di level sub-
pemerintah dalam mengatasi pandemi Covid-19 nasional, kinerja-kinerja para pemimpin daerah
dan faktor-faktor penyebabnya. Saiful Mujani juga memunculkan penilaian publik yang dapat
melalui tulisannya yang bersandar pada data mendorong prospek kepemimpinan politik
yang diambil dari serangkaian survei opini pub- pemimpin lokal ke panggung politik nasional.
lik nasional menemukan bahwa model ekonomi
Sementara itu, artikel keempat yang ditulis
politik dapat digunakan untuk menjelaskan
oleh Diandra Megaputri Mengko dan Aulia Fitri
asesmen publik pada kinerja pemerintah dalam
menganalisis problematika peran militer dalam
Redaksi
Catatan Redaksi | v
REVIEW BUKU
DIPLOMASI DAN PEMBANGUNAN KONEKTIVITAS MARITIM
INDONESIA DALAM KONSTELASI POLITIK GLOBAL
BOOK REVIEW
DIPLOMACY AND DEVELOPMENT OF INDONESIAN MARITIME
CONNECTIVITY IN GLOBAL POLITICAL CONSTELLATION
Hardi Alunaza SD
Prodi Hubungan Internasional FISIP Universitas Tanjungpura
Jln Prof Dr Hadari Nawawi Bansir Laut Pontianak Tenggara, Kalimantan Barat
E-mail: hardi.asd@fisip.untan.ac.id
Abstract
The vision of Joko Widodo’s government regarding the global maritime axis is based on a review of
Indonesia’s strategic position which has located within the Asia Pacific as a maritime commercial center. Through
this vision, President Joko Widodo has officially announced a five-year program by upgrading 6 international
ports, building 24 new commercial ports, and increasing quite a thousand commercial ports. This mega project is
taken under consideration as connecting the remote parts of the archipelago to world trade. The formation of the
maritime axis is not only to answer the matter of domestic and regional needs but also the worldwide challenges
regarding the importance of the existence of trade routes by utilizing sea lanes. As a response to an outsized project
from Joko Widodo’s policy, Humphrey Wangke showed a security threat to the maritime axis. This may be seen
from the increase of security threats in the Sulu-Sulawesi Sea which directly adjacent to Malaysia, and thus the
Philippines. It includes the threat of rivalry between China and America that occurred in the South China Sea amid
the worldwide pandemic Covid-19. The US confrontational attitude and maritime territorial claims by China have
an impact on Indonesia’s sovereignty in continuing maritime development and connectivity. This article aims to
review Humprey Wangke’s book which examined the concept of maritime connectivity development and diplomacy
carried out by Indonesia in maintaining sovereignty and security in the Sulu-Sulawesi Sea and the South China
Sea.
Keywords: cooperation, development of maritime connectivity, Indonesian diplomacy, security threats
Abstrak
Visi Pemerintahan Joko Widodo terkait poros maritim dunia didasarkan pada tinjauan terhadap posisi
strategis Indonesia yang memiliki lokasi di pusat perairan Asia Pasifik yang juga dikenal sebagai pusat komersial
maritim. Melalui visi tersebut, Presiden Joko Widodo telah secara resmi mengumumkan program lima tahun
dengan meningkatkan pembangunan 6 pelabuhan skala internasional diikuti dengan 24 pelabuhan komersial baru
dan lebih dari seribu pelabuhan lainnya. Mega proyek ini dinilai sebagai penghubung bagian terpencil nusantara
Review Buku Diplomasi dan Pembangunan Konektivitas ..... | Hardi Alunaza SD | 295
ke perdagangan dunia. Pembentukan poros maritim tidak hanya bertujuan untuk menjawab kebutuhan di tingkat
domestik dan regional, tetapi juga tantangan dari dunia internasional mengenai pentingnya keberadaan jalur
perdagangan dengan memanfaatkan jalur laut. Menanggapi proyek dari kebijakan Joko Widodo, Humphrey Wangke
menunjukkan ancaman dari sisi keamanan terhadap poros maritim. Hal tersebut terlihat dari peningkatan ancaman
keamanan yang terjadi terhadap kapal niaga di Kawasan Laut Sulu-Sulawesi yang berbatasan langsung dengan
Malaysia dan Filipina, termasuk ancaman rivalitas antara Tiongkok dan Amerika yang terjadi di Laut China Selatan
di tengah pandemi global Covid-19. Sikap konfrontatif AS dan klaim wilayah maritim yang dilakukan Tiongkok
ini berdampak terhadap kedaulatan Indonesia dalam melanjutkan pembangunan dan konektivitas maritim. Artikel
ini bertujuan me-review buku Humprey Wangke yang meninjau konsep pembangunan konektivitas maritim dan
diplomasi yang dilakukan Indonesia dalam menjaga kedaulatan dan keamanan di Laut Sulu-Sulawesi dan Laut
China Selatan.
Kata Kunci: ancaman keamanan, diplomasi Indonesia, kerja sama, pembangunan konektivitas maritim
Review Buku Diplomasi dan Pembangunan Konektivitas ..... | Hardi Alunaza SD | 297
maritimnya di wilayah Laut China Selatan.7 poros maritim dalam persaingan kepentingan
Sementara negara di dunia tengah berupaya negara-negara di kawasan Indo-Pasifik,
untuk melakukan penanganan Covid-19, kedua pembangunan poros maritim Indonesia
negara ini justru terus menunjukkan rivalitas dan pengembangan konektivitas maritim
dan bersitegang untuk memperjuangkan dengan ASEAN, konektivitas kawasan Timur
kepentingannya di kawasan maritim. Indonesia, diplomasi maritim Indonesia dalam
memerangi bajak laut dan perampok bersenjata.
Selain ketegangan yang terjadi di kawasan
Pada tulisan review ini, penulis fokus pada
maritim Laut China Selatan, Laut Sulu-
empat bagian. Pertama, poros maritim dunia
Sulawesi juga menjadi wilayah yang rentan
dan tantangan diplomasi Indonesia. Kedua,
mengalami serangan bajak laut dan perampok
pengembangan poros maritim dunia dalam
bersenjata. Kawasan perairan di Asia Tenggara
persaingan kepentingan negara-negara di
ini masih merupakan daerah paling rawan dari
kawasan Indo-Pasifik. Ketiga, pembangunan
ancaman bajak laut karena kasusnya yang
poros maritim Indonesia dan pengembangan
terus meningkat. Pembajakan dan perampokan
konektivitas dengan ASEAN. Keempat,
bersenjata di laut ini merupakan ancaman yang
konektivitas kawasan timur Indonesia: upaya
bersifat lintas batas dan tidak dapat dihadapi
pemerintah menghadapi ancaman pembajakan
secara unilateral. Ancaman di perairan Sulu-
dan perampok bersenjata. Buku ini menampilkan
Sulawesi ini menjadi sangat berbahaya karena
kajian komprehensif dan memberikan manfaat
adanya potensi peningkatan lalu lintas kapal di
bagi perbaikan sektor maritim dan kelautan
wilayah tersebut.
Indonesia, termasuk meneguhkan kedaulatan
Hal-hal tersebut di atas menjadi ancaman juga sebagai bukti bangsa bahari yang kuat dan
dan mengganggu pembangunan konektivitas memiliki posisi strategis.
maritim Indonesia. Selain harus menangani
Saat ini, kebijakan poros maritim me-
permasalahan pandemi global Covid-19,
rupakan salah satu upaya perlindungan terhadap
Indonesia juga harus dapat mengambil langkah
ketidakpastian bagi kepentingan nasional dalam
strategis untuk dapat menyelesaikan ancaman
kerangka hubungan bilateral dengan Tiongkok
yang ditemui di wilayah maritim. Ancaman
dan AS yang sedang berbenturan di kawasan
tersebut sangat berdampak terhadap kedaulatan
Indo-Pasifik. Strategi poros maritim Indonesia
Indonesia yang bersinggungan langsung dengan
menjadi upaya untuk menghadapi persaingan
Laut Natuna, Kepulauan Riau. Indonesia harus
kekuatan ekonomi dan perluasan pengaruh
mampu mengambil sikap tegas atas sengketa
Tiongkok dan AS di kawasan maritim. Tiongkok
dan ketegangan yang terjadi di Laut China
dan AS memandang Laut China Selatan dan
Selatan dan perampok bersenjata di Laut Sulu-
kawasan maritim Indonesia sebagai lahan subur
Sulawesi.
yang harus dimanfaatkan.8 Letak geografis
Indonesia dan negara ASEAN lainnya yang
berada tepat di tengah kawasan Indo-Pasifik
Diplomasi Indonesia dan Pem-
memberikan keleluasaan bagi Indonesia untuk
bangunan Konektivitas Maritim dapat bergerak dinamis dalam persaingan kedua
dalam Konstelasi Politik Global negara besar tersebut. Ketegangan yang terjadi
Buku ini terdiri dari empat bagian yang terbagi di kawasan maritim antara Tiongkok dan AS
menjadi tujuh pembahasan utama, yakni menjadi peluang dan tantangan bagi Indonesia
poros maritim dunia dan tantangan diplomasi untuk meraih kepentingan nasional dengan
Indonesia, kepentingan Indonesia dalam merangkul semua pihak untuk bekerja sama.
kebijakan poros maritim dunia, tantangan
diplomasi maritim Indonesia, pengembangan 8
Khanisa Krisman dan Lidya C. Sinaga, “Menakar
Keberlanjutan Visi Poros Maritim Dunia di Tengah
7
Shicun Wu, “Preventing Confrontation and Conflict Agenda Pembangunan Maritim Regional,” Jurnal
in the South China Sea,” China International Penelitian Politik 17, no. 1 (2020): 103–116, hlm.
Strategy Review 2, no. (1) (2020): 1–12, hlm. 6–7. 105.
Review Buku Diplomasi dan Pembangunan Konektivitas ..... | Hardi Alunaza SD | 299
pemikiran bahwa negara-negara yang berada informasi dan intelijen. Ketiga, memperkuat
di kawasan Samudera Pasifik bukan untuk dan memastikan efektivitas kerja sama dalam
saling memperebutkan sumber daya alam dan keadaan darurat dan ancaman keamanan.
pengaruh. Justru sebaliknya, setiap negara harus Keempat, membentuk hotline komunikasi antara
bisa bekerja sama dan membangun kemakmuran ketiga negara untuk meningkatkan koordinasi.
di kawasan Indo-Pasifik.
Terkait ketegangan yang terjadi di Laut
Peningkatan konektivitas maritim dalam China Selatan, Indonesia sebagai salah satu
tulisan Humphrey Wangke ini merujuk kepada negara yang berbatasan langsung dengan
komponen penting dari visi Indonesia yang wilayah tersebut meminta semua pihak yang
terlihat sangat ambisius mengenai poros berkepentingan untuk menghormati hukum
maritim dunia. Untuk pembentukan poros internasional. Penghormatan terhadap aturan
maritim, Joko Widodo bahkan meningkatkan internasional, termasuk konvensi PBB 1982,
jumlah pelabuhan secara signifikan agar adalah kunci yang harus dipatuhi semua
terintegrasi dalam proses perdagangan dengan pihak guna merespons perkembangan dan
kawasan Samudera Hindia dan Pasifik. Selain ketegangan yang memprihatinkan di wilayah
itu, Joko Widodo juga meningkatkan eksplorasi tersebut. Pemerintah juga menegaskan posisi
dan pemanfaatan sumber daya alam yang ada di Indonesia yang jelas dan konsisten mengenai
lautan untuk pengembangan konektivitas dan wilayah kedaulatannya di Laut China Selatan
ekonomi maritim.10 Secara teori, pembentukan yang berhubungan langsung dengan agenda
poros maritim ini terdengar begitu bijaksana pembangunan dan konektivitas maritim. Melalui
sebagai bentuk perpanjangan dari kebijakan Menteri Luar Negeri, Indonesia menegaskan
luar negeri. Namun pada praktiknya, visi poros kepada semua negara untuk terus menjaga dan
maritim dunia ini begitu banyak menghadapi berkontribusi dalam pemeliharaan perdamaian
rintangan yang berpengaruh terhadap kedaulatan dan stabilitas di Laut China Selatan. Indonesia
Indonesia. menilai upaya Tiongkok untuk mengeksplorasi
sumber daya di wilayah maritim tersebut
Guna merespons pembajakan dan
sebagai tindakan ilegal dan melanggar hukum.
perampokan bersenjata yang terjadi di Laut
Sulu-Sulawesi, Indonesia bersama Malaysia Semakin memburuknya ketegangan yang
dan Filipina melakukan kerja sama untuk terjadi di Laut China Selatan menunjukkan
pengamanan maritim di Laut Sulu. Hal tersebut adanya ancaman terhadap hukum internasional
bertujuan agar dapat memastikan kerja sama dan memburuknya situasi perdagangan
ekonomi dan pembangunan di kawasan maritim internasional, terlebih lagi saat ini banyak
tidak terhambat akibat dari gangguan keamanan negara sedang berusaha untuk menyelesaikan
di laut. Pertemuan trilateral Indonesia, dan melepaskan diri dari ancaman pandemi
Malaysia, dan Filipina menghasilkan pernyataan global Covid-19. Selain itu, rivalitas Tiongkok
mengenai keamanan di Laut Sulu dalam dan AS di Laut China Selatan juga menjadi
kesepakatan yang dikenal dengan Trilateral bukti adanya solidaritas ASEAN untuk
Cooperative Arragement. Tulisan dalam buku mempertahankan wilayah tersebut sebagai
ini melihat ada empat hal yang disepakati dari bagian dari wilayah negara anggota ASEAN.11
pertemuan tersebut. Pertama, melakukan patroli Di sisi lain, Indonesia berperan sebagai negara
bersama di wilayah perairan masing-masing yang memiliki pijakan yang jelas dalam
untuk mencegah terjadinya tindak kejahatan memperjuangkan kedaulatan di Laut China
transnasional. Kedua, meningkatkan koordinasi Selatan. Meski ASEAN mendapatkan dukungan
pemberian bantuan cepat bagi warga negara dari AS, Indonesia harus lebih berhati-hati.
dan kapal yang berada dalam keadaan bahaya 11
Jakarta Post, “South China Sea Rules Cannot
dan meningkatkan kerja sama pertukaran
be Negotiated Virtually: Indonesian Official,”
18 Juni 2020, https://www.thejakartapost.com/
10
Deasy Silvia Sari, “Poros Maritim dan Tantang
news/2020/06/18/south-china-sea-rules-cannot-be-
Laut Tiongkok Selatan,” Jurnal Penelitian Politik
negotiated-virtually-ri-official.html, diakses pada 20
14, no. 2 (2017): 183–196, hlm. 190.
Juli 2020.
Review Buku Diplomasi dan Pembangunan Konektivitas ..... | Hardi Alunaza SD | 301
konektivitas maritim di Indonesia masih sangat Buku ini menampilkan kajian komprehensif
terbatas dan belum banyak diketahui. yang memberikan manfaat bagi perbaikan sektor
maritim dan kelautan Indonesia, termasuk
Indonesia memiliki modal kuat untuk
meneguhkan kedaulatan sekaligus sebagai bukti
menjadi negara poros maritim dunia. Hal tersebut
bahwa Indonesia adalah bangsa bahari yang
dipengaruhi dengan posisi strategis Indonesia.
kuat dan memiliki posisi strategis. Membaca
Namun, salah satu kendala yang dihadapi
dan mempelajari buku ini dapat menjadi bukti
Indonesia adalah kemampuan diplomasi
bahwa Indonesia memang merupakan negara
untuk dapat membawa dan memperjuangkan
dengan laut yang luas dengan ribuan pulau
kepentingan ke forum internasional. Rendahnya
di wilayah perairan dan lautnya. Hal yang
tingkat konektivitas dan sistem logistik telah
seharusnya bisa ditambahkan lebih detail dalam
menjadi penghambat pertumbuhan ekonomi
kajian di dalam buku ini adalah mengenai
dan pembangunan maritim Indonesia. Melalui
strategi Indonesia untuk dapat menyelesaikan
diplomasi maritim, Indonesia harus mampu
permasalahan di wilayah laut dengan sikap tegas
mendorong negara-negara ASEAN untuk
dan diplomasi koersif. Pada kajiannya, buku
melihat ancaman perompakan di Laut Sulu-
ini tidak menjelaskan secara detail perbedaan
Sulawesi dan perairan Laut China Selatan.
mengenai konsep diplomasi maritim Indonesia
Terkait ancaman di Laut Sulu-Sulawesi,
dan poros maritim dunia yang harusnya dapat
Indonesia harus mampu mengajak kedua negara
dipetakan. Dengan demikian, pembaca dapat
yang berbatasan langsung untuk membuat
mengetahui dengan jelas konseptualisasi dari
formulasi kebijakan guna penyelesaian jangka
diplomasi maritim dan visi Indonesia sebagai
panjang. Selain mendorong kerja sama,
poros maritim dunia dalam rangka peningkatan
Indonesia juga harus mampu berdiri mandiri
konektivitas dan pembangunan.
dan berusaha menyelesaikan ancaman ini
karena dapat menghambat laju peningkatan
pembangunan ekonomi dan konektivitas
maritim. Begitu juga dengan ancaman yang
datang dari perairan Laut China Selatan.
Indonesia harus bersikap lebih tegas di
forum internasional untuk memperjuangkan
kepentingan dan menjaga kedaulatan negara.
Apalagi di saat pandemi seperti saat ini, gejolak
yang terjadi di Laut China Selatan sangat
berpengaruh terhadap konstelasi perpolitikan
global.
Untuk menjadi poros maritim dunia,
Indonesia harus terlebih dahulu mempertegas
jati diri sebagai negara maritim. Hal itu dapat
dilakukan dengan menjadikan sektor kelautan
sebagai pusat kehidupan bangsa Indonesia.
Indonesia sebagai negara kepulauan harus dapat
menitikberatkan pembangunan konektivitas
maritim, baik di dalam negeri maupun dalam
forum internasional. Harus diakui bahwa penulis
menjelaskan peran dan fungsi serta dukungan
pemerintah daerah dan pihak swasta terhadap
pembangunan poros maritim Indonesia,
khususnya di Timur Indonesia, sebagai bagian
yang harus terus berjalan menjadi sinergi yang
benar-benar diperlukan dalam pengembangan
pembangunan maritim Indonesia.
Review Buku Diplomasi dan Pembangunan Konektivitas ..... | Hardi Alunaza SD | 303
TENTANG PENULIS
Imam Syafi'i
Muhammad Prakoso Aji Peneliti pada Pusat Penelitian Politik, Lembaga
Penulis menyelesaikan program sarjana Ilmu Pengetahuan Indonesia (P2 Politik LIPI).
Antropologi Sosial, Fakultas Ilmu Sosial Meraih gelar S1 Sejarah dari Universitas
dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia Negeri Malang dan S2 Sejarah dari Universitas
pada tahun 2008 dan program Magister Diponegoro. Tergabung dalam Tim Kajian
Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Konflik Sumber Daya Alam (SDA) P2
Politik, Universitas Indonesia pada tahun Politik LIPI dalam rentang waktu 2014-2019.
2010. Ia mengawali karirnya sebagai CPNS di Dan mulai 2020, tergabung di Tim Kajian
Kementerian Dalam Negeri RI pada tahun 2009. Masyarakat Sipil P2 Politik LIPI. Penulis
Kemudian karena ketertarikannya akan ilmu memiliki ketertarikan pada kajian Sejarah dan
politik dan bidang pemerintahan menjadi Staf di Komunitas Maritim (Masyarakat Pesisir), serta
Direktorat Penataan Daerah, Otonomi Khusus Konfllik SDA. Penulis dapat dihubungi melalui
dan Dewan Pertimbangan Otononomi Daerah email: imamsyafii.sej07@gmail.com
(DPOD), Direktorat Jenderal Otonomi Daerah,
Kementerian Dalam Negeri (2009-2016). Ia juga
pernah menjabat sebagai Kepala Seksi Evaluasi
Atin Prabandari
Penulis adalah staf pengajar di Departemen
Ilmu Hubungan Internasional, Universitas
Gadjah Mada, dan juga research fellow di
ASEAN Studies Center dan Southeast Asia
Social Studies Center Universitas Gadjah Mada.
Minat penelitian beliau adalah isu kemanusiaan,
studi pengungsi dan migrasi paksa, serta
politik perbatasan. Penulis saat ini sedang
menempuh studi S3 di the School of Politics
and International Studies, The University of
Queensland dengan fokus penelitian “the role
of emotions in shaping humanitarian practices
across cultures”. Penulis dapat dihubungi
melalui email: atinprabandari@ugm.ac.id