Anda di halaman 1dari 6

Seminar Nasional Teknik Kimia Indonesia – SNTKI 2009 ISBN 978-979-98300-1-2

Bandung, 19-20 Oktober 2009

PENGARUH EDIBLE COATING TERHADAP


KECEPATAN PENYUSUTAN
BERAT APEL POTONGAN

Lie Hwa; Natalia S; Happy C; Nur Isnaini


Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Surabaya
Jl. Raya Kalirungkut Surabaya. Indonesia. Email : liehwa@ubaya.ac.id

Abstrak

Buah Apel merah varietas Red Delicious (Malus sylvestris L.) termasuk dalam kelompok
buah klimakterik. Setelah dipetik dari pohon, apel tetap mengalami proses metabolisme selama
periode penyimpanan. Proses metabolisme ini dipengaruhi oleh: suhu, kontak dengan udara, ada
atau tidaknya etilen, relative humidity, dan tempat penyimpanan. Proses metabolisme tersebut
mempengaruhi tingkat kematangan buah. Salah satu upaya untuk menghambat proses
metabolisme tersebut adalah dengan menambah bahan pelapis.
Dalam percobaan ini dilakukan pencelupan potongan buah apel ke dalam larutan edible
coating Carboxymethyl Cellulose (CMC) dengan konsentrasi 1%, 2% dan 3% pada kondisi
penyimpanan pada suhu ruang (28ºC dengan RH=65%) dan suhu rendah (1-2ºC dengan RH=52-
53%). Dari hasil percobaan ini, CMC dapat mengurangi terjadinya penyusutan berat potongan
buah apel dan dapat mempertahankan tampilan warna dan karakteristik teksturnya. Selain itu,
pada percobaan ini juga digunakan larutan garam, yang berfungsi sebagai pengawet yang dapat
mencegah terjadinya browning (pencoklatan).
Model matematis yang dapat menginterpretasikan hubungan berat potongan buah apel
terhadap waktu untuk CMC adalah persamaan orde satu dan untuk larutan garam adalah
persamaan polinomial orde dua. Sedangkan hubungan kecepatan penyusutan berat terhadap
waktu mengikuti orde nol untuk apel yang dilapisi dengan CMC dan orde satu untuk apel yang
dicelupkan dalam larutan garam.

Kata kunci : edible coating, potongan buah apel , kecepatan penyusutan berat, suhu, relatif
humidity
ABSTRACT

Apple (Malus sylvestris L.) is a kind of climacteric fruit. When it took from the tree, apples
still have metabolic processes during the storage period. The process of metabolism is influenced
by: temperature, contact with air, ethylene, relative humidity, and storage. The process of
metabolism is influence the level of fruit ripeness. One of the efforts to obstruct the process of
metabolism is by adding coating.
In this experiment conducted immersion fresh cut apple to the edible coating solution,
Carboxymethyl cellulose (CMC) with a concentration of 1%, 2% and 3% in the storage conditions
at room temperature (28ºC with RH = 65%) and low temperature (1-2ºC with RH = 52-53%). The
results of experiments is the use of CMC can reduce the weight loss of fresh cut apple so that it
can maintain the look and color texture characteristics. In addition, in this experiment also used
salt solution, where the salt solution functions as a preservative that can prevent the occurrence of
browning.
Mathematical model for CMC that can interpret the relationship of a weight of the fresh cut
apple to self life time is first order and for salt solution is second order. While the relationship of
weight loss rate for fresh cut apple with edible coating (CMC) is zero order and for fresh cut
apple immersed to the salt solution is first order.

Keywords : edible coating, fresh cut apple, weight loss rate, temperature, relative humidity

1. Pendahuluan mempunyai prospek cukup baik dan buah ini


Buah Apel ( Malus sylvestris L. ) tersedia sepanjang waktu. Buah apel dikonsumsi
merupakan salah satu produk holtikultura yang

TPM12-1
Seminar Nasional Teknik Kimia Indonesia – SNTKI 2009 ISBN 978-979-98300-1-2
Bandung, 19-20 Oktober 2009

dalam bentuk segar dan hanya sedikit waktu. Penelitian yang telah dilakukan
dikonsumsi dalam bentuk olahan. menunjukkan bahwa larutan Carboxymethyl
Kerusakan pada penanganan pasca cellulose (CMC) dapat bertindak sebagai
panen selama proses pengangkutan dan penghalang secara fisika pada pertukaran gas
penyimpanannya sering terjadi. Hal ini antara buah dan lingkungan. Bahan pelapis
disebabkan buah apel setelah dipanen masih (coating) dapat menurunkan laju respirasi,
melakukan proses metabolisme menggunakan mereduksi perubahan warna dan dapat
cadangan makanan yang terdapat dalam buah. meningkatkan masa simpan. (N. Maftoonazad,
Tingkat kerusakan buah yang lain dipengaruhi H. S Ramaswamy, 2004, Albert dkk,2008 ).
oleh difusi gas ke dalam dan luar buah yang Berdasarkan uraian di atas maka
terjadi melalui lentisel yang tersebar di dilakukan penelitian tentang penggunaan
permukaan buah dan secara alami dihambat Carboxymethyl cellulose (CMC) sebagai pelapis
dengan lapisan lilin yang terdapat dipermukaan dan larutan garam sebagai pengawet.
buah (Kays, 1991; Debeaufort dan Voilley, 1994;
Baldwin et al, 1999). Lapisan lilin tersebut dapat Perumusan Masalah
berkurang atau hilang akibat pencucian yang Masalah yang diteliti adalah bagaimana
dilakukan pada saat penanganan pasca panen. pengaruh penggunaan bahan pelapis (coating)
Saat ini penyajian apel sering dilakukan Carboxymethyl cellulose (CMC) dan larutan
dalam bentuk potongan agar dapat langsung garam dapat menurunkan kecepatan penyusutan
dikonsumsi. Berbagai masalah akan timbul masa, mempertahankan karakteristik potongan
akibat penyajian ini. Daging buah akan menjadi buah apel pada kondisi penyimpanan suhu ruang
coklat dengan cepat sehingga dari segi tampilan dan suhu rendah, kemudian membuat model
warna potongan apel kurang menarik. Selain itu, persamaan matematis dari hubungan tersebut
tekstur buah akan menjadi lebih lunak. Hal ini
menyebabkan terjadinya penurunan mutu buah Tujuan Penelitian
apel yang disajikan dan tidak disukai oleh Tujuan dari penelitian ini adalah
konsumen. Berbagai cara dicari untuk menentukan model persamaan matematis yang
menyelesaikan masalah di atas. Salah satu cara dapat menginterpretasikan hubungan berat apel
adalah menggunakan edible coating. terhadap waktu (dalam variasi suhu dan relative
Edible coating adalah suatu metode humidity penyimpanan).
pemberian lapisan tipis pada permukaan buah
untuk menghambat keluarnya gas, uap air dan Batasan Masalah
kontak dengan oksigen, sehingga proses Pada penelitian ini, dipilih jenis buah apel
pemasakan dan reaksi pencoklatan buah dapat varietas Red Delicious yang dipotong.
diperlambat. Lapisan yang ditambahkan di Sedangkan jenis edible coating yang digunakan
permukaan buah ini tidak berbahaya bila ikut adalah larutan Carboxymethyl cellulose (CMC)
dikonsumsi bersama buah. dan larutan garam sebagai bahan pengawet
Carboxymethyl cellulose (CMC) dapat dengan konsentrasi tertentu.
digunakan untuk bahan baku pembuatan edible Metode yang digunakan adalah dengan
coating salah satunya pada buah alpukat yang cara pencelupan potongan buah apel kedalam
disimpan pada refrigerator (N. Maftoonazad, H. larutan Carboxymethyl cellulose (CMC) dan
S Ramaswamy, 2004). Carboxymethyl Cellulose larutan garam.
(CMC) sebagai edible coating biasa digunakan Penyimpanan potongan buah apel
untuk buah yang dipotong. Manfaat dilakukan pada berbagai variasi suhu yaitu suhu
Carboxymethyl Cellulose (CMC) pada apel rendah (tombol lemari pendingin pada bagian
yang dipotong adalah untuk memperpanjang cold memiliki rentang suhu 1-2ºC dengan
masa simpan. RH=52-53%; bagian warm untuk suhu 5-7ºC
Selain menggunakan edible coating, dengan RH=60-61%, serta penyimpanan pada
metode yang paling sering dilakukan di suhu ruang 28ºC dengan RH=65%
masyarakat adalah mencelupkan potongan buah
apel ke dalam larutan garam. Larutan garam 2. Teori Dasar
biasa digunakan sebagai pengawet (Desrosier, Buah apel adalah salah satu jenis buah
1988). Manfaat larutan garam pada apel yang klimaterik, dimana setelah dipetik tetap
dipotong adalah dapat mencegah terjadinya mengalami pernafasan dan penguapan, sehingga
browning (pencoklatan) pada buah untuk akan mengalami proses pemasakan. Buah apel
beberapa waktu sehingga penampilan dari buah termasuk buah dengan laju respirasi yang rendah.
apel dapat dipertahankan Hal ini menyebabkan buah apel memerlukan
Kecepatan penguapan air pada buah dapat waktu lebih lama untuk proses pematangannya
dilihat dari berkurangnya masa buah tiap interval dalam keadaan utuh. Selain itu, buah apel

TPM12-2
Seminar Nasional Teknik Kimia Indonesia – SNTKI 2009 ISBN 978-979-98300-1-2
Bandung, 19-20 Oktober 2009

memiliki laju produksi gas etilen yang sangat infeksi. Produksi gas etilen juga dipengaruhi oleh
tinggi, sehingga apabila buah apel disajikan faktor suhu dan oksigen. Suhu rendah maupun
dalam bentuk potongan akan mempercepat proses suhu tinggi dapat menekan produksi gas etilen.
pematangan dan pembusukan buah. Pada kadar oksigen dibawah 2% tidak terbentuk
Sebagian besar buah yang dimakan gas etilen, karena oksigen sangat diperlukan.
adalah buah yang telah mencapai tingkat Oleh karena itu suhu rendah dan kondisi rendah
kematangannya. Pada buah yang mengalami oksigen digunakan dalam praktek penyimpanan
proses pemotongan (cutting) saat awal buah-buahan, karena akan dapat memperpanjang
pengolahan akan mempunyai laju respirasi yang daya simpan dari buah-buahan tersebut.
lebih tinggi dibandingkan dengan buah utuh
atau tidak dipotong. Respirasi adalah proses Proses Pencoklatan (Browning) pada Buah
pemecahan komponen organik (karbohidrat, Pencoklatan (Browning) adalah
lemak, dan protein) menjadi produk yang lebih terbentuknya warna coklat pada bahan pangan
sederhana dan energi. Aktivitas ini ditujukan secara alami atau karena proses tertentu. Pada
untuk memenuhi kebutuhan energi sel agar tetap kelompok buah-buahan seperti apel dan pir,
hidup. Laju respirasi yang tinggi menunjukkan proses pencoklatan ini tidak dikehendaki.
buah memiliki kecenderungan lebih cepat rusak. Proses pencoklatan pada buah apel
Salah satu cara meningkatkan hasil buah tergolong pada reaksi enzimatis. Hal ini
yang masak baik secara kualitas maupun dikarenakan buah apel banyak mengandung
kuantitasnya dapat diusahakan dengan substansi substrat senyawa fenolik. Penyebab dari
tertentu antara lain dengan zat pengatur pencoklatan enzimatik yang terjadi sesaat
pertumbuhan gas etilen. Dengan mengetahui setelah buah dipotong adalah reaksi oksidasi.
peranan gas etilen dalam proses pematangan Enzim Polyphenol Oxidase (PPO) yang
buah kita dapat menentukan penggunaannya terkandung dalam buah akan keluar dan
dalam industri pematangan buah atau bahkan berkontak dengan oksigen dari udara sehingga
mencegah produksi dan aktivitas gas etilen usaha reaksi pencoklatan terjadi. Enzim Polyphenol
penyimpanan buah-buahan. Oxidase dengan bantuan oksigen akan mengubah
Proses pemasakan buah sering gugus monophenol menjadi O-hidroksi phenol,
dihubungkan dengan rangkaian perubahan yang yang selanjutnya diubah lagi menjadi O-kuinon.
dapat dilihat meliputi warna, aroma, dan flavour Gugus O-kuinon inilah yang membentuk warna
(rasa dan bau). Perpaduan sifat-sifat tersebut coklat. (Winarno, 1983).
akan menyokong kemungkinan buah-buahan Reaksi pencoklatan yang terjadi :
enak dimakan. Perubahan warna dapat terjadi
baik oleh proses-proses perombakan maupun
proses sintetik, atau keduanya. Lunaknya buah
disebabkan oleh perombakan propektin yang
tidak larut menjadi pektin yang larut, atau
hidrolisis zat pati atau lemak. Perubahan
komponen-komponen buah ini diatur oleh
enzim-enzim antara lain enzim hidrolitik, Gambar 1. Proses pencoklatan enzimatik
poligalakturokinase, metil asetate, selulosa.
Melunaknya daging buah akan mempengaruhi Dalam memperpanjang masa simpan pada
flavour dari buah tersebut. Pematangan biasanya buah segar, dapat digunakan beberapa metode
meningkatkan jumlah gula-gula sederhana yang antara lain penyimpanan dengan temperatur
memberi rasa manis, penurunan asam-asam rendah (pendinginan), penambahan zat kimia
organik dan senyawa-senyawa fenolik yang tambahan, menggunakan pengemasan, teknik
mengurangi rasa sepet dan masam, dan kenaikan pelapisan (Edible coating)
zat-zat atsiri yang memberi flavour khas pada Edible coating merupakan suatu lapisan
buah. tipis dimana lapisan ini berfungsi sebagai
Proses pematangan buah juga diatur oleh penghambat masaknya buah. Bahan yang dapat
hormon antara lain auxin, sithokinine, digunakan sebagai edible coating harus dapat
gibberellin, asam-asam absisat dan gas etilen. membentuk suatu lapisan penghalang kandungan
Auxin berperan dalam pembentukan gas etilen. air dalam buah dan dapat memperlambat mutu
Aplikasi gas etilen (C2H2) pada buah-buahan dan tidak mencemari lingkungan. Edible coating
klimakterik adalah makin besar konsentrasi gas mengontrol perpindahan dari air-soluble solid
etilen sampai tingkat kritis makin cepat stimulasi sehingga dapat mempertahankan warna asli dan
respirasinya. Pembentukan gas etilen dalam nutrisi semula. Oleh sebab itu, edible coating
jaringan-jaringan tanaman dapat dirangsang oleh dapat memperpanjang waktu simpan potongan
adanya kerusakan-kerusakan mekanis dan buah. Aplikasi penggunaan edible coating yaitu

TPM12-3
Seminar Nasional Teknik Kimia Indonesia – SNTKI 2009 ISBN 978-979-98300-1-2
Bandung, 19-20 Oktober 2009

sebagai pelapis produk daging beku, makanan Dimana R adalah fluks hilangnya semua
semi basah (intermediate moisture foods), komponen volatile (uap air, karbon dioksida,
produk konveksionari, ayam beku, produk hasil etilen, flavor dan sebagainya). A adalah luas
laut, sosis, pembungkus permen yang dapat permukaan buah. M merupakan massa buah dan t
langsung dimakan bersama dengan permennya, adalah waktu.
buah-buahan dan obat-obatan terutama untuk Jika R adalah konstan, persamaan (1)
pelapis kapsul. diselesaikan menjadi Mt = M0 – R.A.t, dengan M0
Penggunaan polisakarida dalam berbagai merupakan massa buah mula-mula dan Mt adalah
bentuk sangat membantu proses pembuatan film massa buah saat t.
edible coating yang dapat dikonsumsi serta Jika kecepatan hilangnya komponen
ramah lingkungan. Salah satu bahan turunan volatile, R.A, mengikuti hubungan R.A=a.t+b,
selulosa yang banyak digunakan sebagai edible penyelesaian persamaan (1) menjadi:
coating adalah Carboxymethyl Cellulose (CMC). Mt = M0-(½.a.t2 + b.t) (2)
Senyawa ini memiliki daya tahan terhadap
minyak dan lemak serta dapat bertindak sebagai 3. Metodologi
penghalang yang baik untuk masuknya oksigen Bahan Yang Digunakan:
dan menghalangi keluarnya kandungan uap air. Buah apel merah (Red Delicious); Garam dapur.
(Hagenmaier dan Shaw, 1990) Carboxy Methyl Cellulose. Etanol
Penggunaan CMC sebagai edible
coating disebabkan sifatnya yang kuat dan Cara Kerja
mempunyai permeabilitas yang kecil terhadap Tahap persiapan sampel.
oksigen. CMC merupakan bahan yang tidak Melakukan seleksi buah apel untuk mendapatkan
berbahaya bila ikut termakan bersama buah, keseragam kondisi awal berdasarkan ukuran,
tidak beracun, tidak mengurangi kandungan rasa cacat tidaknya, hingga kematangannya. Buah
dari produk yang dilapisi dan mudah dibuat.. apel dipotong menjadi empat bagian yang sama.
(World Health Organization, 1974). Masing-masing bagian itu sebagai bagian
Selain menggunakan larutan edible kontrol, bagian yang dilapisi larutan
coating, untuk memperpanjang masa simpan Carboxymethyl Cellulose (CMC) konsentrasi
juga dapat digunakan larutan garam. Penggunaan masing-masing 1%, 2% dan 3%. Proses yang
larutan garam umumnya pada potongan buah. sama dilakukan untuk percobaan dengan
Proses penggunaan garam ini biasa disebut menggunakan variasi konsentrasi larutan garam.
dengan proses pengawetan.
Garam juga dapat mempengaruhi Aw Tahap proses pelapisan
dari bahan makanan sehingga dapat menghambat Proses pelapisan dilakukan dengan
pertumbuhan bakteri-bakteri yang tidak kita mencelupkan potongan buah apel kedalam
kehendaki. (Winarno dan Laksmi, 1983). Garam larutan Carboxymethyl Cellulose (CMC).
dan larutan suatu substrat bahan pangan dapat Dilakukan pencatatan berat awal setelah
menekan kegiatan pertumbuhan mikroba potongan buah apel dilapisi dengan larutan
tertentu, yang berperan dalam membatasi air edible coating. Meletakkan segera sebagian
yang tersedia, dapat mengeringkan protoplasma sampel dalam suhu ruang dan suhu rendah
dan menyebabkan plasmolisis. (Desrosier, 1988). (lemari pendingin dengan tombol warm dan
cold). Prosedur yang sama dilakukan dengan
Penurunan model matematis kecepatan menggunakan larutan garam
penyusutan berat apel
Model persamaan matematis kecepatan Tahap pengukuran atau pengujian
penyusutan berat buah apel potongan terhadap Pengukuran hasil percobaan meliputi weight loss
waktu diturunkan dari persamaan neraca massa dan pengamatan perubahan warna (pencoklatan)
pada buah. Asumsi yang digunakan dalam dan teksturnya. Pengukuran weight loss
penurunan model matematis adalah: kecepatan merupakan selisih dari berat awal sebelum dan
transpirasi sangat besar dibandingkan kecepatan sesudah dicelupkan dalam larutan
respirasi, kecepatan produksi gas karbon dioksida Carboxymethyl Cellulose (CMC) atau larutan
kecepatan hilangya flavor dan etilen. garam. Sedangkan perubahan warna dan kerutan
Apel dengan berat awal Mo, disimpan ditinjau dari kondisi awal dibandingkan terhadap
pada kondisi tertentu selama t hari. Berat apel lama waktu penyimpanan tertentu.
(M) akan berubah terhadap waktu t diukur
dengan persamaan berikut: 4. Hasil dan Pembahasan
 R. A
dM (1) Dari hasil pengamatan potongan buah
dt apel selama percobaan, apel yang dilapisi CMC
akan lebih cepat berubah warna kecoklatan

TPM12-4
Seminar Nasional Teknik Kimia Indonesia – SNTKI 2009 ISBN 978-979-98300-1-2
Bandung, 19-20 Oktober 2009

dibandingkan apel yang dicelupkan dalam Berat vs Waktu - APEL G -


larutan garam. Namun kecepatan penyusutan 55
berat apel yang dilapisi CMC akan lebih kecil
50
dibandingkan apel yang dicelupkan dalam

Berat (gram)
larutan garam. Hal ini disebabkan karena fungsi 45
Kontrol
CMC adalah untuk melapisi permukaan buah CMC 1%
40
apel sehingga dapat menurunkan kecepatan CMC 2%
CMC 3%
hilangnya uap air dari permukaan buah. 35
Sedangkan larutan garam berfungsi untuk
30
mengurangi proses pencoklatan pada buah apel
0 1 2 3 4 5 6
potongan. Waktu (hari)

Apel yang telah dilapisi dengan CMC. Gambar 3. Perubahan berat apel dengan
Model matematis penurunan penyusutan CMC pada suhu rendah.
buah apel potongan yang dilapisi CMC
merupakan persamaan linier terhadap waktu Tabel 2. Model matematis perubahan berat
sedangkan kecepatan penyusutannya cenderung dan kecepatan penyusutan pada suhu rendah.
konstan (order nol terhadap waktu). Koefisien Apel G Persamaan regresi r2 R.A
determinasinya sebesar 99%. Hal ini berlaku Kontrol M = -1,1983t+53,177 0,99 1,198
untuk apel yang disimpan pada suhu ruang CMC M = -0,8537t+39,738 0,99 0,854
maupun suhu rendah. Hasilnya ditunjukkan pada 1%
gambar dan tabel di bawah ini. CMC M = -0,8366t+42,074 0,99 0,837
2%
Perubahan berat apel potongan selama 5 hari CMC M = -0,8144t+41,639 0,99 0,814
pada suhu ruang (28oC, RH=65%) beserta 3%
kecepatan penyusutannya.
Kecepatan penyusutan apel yang
Berat vs Waktu - APEL A - disimpan pada suhu ruang dua kali lebih besar
dibandingkan yang disimpan pada suhu rendah.
50
Kecepatan penyusutan apel yang telah dilapisi
45
dengan CMC akan lebih rendah dibandingkan
Berat (gram)

40
CMC 2% dengan apel yang tidak dilapisi CMC (kontrol).
35 CMC 3%
Apel yang disimpan pada suhu 5-7oC
KONTROL
30 CMC 1% dengan RH =60-61% memiliki kecenderungan
25 data yang sama dengan apel yang disimpan pada
20 suhu 1-2oC dengan RH= 52-53%.
0 1 2 3 4 5 6
Waktu (hari) Perubahan berat apel yang dicelupkan dalam
Gambar 2. Perubahan berat apel dengan larutan garam.
CMC pada suhu ruang. Model matematis penurunan berat buah
apel potongan yang dicelupkan dalam larutan
Tabel 1. Model matematis perubahan berat garam mengikuti persamaan regresi order dua
dan kecepatan penyusutan pada suhu ruang. dengan koefisien determinasi 99%. Hal ini
Apel A Persamaan regresi r2 R.A ditunjukkan pada tabel (3). Kecepatan
penyusutannya mengikuti persamaan order satu
Kontrol M = -2,9047t+41,038 0,99 2,905 terhadap waktu. Gambar perubahan berat apel
CMC 1% M = -2,7553t+40,817 0,99 2,755 terhadap waktu ditampilkan pada gambar (4) di
bawah ini.
CMC 2% M = -2,3511t+36,552 0,99 2,351 Tabel (3) menunjukkan bahwa kecepatan
CMC 3% y = -2,7058t+44,729 0,99 2,706 penyusutan berat apel potongan yang tidak
dicelupkan dalam larutan garam akan
Penyimpanan apel pada suhu rendah (1-2oC, memberikan harga yang hampir sama dengan
RH=52-53%) apel yang dicelupkan dalam larutan garam.
Nampaknya garam tidak mempengaruhi
kecepatan penyusutan buah apel secara
keseluruhan hanya mengurangi efek browning
pada potongan buah apel.

TPM12-5
Seminar Nasional Teknik Kimia Indonesia – SNTKI 2009 ISBN 978-979-98300-1-2
Bandung, 19-20 Oktober 2009

Berat vs waktu
-Apel A-

60
Daftar Pustaka
[1] Afrianti, Dr. Ir. Leni Herliani. (2008).
50
“Teknologi Pengawetan Pangan”, ,
berat (gram)

kontrol
40
garam 1% Alfabeta, Bandung, ed. 1, pp. 65-68.
30 garam 2%
garam 3%
[2] Albert Y, Marcel Bogar (2008).
20
Memperpanjang Waktu Simpan Potongan
10
0 1 2 3 4 5 6
Buah Apel Dengan Edible Coating, Skripsi
Waktu (hari) Jurusan Teknik Kimia Universitas
Surabaya.
Gambar 4. Perubahan berat apel pada suhu [3] Ayranci, E, dan Tune, S. (2003). “The
ruang Effect of Fatty Acid Content on Water
Vapor and Carbon dioxide Transmission of
Tabel 3. Model matematis perubahan berat Cellulose-based Edible Films”. Food
apel yang dicelupkan dalam larutan garam Chemistry, 72, 231-236
dan kecepatan penyusutan pada suhu ruang. [4] Baldwin EA. (1994). “Edible Coatings for
Fresh Fruits and Vegetables: Past, Present
Apel A Persamaan R2 R.A and Future. In: Krochta JM, Baldwin EA,
Nisperos-Carriedo MO (Eds). Edible
Kontrol M = 0,17t2-4,18t 0,99 -0,34t Coatings and Films to Improve Food
+ 49,22 +4,18 Quality”. Lancaster.Technomic Pub.
M = 0,28t2 -5,07t 0,99 -0,33t + Co.Inc.
Garam
+ 48,40 3,56 [5] Bastian, F., A.B. Tawali, A. Laga. (2004).
1%
”Mempelajari Pengaruh Suhu Penyimpanan
Garam M = 0,28t2 -4,73t 0,99 -0,57t +
Terhadap Mutu Buah Apel Varietas Red
2% + 40,72 4,73
Delicious (Malus sylvetris L)”. Teknologi
Garam M = 0,22t2 – 0,99 -0,44t + Pertanian Universitas Hasanuddin.
3% 4,17t + 33,79 4,17 [6] Debeaufort F. Volley A. (1994). “Aroma
Compound and Water Vapor Permeability
of Edible Films and Polymeric
5. Kesimpulan Packagings”. J. Agric. Food. Chem,
Kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan 42:2871-2875
ini adalah: [7] Desrosier, Norman W. Ph.D. (1988).
 CMC dapat mengurangi kecepatan “Teknologi Pengawetan Pangan Edisi 3”,
penyusutan berat apel yang telah dipotong. Penerjemah Muchji Muljohardjo. UI Press.
 Larutan garam hanya berfungsi sebagai anti Jakarta. Halaman 2 dan 327-329.
browning pada potongan buah apel. [8] Fennema, O., (1996), “Food Chemistry”,
 Potongan buah apel yang dilapisi CMC akan ed.3, Marcel-Dekker,Inc.,New York
memiliki kecepatan penyusutan yang lebih [9] Geankoplis, Christie. J. (1983).”Transport
kecil dibandingkan dengan apel yang tidak Process and Unit Operation”. ed. 4. Allyn
dilapisi CMC. and Bacon, Inc, Boston.
 Pada suhu ruang, apel yang dicelupkan [10] Greener, I.K., dan Fennema, O. (1989).
dalam larutan garam akan mempunyai ”Evaluation of Edible, Bilayer Films for
kecepatan penyusutan yang lebih besar Use as Moisture Barrier for Food”.
dibandingkan epel yang dilapisi CMC. Journal of Food Science, 54 (6), 1400-1406
 Model matematis berat apel terhadap waktu [11] Maftoonazad, N dan Ramaswamy, H.S.
mengikuti persamaan orde satu untuk (1994). “Postharvest Self-life Extension of
potongan buah apel yang dilapisi dengan Avocados Using Methyl Cellulose-based
CMC sedangkan potongan buah apel yang Coating”. Journal of Food Science and
dicelupkan dalam larutan garam mengikuti Technology,38, 617-624
persamaan polinomial orde dua. [12] Rojas-Grau, Maria. A, Maria S. Tapia, and
Olga Martin-Belloso, (2007), “Using
Daftar Simbol Polysaccharide-based Edible Coating to
Mt = berat apel saat t (gram) Maintain Quality of Fresh-cut Fuji
t = waktu (hari) Apples”, Journal of Food Science and
R.A = kecepatan penyusutan buah apel Technology,1016.
a, b = konstanta dalam persamaan order satu
M0 = berat apel mula-mula

TPM12-6

Anda mungkin juga menyukai