Anda di halaman 1dari 12

AKSESBILITAS BANGUNAN

DISUSUN OLEH:

NAMA : NOVITASARI SENEN MUHAMMAD

NPM : 07261811008

KELAS :B

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS KHAIRUN TERNATE

TAHUN 2019-2020

KATA PENGANTAR
 Segala puji hanya dipanjatkan kepada AllahTa’ala,Rabb semesta alam. Shalawat
dalam salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan alam, Nabi Muhammad
SAW,kepada keluarga, sahabat, dan para pengikutnya yang baik hingga hari hisab. Berkat
limpahan dan rahmat-Nya saya mampu menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi
tugas kuliah AKSESBILITAS BANGUNAN.
Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang saya
hadapi. Namun saya menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain ber
kat bantuan, dorongan, dan bimbingan orang tua, teman serta dosen mata kuliah.
sehingga kendala-kendala yang penyusun hadapi teratasi. Makalah ini di susun oleh
penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang
datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah
akhirnya makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.Akhirnya, saya menyadari bahwa
makalah yang saya susun ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu saya mengharapkan
sumbangsih kritik dan saran yang membangun.Akhir kata, semoga Allah SWT, memberikan
pertolongan kepada semua orang menjalani kehidupan ini.Aaamiin..

penulis

DAFTAR ISI
Kata pengantar
Daftar isi

BAB I PENDAHULUAN
A.Latar belakang
B.Rumusan masalah

BAB II PEMBAHASAN
A.Evaluasi eksisting Aksesbilitas pada fakultas Sastra untuk peyandang disabilitas

BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar belakang
Universitas Khairun (selanjutnya disingkat UNKHAIR) didirikan oleh Pemerintah
Daerah Kabupaten Maluku Utara bersama tokoh masyarakat pada tahun 1964 melalui
pendirian Yayasan Pembina Pendidikan Khairun tahun 1964 tanggal 15 Agustus 1964 dan
terdaftar sebagai Perguruan Tinggi Swasta (PTS) berdasarkan Surat Keputusan Fokus
evaluasi ini adalah Gedung fakultas Sastra. dalam penyediaan fasilitas yang dapat diakses
oleh semua kalangan masih minim buat peyandang disabilitas. Evaluasi terhadap bangunan
Gedung fakultas sastra ditinjau dari segi aksesibilitas terhadap penyandang difabel khususnya
tunanetra dan tunadaksa (pengguna alat bantu kruk dan alat bantu kursi roda) dengan metode
observasi. Hasil temuan di lapangan kemudian akan dilakukan analisis dan dikomparasikan
dengan beberapa standar yang telah ditetapkan, yaitu Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
Perumahan Rakyat No.30 2 PRT/M/2006, Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Perumahan
Rakyat No.14 PRT/M/2017, dan Manual Desain Bangunan Aksesibel (SAPPK ITB).

Gambar 1.Gedung fakultas sastra

Penyandang difabel belum bisa menikmati seluruh fasilitas hasil pembangunan yang
ada di Fakultas sastra, terutama dibidang akses sirkulasi ruang di dalam bangunan secara
mandiri, serta pemanfaatan ruang terbuka yang ada di lingkungan kampus sebagai sarana
rekreasi. Dalam penataan ruang yang ada di Fakultas sastra misalnya, belum sepenuhnya
memudahkan penyandang disabilitas. Khusus bagi penyandang tunanetra, belum
disediakannya petunjuk khusus yang bertuliskan huruf braille, dan jalur pemandu/guiding
block, sehingga memberikan informasi kepada penyandang tunanetra untuk mengakses ruang
secara mandiri, serta bagi penyandang tunadaksa belum sepenuhnya disediakan akses
aksesibilitas antar sirkulasi ruang yang memudahkan usaha mereka untuk menjangkau setiap
ruang yang ada dalam Gedung fakultas Sastra.
Semua kelengkapan akses, fasilitas sarana prasarana yang ada pada bangunan gedung
dan lingkungan sekitar gedung, diharapkan dapat diakses dan dimanfaatkan oleh semua
orang, tidak terkecuali penyandang disabilitas, sehingga dapat diwujudkan kesamaan
kesempatan, dalam segala aspek kehidupan. Menurut UU Nomor 4. Tahun (1997),
Aksesibilitas adalah kemudahan yang disediakan bagi penyandang disabilitas guna
mewujudkan kesamaan kesempatan dalam segala aspek kehidupan dan penghidupan.
Aksesibilitas fisik meliputi layanan yang terkait dengan perencanaan pembangunan kawasan
kota serta fasilitas umum UU Nomor 28 tahun (2002). Aksesibilitas dalam bidang non fisik
berupa bidang pendidikan, rekruitmen ketenagakerjaan, (bagi difabel) sehingga mereka
mempunyai kesempatan yang sama. Sejalan dengan itu yang dimaksud dengan aksesibilitas
fisik adalah fasilitas yang dapat di tuju, dilewati, dimasuki, dan dapat dipergunakan oleh
penyandang disabilitas, dengan kemandirian mereka masing masing.

B .Rumusan masalah
Permasalahan yang menjadi fokus pembahasan dalam kajian evaluasi aksesibilitas
bangunan (Gedung Fakultas sastra) adalah sebagai berikut :
1.Sejauh mana tingkat aksesibilitas (elemen kajian), terhadap penyandang disabilitas
tunanetra?
2. Sejauh mana tingkat aksesibilitas (elemen kajian), terhadap penyandang disabilitas
tunadaksa pengguna kruk dan kursi roda?

BAB II
PEMBAHASAN

A.Evaluasi eksisting Aksesbilitas pada fakultas Sastra untuk peyandang disabilitas

Dalam hal yang lebih luas aksesibilitas fisik mencangkup akses terhadap berbagai
bangunan (yang ada di dalam lingkup Universitas), akses dari dan menuju sarana transportasi,
komunikasi, serta berbagai fasilitas di luar ruangan termasuk sarana rekreasi, akan tetapi
dalam kajian evaluasi ini hanya akan di fokuskan pada bangunan Gedung LPPMP sebagai
pusat pengembangan penjaminan mutu pendidikan bagi mahasiswa UNY. Aksesibilitas bagi
penyandang disabilitas merupakan salah satu sarana untuk membuat kehidupan difabel
menjadi lebih baik.
Penyandang disabilitas membutuhkan perhatian khusus dari pemerintah, terutama
dalam bidang pendidikan. Menurut Pusat Data dan Informasi (PUSDATIN) dalam Inklusi
Penyandang Disabilitas di Indonesia di tahun 2010 pada 24 Provinsi yang ada di Indonesia
terdapat 1.235.320 orang penyandang disabilitas, yang terdiri dari, 687.020 penyandang
disabilitas laki-laki, dan 548.300 penyandang disabilitas perempuan. Jenjang pendidikan yang
mereka tempuh, 58,9% tidak tamat Sekolah Dasar (SD), dan 28,1% Sekolah Dasar (SD).
Pendidikan yang mereka tempuh masih sangat rendah, bahkan masih sangat jauh sekali
dengan standar wajib belajar yang di tetapkan oleh pemerintah yaitu 9 tahun wajib belajar,
atau sampai jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP). Ada banyak sekali faktor yang
mempengaruhi rendahnya pendidikan yang bisa ditempuh oleh penyandang disabilitas, dari
mulai hal yang kecil dan dekat dengan kehidupan mereka, hingga sesuatu sistem besar yang
mengatasnamakan kebijakan.
Pengaruh yang paling dekat dengan kehidupan mereka adalah kurang adanya
dukungan partisipatif dari manusia normal. Kebanyakan keberadaan mereka di tengah
lingkungan justru dianggap sebagai penghambat, sehingga penyandang disabilitas mau tak
mau harus menerima kenyataan yang ada. Sementara sistem besar yang mengatasnamakan
kebijakan itu kebanyakan dibuat oleh pemerintah dan institusi pendidikan misalnya
(membatasi penyandang disabilitas untuk mendaftar jurusan tertentu). Evaluasi ini melihat
pentingnya penyediaan aksesibilitas pada bangunan gedung terutama untuk penyandang
disabilitas. Karena pada dasarnya penyandang 5 disabilitas memiliki hak dan kewajiban yang
sama di mata hukum dan di lingkungan masyarakat. Kurangnya penghargaan dan apresiasi
terhadap difabel dapat menyebabkan sedikitnya akses yang diterima oleh difabel dan
berimbas pada hilangnya hak terhadap penggunaan fasilitas yang seharusnya mereka
dapatkan.
Infrastruktur dan fasilitas fisik yang menjadi unit analisis evaluasi ini adalah fasilitas
aksesibilitas yang tersedia di dalam Gedung LPPMP UNY yang menyediakan fasilitas bagi
mahasiswa penyandang disabilitas khususnya (tunanetra dan tunadaksa). Unit tersebut berupa
:
a. Rute aksesibilitas
b. Tangga
c. Jalur pedestrian
d. Lift
e. Jalur pemandu
f. Perlengkapan dan peralatan kontrol
g. Area parkir
h. Tempat ibadah (Mushola)
i. Pintu
j. Toilet
k. Ramp

PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN PENYANDANG DISABILITAS DI


FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS KHAIRUN
Setiap mahasiswa/dosen dan setiap individu yang mempunyai aktivitas di lingkungan
universitas khairun memiliki hak yang sama, peluang yang sama, dan kedudukan yang sama
dihadapan hukum. Tidak hanya hak-hak mahasiswa/dosen kondisi normal pada umumnya,
tetapi juga hak-hak untukmahasiswa/dosen dll penyandang disabilitas .

Hak-hak penyandang disabilitas meliputi aksesibilitas fisik, rehabilitasi, pendidikan,


kesempatan kerja, peran serta dalam pembangunan, dan bantuan sosial. dalam memenuhi
hak, kewajiban, dan kedudukan setiap individu, salah satu upaya yang dilakukan pemerintah
adalah dengan memberikan pelayanan publik. Pelayanan publik yang diberikan oleh
pemerintah dapat berupa fisik maupun non fisik

Penyandang disabilitas adalah individu yang mengalami keterbatasan fisik dan mental
sehingga mengalami kesulitan dalam berinteraksi dengan lingkungannya dan mengalami
kesulitan untuk menerima pelayanan publik yang tidak aksibel. Dari hal tersebut maka
sangat dibutuhkan tersedianya pelayanan publik yang bersifat aksibel di lingkungan kampus
sehingga penyandang disabilitas nantinya akan sangat mudah untuk mengaksesnya.

Aksesibilitas adalah kemudahan yang disediakan untuk mewujudkan kesamaan


kesempatan dalam segala aspek kehidupan.Aksesibilitas merupakan bagian dari kehidupan
manusia dalam kehidupannya, sehingga aksesibilitas sangat penting karena untuk memadai
aktivitas manusia begitupula aksesibilitas sangat penting untuk penyandang disabilitas.

Kesamaan kesempatan diartikan sebagai keadaan yang memberikan peluang atau


menyediakan akses kepada difabel untuk menyalurkan potensi dalam segala aspek
penyelenggaraan negara dan masyarakat. Tujuan dari aksesibilitas adalah untuk memberikan
kemudahan bagi penyandang disabilitas dalam melakukan aktivitas sehari-hari serta memiliki
kesempatan dan peluang yang sama dalam memperoleh pelayanan publik untuk aksesibilitas
fisik maupun non fisik.

Pelayanan publik dapat diartikan sebagai aktivitas pelayanan yang dilakukan oleh aktor-
aktor pemerintah kepada mahasiswa/dosen serta individu lainya di lingkungan universitas
khairun yang bertujuan untuk menyediakan pelayanan dalam pemenuhan kebutuhan dan
ketentuan yang berlaku, dan bertujuan untuk terwujudnya sistem penyelenggaraan pelayanan
publik yang layakdan sesuai dengan asas-asas umum pemerintahan korporasi yang baik.

Penyelenggara pelayanan wajib mengupayakan tersedianya sarana dan prasarana yang


diperlukan untuk memberikan akses khusus berupa kemudahan pelayanan pada
mahasiswa/dosen penyandang disabilitas

Mengacu pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat


(Permen PUPR) Republik Indonesia No.14/PRT/M/2017 Tentang Persyaratan
Kemudahan Bangunan Gedung tersebut, bahwa penyediaan aksesibilitas merupakan salah
satu hak penyandang disabilitas yang harusnya terlaksana dengan setiap fasilitas yang
memadai,baik nondisabilitas maupun penyandang disabilitas di fakultas sastra universitas
khairun.

Hasil servey dan analisa tentang standar kenyamanan dan keselamatan pada aksesbilitas
di bagunan gedung fakultas pertanian universitas khairun ternate,masih memiliki fasilitas
yang terbatas dan belum memadai bagi mahasiswa/dosen penyandang disabilitas. Berikut
adalah hasil tinjauan survey evaluasi standar kenyamanan dan keselamatan pada
aksesbilitasdi bagunan gedung fakultas sastra universitas khairun ternate.
Gambar di atas merupakan eksisting fakultas sastra yang sekarang

Denah fakultas sastra

Lantai 1

Lantai 2

Anda mungkin juga menyukai