Anda di halaman 1dari 17

RESUME

MANAJEMEN OPERASIONAL

FATIMAH TRI KHUMAIRAH

1993141044

MANAJEMEN B
BAB IV PERENCANAAN LOKASI PERUSAHAAN

Keputusan strategi yang sebaiknya dilakukan oleh perusahaan adalah dimana mereka
menempatkan lokasi operasinya. Pada era globalisasi, perusahaan di dunia menggunakan
konsep dan teknik analisis lokasi sebelum mereka mengambil keputusan. Hal tersebut akibat
lokasi memiliki pengaruh yang besar pada laba perusahaan dalam jangka panjang. Maka dari
itu beberapa model lokasi tujuan yaitu meminimumkan jumlah keseluruhan biaya yang
dipengaruhi oleh lokasi yang telah ditetapkan. Adanya upaya dalam meminimumkan biaya
maka perusahaan dituntut untuk berpikir tentang biaya jangka panjang. Maka dari itu kita
harus mampu meprediksi pengaruh faktor yang mempengaruhi biaya di masa depan.

A. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penentuan Lokasi


Berikut beberapa faktor yang mempengeruhi dalam penenutan lokasi oleh suatu
perusahaan:
1. Lingkungan masyarakat
Syarat didirikannya suatu perusahaan dalam suatu lingkungan yaitu kondisi
masyarakat yang bersedia menerima segalau risiko positif maupun negatif dengan
didirikannya pabrik di lingkungan tersebut.
2. Sumberdaya alam
Biaya produksi dipengaruhi tinggi rendahnya bahan baku serta bahan lain yang
dibutuhkan ketika proses produksi. Harga bahan-bahan tersebut dipengaruhi biaya
yang ditangguh oleh penyediaan bahan serta pendistribusian para pemakai atau
pabrik. Jika pabril terletak jauh dari sumberdaya alam, maka semakin tinggi biaya
pengangkutan serta pendistribusian. Oleh karena itu pabrik biasanya didirikan di
lokasi bahan tersebut berada.
3. Tersedianya tenaga Kerja
Penyediaan tenaga kerja terlatih maupun yang berpendidikan merupakan faktor
penting dalam penentuan lokasi pabrik agar mampu menarik serta melatih tenaga
kerja yang dibutuhkan.
4. Dekat dengan pasar
Faktor yang mempengaruhi penentuan lokasi yaitu pasar, apabila perusahaan
dekat dengan pasar maka perusahaan dapat mengetahui kebutuhan serta keinginan
konsumen serta mampu menyeimbangkan biaya transpor bahan baku serta biaya
transpor barang jadi.
5. Tersedianya sarana transportasi
Tersedianya sarana transportasi yang baik bagi bahan ataupun hasil produk pada
suatu daerah mampu mengatasi kelemahan akibat faktor pasar dan bahan baku.
Sarana transportasi yang dimiliki juga menyesuaikan terhadap kebutuhan
perusahaan.
6. Tersedianya sarana komunikasi
Fasilitas komunikasi merupakan faktor utama yang perlu diperhatikan dalam
penentuan lokasi perusahaan.
7. Tersedianya fasilitas pembangkit tenaga
Ketersediaan fasilitas pembangkit tenaga kerjapun menjadi pertimbangan dalam
penentuan lokasi perusahaan.
8. Lokasi/lahan untuk perluasan
Pemilihan lokasi atau lahan pun juga menjadi faktor yang menentukan dengan
adanya pertimbangan terkait haega tanah serta perluasan yang akan di lakukan di
masa depan.
B. Metode Evaluasi Alternatif Lokasi
Model yang digunakan dalam menyelesaikan permasalahan lokasi ada tiga yaitu;
Analisis Pemeringkatan Faktor (Analisis Descriptive), Analisis Biaya, Model
Transportasi.
C. Analisis Pemeringkatan Faktor (Sering disebut analisis Kualitatif)
Dalam analisis pemeringkatan faktor dilakukan melalui 6 tahap yaitu;
1. Identifikasi faktor terkait
2. Penetapan bobot tiap faktor dengan tujuan melihat pentingnya faktor dalam
capaian tujuan perusahaan.
3. Pengembangkan skala pada tiap faktor
4. Penentuan skor tiap lokasi dengan penggunaan skala yang dikembangkan pada
tahap ketiga
5. Pengalihan skor dengan bobot pada tiap faktor dan penentuan jumlah total tiap
lokasi.
6. Pembuatan rekomendasi atas dasar skor laba maksimum dengan pertimbangan
hasil dari pendakatan kuantitatif.

Misalkan terdapat tiga lokasi yang sedang dipertimbangkan untuk membangun suatu
pabrik yaitu Jakarta, Surabaya dan Makassar. Untuk lokasi dimana sebaiknya pabrik
tersebut akan didiRIkan, maka akan dianalisis 5 faktor utama yaitu; Pasar, Biaya
tenaga kerja, tersedianya pembangkit tenaga, bahan baku dan pajak. Untuk setiap
faktor anggota tim memberikan penilaian relatif lokasi (biasanya diberi skor antara 0
sampai 10). Distribusi beberapa nilai tersebut, kemudian dirata- rata untuk
mendapatkan nilai distribusi gabungan seperti terlihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1. Penilaian Lokasi perusahaan

Table di atas menunjukkan penilaian gabungan untuk sebuah perusahaan dalam


memilih lakasi Jakarata, Surabaya dan Makassar.

Hasil penilaian pada Tabel 4.1. kemudian dijumlahkan secara horisontal untuk
mendapatkan skor total terhadap setiap kota. Akan tetapi bila hal itu dilakukan berarti
perusahaan memberi bobot yang sama bagi setiap faktor yang dianalisis dan
kenyataannya belum tentu demikian. Dalam kenyataan perusahaan ini misalnya
memutuskan untuk memberi bobot sebagai berikut: Potensi pasar 40%, biaya tenaga
kerja 20%, pembangkit tenaga 10%, tersedianya bahan baku 20% dan pajak 10%.

Langkah selanjutnya adalah penilaian pada Tabel 4.1. dikalikan dengan bobot masing-
masing faktor dan menghasilkan angka seperti terlihat pada Tabel di bawah ini
sebagai Penilaian Lokasi perusahaan setelah dikalikan dengan bobot

Tabel di atas menunjukkan bahwa nilai tertimbang totol tertinggi adalah Kota
Jakarta sebagai kota pilihan alternatif pertama.

D. Analis Biaya
Konsep biaya tetap dan variabel mampu membantu pengusaha dalam pemilihan lokasi
perusahaan. Gabungan biaya tetap dan variabel bagi lokasi yang berbeda mampu
menghasilkan persamaan biaya yang memperlihatkan hubungan biaya dan volume
produksi yang berlaku pada lokasi masing-masing.
Sebuah Perusahaan sedang mempertimbangkan empat lokasi alternatif untuk sebuah
pabrik baru. Perusahaan telah mengumpulkan data biaya pada empat lokasi dan
mendapatkan bahwa jenis biaya produksi berikut ini bervariasi dari satu lokasi dengan
lokasi lainnya. Perusahaan akan membelanjai pembangunan pabrik baru tersebut
dengan pengeluaran obligasi dengan tingkat bunga 10% per tahun. Data biaya tetap
dan biaya variabel untuk keempat lokasi tersebut dapat dilihat pada Tabel Biaya
Dalam Penentuan Lokasi Pabrik di bawah ini:

Biaya pada Tabel di atas sudah termasuk biaya penyusutan tetapi belum termasuk
biaya bunga. Ditanyakan dilokasi mana sebaiknya Pabrik didirikan, apabila pabrik
yang akan dibangun berkapasitas 50.000 unit
Penyelesaian; Langkah pertama adalah menghitung total biaya tetap dan total biaya
varaiebl selama satu tahun untuk keempat lokasi alternatif. Perhitungan total biaya
tetap dapat dilihat pada Tabel 4.4. Sedang perhitungan biaya variabel dapat dilihat
pada Tabel 4.5. Tabel 4.4. Jumlah biaya tetap untuk pendirian pabrik.

Data biaya tetap dan biaya variabel tersebut kemudian dirumuskan dengan persamaan:
Biaya Tetap + Biaya Variabel = Biaya total. Persamaan biaya untuk setiap lokasi
kemudian dapat digambarkan seperti terlihat pada pada Gambar di bawah ini
Lokasi A = $. 530.000 + 12X
Lokasi B = $. 450.000 + 18X
Lokasi C = $. 500.000 + 13X
Lokasi D = $. 550.000 + 15X
Jika X atau kapasitas produksi 10.000 ton, maka Jika X atau kapasitas produksi
50.000 ton, maka
Lokasi A = 530.000 + 12 (50.000) = 530.000 + 600.000 = 1.130.000
Lokasi B = 450.000 + 18 (50.000) = 450.000 + 900.000 = 1.350.000
Lokasi C = 500.000 + 13 (50.000) = 500.000 + 650.000= 1.150.000
Lokasi D = 550.000 + 11 (50.000) = 550.000 + 550.000 = 1.100.000
Gambar di atas merupakan bagan analisis break even lokasi pabrik, dimana titik
break even diperoleh dari perpotongan diantara persamaan-persamaan biaya total
setiap lokasi.
Gambar 4.1. menunjukkan pula bahwa apabila perusahaan akan beroperasi dibawah
kapasitas 10.000 unit per tahun, maka lokasi dipilih adalah lokasi B,
sedang jika perusahaan ingin beroperasi diatas 10.000 unit dan maksimal 25.000
unit, maka lokasi yang dipilih adalah lokasi C, dan apabila perusahaan ingin
beroperasi di atas 25.000 unit, maka lokasi yang dipilih adalah lokasi D.
E. Metode Transportasi
Metode ini digunakan dalam meminimalisasi biaya transportasi dari lokasi pabrik ke
lokasi distributor. Dalam hal ini perusahaan memiliki lokasi dari alternative lokasi
yang ada. Masalah dalam metode transportasi yaitu hanya mempertimbangkan biaya
transportasi. Masalah dalam metode transportasi dibahasa dengan menggunakan dua
metode yaitu Metode Sudut Barat Laut dan Metode MODI (Modified Distribution).
BAB XI PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK

Masalah perencanaan dan pengendalian proyek hadir karena kompleks dan sifat yang
bergantung terhadap kegiatan yang dilakukan untuk penyelesaiannya.

A. Penjadwalan Proyek
Proyek merupakan susunan tugas yang bertautan dan pengarahan kepada output yang
besar. Bagi Manajer Operasi proyek merupakan suatu tantangan yang hadir suatu
waktu. Dalam suatu perusahaan terdapat organisasi proyek yang dibuat untuk
menangani pekerjaan dan organusasi tersebut akan dibubarkan setelah proyek selesai.
Manajemen proyek besar mencakup 3 fase secara umum, yaitu;
1. Perencanaan; berkaitan dengan penetapan tujuan, definisi proyek dan organisasi.
2. Penjadwalan: Menghubungkan orang,uang serta suplayer ke dalam aktivitas
khusus dan juga penghubungan satu aktivitas dengan hal lain.
3. Pengendalian: Pada pengendalian perusahaan akan mengawasi sumberdaya, biaya
kualitas serta anggaran. Dan juga akan meliputi revisi atau pengubahan rencana
serta mengganti sumber daya agar menepati waktu serta permintaan biaya.

Penjadwalan proyek merupakan penetapan jangka waktu terkait kegiatan proyek yang
harus diselesaikan perusahaan. Dalam penjadwalan proyekpun bahan baku serta
tenaga kerja dalam produksi ditentukan terkait waktu yang dibutuhkan. Penjadwalan
yang dilakukan terpisah biasanya untuk kegiatan personalia yang didasarkan pada
jenis kemampuan. Pendekatan penjadwalan yang popular uaitu milik Gantt Chart:

1. Perencanaan semua kegiatam


2. Menghitung penyelesaian pesanan
3. Mencatat perkiraan waktu kegiatan
4. Mengembangkan keseluruhan jangka waktu proyek

Pendekatan oleh Gantt Chart mampu membantu manajer dalam mengawasi aktivitas
proyek serta penanganan masalah setempat, tetapi memiliki kelemahan yaitu sulit
diperbaharui dan tidak memperlihatkan ilustrasi nyata terkait hubungan kegiatan dan
sumberdaya.

Menurut Berry Render dan Joy Haizer, penjadwalan yang baik yaitu;

1. Memperlihatkan hubungan aktivitas


2. Memperlihatkan hubungan utama diantara kegiatan
3. Memperlihatkan penentuan waktu serta biaya kegiatan.
4. Membantu dalam meningkatan kegunaan sumberdaya manusia.
B. Konsep PERT/CPM
Yaitu perencanaan serta pengendalian proyek hadir karena komples serta sifat
ketergantungan terhadap kegiatan yang dilaksanakan dengan tujuan penyelesaian
proyek. CPM dikembangkan oleh DuPont Company dengan tujuan perencanaan serta
pemeliharaan pabrik kimia sehingga digunakan juga untuk fungsi rekayasa,
sedangkan PERT dimebngkan oleh Angkatan laut Amerika dengan tujuan
pengembangan metode perencanaan dan pengendalian Proyek Rudal Polaris.
Terminologi dalam konstruksi jaringan dan sarasaran CPM dan PERT memiliki
kesamaan dan jga analisis kedua teknik yang digunakan pun mirip. PERT
mengutamakan tiga perkeraan waktu untuk masing-masing aktivitas, dimana masing-
masing estimasinya memiliki probabilitas keterjadian yang yang terkait dan
sebagaikny digunakan dalam perhitungan waktu yang telah diharapkan serta
penyimpangan standar waktu kegiatan. CPM membuat asumsi waktu aktivitas
diketahui dengan kepastian dan oleh sebbanya hanya faktor waktu diberikan untuk
masing-masing aktivitas. PERT dan CPM adalah metode penjadwalan yang sangat
penting, karena kedua model ini dapat membantu menjawab
pertanyaan berikut:
1. Kapan keseluruhan proyek akan diselesaikan
2. Apa aktivitas kritis atau tugas-tugas dalam proyek yaitu satu pekerjaan yang akan
menunda keseluruhan proyek jika pekerjaan itu terlambat.
3. Apakah aktivitas non kritis atau pekerjaan-pekerjaan yang bisa berjalan terlambat
tampa menunda penyelesaian keseluruhan proyek.
4. Berapa probabilitas proyek itu dapat diselesaikan pada tanggal tertentu.
5. Pada tanggal tertentu apakah proyek sesuai jadwal, dibelakang jadwal atau
mendahului jadwal.
6. Pada suatu tanggal yang telah ditentukan apakah jumlah uang dibelanjakan itu
sama, kurang atau lebih besar dari jumlah yang telah dianggarkan.
7. Apakah ada sumberdaya yang tersedia untuk menyelesaikan proyek tepat pada
waktunya.
8. Jika proyek ingin diselesaikan dalam waktu yang lebih singkat, cara apa yang
paling baik untuk menyelesaikan proyek ini dengan biaya yang sekecil mungkin.
Pengertian dasar yang perlu dipadahami dalam PERT yaitu aktivitas, peristiwa, waktu
mulai dan waktu akhir, waktu kegiatan.
1. Aktivitas/Kegiatan (Activity) Adalah bagian dari keselurhan pekerjaan yang
dilaksanakan. Kegiatan mengkomsumsi waktu dan sumber daya serta mempunyai
waktu mulai dan waktu berakhir. Dalam diagram suatu kegiatan hanya
digambarkan dengan 1 anak panah saja, artinya bahwa setiap kegiatan
digambarkan dengan anak panah. Aktivitas
2. Peristiwa/Kejadian (Event) Menandai suatu permulaan dan akhir suatu
aktivitas. Dalam diagram suatu peristiwa digambarkan dengan suatu lingkaran dan
juga diberi nomor, cara penomoran adalah nomor lebih kecil bagi peristiwa-
peristiwa yang mendahuluinya. Dalam Diagram setiap aktivitas menghubungkan
dua peristiwa.
3. Waktu Mulai dan waktu akhir dikenal:
a) Earliest Start Time (ES) adalah waktu paling awal/cepat untuk memulai suatu
kegiatan, apabila kegiatan yang mendahului dilaksanakan pada ES-nya.
b) Latest Start Time (LS) adalah waktu paling lambat untuk memulai suatu kegiatan
tampa menunda penyelesaian proyek secara keseluruhan.
c) Earliest Finish Time (ES) adalah waktu paling cepat suatu kegiatan dapat
diselesaikan apabila kegiatan tersebut dimulai pada ES-nya. Atau sama dengan ES
+ waktu kegiatan yang bersangkutan.
d) Lates Finish Time (LS) adalah waktu paling lambat untuk menyelesaikan suatu
kegiatan agar proyek secara keseluruhan tidak tertunda peneyelesaiannya.
4. Waktu kegiatan (activity time), PERT menggunakan 3 estimasi waktu penyelesaian
suatu kegiatan. Istimasi ini diperoleh dari orang-orang yang mempunyai
kemampuan tentang pekerjaan yang akan dilaksanakan dan berapa lama waktu
pengerjaannya. Ketiga estimasi waktu tersebut adalah:
a) Waktu Optimistik (Optimistik Time) disimbolkan (a); adalah waktu kegiatan bila
semua berjalan baik, tanpa hambatanhambatan atau penundahaan-penundaan.
b) Waktu realistik (Most Like Time) disimbol (m) yaitu waktu kegiatan yang akan
terjadi bila suatu kegiatan dilaksanakan dalam kondisi normal, dengan penundaan-
penundaan tertentu yang dapat diterima.
c) Waktu pesimistik (b); waktu kegiatan, bila terjadi hambatan yang lebih dari
semestinya.
Langkah-langkah dalam PERT/CPM yaitu;
1. Mengidentifikasi kegiatan yang dilakukan
2. Merumuskan hubungan antara kegiatan yang ada
3. Penetaoan waktu, tenaga kerja serta biaya
4. Penyusunan diagram jaringan dengan memperhatikan hubungan yang ada antar
kegiatan.
5. Memperhatikan waktu pelaksanaan kegiatan
6. Menghitungan probabilitas penyelesaian proyek
7. Menghitung biaya proyek
C. Diagram NetWork PERT/CPM
Cara membuat diagram Netwok
1. Kegiatan hanya digambarkan dengan satu anak panah
2. Kegiatan yang berbeda memiliki simpul awal dan simpul akhir yang berbeda
3. Menunjukkan kegiatan yang dilaksanakan terlebih dahulu
4. Pembuatan diagram secara benar dengan kegiatan dummy.
D. Biaya Pelaksanaan Proyek
Perusahaan mengelompokkan biaya pelaksanaan proyek yaitu;
1. Biaya langsung, biaya yang dikeluarkan akibta pelaksanaan kegiatan tertentu yang
didasarkan pada jangka waktu yang diinginkan sehingga dapat ditambah atau
dikurangi.
2. Biaya Tidak Langsung, berupaya biaya tetap dan tidak memiliki hubungan
langsung engan satu kegiatan. Biasanya akan bertambah besar jika pelaksanaan
proyek bertambah begitu pula apabila pelaksanaan proyek dipercepat makan biaya
semakin kecil.

Dalam analisis biaya pelaksanakan digunakan dengan PERT dan memerhatikan


hubungan biaya dan waktu penyelsaian, berikut beberapa istilah yang digunakan;
Crash Cost (CC) biaya tambahan yang dikeluarkan akibat percepatan waktu
penyelesaian, Normal Cost (NC) biaya yang dikeluarkan untuk penyelesaian proyek
sesuai waktu normal, Normal Time (NT) wkatu yang dibutuhkan secara normal dalam
penyelesaian proyek, Crash Time (CT) percepatan waktu untuk memperpendek
penyelesaian kegiatan, Cost Slope (CS), biaya tambahan yang dikeluarkan untuk
mempercepat pelaksanaan kegiatan dengan satu unit waktu.

Langkah-langkah analisis Biaya Proyek


1. Menentukan jalur kritis proyek
2. Memperhatikan kegiatan pada jalur kritis yang memilik cost slope terkecil
3. Mengurangi kegiatan yang bersangkutan sampai:
a. Tidak dapat dikurangi lebih jauh, artinya telah mencapai crash time
b. Jalur lain menjadi kritis
c. Pertambahan biaya langsung menjadi lebih besar dari biaya tidak langsung
d. Apabila terjadi lebih dari 1 jalur kritis, maka perlu mengurangi waktu
pelaksanaan kegiatan dalam jalur-jalur kritis secara bersamaan.
e. Selama pertambahan biaya langsung lebih kecil dari penghematan yang
diperoleh dengan tetap memperhatikan waktu penyelesaian tiap kegiatan,
maka tetap mengurangi waktu penyelesaian proyek.
E. Kritik atas PERT dan CPM
1. Keuntungan
- Berguna pada berbagai manajemen proyek, terutama dalamm enjadwalan dan
pengendalian proyek/produk besar.
- Menampilkan secara grafik dengan menggunakan jaringan untuk
menunjukkan hubungan antara aktivitas proyek.
- Jalur kritis dan analisis waktu mundur membantu menunjuk sesuatu dengan
tepat yang perlu dilihat secara jelas dan dekat.
- Jaringan yang dihasilkan memberikan dokumentasi proyek yang berguna dan
secara grafik menunjuk siapa yang bertanggung jawab untuk aktivitas-
aktivitas yang beragam.
- Dapat diterapkan kevariasi proyek dan industri yang lebih luas.
- Berguna dalam memonitor bukan hanya pada jadwal tetapi juga pada biaya

Keterbatasan

- Aktivitas proyek harus didefinisikan secara jelas, independen dan stabil dalam
hubungan diantaranya.
- Hubungan di antara kegiatan harus ditujukkan dan dikaitkan secara bersama-
sama.
- Perkiraan waktu cenderung subjektif dan menjadi subjek bagi manajer untuk
berbuat curang yang takut akan bahanya terlalu optimis atau tidak cukup
pesimis.
- Bahaya yang melekat karena terlalu banyak menekankan ditempatkan di jalur
yang paling pajang atau paling kritis.

BAB 7 ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN PENENTUAN HARGA

Break Even Point dikenal dengan titik impas yaitu bentuk dari banyaknya informasi
akuntansi manajemen yang digunakan dalam analisis hubungan revenue/sales, cost, volume
dan profit. Analisis break even point penting untuk pimpinan perusahaab dengan tujuan
mengetahui tingkat produksi yaitu dalam penentuan jumlah penjuaan serta seberapa paham
manajer terhadap break even point pada perusahaan.

A. Konsep Dasar Analisis Break Event Point


1. Pengertian Break Even Point
Break even point pada perusahan merupakaan keadaan operasi yang tidak
memiliki laba dan tidak memiliki rugi atau total pengeluaran biaya sama nilainya
dengan total penjualan. Djarwanto (2002) mengemukakan bahwa break even point
merupakan kondisi impas, apabila penyusunan perhitungan laba dan rugi pada
perusahaan di periode ternetu perusahaan tidak mengalami kerugian ataupun
keuntungan. Harahap (2004) sendirii mengemukakan bahwa break even point
merupakan keadaan perusahaan yang tidak mengalami keuntungan ataupun
kerugian yang diartika keseluruhan biaya biaya produksi dapat ditutup dengan
penghasilan penjualan. Terdapat upaya dalam pencapaian keuntungan yang terdiri
atas tiga langkah yaitu;
a. Penekanan biaya produk ataupun biaya operasional yang rendah dengan
penanahan tingkat harga, kualitas, serta kuantitas
b. Penentuan harga yang sesuai dengan keuntungan yang diinginkan
c. Upaya peningkatan volume kegiatan secara maksimal.
2. Memahami Analisis Break Even Point
Abdullah (2004) mengemukakan bahwa analisis break even point disebut sebagai
cost volume profit analysis. Pentingnya analisis break even point yaitu dalam
pertimbangan pengambilan keputusan. Arti penting analisis break even point
yaitu; a. Penetapan jumlah minimal yang diproduksi agar tidak mengalami
kerugian, b. Penetapan jumlah penjualan yang dicapai dalam laba, c. Penetapan
menurunnya penjualan dengan menolerisi agar perusahaan tidak menderita
kerugian.
3. Memahami Landasan Break Even Point
Makna lain dari break even point yaitu tentang langkah dalam penentuan break
even dengan membagi HPP, biaya operasi menjadi biaya tetap dan biaya variabel.
Biaya tetap adalah fungsi waktu, bukan kuantitas penjualan, dan ditentukan oleh
kontrak (seperti sewa gudang). Biaya variabel bergantung pada penjualan, bukan
fungsi waktu, seperti biaya pengangkutan barang.
4. Manfaat Analisis Break Even Point
Manfaat dari analisis break even point yaitu;
a. Dapat digunakan sebagai sarana untuk memberikan informasi kepada
manajemen secara sederhana dan jelas;
b. Dapat digunakan sebagai alat panduan untuk membuat keputusan perencanaan
biaya, pendapatan dan biaya.
c. Dapat memberikan gambaran tentang keseluruhan biaya yang diharapkan dan
hasil produk dalam kegiatan utama perusahaan di masa depan.
d. Dapat digunakan sebagai dasar untuk mengendalikan kegiatan operasional
yang sedang berjalan, yaitu sebagai cara untuk mencapai perhitungan
berdasarkan analisis break even point sebagai alat kendali.
e. Bisa digunakan sebagai penentuan harga, yaitu setelah mengetahui hasil
perhitungan menurut analisis break even point dan target profit.
5. Kelemahan dalam Analisis Break Event Point
a. Asumsi tentang pertanyaan harga jual yang konstan tetapi kenyataannya harga
terkadang berubah dan menyesuaikan dengan permintaan serta penawaran di
pasar.
b. Asumsi tentang penggolongan biaya tetap dan biaya variabel yang juga harus
berbuah demi pemenuhan kebutuhan mesin serta peralatan lain.
c. Biaya tetap tidak selalu tetap
d. Biaya variabel tidak sea;u berubah sejajar dengan perubahan volume

Kelemahan utama analisis break even point yaitu asumsi tentang linearty,
klasifikasi biaya serta jangka waktu peggunaan.. Dari kelemahan tersebut dapat
disimpulkan bahwan analisis break even point yaitu memerlukan adanya asumsim
mengenai hubungan biaya dengan pendapatan, bersifat statis, tidak digunakan
untuk pengambilan keputusan akhir, tidak menyediakan pengujian aliran kas yang
baik, analisis kurang memeprhatikan risiko yang terjadi.

B. Asumsi Break Event Point


1. Asumsi Dasar Analisi Break Even Point
Mulyadi (1993:259) mengukapkan beberapa asumsi yang mempengaruhi BEP,
yaitu;
a. Variabilitas diaya dianggap mendekati pola perilaku yang diramalkan
b. harga jual produk dianggap tidak berubah pada berbagaitingkat kegiatan;
c. kapasitas produksi pabrik dianggap relatif konstan;
d. harga faktor-faktor produksi dianggap tidak berubah;
e. efisiensi produksi dianggap tidak berubah;
f. perubahan jumlah persediaan awal dan akhir dianggap tidak signifikan;
g. komposisi produk yang dijual dianggap tidak berubah;
h. volume merupakan faktor satu-satunya yang memengaruhi biaya.
2. Asumsi Keterbatasan Analisis BEP
Adapun keterbatasan asumsi dalam analisi BEP, yaitu;
a. Biaya dalam analisis BEP, dengan menggunakan fixed cost dan variabel cost
serta memisahkan kedua biaya tersebut dengan pendekatan analitis dan
pendekatan historis
b. Biaya Tetap (Fixed Cost), biaya total yang tidak mengalami perubahan,
walaupun perubahan volume produksi dalam penjualan mengalami perubahan.
c. Biaya Variabel (Variable Cost), biaya yang berubah ubah sesuai dengan
perubahan volem produksi atau penjualan.
d. Harga Jual.digunakan untuk harga jual barang.
e. Tidak Ada Perubahan Harga Jual, harga jual tidak berubah selama periode
analisis.
3. Tujuan Analisi BEP
Yaitu mendesain spesifikasi produk, menentukan harga jual, menentukan jumlah
produksi agar tidak mengalami kerugia, memaksimalkan jumlah produksi,
merencanakan laba.
C. Perubahan Titik BEP dan Dampaknya
Perubahan yang terjadi yaitu;
1. Perubahan Harga Jual Per Unit, perubahan harga akan memengaruhi titik break
even.
2. Perubahan Biaya Variabel Per Unit, apabila biaya variabel naik maka titik break
even naik begitupula sebaliknya.
3. Perubahan Biaya Tetap, biaya berubah akan mengubah posisi BEP lebih besarjika
mengalami kenaikan dan begitupula sebaliknya.
4. Perubahan Komposisi Sales Mix
Asumsi BEP dinyatakan bila perusahaan menghasilkan satu macam produk dan
macam lebih dari dua produk, dan tidak boleh terjadi perubahan komposisi dalam
sales mixnya. Peran sales mix menunjukkan pertimbangan penjualan antara mcam
produk yang dihasilkan.
D. Strategi Penentuan dan Pengelolaan Harga
1. Pengertian dan Tujuan Penetapan Harga
Harga dalah nilai tukar produk atau layanan yang dinyatakan dalam unit mata
uang. Dalam hal ini, harga merupakan salah satu penentu kesuksesan perusahaan
karena harga menentukan besarnya keuntungan yang diperoleh perusahaan dari
penjualan produk berupa barang dan jasa. Tujuan dalam penetapan harga yaitu;
a. Orientasi pada laba, usaha selalu memilih penetapan harga yang menghasilkan
laba maksimal
b. Orientasi pada volume, bertujuan menetapkan harga demi pencapaian target
volume penjualan.
c. Orientasi pada stabilitas harga, bertujuan untuk menjaga stabilnya harga pduk
dengan harga pesaing.
2. Harga dalam Strategi Posis (Price in The Positioning Strategy)
Komponen dalam strategi posisi harga yaitu;
a. Strategi produk, yang digunakan dalam keputusan harga dalam analisi bauran
produk, strategi merek, kualitas dan kegunaan produk.
b. Strategi Pendistribusian, befungsi dalam faktor yang memengaruhi keputusan
penetapan harga.
c. Tanggung jawab atas Keputusan Penetapan Harga, menyatakan partisipasi
antarfungsi yang dianggap penting dalam penetapan harga.
3. Situasi Penetapan Harga (Pricing Situations)
Jenis situasi yang membutuhkan aksi penetapan harga, yaitu;
a. Pemutusan cara posisi nilai harga untuk produk baru atau produk sejenis
b. Mengevaluasi kebutuhan atas aturan harga yang dikenakan pada produk yang
ditingalkan.
c. Pengubahan strategi posisi yang digunakan dalam memodifikasi strategi
penetapan harga yang berlaku
d. Memutuskan strategi untuk merespons tekanan dari ancaman persaingan.
4. Peranan Harga dalam Penetapan Harga (Roles of Pricing)
a. Pertanda bagi pembeli (signal to buyer)
Berperan dalam menawarkan cara yang cepat dan langsung dalam komunikasi
dengan pembeli
b. Alat dalam persaingan (Instrument of Competition)
Menyingkirkan para pesaingnya dengan cepat, atau kemungkinan lain bagi
perusahaan untuk meninggalkan persaingan secara langsung.
c. Mengembangkan Tampilan Keuangan (Improving Financial Performance)
Harga dan biaya untuk menentukan tampilan keuangan, strategi penetapan
harga membutuhkan taksiran untuk memperkirakan pengaruh dalam tampilan
keuangan.
d. Pertimbangan Program Pemasaran (Marketing Program Considerations)
Harga dapat menggantikan dalam percobaan penjualan, periklanan, dan
promosi penjualan.
5. Strategi Penetapan Harga
Strategi yang diterapkan pada penetapan harga yaitu;
a. Strategi Penetapan Harga Profuk Baru
1. Skimming Pricing, berfungsi dalam penetapan harga tinggi pada produk
baru dengan tujuan melayani pelanggan, menutupi biaya promosi serta
berjaga apabila terjadinya kekeliruan dalam penetapan harga.
2. Penetration Pricing, stategi yang berfungsi dalam penetapan ahrga rendah
pada awal produksi dengan tujuan meraih pangsa pasar yang sekaligus
menghalangi pesaing.
b. Strategi Penetapan Harga Profuk yang sudah mapan
Menggunakan tiga alternative yaitu mempertahankan harga, menurunkan
harga serta menaikkan harga.
c. Strategi Penyesuaian Harga
Ada enam strategi penyesuaian harga menurut Kotler dan Amstrong (2008:3),
yaitu;
1. Penetapan Harga Diskon dan Pengurangan Harga
Pengurangan harga itu yaitu diskon tunai, diskon jumlah, diskon
fungsional dan diskon musiman
2. Potongan Harga (Allowance)
Bentuk potongan harga ada dua yaitu; potongan harga tukar tambah serta
potongan harga promosi bentuk pembayaran atau pengurangan harga
sebagai imbalan.
3. Penetapan Harga Tersegmentasi
Perusahaan menjual barang atau jasa pada dua atau harga yang lebih untuk
mmeperhitungkan adanya perbedaan jenis pelanggan, produk dan lokasi.
4. Penetapan Harga Psikologis
Bentuk penetapan harga yang berorientasi ada pertimbangan psikologis
harga.
5. Penetapan Harga Promosi
Tujuannya untuk meningkatkan penjualan jangka pendek.
6. Penetapan Harga secara Geografis
Lima strateginya yaitu;
a. Penetapan harga FOB-asal
b. Penetapan harga terkirim
c. Penetapan harga zona
d. Penetapan harga berdasarkan titik pangkal
7. Penetapan Harga Internasional
Ditetapkan di negara tertentu dan bergantung pada faktor yang meliputi
perekonomian, pesaingan, hukum dan peraturans erta kemajuan sistem
perdangangan.

Anda mungkin juga menyukai