1
Atterberg Limits
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
• Air Suling
Dalam batas cair, kadar air dalam keadaan tertentu dipelajari. Namun,
dalam hal ini hanya dipelajari dalam tiga keadaan, yaitu batas cair, batas
plastis, dan batas susut dari tanah, atau secara skematis diwakili pada sebuah
diagram yaitu:
2
Atterberg Limits
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
limit. Alat ini dikembangkan oleh Cassagrande dan besarnya batas cair
ditentukan pada ketukan ke-25.
𝑤1 − 𝑤2
𝑊= × 100%
𝑤2 − 𝑤3
Dengan :
W = kadar air
w1 = berat tanah basah + can
w2 = berat tanah kering + can
w3 = berat can
E. Teori Tambahan
Liquid limit atau batas cair didefinisikan sebagai batas kadar air yang
memisahkan fase viscous liquid dengan plastic state of soil consistency
(Spagnoli, 2017). Selain menggunakan metode cassagrande, menentukan
batas cair dapat dilakukan dengan menggunakan cone penetration test (CPT)
atau sondir (Schmertmann,1978). Menurut Rahardjo (2008), kelebihan dan
kekurangan dari uji sondir adalah sebagai berikut:
Kelebihan:
• Cukup ekonomis dan cepat
• Dapat dilakukan ulang dengan hasil yang relatif sama
• Kolerasi empirik yang terbukti semakin andal
• Perkembangan yang semakin meningkat khususnya dengan adanya
penambahan sensor pada sondir listrik
Kekurangan:
• Tidak didapat sampel tanah
• Kedalaman penetrasi terbatas
• Tidak dapat menembus kerikil atau lapis pasir yang pada
Menurut Dahms dan Fritz (Wagner, 2013), klasifikasi batas cair tanah
adalah sebagai berikut:
3
Atterberg Limits
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
4
Atterberg Limits
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
5
Atterberg Limits
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
6
Atterberg Limits
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
Cara 1
7
Atterberg Limits
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
66,00
65,00
64,00
W (%)
63,00
62,00
y = -5,626ln(x) + 81,922
61,00
60,00
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45
Jumlah Ketukan (N)
Dengan rumus :
𝑁 0.121
𝐿𝐿 (%) = 𝑊𝑛 ( )
25
Keterangan :
LL = liquid limit
Wn = kadar air pada ketukan ke-n
N = jumlah ketukan
15 0,121
LL1 = 66,71 × (25) = 62,71%
20 0,121
LL2 = 64,98 × (25) = 63,25%
31 0,121
LL3 = 62,75 × (25) = 64,41%
8
Atterberg Limits
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
41 0,121
LL4 = 60,95 × (25) = 64,71%
Tabel 1. 6 Nilai LL (%) seluruh No. Can
No. N Wn (%) LL (%)
1 15 66,71 62,71
2 20 64,98 63,25
3 31 62,75 64,41
4 41 60,95 64,71
LL Rata-Rata 63,77
Sumber : Hasil Praktikum (2021)
𝐿𝐿𝑐𝑎𝑟𝑎 1 −𝐿𝐿𝑐𝑎𝑟𝑎 2
Kesalahan Relatif = | | × 100%
𝐿𝐿𝑐𝑎𝑟𝑎 1
63,81−63,77
=| | × 100% = 0,072%
63,81
Untuk mendapatkan harga Flow Index (FI) ialah dengan menarik garis lurus
sehingga memotong sumbu pada ketukan ke-10 dan ketukan ke-100.
FI = WN=100 – WN=10
FI = -12,95 %
IV. ANALISIS
A. Analisis Percobaan
Tujuan praktikum kali ini adalah mencari kadar air pada liquid limit
(batas cair) dari sampel tanah. Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam
percobaan ini adalah sebagai berikut, alat Cassagrande berupa mangkuk dan
mesin uji liquid limit, standard grooving tool untuk membuat celah di tengah-
tengah tanah dalam mangkuk cassagrande, can sebagai wadah sampel tanah
dalam menimbang berat sampel, spatula untuk mengaduk sampel tanah
9
Atterberg Limits
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
10
Atterberg Limits
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
Setelah memperoleh nilai kadar air, praktikan mencari nilai batas cair
untuk masing-masing ketukan dengan dua cara. Cara pertama adalah cara
grafik dengan persamaan kurva yang diperoleh dari grafik regresi logaritmik
antara jumlah ketukan sebagai sumbu-x dengan kadar air sebagai sumbu-y.
Hubungan antara jumlah ketukan dengan kadar air adalah berbanding
11
Atterberg Limits
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
terbalik. Semakin banyak jumlah ketukan, maka nilai kadar air semakin kecil.
Lalu, praktikan menghitung persamaan kurva y = -5,626ln(x) + 81,922
dengan x adalah jumlah ketukan (N) sebanyak 25 ketukan. Ketukan ke-25
diperkirakan merupakan saat kadar air optimum. Diperoleh nilai batas cair
sebesar 63,81%.
𝑁
Cara kedua adalah dengan menggunakan rumus 𝐿𝐿 = 𝑊( )0,121.
25
Dilihat dari rata-rata batas cair dari kedua cara tersebut adalah
63,79%. Mengacu pada tabel klasifikasi tanah Dahms dan Fritz (Wagner,
2013), sampel diklasifikasikan sebagai tanah clay, high plasticity. Kandungan
mineral yang terkandung dalam sampel tanah adalah Kaolinite dan Illite.
Setelah memperoleh nilai batas cair dari kedua cara di atas, praktikan
mencari kesalahan relatif. Diperoleh kesalahan relatif sebesar 0,072% yang
dapat diartikan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara cara 1
dengan cara 2. Tahap akhir adalah praktikan menentukan harga flow index
(FI) dengan kadar air untuk 100 ketukan dikurangi dengan kadar air untuk 10
ketukan, diperoleh FI sebesar -12,95%. Nilai flow index menandakan
kekuatan geser tanah di mana semakin besar nilai flow index maka semakin
kecil kekuatan geser tanah. Berdasarkan hasil yang diperoleh maka sampel
tanah termasuk ke dalam tanah dengan kekuatan geser tanah sangat tinggi.
C. Analisis Kesalahan
Dalam praktikum ini, praktikan dapat melakukan beberapa kesalahan,
di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Air suling dengan sampel tanah tidak teraduk dengan baik
sehingga tanah tidak homogen. Untuk mengatasinya, pastikan
praktikan mengaduk air suling dan tanah menggunakan spatula
dengan benar.
12
Atterberg Limits
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
13
Atterberg Limits
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
digunakan untuk menentukan nilai indeks plastisitas tanah yaitu nilai batas
cair dikurangi dengan nilai batas plastis.
Batas cair juga dapat digunakan untuk menentukan kekuatan geser
dari tanah untuk menentukan kelayakan suatu tanah dalam menerima beban
dari struktur di atasnya
VII. REFERENSI
Buku Pedoman Praktikum Mekanika Tanah. (2017). Depok: Laboratorium
Mekanika Tanah.
Wagner, Jean-Frank. (2013). Mechanical Properties of Clays and Clay
Minerals. 10.1016/B978-0-08-098258-8.00011-0.
14
Atterberg Limits
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
15
Atterberg Limits
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
Mencari kadar air pada batas plastis (plastic limit) dari sebuah sampel tanah
atau untuk menentukan batas terendah kadar air ketika tanah dalam keadaan
plastis, dan angka Indeks Plastisitas suatu tanah.
C. Alat – alat dan Bahan
a. Alat
• Pelat kaca
• Container
• Spatula
• Mangkuk porselin
• Oven
• Timbangan dengan ketelitian 0.01 gram
b. Bahan
• Sampel tanah lolos saringan No. 40 ASTM sebanyak ± 1 kg
• Air Suling
IP = LL – PL
Kadar air tanah dalam keadaan aslinya biasa terletak di antara batas
plastis dan batas cair. Rumus yang digunakan adalah :
16
Atterberg Limits
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
𝑤1 − 𝑤2
𝑊= × 100%
𝑤2 − 𝑤3
Dengan :
W = kadar air
w1 = berat tanah basah + can
w2 = berat tanah kering + can
w3 = berat can
E. Teori Tambahan
Analisis batas plastis digunakan untuk mencari kekuatan suatu
struktur (Tin-Loi, 2009). Analisis ini mengestimasi faktor pengamplifikasi
beban hidup yang dapat mendorong terjadinya structural crisis, dalam hal ini
berupa plastic collapse.
Menurut Burmister (Wagner, 2013), klasifikasi tanah berdasarkan
indeks plastisitasnya adalah sebagai berikut:
Tabel 1. 7 Klasifikasi Indeks Plastisitas
Indeks Plastisitas Deskripsi
0 Non-Plastic
1-5 Slightly Plasttic
5-10 Low Plasticity
10-20 Medium Plasticity
20-40 High Plasticity
>40 Very High Plasticity
Sumber : Modul Praktikum (2021)
Berdasarkan indeks plastisitasnya, dapat diperoleh derajat ekspansif
tanah dengan mengacu pada tabel berikut
17
Atterberg Limits
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
18
Atterberg Limits
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
Sedangkan bila kadar air kurang, sampel tanah akan retak-retak sebelum
mencapai diameter ⅛ inch. Percobaan ini harus diulang kembali dengan
menambahkan air sehingga sampel tanah tepat retak–retak pada waktu
mencapai diameter ⅛ inch.
19
Atterberg Limits
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
IP = 63,81 – 43,13
IP = 20,68 %
20
Atterberg Limits
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
IV. ANALISIS
D. Analisis Percobaan
Tujuan praktikum kali ini adalah mencari kadar air pada batas plastis
(plastic limit) dari sebuah sampel tanah atau untuk menentukan batas
terendah kadar air ketika tanah dalam keadaan plastis, dan angka Indeks
Plastisitas suatu tanah. Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam
percobaan ini adalah sebagai berikut, pelat kaca sebagai alas untuk
menggulung sampel tanah, container sebagai wadah bagi sampel tanah,
spatula untuk mengaduk sampel tanah dengan air suling, mangkuk porselen
sebagai tempat pengadukan sampel tanah dengan air, oven untuk
mengeringkan tanah, dan timbangan dengan ketelitian 0.01 gram untuk
menimbang sampel uji, sampel tanah lolos saringan No. 40 ASTM sebagai
bahan uji, dan air suling yang tidak ada kandungan mineralnya sebagai bahan
campuran sampel tanah untuk tes uji batas plastis.
Tahap pertama, praktikan membersihkan alat-alat yang akan
digunakan. Lalu, praktikan menyiapkan botol penyemprot dan air suling.
Setelah itu, praktikan menyiapkan tanah lolos saringan No.40 ASTM.
Langkah terakhir dalam proses penyiapan adalah praktikan menimbang berat
kedua container.
Tahap selanjutnya adalah proses percobaan, langkah pertama adalah
praktikan memasukkan sampel tanah ke dalam mangkuk porselen dan
mencampurkannya dengan air suling, lalu mengaduknya dengan spatula
hingga homogen. Batas plastis hanya dapat dicari jika tanah homogen.
Langkah kedua adalah praktikan mengambil sampel tanah tersebut sedikit
lalu menggulungnya di atas pelat kaca sampai berdiameter 1/8 inch. Diameter
1/8 inch merupakan diameter yang menurut ASTM, sebuah kadar air
dikatakan plastic limit saat mencapai diameter 1/8 inch dengan kondisi retak-
retak. Pelat kaca digunakan sebagai alas agar kandungan air dalam tanah
tidak terserap ke alasnya. Bila kadar air berlebih, pada waktu sampel tanah
mencapai diameter 1/8 inch tidak terjadi retak-retak, maka praktikan harus
mengulang kembali percobaan ini dengan menambahkan sampel tanah.
Sedangkan bila kadar air kurang, sampel tanah akan retak-retak sebelum
21
Atterberg Limits
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
22
Atterberg Limits
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
sebesar 43,15%. Nilai batas plastis rata-rata yang praktikan dapatkan adalah
43,13%.
F. Analisis Kesalahan
Dalam praktikum ini, praktikan dapat melakukan beberapa kesalahan,
di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Air suling yang dicampur dengan tanah tidak diaduk dengan
benar sehingga tanah belum homogen. Untuk mengatasinya,
praktikan mengaduk tanah dan air suling dengan benar sehingga
tanah tercampur secara homogen.
2. Container yang telah dimasuki oleh sampel tanah tidak segera
ditutup sehingga kadar air berkurang akibat penguapan. Untuk
mengatasinya, praktikan segera menutup container yang telah
dimasuki sampel tanah.
3. Berat penutup container belum ditambahkan saat menghitung
kadar air. Untuk mengatasinya, praktikan menambahkan berat
penutup container saat menghitung kadar air.
23
Atterberg Limits
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
V. KESIMPULAN
Untuk menjawab tujuan praktikum, maka kesimpulan yang dapat
diambil dari hasil pengolahan dan analisis data adalah sebagai berikut :
1. Praktikum bertujuan untuk mencari kadar air pada batas plastis (plastic
limit) dari sebuah sampel tanah atau untuk menentukan batas terendah
kadar air ketika tanah dalam keadaan plastis, dan angka Indeks Plastisitas
suatu tanah.
2. Nilai batas plastis yang didapatkan sebesar 43.13%
3. Nilai indeks plastisitas yang didapatkan sebesar 20.68%. Nilai indeks
plastisitas ini menunjukkan bahwa tanah ini merupakan tanah dengan
very high plasticity dengan kandungan mineral Kaolinite.
4. Sampel tanah ini memiliki derajat ekspansif tinggi karena nilai indeks
plastisitasnya di bawah 15-28%.
VI. APLIKASI
Batas plastis diterapkan untuk menentukan konsistensi perilaku
material guna menguji kelayakan material tersebut dalam pekerjaan
konstruksi, mengetahui kekuatan tanah dalam menopang struktur yang akan
dibangun di atasnya, nilai keplastisan tanah digunakan untuk menentukan
bahan geosintetik yang tepat untuk memperbaiki struktur tanah
VII. REFERENSI
Buku Pedoman Praktikum Mekanika Tanah. (2017). Depok: Laboratorium
Mekanika Tanah.
Tin-Loi, F. (2009). Limit analysis by linear programming. Plastic analysis
and design of steel structures. Elsevier, Amsterdam, 163-193.
Wagner, J. F. (2013). Mechanical properties of clays and clay minerals. In
Developments in Clay Science (Vol. 5, pp. 347-381). Elsevier.
Chen, F. H. (2012). Foundations on expansive soils (Vol. 12). Elsevier
VIII. LAMPIRAN
24
Atterberg Limits
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
25
Atterberg Limits
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
26
Atterberg Limits
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
Mencari kadar air pada batas susut dari suatu sampel tanah.
27
Atterberg Limits
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
Dengan :
ww = berat tanah basah
wd = berat tanah kering
Vw = volume tanah basah
Vd = volume tanah kering
ρw = berat jenis air = 1 gram/cm3
𝑤𝑑
𝑆𝑅 = × 100%
𝑉𝑑
E. Teori Tambahan
Pada shrinkage limit atau batas susutnya, jika kadar air terus
dikurangi, udara akan masuk ke rongga-rongga di tanah sehingga volume dari
tanah tersebut tetap konstan (Grubeša et al., 2016). Dengan mendapat nilai
batas susut, kita dapat mengetahui shrinkage factors seperti shrinkage ratio,
shrinkage index, dan volumetric shrinkage. Faktor-faktor susut ini membantu
dalam proses mendesain struktur yang akan dibuat di lokasi tempat tanah
tersebut diuji. Grubeša mendefinisikan faktor-faktor susut tersebut sebagai
berikut:
• Shrinkage ratio didefinisikan sebagai rasio antara berat tanah kering
dengan volumenya.
• Shrinkage index didefinisikan sebagai selisih antara batas plastis dan
batas susut dari tanah.
28
Atterberg Limits
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
29
Atterberg Limits
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
30
Atterberg Limits
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
31
Atterberg Limits
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
32
Atterberg Limits
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
𝑤𝑑
𝑆𝑅 = × 100%
𝑉𝑑
33
Atterberg Limits
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
34
Atterberg Limits
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
raksa digunakan karena air raksa memiliki sifat kohesif yang tinggi.
Akibatnya, air raksa tidak akan membasahi dinding kaca maupun sampel
tanah. Setelahnya, praktikan mencelupkan sampel tanah kering ke dalam
shrinkage dish yang berisi raksa dengan menekannya secara hati-hati dengan
pelat kaca berkaki tiga sehingga permukaan sampel tanah benar-benar berada
tepat di permukaan air raksa. Sebagian raksa akan tumpah keluar. Proses ini
disebut submerging soil cake. Kemudian, praktikan mengeluarkan sampel
tanah dan menimbang kembali shrinkage dish + raksa yang tersisa (WHg).
Volume tanah kering dapat dicari dengan membagi hasil pengurangan antara
berat raksa + shrinkage dish dan berat raksa dengan massa jenis raksa.
B. Analisis Data dan Hasil
Praktikan memperoleh data praktikum berupa praktikan akan
mendapat data berupa berat tanah basah + coated dish senilai 46.46 gram
untuk sampel A dan 40.31 gram untuk sampel B, berat coated dish sebesar
24.63 gram untuk sampel A dan 18.11 gram untuk sampel B, berat tanah
kering + coated dish sebesar 36.69 gram untuk sampel A dan 30.38 gram
untuk sampel B, berat raksa + coated dish sebesar 217.85 gram untuk sampel
A dan 215.2 gr untuk sampel B, berat raksa + shrinkage dish sebesar 760.76
gram untuk sampel A dan B, dan berat raksa + shrinkage dish (setelah sub-
merging soil cake) sebesar 650.14 gram untuk sampel A dan 648.3 gram
untuk sampel B.
35
Atterberg Limits
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
dan nilai rasio susut sebesar 147.56%. Rasio susut adalah indikator yang
menyatakan seberapa besar perubahan volume tanah akibat perubahan kadar
air di atas batas susut. Batas susut ditunjukkan dengan kadar air tanah pada
tahap mengering dan tidak terdapat perubahan/pengurangan volume. Apabila
kadar airnya dikurangi, tidak akan terjadi perubahan volume pada massa
tanah. Dan jika kadar airnya ditambah, akan terjadi perubahan volume pada
massa tanah
C. Analisis Kesalahan
Dalam praktikum ini, praktikan dapat melakukan beberapa kesalahan,
di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Air suling yang dicampur dengan tanah tidak diaduk dengan
benar sehingga tanah belum homogen. Untuk mengatasinya,
praktikan mengaduk tanah dan air suling dengan benar sehingga
tanah tercampur secara homogen.
2. Coated dish belum diolesi oleh Vaseline. Solusinya adalah
memastikan bahwa coated dish telah diolesi oleh Vaseline.
3. Ketidaktelitian praktikan dalam melakukan pengukuran dengan
timbangan. Solusinya adalah memastikan bahwa praktikan telah
teliti dalam melakukan pengukuran
V. KESIMPULAN
Untuk menjawab tujuan praktikum, maka kesimpulan yang dapat
diambil dari hasil pengolahan dan analisis data adalah sebagai berikut :
1. Nilai batas susut yang didapatkan sebesar 30.17%
2. Nilai rasio susut yang didapatkan sebesar 147.56%
36
Atterberg Limits
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
3. Dari nilai batas susut yang didapat, dapat disimpulkan bahwa kadar air
ditambah sehingga kemungkinan ekspansif perubahan volume sangat
tinggi.
4. Sampel tanah ini dikategorikan sebagai tanah dengan derajat ekspansif
tinggi.
VI. APLIKASI
Batas susut diterapkan untuk menganalisis kecenderungan tanah
dalam mengalami penyusutan (shrinkage) dan pengembangan (swelling),
serta mengetahui kelayakan suatu tanah untuk dibebani struktur di atasnya,
seperti fondasi, jalan, maupun bendungan.
VII. REFERENSI
Buku Pedoman Praktikum Mekanika Tanah. (2017). Depok: Laboratorium
Mekanika Tanah.
Grubeša, I. N., Barisic, I., Fucic, A., & Bansode, S. S. (2016). Characteristics
and uses of steel slag in building construction. Woodhead Publishing
Agustina, S., & Fitriyana, L. (2019). Pengaruh feldspar dan ampas tebu
terhadap propertis tanah ekspansif. Reviews in Civil Engineering, 3(1)
VIII. LAMPIRAN
37
Atterberg Limits
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
38
Atterberg Limits