Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

KASUS ETIKA DALAM BIDANG AKUNTANSI MANAJEMEN


Study Kasus: TOSHIBA JEPANG

Dosen pengampu: Arista Fauzi Kartika Sari S.Pd.,MSA

Di Susun Oleh : kelompok 9


Anggota:
1. Andrean Supriadi (21801082004)
2. Devel Kartika Sari (21801082087)
3. Aminatus Zahro (21801082103)
4. Desinta Fitria Dewi (21801082174)

UNIVERSITAS ISLAM MALANG


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
PRODI AKUNTANSI

2021

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur tim penulis panjatkan kehadirat Allah Ta’ala.  atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul, “KASUS ETIKA DALAM
BIDANG AKUNTANSI MANAJEMEN” dapat kami selesaikan dengan baik. Tim penulis
berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca tentang
pelanggaran atau kesalahan apa saja yang biasa terjadi dalam bahasa keseharian yang bisa kita
pelajari salah satunya dari karya film. Begitu pula atas limpahan kesehatan dan kesempatan
yang Allah SWT karuniai kepada kami sehingga makalah ini dapat kami susun melalui
beberapa sumber yakni melalui kajian pustaka maupun melalui media internet.

Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan kami semangat dan motivasi dalam pembuatan tugas makalah ini. Kepada kedua
orang tua kami yang telah memberikan banyak kontribusi bagi kami, dosen pembimbing kami,
Ibu Arista Fauzi Kartika sari S.Pd.,MSA dan juga kepada teman-teman seperjuangan yang
membantu kami dalam berbagai hal. Harapan kami, informasi dan materi yang terdapat dalam
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Tiada yang sempurna di dunia, melainkan Allah
SWT. Tuhan Yang Maha Sempurna, karena itu kami memohon kritik dan saran yang
membangun bagi perbaikan makalah kami selanjutnya.

Demikian makalah ini kami buat, apabila terdapat kesalahan dalam penulisan, atau pun
adanya ketidaksesuaian materi yang kami angkat pada makalah ini, kami mohon maaf. Tim
penulis menerima kritik dan saran seluas-luasnya dari pembaca agar bisa membuat karya
makalah yang lebih baik pada kesempatan berikutnya.

.
Malang, 19 November 2021

Penyusun
ii
DAFTAR ISI

Judul Makalah........................................................................................... i
Kata pengantar .......................................................................................... ii
Datar isi .................................................................................................... iii

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang .......................................................................... 1
1.2 Rumusan masalah ..................................................................... 2
1.3 Tujuan ...................................................................................... 2

BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Definisi Etika dalam Akuntansi Manajemen............................ 3
2.2 Latar Belakang Permasalahan Toshiba..................................... 6
2.3 Kasus......................................................................................... 6
2.4 Kronologi Kasus....................................................................... 9
2.5 Analisa Kasus............................................................................ 10

BAB 3 PENUTUP
4.1 Kesimpulan .............................................................................. 12
4.2 Saran ......................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 13

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penerapan etika bisnis dalam suatu organisasi yang bertujuan memperoleh laba
dengan cara menghimpun dana dari masyarakat merupakan isu yang sering dikaji secara
mendalam. Secara teoretis penerapan etika merupakan suatu hal yang mudah dilakukan dan
diterapkan. Secara teoretis isu etika dapat dilihat dari berbagai macam aspek dan sudut
pandang yang mampu melihat suatu masalah secara komprehensif. Beberapa peneliti telah
memberikan pandangan dan pendapat mengenai konsep dasar etika dan keterkaitannya
dengan penerapan di lingkungan bisnis. Etika dalam akuntansi keuangan merupakan suatu
bidang keuangan yang merupakan sebuah bidang yang luas dan dinamis. Bidang ini
berpengaruh langsung terhadap kehidupan setiap orang dan organisasi.
Etika dalam suatu profesi menjadi topik pembicaraan yang sangat penting dalam
masyarakat saat ini. Terjadinya pelanggaran etika profesi di Indonesia menyadarkan
masyarakat untuk mengutamakan perilaku etis, dimana perilaku etis selama ini masih sering
diabaikan. Etika menjadi suatu kebutuhan yang penting bagi tiap profesi agar pekerjaan yang
diberikan oleh profesi tersebut dapat dipertanggungjawabkan hasilnya baik secara keilmuan,
sosial, maupun dalam segi hukum sehingga pekerjaan tersebut menjadi bermanfaat bagi
kehidupan. Salah satu profesi yang sangat penting untuk menjaga penerapan perilaku etis
dalam profesinya adalah profesi akuntan. Aspek utama dalam suatu organisasi adalah
masalah keuangan. Akuntan menjadi pihak yang diandalkan untuk dapat memberikan dan
menilai informasi keuangan suatu organisasi untuk stakeholders. Etika profesi merupakan
salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kualitas hasil pekerjaan dari seorang akuntan.
Akuntansi keuangan merupakan bidang akuntansi yang mengkhususkan fungsi dan
aktivitasnya pada kegiatan pengolahan data akuntansi dari suatu perusahaan dan penyusunan
laporan keuangan untuk memenuhi kebutuhan berbagai pihak, yaitu pihak internal dan pihak
eksternal. Oleh karena tujuan akuntansi keuangan adalah menyediakan informasi kepada
pihak yang berkepentingan, maka laporan keuangan harus bersifat umum sehingga dapat
diterima oleh semua pihak yang berkepentingan. Laporan keuangan yang dimaksud harus
mampu menunjukkan keadaan keuangan dan hasil usaha perusahaan. Banyaknya
1
penyimpangan etika profesi dan bisnis yang terjadi pada perusahaan terkemuka terkait
bidang akuntansi keuangan dan manajemen maka penulis akan mengkaji beberapa kasus
dengan bermacam motif serta latar belakang. dengan demikian, pada akhirnya kajian ini
sekaligus berdampak positif bagi etika dan profesi Akuntansi.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat ditulis rumusan masalahnya
sebagai berikut:
1. Apa pengertian etika dalam akuntansi manajemen?
2. Bagaimana latar belakang kasus?
3. Bagaimana pembahasan kasus?
4. Bagaimana analisis kasus ?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Etika Bisnis
2. Untuk mengetahui definisi Etika dalam akuntansi Manajemen

2
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI ETIKA DALAM AKUNTANSI MANAJEMEN


Etika dalam akuntansi keuangan merupakan sebuah bidang yang luas dan dinamis.
Bidang ini berpengaruh langsung terhadap kehidupan setiap orang dan organisasi. Ada
banyak bidang yang dapat di pelajari, tetapi sejumlah besar peluang karir tersedia di bidang
keuangan. Akuntansi keuangan adalah bagian dari akuntansi yang berkaitan dengan
penyiapan laporan keuangan untuk pihak luar, seperti pemegang saham, kreditor,pemasok,
serta pemerintah.
Akuntansi manajemen merupakan suatu sistem akuntansi yang berkaitan dengan
ketentuan dan penggunaan informasi akuntansi untuk manajer atau manajemen dalam suatu
organisasi dan untuk memberikan dasar kepadamanajemen untuk membuat keputusan bisnis
yang akan memungkinkanmanajemen akan lebih siap dalam pengelolaan dan melakukan
fungsi control.Akuntansi manajemen adalah disiplin ilmu yang berkenaan dengan
penggunaaninformasi akuntansi oleh para manajemen dan pihak-pihak internal lainnya
untuk keperluan penghitungan biaya produk, perencanaan, pengendalian dan evaluasi,serta
pengambilan keputusan. Definisi akuntansi manajemen menurut CharteredInstitute of
Management Accountant, yaitu Penyatuan bagian manajemen yangmencakup, penyajian dan
penafsiran informasi yang digunakan untuk perumusanstrategi, aktivitas perencanaan dan
pengendalian, pembuatan keputusan,optimalisasi penggunaan sumber daya, pengungkapan
kepada pemilik dan pihak luar, pengungkapan kepada pekerja.
Akuntansi Manajemen (Managerial Accounting) berhubungan dengan
pengidentifikasian dan pemilihan yang terbaik dari beberapa alternatif kebijakanatau tindakan
dengan menggunakan data historis atau taksiran untuk membantu pimpinan. Adapun
tanggung jawab dari seorang akuntan manajemen yaitu :
1. Perencanaan, menyusun dan berpartisipasi dalam mengembangkan sistem
perencanaan, menyusun sasaran-sasaran yang diharapkan, dan memilih cara-cara yang
tepat untuk memonitor arah kemajuan dalam pencapaian sasaran.
2. Pengevaluasian, mempertimbangkan implikasi-implikasi historical dankejadian-
kejadian yang diharapkan, serta membantu memilih cara terbaik untuk bertindak.
3
3. Pengendalian, menjamin integritas informasi finansial yang berhubungandengan
aktivitas organisasi dan sumber-sumbernya, memonitor dan mengukur prestasi, dan
mengadakan tindakan koreksi yang diperlukan untuk mengembalikan kegiatan pada
cara-cara yang diharapkan.
4. Menjamin pertanggungjawaban sumber, mengimplementasikan suatu sistem pelaporan
yang disesuaikan dengan pusat-pusat pertanggungjawaban dalamsuatu organisasi
sehingga sistem pelaporan tersebut dapat memberikankontribusi kepada efektifitas
penggunaan sumber daya dan pengukuran prestasi manajemen.
5. Pelaporan eksternal, ikut berpartisipasi dalam proses mengembangkan prinsip-prinsip
akuntansi yang mendasari pelaporan eksternal.
Kriteria Standar Perilaku Akuntan
a. Competence (Kompetensi)
Auditor harus menjaga kemampuan dan pengetahuan profesional mereka pada
tingkatan yang cukup tinggi dan tekun dalam mengaplikasikannya ketika memberikan
jasanya, diantaranya menjaga tingkat kompetensi profesional, melaksanakan tugas
profesional yang sesuai dengan hukum dan menyediakan laporan yang lengkap dan
transparan
b. Confidentiality (Kerahasiaan)

Auditor harus dapat menghormati dan menghargai kerahasiaan informasi yang


diperoleh dari pekerjaan dan hubungan profesionalnya, diantaranya meliputi menahan
diri supaya tidak menyingkap informasi rahasia, menginformasikan pada bawahan
(subordinat) dengan memperhatikan kerahasiaan informasi, menahan diri dari
penggunaan informasi rahasia yang diperoleh.
c. Integrity (Kejujuran)
Auditor harus jujur dan bersikap adil serta dapat dipercaya dalam hubungan
profesionalnya. Meliputi menghindari konflik kepentingan yang tersirat maupun
tersurat, menahan diri dari aktivitas yang akan menghambat kemampuan, menolak
hadiah, bantuan, atau keramahan yang akan mempengaruhi segala macam tindakan
dalam pekerjaan, mengetahui dan mengkomunikasikan batas-batas profesionalitas,
mengkomunikasikan informasi yang baik maupun tidak baik, menghindarkan diri
dalam keikutsertaan atau membantu kegiatan yang akan mencemarkan nama baik
4
profesi.
d. Objectivity of Accountant (objektivitas Akuntan)
Auditor tidak boleh berkompromi mengenai penilaian profesionalnya karena
disebabkan prasangka, konflik kepentingan dan terpengaruh orang lain, seperti
memberitahukan informasi dengan wajar dan objektif dan mengungkapkan sepenuhnya
informasi relevan.

e. Standar Teknis
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan standar teknis
dan standar proesional yang relevan. Sesuai dengan keahliannya dan dengan berhati-
hati, anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan penugasan dari penerima jasa
selama penugasan tersebut sejalan dengan prinsip integritas dan obyektivitas.
kewajiban untuk melaksanakan penugasan dari penerima jasa selama penugasan
tersebut sejalan dengan prinsip integritas dan obyektivitas.
f. Tanggung Jawab Profesi
Dalam melaksanakan tanggung-jawabnya sebagai profesional setiap anggota harus
senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan
yang dilakukannya.
g. Kepentingan Publik
Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka pelayanan
kepada publik, menghormati kepercayaan publik, dan menunjukkan komitmen atas
profesionalisme.

2.2 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN TOSHIBA

Skandal akuntansi Toshiba dimulai saat regulator keamanan menemukan


masalah saat menyelidiki laporan keuangan awal tahun ini. Dalam laporan 300
halaman yang diterbitkan panel independen tersebut mengatakan bahwa tiga direksi
telah berperan aktif dalam menggelembungkan laba usaha Toshiba sebesar ¥151,8
miliar (setara dengan Rp. 15,85 triliun) sjak tahun 2008. Panel yang dipimpin oleh
mantan jaksa top di Jepang itu, mengatakan bahwa eksekutif perusahaan telah
menekan unit bisnis perusahaan, mulai dari unit personal computer sampai ke unit
5
semikonduktor dan reaktor nuklir untuk mencapai target laba yang tidak realistis.
Laporan itu juga mengatakan bahwa penyalahgunaan prosedur akuntansi secara terus
emnerus dilakukan sebagai kebijakan resmi dari manajemen, dan tidak mungkin bagi
siapapun untuk melawannya, sesuai dengan budaya perusahaan Toshiba.

2.3 KASUS

Toshiba telah berkiprah dalam industry teknologi diseluru dunia sejak tahun
1875, itu artinya selama 140 tahun Toshiba telah mampu mencuri hati masyarakat di
seluruh dunia dengan produk yang berkualitas, brand image yang tangguh, dan
layanan pelanggan yang excellent. Reputasi yang bagus itu kini hancur berantakan
hanya karena pressure yang sangat tinggi untuk memenuhi target performance unit.

Kasus ini bermula atas inisiatf Pemerintahan perdana menteri Abe yang
mendorong tranparansi yang lebih besar diperusahaan-perusahaan Jepang untuk
menarik lebih banyak investasi asing. Atas saran pemerintah tersebut, Toshiba
menyewa panel independen yang terdiri dari para akuntan dan pengacara untuk
menyelidiki masalah transparansi di Perusahaannya.betapa mengejutkannya bahwa
dalam laporan 300 halaman yang diterbitkan panel independen tersebut mengatakan
bahwa tiga direksi telah berperan aktif daam mnggelembungkan laba usaha Toshiba
sebesar ¥151,8 miliar (setara dengan Rp. 15,85 triliun) sejak tahun 2008.

Panel yang dipimpin oleh mantan jaksa top di Jepang itru, mengatakan bahwa
eksekutif perusahaan telah menekan unit bisnis perusahaan, mulai dari unit personal
computer sampai ke unit semikonduktor dan reaktor nuklir untuk mencapai target laba
yang tidak realistis. Manajemen biasanya mengeluarkan tantangan target yang besar
itu sebelum akhir kuartal/tahun fiskal. Hal ini mendorong kepala unit bisnis untuk
menggoreng catatan akuntansinya. Laporan itu juga mengatakan bahwa
penyalahgunaan prosedur akuntansi secara terus menerus dilakukan sebagai kebijakan
resmi dari manajemen, dan tidak mungkin bagi siapa pun untuk melawannya, sesuai
dengan budaya perusahaan Toshiba.

Akibat laporan ini CEO Toshiba Hisao Tanak, mengundurkan diri, disusul keesokan
6
harinya pengunduran dirinya wakil CEO Toshiba, Norio Sasaki. Selain itu Atsutoshi
Nishida, chief executive dari tahun 2005 sampoai dengan tahun 2009 yang sekarang
menjadi penasihat Toshiba juga mengundurkan diri. Panel tersebut mengatakan
laporan keuangan ini. Penggorengan ini pasti dilakukan secara sistematis dan
disengaja.

Saham Toshiba turun sekitar 20% sejak awal april ketika isu akuntansi ini
terungkap. Nilai pasar perusahaan ini hilang sekitar ¥1,67 triliun setara dengan dengan
Rp. 174 trilun). Badan Pengawas Pasar Modal Jepang kemungkinan akan memberikan
hukuman pada Toshiba atas penyimpangan akuntansi tersebut dalam waktu dekat ini.

Kesalahan dari Toshiba

Manajemen Toshiba memberlakukan kebijakan target performance bagi


perusahaanya, dimana perusahaan dituntut untuk memenuhi target yang telah
ditetapkan. Hal ini menimbulkan tekanan dalam lingkungan kerja Toshiba serta
menyebabkan rasa bersalah dalam diri para manajer divisi apabila target yang telah
ditetapkan tidak dapat dicapai. Bangsa jepang dikenal sebagai bangsa yang
menjunjung tinggi kehormatan diri, sehingga apabila target yang telah ditetapkan oleh
manajemen tidak dapat dicapai, maka mereka merasa rendah diri dan merasa telah
gagal. Selain karena masalah kebudayaan, para manajer ini juga ingin mendapatkan
bonus yang besar dari sistem target performance yang diberlakukan oleh Manajemen
Toshiba ini. Muncullah niat dari para oknum ini untuk menggelembungkan
revenue/profit yang diperoleh Toshiba sehingga mereka dapat mendapatan bonus yang
besar dan membuat seolah-olah perusahaan toshiba mengalami kemajuan yang sangat
pesat.

Kesalahan/flaw berikutnya dari manajemen Toshiba adalah kurangnya


pengawasan secara langsung atasan kepada bawahan mereka, sehingga ketika para
oknum di Toshiba ini menggelembungkan pendapatan Toshiba, Manajemen tidak
mengetahui hal ini dan malah memberikan bonus kepada oknum tersebut. Manajemen
juga terlalu mempercayai para oknum yang menggelembungkan pendapatan Toshiba
ini sehingga tidak pernah melakukan inspeksi atas keabsahan pendapatan yang mereka
peroleh.
7
Dalam kasusnya, Hisao Tanaka adalah seorang yang telah menjabat di
Toshiba sebagai Presiden Eksekutif dan Chief Eksekutif Officer (CEO). Perusahaan
Toshiba sendiri sudah berdiri selama 140 tahun namun hancur begitu saja dikarenakan
perilaku etika yang tidak baik yang dilakukan Tanaka, karena pangkat yang tinggi dan
mempunyai kewenangan atas data yang diberikan untuk dilaporkan namun menyalah
gunakan data tersebut untuk mendapatkan keuntungan dalam perusahaan dikarenakan
target yang tidak tercapai. Ia bertanggung jawab atas perbuatannya dengan cara
mengundurkan diri dari jabatannya pada tanggal 21 Juni 2015 dengan kasus Toshiba
yang melebihkan keuntungan senilai $1,2M untuk menutupi yang kurang dalam
pencapaian target dikarenakan pressure yang sangat tinggi untuk memenuhi target
performance unit tidak dapat sesuai target yang diharapkan sehingga terlihat adanya
angka besar dilaporan tersebut sebagai keuntungan yang didapat oleh perusahaan demi
menghindari dari kebangkrutan. Tidak hanya Hisao Tanaka selaku Presiden dan CEO
yang mengundurkan diri, pihak lain yang terlibat dalam kasus ini seperti wakil CEO
Toshiba yaitu Norio Sasaki dan Atsutoshi Nishida selaku Chief Eksekutif yang
sekarang menjadi penasihat Toshiba juga mengundurkan diri. Tanaka dan Sasaki
ditekan divisi bisnis untuk memenuhi target yang tinggi sehingga mereka melibihi
laba dan menunda pelaporan kerugian, mereka merancang laporan ini agar sulit
diketahui oleh auditor. Investigasi independen sebenarnya menemukan pihak bahwa
pihak manajemen berbohong mengenai jumlah keuntungan yang mereka dapatkan
selama lebih dari 6 tahun karena ingin memenuhi target internal perusahaan setelah
terjadi krisis finansial 7 tahun yang lalu. Akibat tindakannya yang dipandang negatif
itu Toshiba akan dijatuhkan denda senilai ¥300-400 milliar karena kasus ini dan
Toshiba pun berencana menjual properti dan aset lain mereka untuk menstabilkan
neraca keuangan mereka.

Manajemen Berbasis Kinerja

Target yang terlalu tinggi, dan tekanan atas pencapaian target tersebutlah yang
menyebabkan skandal ini terjadi. Dalam akuntansi manajemen, hal ini disebut dengan
akuntansi pertanggungjawaban, yaitu bagaimana kepala unit bisnis melaporkan
pencapaian kinerjanya atas tanggung jawab yang diberikan manajemen puncak

8
perusahaan kepadanya. Tidak ada yang salah sebenarnya dalam praktik akuntansi
pertanggungjawaban ini, malah dianjurkan untuk menciptakan kinerja yang lebih baik,
namun kesalahannya terletak pada tumpuan penilaian kinerja semata-mata hanya pada
sisi kinerja keuangan meskipun kita mengenal ada 4 perspektif kinerja dalam balance
score card (keungan, pelanggan, proses bisnis internal dan pertumbuhan dan
pembelajaran), namun dalam kenyataannya tetap perspektif keuangan yang selalu
didewakan.

Tidak hanya di Jepang, Amerika atau negara barat lainnya, di Indonesia pun
praktik manajemen berbasis kinerja ini sering banyak disalah gunakan. Praktik
sederhananya adalah manajemen puncak memberikan target yang luar biasa tinggi
kepada unit bisnis dibawahnya, sebenarnya manajemen puncak mengetahui bahwa
target itu sangat tidak realistis, namun sengaja ia berikan agar memacu unit bisnis
menghasilkan yang lebih banyak lagi melebihi target normal, agar target yang
dibebankan kepadanya bisa dicapai.

Praktik ini sebenarnya terjadi, namun tekanan dan punishment dari atasan agar
target tercapai itulah yang membuat unit bisnis mengakali laporannya. Cara
gampangnya adalah dengan memberikan laporan yang salah alias laporan ABS ( Asal
Bapak Senang) seperti pada kasus Toshiba ini.

2.4 KRONOLOGI KASUS


 Februari 12, skandal kasus Toshiba dimulai dari adanya investigasi mengenai
metodelogi akuntansi oleh SESC (Securities and Exchange Surveillence Commision)
 April 3, investigasi unternal mengatakan menyelidik kemungkinan akuntansi yang tidak
tepat, kurangnya pelaporan biaya proyek sd Maret 2014
 8 Mei, Perluas penyelidikan, membentuk komite independen, Membatalkan
pembayaran deviden, menarik diri prospek pendapatan.
 13 Mei, kemungkinan turunnya laba operasi selama tiga tahun sampai Maret 2014
setidaknya 50 miliar yen.
 15 mei, Meluncurkan komite independen yang dipimpin oleh mantan jaksa untuk
memperluas penyelidikan.
 22 Mei, Memperpanjang penyelidikan lebih dari tiga unit bisnis.
 26 Mei, Mengajukan tenggang waktu atas pengajuan surat berharga tahunan.

9
 27 Mei, Mempertimbangkan deviden khusus untuk mengkompensasi investor setelah
melewatkan pembayaran akhir tahun karena untuk penyelidikan.
 29 Mei, Pengumuman penyelidikan akan berakhir pada pertengahan Juli memperoleh
persetujuan untuk merilis laporan tahunan pada akhir Agustus dan Q1 pada 14
September 2015.
 12 Juni, Investigasi internal memperoleh adanya pencatatan yang tidak tepat sebesar 3,6
miliar yen. Penyelidikan itu berjalan sejajar dengan penyelidikan pihak ketiga
ditemukan 12 kasus penyimpangan, termasuk tidak membuat ketentuan untuk kontrak
dibatalkan, menunda pencatatan biaya dan meremehkan biaya bahan.
 25 Juni, CEO mengatakan dapat menunjuk lebih anggota dewan luar untuk
meningkatkan pengawasan rekening.
 9 Juli, Mempertimbangkan menjual aset termasuk saham di Westinghouse Electric.
 16 Juli, Komite independen melihat adanya keterlibatan manajemen atas untuk bermain
dalam skandal akuntansi.
 20 Juli, batas akhir komite independen untuk menyampaikan laporan kepada
perusahaan.
 21 Juli, melepaskan seluruh laporan dan mengadakan konferensi pers.

2.5 Analisis Kasus


Perilaku Etika Dalam Bisnis
Perilaku etika bisnis pada kasus skandal akuntansi Toshiba yang dilakukan CEO dan
presiden tanaka tahun 2015 dengan penyimpangan pencatatan keuntungan perusahaan sebesar
1,2 miliar dollar AS ini mencerminkan perilaku yang kurang baik. Dilihat dari etika pada kasus
ini adanya tindakan kecurangan dalam pembuatan laporan keuangan dengan begitu mudahnya
mereka menaikkan laba operasional. Hal ini karena adanya keinginan tanaka untuk membuat
perusahaan seakan-akan sudah memenuhi performance unit yang sesuai dengan target dan
seakan-akan tidak terlihat bahwa ada target yang tidak tercapai. Seharusnya tanaka memikirkan
kembali apa yang akan dilakukannya itu salah atau benar karena akibatnya membuat banyak
pihak kecewa bahkan dirinya sendiri akan mendapatkan kerugian.

Perilaku Etika Dalam Profesi Akuntansi


Pada kasus ini laporan keuangan yang dihasil pihak manajemen tidak sesuai dengan
pernyataan hal ini terbukti saat investigasi independen sebenarnya menemukan bahwa pihak
manajemen berbohong mengenai jumlah keuntungan yang mereka dapatkan selama lebih dari 6
tahun dikarenakan ingin memenuhi target internal perusahaan setelah terjadi krisis finansial
tujuh tahun lalu. Namun adanya kelihaian pihak manjemen dalam memanipulasi laporan
keuangan membuat pihak auditor sulit menemukan adanya kecurangan pada laporan keuangan
tersebut sehingga butuh waktu cukup lama untuk mengidentifikasi kasus ini dikarenakan
ketidaktelitian auditornya.
10
Adanya audit pada laporan keuangan sangatlah perlu dilakukan untuk meningkatkan
kredibilitas perusahaan agar mendapatkan laporan keuangan yang dapat dipercaya. Pelanggaran
kode etik yang dilakukan haiso tanaka dan perusahaan Toshiba terlambat untuk menangani
laporan keuangan sangatlah tidak baik bagi perusahaan. Sangatlah mudah untuk
mempertahankan etika profesi dengan baik, jika saja dalam dirinya itu bisa terkendali untuk
tidak melakukan perbuatan yang tidak bermoral itu, akan tetapi pada kasus ini tanaka menyalah
gunakan kode etik sebagai pemimpin Toshiba hal ini dapat merusak reputasi perusahaan
bahkan dirinya sendiri.

11
BAB 3
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Kasus Toshiba bukanlah yang pertama di Jepang atau dunia. Toshiba melakukan
berbagai cara baik mengakui pendapatan lebih awal atau menunda pengakuan biaya
pada periode terntentu namun dengan metode yang menurut investigator tidak sesuai
dengan prinsip akuntansi. Seperti kesalahan penggunaan percentage of complation untuk
pengakuan pendapatan proyek, cash based ketika penggunaan provisi yang seharusnya
dengan metode akrual memaksa supplier menunda penerbitan tagihan meski pekerjaan
sudah selesai. Manajemen biasanya mengeluarkan tantangan target yang besar itu
sebelum akhir kuartal atau tahun fiskal.
Hal ini mendorong kepala unit bisnis untuk menggoreng catatan akuntansinya.
Laporan itu juga mengatakan bahwa penyalahgunaan prosedur akuntansi secara terus-
menerus dilakukan sebagai kebijakan resmi dari manajemen. Skandal ini juga
disebabkan oleh budaya PT. Toshiba yang kurang baik tidak bisa melawan atasan.
Maksudnya melawan adalah koreksi atas kesalahan manajemen mengambil keputusan.
Dari sinilah karyawan PT.Toshiba mengakal-akali laporan keuangan agar terlihat profit,
padahal tidak mencerminkan keuangan yang sebenarnya.
3.2 SARAN

Demikianlah makalah ini, semoga apa yang penulis tuangkan dalam makalah ini
bermanfaat untuk orang lain. Penulis menyadari masih banyak kesalahan dalam makalah
ini.

12
DAFTAR PUSTAKA

http://budhanandamunidewi.blogspot.co.id/2014/07/seputar-akuntansi-manajemen-praktik-
dan.html

https://fannyanisha.wordpress.com/2015/12/25/etika-dalam-akuntansi-keuangan-dan-akuntansi-
manajemen/

http://finansial.bisnis.com/read/20150721/9/455185/toshiba-diguncang-skandal-akuntansi-
senilai-us12-miliar

http://profil.merdeka.com/mancanegara/t/toshiba/

https://akuntansiterapan.com/2015/0/22/toshiba-accounting-scandal-runtuhnya-etika-bangsa-
jepang-yang-sangat-dagungkan-itu/

http://ekonomikompas.com/read/2015/07/21/161317026/.Bos.Toshiba.Dilaporkan.terlibat.Skand
al.Penyimpangan.Akuntansi

http://agnisnovianinoor.blogspot.co.id/2015/11/runtuhnya-profesi-ceo-toshiba_10.html

Anda mungkin juga menyukai