Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
NIM : 200821013
GEL/KEL : I/II
BAB I
PENDAHULUAN
Sistem spektroskopi merupakan suatu sistem pencacah radiasi yang digunakan untuk
mengukur spektrum energi yang berinteraksi dengan detektor, sedangkan alat yang
mencacah radiasi gamma disebut spektrometer gamma. Spektrometer gamma yang
digunakan untuk kegiatan penelitian perlu dievaluasi secara berkala untuk mengetahui
mutu kerja dari sistem spektrometer yang akan mempengaruhi hasil pengukuran. Evaluasi
mutu kerja spektrometer gamma dilakukan melalui evaluasi mutu detektor yang meliputi
parameter efesiensi, resolusi dan peak to Compton ratio.
Efisiensi merupakan parameter yang menunjukan perbandingan antara jumlah cacahan
pada suatu puncak energi terhadap jumlah radiasi yang mengenai detektor. Efisiensi
detektor bergantung pada energi radiasi, jarak antara cuplikan dan detektor serta volume
aktif kristal detektor. Resolusi merupakan parameter kemampuan detektor untuk
membedakan dua puncak energi yang berdekatan pada spektrum.Resolusi detektor
dinyatakan dalam full width at half maximum (FWHM) atau lebar setengah tinggi
maksimum. Peak to Compton ratio merupakan parameter yang menunjukkan
perbandingan antara tinggi puncak “photo-peak” tehadap tinggi rata-rata daerah
Compton.
BAB II
DASAR TEORI
Terdapat beberapa parameter yang selalu digunakan untuk menjelaskan konsep-konsep dalam
kimia analitik. Beberapa diantaranya menjadi parameter utama yang digunakan dalam aplikasi
instrumentasi modern, terutama untuk analisis kuantitatif. Pada prinsipnya spektroskopi
melibatkan sumber energi yang ditransmisikan oleh sumber sinar melalui sampel dan
interaksinya dengan sampel dapat dicatat oleh detektor yang berada di belakangnya dalam
bentuk yang bisa dibaca oleh peranti lunak komputer. Transmitans adalah istilah untuk
menjelaskan bagian dari energi atau cahaya yang diteruskan (ditransmisikan) melalui larutan
sampel dalam metode spektroskopi. Setelah sampel mengalami penyinaran (radiasi) maka
sebagian energi cahaya akan diserap oleh partikel di dalam sampel yang selanjutnya
digunakan untuk eksitasi elektronik, bergetar dan berputar. Transmitans dapat didefinisikan
sebagai perbandingan antara energi dari sinar yang diteruskan setelah melewati sampel
terhadap harga awalnya, bisa dalam bentuk persentase. Jika digambarkan, cahaya atau energi
sebesar P0sebagai sinar datang akan melewati larutan sepanjang b. Angka ini biasanya
merupakan lebar dari tempat sampel yang digunakan sebagai wadah larutan dalam sistem
spektroskopi, yang biasa disebut curvette.
Harga ini juga harus disesuaikan dengan desain instrumentasi serta bahan pembuatnya.
Cuvette yang ideal biasanya terbuat dari kuarsa dan menyerap sinar dalam jumlah minimal.
Sinar yang masih tersisa akan diteruskan sebesar P, kemudian ditangkap oleh detektor di
belakangnya dan dicatat. Absorbansi didefinisikan sebagai invers logaritma dari transmitans.
Absorbansi terkadang lebih populer dan sering digunakan untuk keperluan spektroskopi. Pada
banyak hal, terminologi absorbansi juga sering digunakan untuk menyatakan kuantitas
serapan. Absorptivitas molar adalah absorbansi yang proporsional terhadap panjang larutan.
Besaran ini juga merupakan karakter kimia karena absorbansi sangat tergantung pada karakter
senyawa kimia, bukan sekadar pada kepekatan atau konsentrasi larutan. Bilangan ini khas
untuk berbagai jenis senyawa yang digunakan dalam sampel. Dimana c adalah
konstantaabsortivitas, b adalah panjang larutan/lebar sel, c adalah konsentrasi larutan. Jika
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
konsentrasi dalam mol/L seperti layaknya konsentrasi larutan dalam bahasan ilmu kimia,
lebar dalam cm, dan molar absorptivitas. Hubungan ini disebut juga dengan Hukum Beer
mengenai penyerapan sinar. Pada banyak aplikasi, Hukum Beer digunakan secara luas untuk
perhitungan-perhitungan kuantitatif. Pada aplikasinya, salah satu keuntungan dari
spektroskopi adalah analisis campuran yang tidak perlu pemisahan terlebih dahulu. Hal ini
dimungkinkan karena setiap senyawa mempunyai kurva serapan dengan panjang gelombang
maksimal sendiri. Bagi sebuah larutan campuran yang terdiri dari beberapa substansi yang
menyerap cahaya maka absorbansi total adalah jumlah absorbansi masing-masing
komponennya. Hukum Beer sangat bermanfaat untuk perhitungan analitik, terutama karena
tidak diperlukan langkah pemisahan. Namun, sebenarnya Hukum Beer juga memiliki
beberapa kelemahan karena tergantung pada kemampuan alat untuk menghasilkan absorbansi.
Selain memang cakupannya terbatas, tidak semua instrumentasi yang digunakan untuk
melakukan analisis mempunyai kinerja baik. Keterbatasan pertama menyangkut kepekatan
larutan sampel. Hukum Beer hanya berlaku untuk larutan encer, tidak dapat diterapkan jika
larutan pekat karena absorbansi akan melebihi angka 1. Jumlah partikel yang dapat menyerap
cahaya secara proporsional mempunyai rentangan tertentu.
Pada kurva kalibrasi, rentangan yang mempunyai linearitas tinggi adalah bagian
tengah, sedangkan bagian awal dan akhir tidak linear lagi sehingga tidak dapat dijadikan
referensi. Banyak pengamat memberi batasan angka 0,2 dan 0,8 untuk daerah aman
pengukuran. Di bawah 0,2 kurva mempunyai tendensi tidak linear. Demikian pula di atas 0,8.
Jika larutan terlalu pekat, harga absorbansi tidak dapat dirujukkan kepada konsentrasi larutan
standarnya. Namun, hal ini masih bergantung pada kepekaan dan limit deteksi dari
instrumentasi yang bersangkutan. Pada alat-alat yang mempunyai kepekaan tinggi, harga
batas linearitas dapat diturunkan lagi. Sifat kimia larutan dengan harga absorptivitas molar
masing-masing juga sangat memengaruhi pengukuran. Larutan yang terlalu pekat akan
memberikan efek refraksi pada sinar datang dan hal ini akan memengaruhi absorbansi yang
terbaca.Di lain pihak, deviasi kimiawi sangat dimungkinkan untuk pemeriksaan larutan-
larutan yang mengalami disosiasi secara spontan dalam larutan polar. Contohnya adalah
larutan bikromat dan kromat yang berada dalam kesetimbangan satu sama lain dalam pelarut
air. Harga absorbansi dengan sendirinya merupakan gabungan antara absorbansi kromat dan
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
METODOLOGI PERCOBAAN
11. MCA
Fungsi : Sebagai alat pencacah
12. Keyboard
Fungsi : Sebagai alat untuk memasukkan input
3.2 Bahan
1. Co-60
Fungsi : Sebagai sumber radioaktif beta
2. Cs-137
Fungsi : Sebagai sumber radiasi sinar gamma
A. Kalibrasi MCA
1. Disiapkan peralatan yang akan digunakan dalam percobaan.
2. Dihubungkan detektor NaI(TI) ke alat cacah
3. Dihidupkan pencacah dan ditunggu beberapa menit sehingga tegangan
sebesar
1000 volt
4. Diletakkan sumberradioaktif Cs-137 dan bahan-bahan X dan ukur cacah dan
laju cacah
5. Dihitung besar energi yang dihasilkan unsur Cs-137 dan bahan X
6. Ditentukan unsur dan bahan X dengan membandingkan hasil dari energi yang
dihasilkan dalam buku text book (Kaplan)
7. Dicatat hasil cacahannya pada kertas data percobaan
(Terlampir)
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
BAB IV
230
240 30 165
250 50 160
No Kanal Cs-137 X
410 150
420 155
430 150
440 175
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
445 190
450 205
460 225
465 280
470 305
475 325
480 330
485 300
490 240
495 250
500 190
505 165
510 150
515 145
520 155
525 240160
530 175
535 185
540 200
545 210
550 245
260 15 170
265 190 170
270 215 165
275 240 165
280 320 170
285 275 170
290 230 180
295 210 180
300 120 185
305 55 185
310 60 195
315 45 195
320 40 200
330 20 205
340 25 210
350 27 200
360 25 195
370 25 175
380 25 160
390 155
400 145
560 265
565 275
570 260
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
575
580 215
585 180
590 155
595 145
600 120
605 105
610 95
615 80
620 70
625 55
630 60
635 55
640 50
650 45
660 40
670 40
E (KeV) n1 n2 n3 n4
134 549 103 29 74
137 524 116 34 82
141 546 102 24 78
144 532 114 27 87
147 529 132 20 112
150 567 109 20 84
153 582 131 30 101
156 556 133 16 118
159 544 105 22 83
162 562 131 31 90
166 562 124 24 100
169 578 122 24 98
172 535 120 26 94
175 544 123 17 106
178 583 120 26 94
181 509 113 21 92
184 584 110 36 72
187 565 112 26 86
191 571 140 32 108
194 598 135 19 116
197 629 137 19 118
200 639 132 30 102
203 619 133 22 111
206 682 146 20 126
209 710 143 28 115
212 782 139 18 121
216 803 155 23 132
219 839 167 20 142
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
E (KeV) n1 n2 n3 n4
269 819 163 18 153
272 779 166 30 133
275 729 173 20 138
278 753 155 22 133
281 773 160 22 113
284 736 153 20 114
287 710 143 24 127
290 707 136 22 120
294 713 144 17 126
297 716 134 14 127
300 675 152 26 126
303 651 149 22 96
306 688 147 21 117
309 650 116 20 105
312 679 129 12 117
315 715 124 19 110
319 670 129 23 115
322 697 121 11 97
325 679 130 15 98
328 660 125 28 98
331 673 119 21 91
334 668 115 17 108
337 682 108 17 92
340 643 126 18 98
344 654 107 15 121
347 674 116 18 121
350 651 113 12 121
353 638 141 20 110
356 640 124 14 88
359 652 104 16 117
362 667 124 7 97
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
E (KeV) n1 n2 n3 n4
403 690 116 20 97
406 704 109 12 106
409 714 116 10 115
412 676 128 13 97
415 700 116 19 137
419 701 155 18 112
422 694 124 12 115
425 735 130 15 102
428 721 117 15 117
431 727 124 7 120
434 772 132 12 117
437 739 126 9 107
440 747 117 10 107
444 749 119 12 98
447 767 113 15 114
450 799 128 14 112
453 771 125 13 109
456 734 121 12 95
459 701 107 12 117
462 699 128 11 111
465 665 111 10 85
468 605 96 11 94
472 574 105 11 102
475 541 116 14 92
478 502 101 9 80
481 468 85 5 53
484 410 62 9 57
487 388 76 19 48
490 324 66 18 54
493 302 67 13 44
497 371 55 11 41
500 351 54 13 43
503 242 56 13 29
506 222 42 13 35
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
509 201 43 7 21
512 196 49 18 36
515 183 56 10 20
518 174 37 17 25
522 162 40 15 17
525 141 34 17 28
528 127 36 8 19
531 120 33 16 24
534 115 40 14 25
E (KeV) n1 n2 n3 n4
537 112 37 12 28
540 106 36 8 20
543 92 35 15 18
547 101 33 15 13
550 87 25 12 26
553 97 38 12 16
556 79 28 12 30
559 73 35 5 28
562 75 39 11 18
565 66 30 12 21
568 73 27 6 23
572 74 33 10 29
575 71 43 14 32
578 61 42 10 19
581 68 29 10 23
584 62 46 23 34
587 70 47 13 33
590 56 47 14 41
593 59 51 10 30
597 58 46 16 45
600 76 58 13 39
603 90 57 18 48
606 114 61 13 58
609 139 68 10 45
612 173 57 12 59
615 231 73 14 67
618 314 82 15 71
622 400 88 19 89
625 617 79 8 114
628 732 128 14 118
631 1030 127 9 187
634 1239 198 11 219
637 1526 226 7 250
640 1884 263 13 303
643 2302 311 8 306
647 2570 349 13 397
650 2930 401 4 458
653 3077 464 6 458
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
E (KeV) n1 n2 n3 n4
672 3039 462 6 423
675 2739 430 7 384
678 2457 404 10 303
681 2224 352 4 280
684 1807 310 7 224
687 1550 232 8 203
690 1210 211 8 159
693 1007 165 6 111
696 752 119 8 116
700 545 124 8 70
703 398 78 7 55
706 296 59 4 25
709 224 39 14 28
712 184 36 9 13
715 96 22 8 8
718 67 16 9 1
721 47 13 12 7
725 36 12 5 5
728 23 13 9 4
731 11 14 8 6
734 13 7 4 3
737 7 14 3 11
740 5 10 8 2
743 8 8 5 3
746 3 13 6 7
750 6 9 5 4
753 4 11 5 6
756 2 11 9 2
759 4 8 4 4
762 1 11 2 9
765 0 19 5 14
768 1 10 6 4
771 0 16 3 13
775 4 10 5 5
778 2 20 8 12
781 1 23 10 13
784 1 16 8 8
787 2 23 8 15
790 4 19 7 7
793 3 16 5 11
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
A. Data 1
1. Grafik Kanal - vs - Cacah
a. Untuk Cs - 137 (Terlampir)
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
B. Data 2
1. Membuat Grafik Energi – vs Cacah n1, cacah n2 dan cacah n3
a. Energi vs cacah n1
(Terlampir)
b. Energi vs cacah n2
(Terlampir)
c. Energi vs cacah n3
(Terlampir)
2. Membuat tabel absorber radiasi yang dipancarkan unsur radioaktif
μ
V= ;x=E
ρ
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
0.08
0.07 0.0777
0.076
0.074
0.072
0.07
0.0682
0.068
0.066
0.2 0.4 0.6 0.8 1
y 2− y 1 0,0777−0.0682 0.0095
Slope = = = = 0,0475
x 1−x 2 0.8−0.6 0.2
Dari grafik diperoleh bahwa x = 0,662
y 2− y 1
y = y1 – (x−x 1)
x 2−x 1
0,0761−0,0668
y = 0,0668 – (0,662−0,6)
0,8 – 0,6
y = 0,0668 – 0,0645 (0,662 – 0,6)
y = 0,0707 cm2/gr
μ
Karena ρ Fe=¿7,36 gr/cm3 dan y = , maka diperoleh :
ρ
μ= y × ρ
μ=0,0707cm2/gr x 7,86 gr/cm3
μ = 0,556 cm-1
a. Untuk Absorber Pb
μ
V= ;x=E
ρ
\
y 2− y 1 0,114−0.0837 0.0303
Slope = = = = 0,1515
x 1−x 2 0.8−0.6 0.2
Dari grafik diperoleh bahwa x = 0,662
y 2− y 1
y = y1 – (x−x 1)
x 2−x 1
0,114−0,08377
y = 0,0837 – (0,662−0,6)
0,8 – 0,6
y = 0,0837 – 0,1515 (0,662 – 0,6)
y = 0,093 cm2/gr
μ
Karena ρ Pb=¿11,3 gr/cm3 dan y = , maka diperoleh :
ρ
μ= y × ρ
μ=0,093cm2/gr x 11,3 gr/cm3
μ = 1,0509 cm-1
I = Ioe−μ ×
I
In = -μ ×
IO
514
In = -1,0509 ×
3397
x = 1,796 cm
y 2− y 1 3397−314 3083
Slope = = = = 77,075
x 1−x 2 660−620 40
y 2− y 1 3397−18 3379
Slope = = = = 67,58
x 1−x 2 710−660 50
Dimana jumlah titik diatas garis FG adalah 14 titik sehingga :
FWHM = Jumlah seluruh Kanal = 15 + IF + JG
dengan :
cacah−cacah F
° IF = ; cacah F = cacah G = ½ CD
cacah−cacah M
1884−1666 218
IF = = = 0,6089 KeV
1884−1526 358
cacah−cacah G
° JG =
cacah−cacah N
1807−1666 141
JG = = = 0,5486 KeV
1807−1550 257
Maka, FWHM dihitung sebagai berikut :
FWHM = 15 + IF + JG
FWHM = 15 + 0,6089 + 0,5486
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
` 5. Membedakan energi radiasi standar teori dengan energi radiasi standar praktik
Energi radiasi standar secara teori : Energi radiasi standar secara praktik
661,661 ± 0,003 : 793
menyeberangi celah pita dari pita valensi ke pita konduksi. Tetapi elektron
ini akan kehilangan energinya dengan memancarkan sebuah photon dan
kembali ke pita valensi.
Untuk meningkatkan keboleh jadian emisi photon dan mengurangi serapan
cahaya oleh kristal, sejumlah kecil material yang dinamakan aktivator
ditambahkan kedalam NaI. Aktivator yang banyak digunakan adalah
thalium sehingga detektornya dinamakan NaI(Tl). Thalium merupakan
pengotor yang mempermudah terjadinya proses ionisasi. Hal ini karena
Thalium mempunyai nomor atom besar (81), lebih besar nomor atom maka
lebih jauh elektron terluarnya dari inti atom dan lebih lemah gaya yang
mengikatnya dari inti atom sehingga mudah mengalami ionisasi.
Prinsip kerjanya adalah Radiasi memasuki detektor sehingga
mengakibatkan elektron atom – atom penyusun material detektor
tereksitasi. Ketika kembali kekeadaan dasarnya, elektron orbit
memancarkan cahaya. Cahaya ini akan menumbuk katoda yang
permukaannya dilapisi photosensitive yang biasanya terbuat dari antimony
dan cesium. Akibatnya katoda akan menghasilkan paling sedikit sebuah
elektron tiap photon yang mengenainya melalui mekanisme efek
photolistrik.
Di belakang katoda terdapat tabung pegganda elektron yang dinamakan
photomultiplier tube PMT yang terdiri atas beberapa elektroda yang
dinamakan dynode yang masing – masing dihubungkan dengan tegangan
listrik searah yang secara progresif bertambah besar. Karena antara dynode
pertama dengan photocatode terdapat medan listrik, maka photoelektron
akan dipercepat geraknya oleh medan listrik menuju dynode pertama.
Elektron yang dipercepat ini memiliki energi yang cukup untuk
mengeluarkan elektron – elektron dari dynode pertama. Untuk sebuah
photoelektron yang mengenai dynode, bergantung pada efisiensi PMT,
akan menghasilkan sekitar 10 buah elektron sekunder.
Elektron sekunder ini diarahkan geraknya sehingga dipercepat oleh medan
listrik antara dynode kedua dengan pertama sehingga dari dynode kedua
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
c. Detektor semikonduktor
Detektor semikonduktor adalah benda padat yang beroperasi secara esensial
seperti kamar ionisasi. Muatan yang di bawa oleh semikonduktor bukanlah
elektron dan ion sebagaimana yang ada pada kamar gas tapi juga hole.
Untuk hal ini detektor semikonduktor yang sangat bermanfaat dibuat dari
silikon dan germanium, dalam bahan ini juga telah dicoba dengan tingkat
keberhasilan yang sama seperti CdTe dan HgL2. Keuntungan yang paling
utama dari detektor semikonduktor adalah dapat membandingkan tipe- tipe
dari radiasi, yang paling umum adalah energi resolusi. Kemampuan untuk
memecahkan energi partikel keluar dari spectrum polyenergi. Detektor
semikonduktor mudah disesuaikan untuk pengukuran energi. Sifat
sambungan p-n membentuk landasan suatu kelompok detektor radiasi zat
padat yang banyak dipakai orang, kondisi dalam semikonduktor tipe n
terjadi melalui gerak hole dalam somikonduktor.
Pengoperasian detektor semikonduktor berdasarkan hubungan p-n dengan
bias mundur. Tumbukan radiasi pada hubungan p-n menghasilkan sepasang
elektron dan hole. Elektron dan hole digerakkan oleh medan listrik dan
nilainya dapat direkam berupa pulsa dengan bantuan slat elektronik. Waktu
yang dioperlukan unuk memproduksi semua muatan adalah dalam
milisekon. Laju elektron dan hole seperti pembawa muatan yang dapat
melewati daerah sensitif dan dihitung dalam 10"7 sekon. Detektor akan
mencatat semua muatan yang diproduksi oleh tumbukan partikel, untuk
sebuah detektor. Di bawah ini dapat dilihat gambar detektor semikonduktor :
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
D F
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
Hexa = D F
b. 0 0 1 0 0 0 0 0
128 64 32 16 8 4 2 1
Desimal = 32
0 0 1 0 00 0 0
2 0
Hexa = 2 0
c. 1 0 1 0 1 0 1 0
128 64 32 16 8 4 2 1
Desimal = 2 + 8 + 32 + 128
= 170
1 0 1 0 10 1 0
A A
Hexa = A A
d. 0 1 0 1 0 1 0 1
128 64 32 16 8 4 2 1
Desimal = 1 + 4 + 16 + 64
= 85
0 1 0 1 01 0 1
5 5
Hexa = 5 5
e. 0 0 1 1 0 0 1 1
128 64 32 16 8 4 2 1
Desimal = 1 + 2 + 16 + 32
= 51
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
0 0 1 1 00 1 1
3 3
Hexa = 3 3
f. 1 1 0 0 1 1 0 0
128 64 32 16 8 4 2 1
Desimal = 4 + 8 + 64 + 128
= 204
1 1 0 0 11 0 0
C C
Hexa = C C
BAB V
5.1 Kesimpulan
Prinsip kerja MCA yaitu tiap saluran dalam memori unit mempunyai satu set memori
yang langsung dikendalikan oleh suatu ligic circuit. Apabila suatu pulsa masuk,
maka PTC (Pulsa Haight to time Converter) akan merubah pulsa analog ini menjadi
suatu rentetan pulsa-pulsa digital yang jumlahnya sebanding dengan tinggi pulsa
analog yang masuk.
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Wonorahardjo, Surjani. 2020. Pengantar Kimia Analitik Modern. Edisi Kesatu. Yogyakarta :
ANDI
Halaman : 50 – 54
Chrien, Robert E. 1978. Neutron Capture Gamma-Ray Spectroscopy. 1st Edition. New York :
Plenum Press
Pages : 44 - 45
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
LAMPIRAN
A. Data 1
1. Grafik Kanal - vs - Cacah
a. Untuk Cs - 137
b. Untuk unsur X
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
B. Data 2
1. Membuat grafik Energi - vs Cacah n1, cacah n2 dan cacah n3
a. Energi - vs cacah n1
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
b. Energi - vs cacah n2
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
c. Energi - vs cacah n3
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155