Anda di halaman 1dari 52

JUDUL PERCOBAAN

NAMA : NURMAYANTI SIMBOLON

NIM : 200821013

FAK/JUR : MIPA/FISIKA EKSTENSI

GEL/KEL : I/II

LABORATORIUM FISIKA INTI


DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2021
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sistem spektroskopi merupakan suatu sistem pencacah radiasi yang digunakan untuk
mengukur spektrum energi yang berinteraksi dengan detektor, sedangkan alat yang
mencacah radiasi gamma disebut spektrometer gamma. Spektrometer gamma yang
digunakan untuk kegiatan penelitian perlu dievaluasi secara berkala untuk mengetahui
mutu kerja dari sistem spektrometer yang akan mempengaruhi hasil pengukuran. Evaluasi
mutu kerja spektrometer gamma dilakukan melalui evaluasi mutu detektor yang meliputi
parameter efesiensi, resolusi dan peak to Compton ratio.
Efisiensi merupakan parameter yang menunjukan perbandingan antara jumlah cacahan
pada suatu puncak energi terhadap jumlah radiasi yang mengenai detektor. Efisiensi
detektor bergantung pada energi radiasi, jarak antara cuplikan dan detektor serta volume
aktif kristal detektor. Resolusi merupakan parameter kemampuan detektor untuk
membedakan dua puncak energi yang berdekatan pada spektrum.Resolusi detektor
dinyatakan dalam full width at half maximum (FWHM) atau lebar setengah tinggi
maksimum. Peak to Compton ratio merupakan parameter yang menunjukkan
perbandingan antara tinggi puncak “photo-peak” tehadap tinggi rata-rata daerah
Compton.

1.2 Tujuan Praktikum

1. Untuk mengetahui bagian dan fungsi detektor sintilasi NaI(TL)


2. Untuk mengetahui prinsip kerja MCA
3. Untuk mengetahui Spektrum Isotop Cs - 137 dan Co - 60
4. Untuk mengetahui aplikasi percobaan
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155

BAB II

DASAR TEORI

Terdapat beberapa parameter yang selalu digunakan untuk menjelaskan konsep-konsep dalam
kimia analitik. Beberapa diantaranya menjadi parameter utama yang digunakan dalam aplikasi
instrumentasi modern, terutama untuk analisis kuantitatif. Pada prinsipnya spektroskopi
melibatkan sumber energi yang ditransmisikan oleh sumber sinar melalui sampel dan
interaksinya dengan sampel dapat dicatat oleh detektor yang berada di belakangnya dalam
bentuk yang bisa dibaca oleh peranti lunak komputer. Transmitans adalah istilah untuk
menjelaskan bagian dari energi atau cahaya yang diteruskan (ditransmisikan) melalui larutan
sampel dalam metode spektroskopi. Setelah sampel mengalami penyinaran (radiasi) maka
sebagian energi cahaya akan diserap oleh partikel di dalam sampel yang selanjutnya
digunakan untuk eksitasi elektronik, bergetar dan berputar. Transmitans dapat didefinisikan
sebagai perbandingan antara energi dari sinar yang diteruskan setelah melewati sampel
terhadap harga awalnya, bisa dalam bentuk persentase. Jika digambarkan, cahaya atau energi
sebesar P0sebagai sinar datang akan melewati larutan sepanjang b. Angka ini biasanya
merupakan lebar dari tempat sampel yang digunakan sebagai wadah larutan dalam sistem
spektroskopi, yang biasa disebut curvette.
Harga ini juga harus disesuaikan dengan desain instrumentasi serta bahan pembuatnya.
Cuvette yang ideal biasanya terbuat dari kuarsa dan menyerap sinar dalam jumlah minimal.
Sinar yang masih tersisa akan diteruskan sebesar P, kemudian ditangkap oleh detektor di
belakangnya dan dicatat. Absorbansi didefinisikan sebagai invers logaritma dari transmitans.
Absorbansi terkadang lebih populer dan sering digunakan untuk keperluan spektroskopi. Pada
banyak hal, terminologi absorbansi juga sering digunakan untuk menyatakan kuantitas
serapan. Absorptivitas molar adalah absorbansi yang proporsional terhadap panjang larutan.
Besaran ini juga merupakan karakter kimia karena absorbansi sangat tergantung pada karakter
senyawa kimia, bukan sekadar pada kepekatan atau konsentrasi larutan. Bilangan ini khas
untuk berbagai jenis senyawa yang digunakan dalam sampel. Dimana c adalah
konstantaabsortivitas, b adalah panjang larutan/lebar sel, c adalah konsentrasi larutan. Jika
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155

konsentrasi dalam mol/L seperti layaknya konsentrasi larutan dalam bahasan ilmu kimia,
lebar dalam cm, dan molar absorptivitas. Hubungan ini disebut juga dengan Hukum Beer
mengenai penyerapan sinar. Pada banyak aplikasi, Hukum Beer digunakan secara luas untuk
perhitungan-perhitungan kuantitatif. Pada aplikasinya, salah satu keuntungan dari
spektroskopi adalah analisis campuran yang tidak perlu pemisahan terlebih dahulu. Hal ini
dimungkinkan karena setiap senyawa mempunyai kurva serapan dengan panjang gelombang
maksimal sendiri. Bagi sebuah larutan campuran yang terdiri dari beberapa substansi yang
menyerap cahaya maka absorbansi total adalah jumlah absorbansi masing-masing
komponennya. Hukum Beer sangat bermanfaat untuk perhitungan analitik, terutama karena
tidak diperlukan langkah pemisahan. Namun, sebenarnya Hukum Beer juga memiliki
beberapa kelemahan karena tergantung pada kemampuan alat untuk menghasilkan absorbansi.
Selain memang cakupannya terbatas, tidak semua instrumentasi yang digunakan untuk
melakukan analisis mempunyai kinerja baik. Keterbatasan pertama menyangkut kepekatan
larutan sampel. Hukum Beer hanya berlaku untuk larutan encer, tidak dapat diterapkan jika
larutan pekat karena absorbansi akan melebihi angka 1. Jumlah partikel yang dapat menyerap
cahaya secara proporsional mempunyai rentangan tertentu.
Pada kurva kalibrasi, rentangan yang mempunyai linearitas tinggi adalah bagian
tengah, sedangkan bagian awal dan akhir tidak linear lagi sehingga tidak dapat dijadikan
referensi. Banyak pengamat memberi batasan angka 0,2 dan 0,8 untuk daerah aman
pengukuran. Di bawah 0,2 kurva mempunyai tendensi tidak linear. Demikian pula di atas 0,8.
Jika larutan terlalu pekat, harga absorbansi tidak dapat dirujukkan kepada konsentrasi larutan
standarnya. Namun, hal ini masih bergantung pada kepekaan dan limit deteksi dari
instrumentasi yang bersangkutan. Pada alat-alat yang mempunyai kepekaan tinggi, harga
batas linearitas dapat diturunkan lagi. Sifat kimia larutan dengan harga absorptivitas molar
masing-masing juga sangat memengaruhi pengukuran. Larutan yang terlalu pekat akan
memberikan efek refraksi pada sinar datang dan hal ini akan memengaruhi absorbansi yang
terbaca.Di lain pihak, deviasi kimiawi sangat dimungkinkan untuk pemeriksaan larutan-
larutan yang mengalami disosiasi secara spontan dalam larutan polar. Contohnya adalah
larutan bikromat dan kromat yang berada dalam kesetimbangan satu sama lain dalam pelarut
air. Harga absorbansi dengan sendirinya merupakan gabungan antara absorbansi kromat dan
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155

bikromat yang panjang dan gelombangnya sangat berdekatan. (Wonorahardjo,


2020)
Survei aktivitas saat ini dalam spektroskopi (n, y) dapat dilihat, terbukti bahwa sebagian besar
pusat penelitian memiliki bidang minat khusus. Inti cahaya terutama dipelajari McMaster
(Hamilton, Kanada), di Petten (Belanda) dan di Brookhaven (AS). Institut Fisika Nuklir
Leningrad berkonsentrasi pada inti ganjil-ganjil antara Rh dan Cs. Banyak inti transisi telah
dipelajari di ILL (Grenoble, Prancis) dan Brookhaven. Inti rusak sedang diselidiki di ILL,
Brookhaven, Riga (USSR) dan Beograd (Yugoslavia). Banyak kemajuan dalam spektroskopi
aktinida telah dicapai di ILL dan Brookhaven. Inti Cahaya Contoh yang baik dari publikasi
baru-baru ini pada inti terang menggunakan reaksi (n, y) adalah pekerjaan pada Petten.
Mereka menerapkan detektor Ge (Li) di luar untuk mendaftarkan spektrum tunggal dan
memasangkan spektrum dari 60 kev hingga 8,6 MeV. Spektrum ini dievaluasi dengan sangat
hati-hati sehingga diperoleh kesalahan statistik antara 20 ev pada 440 kev dan 190 ev pada 8,6
Mev. Mengingat bahwa 420 peluruhan lengkap yang diukur dari status penangkapan ke
keadaan dasar, intensitas dikalibrasi dengan persamaan Erans, i'yi oleh Spits dan Kopecky
dari transisi Y secara virtual mewakili = 100-0 Q adalah neutron energi mengikat.
Mayoritas ditempatkan dalam skema level yang berisi 74 level. Informasi ekstensif
tentang spin dan paritas dari level dan campuran multipol dari sinar-y primer diperoleh
dengan menangkap neutron terpolarisasi di 35c1 dan pengukuran polarisasi melingkar dari
sinar-y. Skema tingkat yang agak lengkap, rinci dan sive yang dihasilkan tentu saja
merupakan tantangan bagi fisikawan teoritis untuk mencoba mereproduksinya dengan
kalkulasi model shell. Contoh lain yang di sebutkan adalah publikasi grup Universitas
McMaster tentang isotop Ni 55. Perbandingan fitur 59Ni, 61Ni, 63Ni dan 65Ni dengan z = 28
cangkang proton tertutup lagi-lagi membutuhkan perhatian teoritis yang cukup besar. 4.2 Inti
Massa Menengah Kelompok (n, Y) di Jülich saat ini mempelajari beberapa isotop Mo dan Ru.
Struktur inti dari banyak isotop Pd ditentukan oleh kelompok Brookhaven. Inti ganjil-ganjil
sudah berada di wilayah massa menengah pada tingkat yang sangat rumit dan padat. Banyak
upaya telah dicurahkan selama beberapa tahun terakhir untuk mempelajari dan memahami inti
transisi dekat Nd dan Sm dan dekat Os dan Pt. Reaksi (n, y) disediakan di wilayah ini mode
informasi penting ls. Alasan menyatakan pada eksitasi yang lebih tinggi kerusakannya. Hasil
spektakuler adalah bukti gejala baru dalam inti, batas 0, diamati pada 196pt dengan reaksi (n,
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155

y) oleh kerjasama Brookhaven-Grenoble. Simetri o ini diprediksi oleh model pendekatan


boson yang berinteraksi dari Arima dan Iachello. (Chrien, 1978)
BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Peralatan dan Fungsi

1. Power Supply/High Voltage


Fungsi : Untuk sumber tegangan tinggi
2. Detektor NaI(Tl)
Fungsi : Untuk mendeteksi radiasi, mencacah jumlah partikel radioaktif
dan energi radiasi
3. Absorber Pb dan Fe
Fungsi : Sebagai penyerap radiasi yang dipancarkan unsur radioaktif
4. CPU
Fungsi : Sebagai unit control sebagai pengatur jalannya suatu program
5. Register
Fungsi : Sebagai penyimpan instruksi yang diberikan
6. ALU (Aritmatika Logic Unit)
Fungsi : Sebagai pemproses instruksi aritmatika pada program
7. Praamplifier dan amplifier
Fungsi : Sebagai penguat sinyal / pulsa yang dimunculkan unsur Cs-137 dan
unsur X yang dideteksi
8. PMT
Fungsi : U ntuk memutus arus ketika terdapat beban
9. Monitor
Fungsi : Sebagai layar penampil hasil deteksi
10. Mouse
Fungsi : Sebagai alat pendukung computer untuk menggerakkan kursor
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155

11. MCA
Fungsi : Sebagai alat pencacah
12. Keyboard
Fungsi : Sebagai alat untuk memasukkan input

3.2 Bahan

1. Co-60
Fungsi : Sebagai sumber radioaktif beta
2. Cs-137
Fungsi : Sebagai sumber radiasi sinar gamma

3.3 Prosedur Percobaan

A. Kalibrasi MCA
1. Disiapkan peralatan yang akan digunakan dalam percobaan.
2. Dihubungkan detektor NaI(TI) ke alat cacah
3. Dihidupkan pencacah dan ditunggu beberapa menit sehingga tegangan
sebesar
1000 volt
4. Diletakkan sumberradioaktif Cs-137 dan bahan-bahan X dan ukur cacah dan
laju cacah
5. Dihitung besar energi yang dihasilkan unsur Cs-137 dan bahan X
6. Ditentukan unsur dan bahan X dengan membandingkan hasil dari energi yang
dihasilkan dalam buku text book (Kaplan)
7. Dicatat hasil cacahannya pada kertas data percobaan

B. Menentukan Interaksi Dengan Cs-137, Cacah Latar Belakang


(Background), Cacah Interaksi Dengan Absorber Fe Dan Absorber Pb
1. Disiapkan peralatan yang akan digunakan dalam percobaan
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155

2. Disusun rangkaian percobaan


3. Dimasukkan Cs-137 dan dihitung cacah interaksinya
4. Diletakkan Pb sebagai absorbernya
5. Divariasikan tegangan dari 0-900 Kev
6. Dicatat jumlah cacah yang dihasilkan
7. Diukur cacah untuk interaksi Cs-137 dengan menggunakan Fe dan background
8. Dicatat jumlah cacah yang dihasilkan pada kertas data percobaan

3.4 Gambar Percobaan

(Terlampir)
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155

BAB IV

HASIL DAN ANALISA

4.1 Data Percobaan

Data 1. Kalibrasi MCA dengan sumber standard Cs - 137


No Kanal 55 Cs-137 165 X
10 100 175
20 95 160
30 85 155
40 75 160
50 84 165
60 88 165
70 90 170
80 100 190
90 120 175
100 135 160
110 110 165
120 105 155
130 107 160
140 106 165
150 110 150
160 125 154
170 120 150
180 126 160
190 129 155
200 115 150
210 90 155
220 75 160

230
240 30 165
250 50 160
No Kanal Cs-137 X
410 150
420 155
430 150
440 175
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155

445 190
450 205
460 225
465 280
470 305
475 325
480 330
485 300
490 240
495 250
500 190
505 165
510 150
515 145
520 155

525 240160
530 175
535 185
540 200
545 210
550 245

260 15 170
265 190 170
270 215 165
275 240 165
280 320 170
285 275 170
290 230 180
295 210 180
300 120 185
305 55 185
310 60 195
315 45 195
320 40 200
330 20 205
340 25 210
350 27 200
360 25 195
370 25 175
380 25 160
390 155
400 145
560 265
565 275
570 260
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155

575
580 215
585 180
590 155
595 145
600 120
605 105
610 95
615 80
620 70
625 55
630 60
635 55
640 50
650 45
660 40
670 40

Data 2. Pencacah sumber radioaktif X dengan MCA


E (KeV) n1 n2 n3 n4
0 549 0 0 0
3 524 2 1 1
6 546 2 0 2
9 532 0 0 0
12 529 0 3 -3
16 567 0 3 -3
17 582 1 0 1
22 556 11 6 9
25 544 56 6 50
28 562 90 8 82
31 562 160 15 145
34 578 201 15 186
37 535 358 12 346
41 544 736 14 722
44 583 795 12 783
47 509 650 17 632
50 584 327 12 315
53 565 182 11 171
56 571 124 11 113
59 598 112 20 92
62 626 127 14 113
66 639 111 17 94
69 619 109 14 95
72 682 102 13 89
75 710 112 20 92
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155

78 728 118 18 104


81 803 125 10 115
84 839 127 18 109
87 874 142 24 118
91 972 159 34 125
94 1008 189 28 161
97 1052 230 40 190
100 1051 323 34 198
103 1051 309 41 168
106 997 191 37 154
109 993 151 31 136
112 943 171 33 126
116 900 140 33 117
119 934 134 29 105
122 902 120 27 93
125 860 114 27 87
128 852 115 27 88
131 802 117 21 96

E (KeV) n1 n2 n3 n4
134 549 103 29 74
137 524 116 34 82
141 546 102 24 78
144 532 114 27 87
147 529 132 20 112
150 567 109 20 84
153 582 131 30 101
156 556 133 16 118
159 544 105 22 83
162 562 131 31 90
166 562 124 24 100
169 578 122 24 98
172 535 120 26 94
175 544 123 17 106
178 583 120 26 94
181 509 113 21 92
184 584 110 36 72
187 565 112 26 86
191 571 140 32 108
194 598 135 19 116
197 629 137 19 118
200 639 132 30 102
203 619 133 22 111
206 682 146 20 126
209 710 143 28 115
212 782 139 18 121
216 803 155 23 132
219 839 167 20 142
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155

222 874 180 31 149


225 972 204 22 182
228 1008 214 31 176
231 1052 206 30 156
234 1051 185 26 199
237 1051 225 26 186
240 997 206 20 173
244 993 190 17 189
247 943 193 25 136
250 900 217 28 175
253 934 157 21 162
256 902 201 26 175
259 860 184 22 153
260 852 190 15 145
265 803 179 26 136

E (KeV) n1 n2 n3 n4
269 819 163 18 153
272 779 166 30 133
275 729 173 20 138
278 753 155 22 133
281 773 160 22 113
284 736 153 20 114
287 710 143 24 127
290 707 136 22 120
294 713 144 17 126
297 716 134 14 127
300 675 152 26 126
303 651 149 22 96
306 688 147 21 117
309 650 116 20 105
312 679 129 12 117
315 715 124 19 110
319 670 129 23 115
322 697 121 11 97
325 679 130 15 98
328 660 125 28 98
331 673 119 21 91
334 668 115 17 108
337 682 108 17 92
340 643 126 18 98
344 654 107 15 121
347 674 116 18 121
350 651 113 12 121
353 638 141 20 110
356 640 124 14 88
359 652 104 16 117
362 667 124 7 97
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155

365 651 110 13 98


369 615 111 13 88
372 654 100 18 104
375 603 122 12 89
378 658 106 17 114
381 677 133 19 96
384 663 118 22 108
387 640 124 18 90
390 657 111 16 110
394 690 124 14 100
397 655 110 10 118
400 694 131 13 96

E (KeV) n1 n2 n3 n4
403 690 116 20 97
406 704 109 12 106
409 714 116 10 115
412 676 128 13 97
415 700 116 19 137
419 701 155 18 112
422 694 124 12 115
425 735 130 15 102
428 721 117 15 117
431 727 124 7 120
434 772 132 12 117
437 739 126 9 107
440 747 117 10 107
444 749 119 12 98
447 767 113 15 114
450 799 128 14 112
453 771 125 13 109
456 734 121 12 95
459 701 107 12 117
462 699 128 11 111
465 665 111 10 85
468 605 96 11 94
472 574 105 11 102
475 541 116 14 92
478 502 101 9 80
481 468 85 5 53
484 410 62 9 57
487 388 76 19 48
490 324 66 18 54
493 302 67 13 44
497 371 55 11 41
500 351 54 13 43
503 242 56 13 29
506 222 42 13 35
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155

509 201 43 7 21
512 196 49 18 36
515 183 56 10 20
518 174 37 17 25
522 162 40 15 17
525 141 34 17 28
528 127 36 8 19
531 120 33 16 24
534 115 40 14 25

E (KeV) n1 n2 n3 n4
537 112 37 12 28
540 106 36 8 20
543 92 35 15 18
547 101 33 15 13
550 87 25 12 26
553 97 38 12 16
556 79 28 12 30
559 73 35 5 28
562 75 39 11 18
565 66 30 12 21
568 73 27 6 23
572 74 33 10 29
575 71 43 14 32
578 61 42 10 19
581 68 29 10 23
584 62 46 23 34
587 70 47 13 33
590 56 47 14 41
593 59 51 10 30
597 58 46 16 45
600 76 58 13 39
603 90 57 18 48
606 114 61 13 58
609 139 68 10 45
612 173 57 12 59
615 231 73 14 67
618 314 82 15 71
622 400 88 19 89
625 617 79 8 114
628 732 128 14 118
631 1030 127 9 187
634 1239 198 11 219
637 1526 226 7 250
640 1884 263 13 303
643 2302 311 8 306
647 2570 349 13 397
650 2930 401 4 458
653 3077 464 6 458
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155

656 3234 465 7 457


659 3335 486 11 505
662 3397 512 7 514
665 3306 517 3 489
668 3140 495 6 456

E (KeV) n1 n2 n3 n4
672 3039 462 6 423
675 2739 430 7 384
678 2457 404 10 303
681 2224 352 4 280
684 1807 310 7 224
687 1550 232 8 203
690 1210 211 8 159
693 1007 165 6 111
696 752 119 8 116
700 545 124 8 70
703 398 78 7 55
706 296 59 4 25
709 224 39 14 28
712 184 36 9 13
715 96 22 8 8
718 67 16 9 1
721 47 13 12 7
725 36 12 5 5
728 23 13 9 4
731 11 14 8 6
734 13 7 4 3
737 7 14 3 11
740 5 10 8 2
743 8 8 5 3
746 3 13 6 7
750 6 9 5 4
753 4 11 5 6
756 2 11 9 2
759 4 8 4 4
762 1 11 2 9
765 0 19 5 14
768 1 10 6 4
771 0 16 3 13
775 4 10 5 5
778 2 20 8 12
781 1 23 10 13
784 1 16 8 8
787 2 23 8 15
790 4 19 7 7
793 3 16 5 11
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155

Medan, 11 Mei 2021


Asisten Praktikan

(Melva Nur Meni Hulu) (Nurmayanti Simbolon)


4.2 Analisa Data

A. Data 1
1. Grafik Kanal - vs - Cacah
a. Untuk Cs - 137 (Terlampir)
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155

b. Untuk unsur X (Terlampir)

2. Menentukan Kalibrasi MCA (Multi Chanel Analyzer) dari grafik (a)


EnergiCs−137
1 Kanal = Kev
Nomor Kanal
662
1 Kanal = Kev
280
= 2,36 KeV

3. Menentukan unsur radioaktif X dari grafik (b)


EnergiCs−137
E = No Kanal untuk puncak cacah unsur X Kev
Nomor Kanal
Dari grafik (b) diperoleh :
662
E1 = 480 x KeV = 1135 KeV = 1,134 MeV
280
662
E2 = 565 x KeV = 1135 KeV = 1,335 MeV
280
Dari perhitungan diatas, diperoleh energi untuk unsur radioaktif X yang tidak
diketahui pada 1,134 MeV dan 1,335 MeV. Dan berdasarkan penyesuaian
hasil tersebut dengan data energi pada sumber data di buku Kaplan halaman
416, diketahui unsur radioaktif X yaitu Cobalt (Co-60).

B. Data 2
1. Membuat Grafik Energi – vs Cacah n1, cacah n2 dan cacah n3
a. Energi vs cacah n1
(Terlampir)
b. Energi vs cacah n2
(Terlampir)
c. Energi vs cacah n3
(Terlampir)
2. Membuat tabel absorber radiasi yang dipancarkan unsur radioaktif
μ
V= ;x=E
ρ
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155

0.08
0.07 0.0777
0.076
0.074
0.072
0.07
0.0682
0.068
0.066
0.2 0.4 0.6 0.8 1
y 2− y 1 0,0777−0.0682 0.0095
Slope = = = = 0,0475
x 1−x 2 0.8−0.6 0.2
Dari grafik diperoleh bahwa x = 0,662
y 2− y 1
y = y1 – (x−x 1)
x 2−x 1
0,0761−0,0668
y = 0,0668 – (0,662−0,6)
0,8 – 0,6
y = 0,0668 – 0,0645 (0,662 – 0,6)
y = 0,0707 cm2/gr

μ
Karena ρ Fe=¿7,36 gr/cm3 dan y = , maka diperoleh :
ρ
μ= y × ρ
μ=0,0707cm2/gr x 7,86 gr/cm3
μ = 0,556 cm-1

Dari data 2 diperoleh I = 512 dan I0 = 3397, maka :


I = Ioe−μ ×
I
In = -μ ×
IO
512
In = -0,556 ×
3397
x = 3,4 cm
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155

a. Untuk Absorber Pb
μ
V= ;x=E
ρ

\
y 2− y 1 0,114−0.0837 0.0303
Slope = = = = 0,1515
x 1−x 2 0.8−0.6 0.2
Dari grafik diperoleh bahwa x = 0,662
y 2− y 1
y = y1 – (x−x 1)
x 2−x 1
0,114−0,08377
y = 0,0837 – (0,662−0,6)
0,8 – 0,6
y = 0,0837 – 0,1515 (0,662 – 0,6)
y = 0,093 cm2/gr

μ
Karena ρ Pb=¿11,3 gr/cm3 dan y = , maka diperoleh :
ρ
μ= y × ρ
μ=0,093cm2/gr x 11,3 gr/cm3
μ = 1,0509 cm-1

Dari data 2 diperoleh I = 514 dan I0 = 3397, maka :


LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155

I = Ioe−μ ×
I
In = -μ ×
IO
514
In = -1,0509 ×
3397
x = 1,796 cm

3. Menentukan besar resolusi


R = √ 2,335(FxEγxEρ)
Dengan :
R = Resolusi (KeV)
F = Faktor Fano untuk detektor Germanium 0,06
Eρ = Tenaga rata – rata untuk membentuk pasangan ion dalam detektor
Germanium 2,96 KeV
Eγ =¿ Tenaga puncak gamma dimana pengukuran resolusi dilakukan yaitu 0,662
KeV, maka :
R = √ 2,335(0,06 x 0,662 x 2,96 x 10−8 )
R = √ 0,277
R = 0,526 KeV

4. Menentukan FWHM (Full Witdh Half Maximum)


FWHM merupakan lebar setengah tinggi maksimum yang menyatakan ukuran
daya pisah suatu sistem spektrometri gamma. Berdasarkan grafik cacah n1 vs
Energi maka dapat ditentukan FWHM dengan langkah :
 Titik A pada 314
 Titik B pada 184
 Titik D = (titik A + titik B)/2 = (314 + 184)/2 = 65
 Titik E = (titik C + titik D)/2 = (3397 + 65)/2
= 1666
Dari titik diatas, maka akan diperoleh sketsa grafik :
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155

y 2− y 1 3397−314 3083
Slope = = = = 77,075
x 1−x 2 660−620 40
y 2− y 1 3397−18 3379
Slope = = = = 67,58
x 1−x 2 710−660 50
Dimana jumlah titik diatas garis FG adalah 14 titik sehingga :
FWHM = Jumlah seluruh Kanal = 15 + IF + JG
dengan :
cacah−cacah F
° IF = ; cacah F = cacah G = ½ CD
cacah−cacah M
1884−1666 218
IF = = = 0,6089 KeV
1884−1526 358

cacah−cacah G
° JG =
cacah−cacah N
1807−1666 141
JG = = = 0,5486 KeV
1807−1550 257
Maka, FWHM dihitung sebagai berikut :
FWHM = 15 + IF + JG
FWHM = 15 + 0,6089 + 0,5486
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155

FWHM = 16,1575 KeV

` 5. Membedakan energi radiasi standar teori dengan energi radiasi standar praktik
Energi radiasi standar secara teori : Energi radiasi standar secara praktik
661,661 ± 0,003 : 793

6. Menjelaskan detektor sintilasi Nal(TL), Csl(TL) dan detektor semikonduktor


a. Detektor sintilasi NaI(TL)
Sintilator adalah suatu bahan yang dapat memancarkan kelipan cahaya
(sintilasi) apabila berinteraksi dengan sinar gamma atau partikel  dan .
Bahan ini dapat berupa zat padat atau cair, baik zat organik mau pun
anorganik. Berdasarkan proses kelipan pada bahan sintilator tersebut dapat
dibuat detektor sinar radioaktif yang disebut detektor sintilator. Detektor
sintilasi yang paling sering digunakan untuk spektroskopi gamma adalah
detektor NaI(Tl). Detektor sintilasi mampu mencacah jumlah partikel
radioaktif dan energinya. Dua bagian utama. Detektor Sintilator NaI(Tl)
yaitu bagian sintilator NaI(Tl), dimana partikel yang terdeteksi akan
menimbulkan kelipan cahaya dan yang kedua adalah tabung pengubah
pancaran cahaya menjadi elektron mengalami proses penggandaan dalam
Photo Multiplier Tube (PMT). Karena NaI merupakan material isolator,
maka pita valensi biasanya penuh sedangkan pita konduksi dalam keadaan
kosong. Sebuah radiasi dapat mengeksitasi sebuah elektron yang
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155

menyeberangi celah pita dari pita valensi ke pita konduksi. Tetapi elektron
ini akan kehilangan energinya dengan memancarkan sebuah photon dan
kembali ke pita valensi.
Untuk meningkatkan keboleh jadian emisi photon dan mengurangi serapan
cahaya oleh kristal, sejumlah kecil material yang dinamakan aktivator
ditambahkan kedalam NaI. Aktivator yang banyak digunakan adalah
thalium sehingga detektornya dinamakan NaI(Tl). Thalium merupakan
pengotor yang mempermudah terjadinya proses ionisasi. Hal ini karena
Thalium mempunyai nomor atom besar (81), lebih besar nomor atom maka
lebih jauh elektron terluarnya dari inti atom dan lebih lemah gaya yang
mengikatnya dari inti atom sehingga mudah mengalami ionisasi.
Prinsip kerjanya adalah Radiasi memasuki detektor sehingga
mengakibatkan elektron atom – atom penyusun material detektor
tereksitasi. Ketika kembali kekeadaan dasarnya, elektron orbit
memancarkan cahaya. Cahaya ini akan menumbuk katoda yang
permukaannya dilapisi photosensitive yang biasanya terbuat dari antimony
dan cesium. Akibatnya katoda akan menghasilkan paling sedikit sebuah
elektron tiap photon yang mengenainya melalui mekanisme efek
photolistrik.
Di belakang katoda terdapat tabung pegganda elektron yang dinamakan
photomultiplier tube PMT yang terdiri atas beberapa elektroda yang
dinamakan dynode yang masing – masing dihubungkan dengan tegangan
listrik searah yang secara progresif bertambah besar. Karena antara dynode
pertama dengan photocatode terdapat medan listrik, maka photoelektron
akan dipercepat geraknya oleh medan listrik menuju dynode pertama.
Elektron yang dipercepat ini memiliki energi yang cukup untuk
mengeluarkan elektron – elektron dari dynode pertama. Untuk sebuah
photoelektron yang mengenai dynode, bergantung pada efisiensi PMT,
akan menghasilkan sekitar 10 buah elektron sekunder.
Elektron sekunder ini diarahkan geraknya sehingga dipercepat oleh medan
listrik antara dynode kedua dengan pertama sehingga dari dynode kedua
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155

dihasilkan elektrontersier yang jumlahnya berlipat. Proses seperti ini


diulang – ulang sampai akhirnya elektron yang keluar dari dynode terakhir
mampu menghasilkan arus keluaran yang besarnya lebih dari sejuta kali
dibandingkan arus yang keluar dari katoda. Arus ini masih berupa pulsa
muatan sehingga belum dapat dianalisa.
b. Detektor sintilasi Csl (TL)
CsI(Tl) adalah sintilator anorganik yang sangat cocok untuk digandengkan
dengan photodioda karena memiliki yield cahaya yang paling tinggi,
kuantum efisiensi sebesar 69% sepanjang spektrumnya dibandingan dengan
49% pada NaI(Tl). Sambungan optik antara sintilator dengan photodioda
menggunakan optical grease. Luas permukaan sintilator yang lebih luas
terhadap permukaan photodioda akan menghasilkan spektrum yang lebih.
Kristal sintilator CsI(Tl) bersama photodioda dan penguat hibride dikemas
dalam aluminium berbentuk silinder yang kecap cahaya. Hal ini dilakukan
untuk menghindari kesalahan deteksi pada saat digunakan untuk mendeteksi
foton. Photodioda adalah dioda semikonduktor yang khusus dirancang untuk
keperluan pembangitan tenaga listrik oleh penyinaran.
Photodioda yang dikopel dengan sintilator dibuat dari silikon dengan
resistivitas tinggi, biasanya dari tipe N dengan resistivitas sekitar 5000
Ωcm sampai dengan 10.000 Ωcm untuk mendapatkan kapasitansi yang
rendah pada tegangan bias yang rendah. Jika sumber radiasi pengion
melewati kristal maka tingkat tenaga elektron pada kristal akan meningkat
sampai ke tingkat eksitasi di bawah conduction band sehingga pada pita
valensi terbentuk hole-hole, yang menyebabkan terjadinya eksitasi, yang
pada eksitasinya dipancarkan foton-foton. Keluaran dari detektor ini berupa
pulsa yang lemah dan lebarnya beberapa nano detik. Oleh karena itu pada
detektor ini ditambahkan rangkaian penguat operasional dalam mode
integrator dengan menggunakan kapasitor umpan balik. Tegangan pada
ujung masukan adalah nol. Akibatnya pulsa-pulsa muatan terhadap
kapasitor feedback dan menimbulkan tegangan keluaran. Pada titik ini
tahanan feedback untuk arus searah dihubungkan paralel dengan kapasitor
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155

feedback dan tegangan keluaran menjadi pulsa-pulsa tegangan yang meluruh


secara perlahan.

c. Detektor semikonduktor
Detektor semikonduktor adalah benda padat yang beroperasi secara esensial
seperti kamar ionisasi. Muatan yang di bawa oleh semikonduktor bukanlah
elektron dan ion sebagaimana yang ada pada kamar gas tapi juga hole.
Untuk hal ini detektor semikonduktor yang sangat bermanfaat dibuat dari
silikon dan germanium, dalam bahan ini juga telah dicoba dengan tingkat
keberhasilan yang sama seperti CdTe dan HgL2. Keuntungan yang paling
utama dari detektor semikonduktor adalah dapat membandingkan tipe- tipe
dari radiasi, yang paling umum adalah energi resolusi. Kemampuan untuk
memecahkan energi partikel keluar dari spectrum polyenergi. Detektor
semikonduktor mudah disesuaikan untuk pengukuran energi. Sifat
sambungan p-n membentuk landasan suatu kelompok detektor radiasi zat
padat yang banyak dipakai orang, kondisi dalam semikonduktor tipe n
terjadi melalui gerak hole dalam somikonduktor.
Pengoperasian detektor semikonduktor berdasarkan hubungan p-n dengan
bias mundur. Tumbukan radiasi pada hubungan p-n menghasilkan sepasang
elektron dan hole. Elektron dan hole digerakkan oleh medan listrik dan
nilainya dapat direkam berupa pulsa dengan bantuan slat elektronik. Waktu
yang dioperlukan unuk memproduksi semua muatan adalah dalam
milisekon. Laju elektron dan hole seperti pembawa muatan yang dapat
melewati daerah sensitif dan dihitung dalam 10"7 sekon. Detektor akan
mencatat semua muatan yang diproduksi oleh tumbukan partikel, untuk
sebuah detektor. Di bawah ini dapat dilihat gambar detektor semikonduktor :
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155

Material yang digunakan untuk membuat detektor harus memperhatikan hal -


hal sebagai berikut :
 Resistivitas yang tinggi, resistivitas yang tinggi maka mobilitas pembawa
akan rendah
 Mobilitas pembawa yang tinggi
 Semikonduktor dengan ketakmurnian akan menjamin resistivitas dan
mobilitas pembawa yang tepat
 Kemampuan medan listrik yang kuat, bila medan listrik meningkat, maka
daerah sensitif akan bertambah pada detektor
Beberapa keuntungaan dalam menggunakan detektor semikonduktor adalah :
1. Memiliki ukuran yang kecil
2. Memiliki respon yang cepat
3. Tidak membutuhkan voltase yang tinggi
4. Dapat didesign untuk memberikan respon energi tinggi yang proporsional

7. Mengubah bilangan biner di bawah ke desimal dan hexa


a. 1 1 0 1 1 1 1 1
b. 0 0 1 0 0 0 0 0
c. 1 0 1 0 1 0 1 0
d. 0 1 0 1 0 1 0 1
e. 0 0 1 1 0 0 1 1
f. 1 1 0 0 1 1 0 0
Jawab :
Mis: 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 A B C D E F
a. 1 1 0 1 1 1 1 1
128 64 32 16 8 4 2 1
Desimal = 1 + 2 + 4 + 8 + 16 + 64 + 128
= 255
1 1 0 1 11 1 1

D F
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155

Hexa = D F

b. 0 0 1 0 0 0 0 0
128 64 32 16 8 4 2 1
Desimal = 32
0 0 1 0 00 0 0

2 0
Hexa = 2 0

c. 1 0 1 0 1 0 1 0
128 64 32 16 8 4 2 1
Desimal = 2 + 8 + 32 + 128
= 170
1 0 1 0 10 1 0

A A
Hexa = A A

d. 0 1 0 1 0 1 0 1
128 64 32 16 8 4 2 1
Desimal = 1 + 4 + 16 + 64
= 85
0 1 0 1 01 0 1

5 5
Hexa = 5 5

e. 0 0 1 1 0 0 1 1
128 64 32 16 8 4 2 1
Desimal = 1 + 2 + 16 + 32
= 51
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155

0 0 1 1 00 1 1

3 3
Hexa = 3 3

f. 1 1 0 0 1 1 0 0
128 64 32 16 8 4 2 1
Desimal = 4 + 8 + 64 + 128
= 204
1 1 0 0 11 0 0

C C
Hexa = C C

8. Menjelaskan tiga tahapan yang terjadi pada sintilasi NaI (TL)


a. Efek Fotolistrik
Yaitu suatu gejala dimana suatu cahaya yang frekuensinya cukup tinggi
dijauhkan pada suatu permukaan logam, maka akan terjadi pemancaran
elektron dari permukaan logam tersebut.
b. Produksi Pasangan
Yaitu suatu peristiwa yang terjadi apabila suatu foton ditembakkan pada
suatu initi atom sehingga inti atom tersebut akan memancarkan sepasang
elektron (q = -e) dan positron (q = +e). Hal ini terjadi karena untuk
memenuhi hukum kekekalan energi dan momentum linier serta hukum
kekekalan muatan listrik.
c. Hamburan Compton
Yaitu suatu peristiwa dimana suatu foton menumbuk elektron dan
kemudian mengalami hamburan dari arahnya semula sedangkan
elektronnya menerima impuls dan bergerak. Dalam tumbukan ini foton
dapat dipandang sebagai partikel yang kehilangan sejumlah energi yang
besarnya sama dengan besarnya energi kinetik yang diterima elektron.
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155

9. Aplikasi dan Gambar Cs - 137 dan Co - 60


a. Cesium -137 bermanfaat digunakan dalam perawatan kanker, mengukur dan
mengontrol aliran fluida pada beberapa proses industri, menyelidiki
subterranean strata pada oil wells, dan memastikan level pengisian yang
tepat untuk paket makanan, obat - obatan dan produk yang lain.

b. Pada Cobalt-60 bermanfaat untuk: sterilisasi peralatan medis di rumah sakit,


pasteurize beberapa makanan dan rempah, sebagai terapi kanker, mengukur
ketebalan logam dalam stell mills.
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Untuk mengetahui bagian dan fungsi detektor sintilasi Nal(TL)


Detektor NaI(Tl) terdiri dari dua bagian. Bagian pertama adalah medium sintilasi
berupa sintilator NaI(Tl) dimana partikel yang terdeteksi akan menimbulkan pulsa
cahaya. Detektor Sintilator NaI(Tl) yaitu bagian sintilator NaI(Tl), dimana partikel
yang terdeteksi akan menimbulkan kelipan cahaya. Bagian kedua adalah tabung
pengubah pancaran cahaya menjadi pulsa listrik setelah proses penggandaan yaitu
Photo Multiplier Tube (PMT). Cahaya ini akan menumbuk katoda yang
permukaannya dilapisi photosensitive yang biasanya terbuat dari antimony dan
cesium. Akibatnya katoda akan menghasilkan paling sedikit sebuah elektron tiap
photon yang mengenainya melalui mekanisme efek photolistrik. Di belakang
katoda terdapat tabung pegganda elektron yang dinamakan photomultiplier tube
PMT yang terdiri atas beberapa elektroda yang dinamakan dynode yang masing -
masing dihubungkan dengan tegangan listrik searah yang secara progresif
bertambah besar.
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155

2. Untuk mengetahui prinsip kerja MCA

Prinsip kerja MCA yaitu tiap saluran dalam memori unit mempunyai satu set memori
yang langsung dikendalikan oleh suatu ligic circuit. Apabila suatu pulsa masuk,
maka PTC (Pulsa Haight to time Converter) akan merubah pulsa analog ini menjadi
suatu rentetan pulsa-pulsa digital yang jumlahnya sebanding dengan tinggi pulsa
analog yang masuk.

3. Untuk mengetahui Spektrum Isotop Cs - 137 dan C0 - 60


Cesium-137 atau radiocaesium , adalah isotop radioaktif sesium yang dibentuk
sebagai salah satu produk fisi yang lebih umum oleh fisi nuklir uranium-235 dan
isotop fisi lainnya dalam reaktor nuklir dan senjata nuklir . Kuantitas jejak juga
berasal dari fisi alami uranium-238 . Ini adalah salah satu produk fisi berumur
pendek hingga menengah yang paling bermasalah karena mudah bergerak dan
menyebar di alam karena kelarutan air yang tinggi dari senyawa kimia caesium yang
paling umum, yaitu garam .
Cesium-137 tidak banyak digunakan untuk radiografi industri karena sulit untuk
mendapatkan bahan aktivitas spesifik yang sangat tinggi dengan bentuk yang jelas
(dan bentuk kecil) karena cesium dari bahan bakar nuklir bekas mengandung cesium
yang stabil dan juga Cs-135 yang berumur panjang. Juga aktivitas spesifik yang
lebih tinggi sumber cesium cenderung dibuat dari cesium klorida, akibatnya jika
sumber radiografi rusak akan meningkatkan penyebaran kontaminasi. Dimungkinkan
untuk membuat sumber cesium yang tidak larut dalam air tetapi aktivitas spesifiknya
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155

akan jauh lebih rendah.


Cobalt-60 (60Co) adalah isotop radioaktif sintetis kobalt dengan waktu paruh 5,2713
tahun. Sumber tes, seperti yang digunakan untuk eksperimen sekolah, memiliki
aktivitas <100 kBq. Perangkat untuk pengujian bahan tidak rusak menggunakan
sumber dengan aktivitas 1 TBq dan lebih.

4. Untuk mengetahui aplikasi percobaan


- Kamera Gamma
- Renograf
- Tyroid Uptake
- Dalam bidang medis (bedah otak/saraf) dengan metode pembedahan pisau
gamma tanpa sayatan

5.2 Saran

1. Sebaiknya asisten harus lebih jelas dalam menyampaikan materi praktikum


2. Sebaiknya praktikan lebih aktif lagi dalam mengikuti praktikum
3. Sebaiknya praktikan menguasai materi percobaan, sebelum dilaksanakan praktikum
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155

DAFTAR PUSTAKA

Wonorahardjo, Surjani. 2020. Pengantar Kimia Analitik Modern. Edisi Kesatu. Yogyakarta :
ANDI
Halaman : 50 – 54

Chrien, Robert E. 1978. Neutron Capture Gamma-Ray Spectroscopy. 1st Edition. New York :
Plenum Press
Pages : 44 - 45
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155

Medan, 11 Mei 2021


Asisten Praktikan

(Melva Nur Meni Hulu) (Nurmayanti Simbolon)


LAMPIRAN

3.4 Gambar Percobaan


LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155

LAMPIRAN

4.2 Analisa Data

A. Data 1
1. Grafik Kanal - vs - Cacah
a. Untuk Cs - 137

b. Untuk unsur X
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155

B. Data 2
1. Membuat grafik Energi - vs Cacah n1, cacah n2 dan cacah n3
a. Energi - vs cacah n1
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155

b. Energi - vs cacah n2
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155

c. Energi - vs cacah n3
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155

Anda mungkin juga menyukai