Makalah Konsep Dasar Psikologi Agama
Makalah Konsep Dasar Psikologi Agama
OLEH
HAFIZA AJJAHRA
SISKA VERONIKA
KELAS: 3C PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
PEKANBARU
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta inayah-Nya
kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Konsep Dasar Psikologi
Agama” ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Sholawat serta salam senantiasa penulis
sampaikan kepada Nabi Muhammad saw.
Makalah tentang “Konsep Dasar Psikologi Agama” ini telah kami usahakan semaksimal
mungkin dan dengan bantuan dari berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan
makalah ini. Untuk itu kami tidak luput menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini. Tidak lupa kami menyampaikan rasa
hormat dan terima kasih kepada Bapak Khairil Anwar, Dr., S.Ag., MA, selaku dosen mata kuliah
Studi Hadist.
Namun, kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah
ini. Semoga dengan selesainya makalah yang berjudul Konsep Dasar Psikologi Agama ini dapat
diambil hikmah dan manfaatnya sehingga dapat memberikan inspirasi dan wawasan bagi
pembaca.
Penulis,
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
Manusia tampil di muka bumi ini sebagai homo religius yang mempunyai makna bahwa
ia memiliki sifat – sifat religius. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang paling dasar,
manusia mempunyai dorongan dan kekuatan guna mendapatkan keamanan hidup dan
pemenuhan kebutuhan di bidang keagamaan.
Pada hakikatnya, manusia adalah makhluk yang spesifik, baik di lihat dari segi fisik
maupun non fisiknya. Di tinjau dari segi fisik, tidak ada makhluk lain yang memiliki tubuh
sesempurna manusia. Sementara dari segi nonfisik manusia memiliki struktur ruhani yang
sangat membedakan dengan makhluk lain.
Jasmani atau fisik manusia dikaji dan di teliti oleh disiplin ilmu anatomi, biologi, ilmu
kedokteran maupun ilmu – ilmu lainnya, sedangkan jiwa manusia di pelajari secara khusus
oleh psikologi.
Dalam perkembangan selanjutnya, para ahli melihat bahwa psikologi memiliki
keterkaitan dengan masalah – masalah yang menyangkut kehidupan batin manusia ytang
dalam, yaitu agama. Para ahli kemudian memunculkan studi kasus tentang hubungan antara
kesadaran agama dan tingkah laku. Lebih jauh dijelaskan bahwa hubungan antara moral dan
agama sebenarnya sangat erat. Biasanya orang – orang yang mengerti tentang agama dan
rajin melaksanakannya dalam kehidupan sehari – hari, moralnya dapat di
pertanggungjawabkan. Sebaliknya, orang yang akhlaknya merosot, biasanya keyakinan
terhadap agamanya kurang atau tidak ada sama sekali.
Dalam lapangan psikologi agama menyatakan bahwa secara garis besar, sumber jiwa
keagamaan berasal dari faktor intern dan faktor ekstern manusia. Pendapat pertama
menyatakan bahwa manusia disebut sebagai mahluk yang beragama (homo religious).
Karena manusia sudah memiliki potensi untuk beragama. Potensi tersebut muncul dari faktor
intern manusia yang termuat dalam aspek kejiwaannya seperti naluri, akal, perasaan, maupun
kehendak dan sebagainya. Sebaliknya, pendapat kedua menyatakan bahwa jiwa keagamaan
manusia muncul dari faktor ekstern. Ia terdorong untuk beragama karena pengaruh faktor
luar dirinya seperti rasa takut, rasa ketergantungan ataupun rasa bersalah (sense of guilt).
Faktor-faktor inilah yang mendorong manusia menciptakan suatu tata cara pemujaan yang
kemudian dikenal dengan agama.