Anda di halaman 1dari 3

Jumlah Kasus Covid-19 Indonesia Tinggi, Usul Denda

Tinggi untuk Pelanggar Protokol Kesehatan


senin, 01 Februari 2021-08:21 WIB
Link: https://www.jpnn.com/news/jumlah-kasus-covid-19-indonesia-tinggi-usul-
denda-tinggi-untuk-pelanggar-protokol-kesehatan

jpnn.com, JAKARTA - Epidemiolog dr Riris Andono Ahmad mengimbau masyarakat terus


meningkatkan sense of crisis atau kewaspadaan akan penyebaran kasus Covid-19.
Kewaspadaan tinggi seharusnya bisa meminimalisir penyebaran virus. Namun, menurutnya,
seiring berjalannya waktu kewaspadaan cenderung menurun.
"Dengan semakin bertambahnya waktu, sense of crisis akan semakin merendah, itu tidak
selalu diingatkan, tentu juga akan hilang. Orang harus diingatkan ada konsekuensi dari
setiap tindakannya," kata epidemiolog Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan
Keperawatan (FKKMK) Universitas Gadjah Mada tersebut.
Per Minggu, 31 Januari, total kasus positif Covid-19 di Indonesia sudah sebanyak
1.078.314. Menurut Riris, ketika transmisi virus tinggi, tidak bisa hanya bertumpu pada
protokol kesehatan 3M, yakni memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak.
Riris mengibaratkan dengan hujan, ketika sudah sangat deras, maka orang yang
menggunakan payung pun akan basah. Maka, jangan keluar agar tidak basah.
Menurut dia, protokol kesehatan 3M menjadi tidak memadai ketika kasus positif Covid-19
sedang tinggi-tingginya. Masyarakat wajib mengurangi mobilitas agar terhindar dari virus.
"Karena yang membuat virus menular kan mobilitas manusia. Semakin tinggi mobilitas, virus
akan semakin bisa menular," ujarnya.
Sedangkan Direktur Eksekutif Lembaga Kajian dan Konsultasi Pembangunan Kesehatan
(LK2PK) dr Ardiansyah Bahar mendorong masyarakat agar mendukung semua kebijakan
dari pemerintah dalam upaya mencegah penularan Covid-19.
"Sense of crisis tentu menjadi hal utama yang harus dimiliki oleh masyarakat mengingat
kondisi pandemi yang belum berakhir, bahkan bisa dikatakan memburuk dengan semakin
bertambahnya beban fasilitas pelayanan kesehatan dalam menangani pasien Covid-19,"
kata Ardiansyah.

Dia berpendapat, pemberlakukan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) adalah upaya


untuk mengurangi mobilisasi masyarakat. "Apapun namanya, prinsip ini harus dilakukan
agar mengurangi penularan di masyarakat," ungkapnya.

Bila kebijakan pembatasan mobilitas ini dijalankan dengan baik, ditambah program vaksinasi
yang sukses, akan berdampak pada penurunan kasus, bahkan menghentikan. "Tentunya
harus didukung oleh kedisiplinan masyarakat dalam menjalankan protokol kesehatan," ujar
Ardiansyah. Sementara itu, pakar epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Indonesia Tri Yunis Miko Wahyono menyarankan pemberlakuan pembatasan sosial
berskala besar (PSBB) sedang atau berat untuk mengendalikan kasus Covid-19. Di
berbagai daerah perlu ada check point, sehingga masyarakat yang keluar-masuk melalui
pemeriksaan. Dia juga mengusulkan agar denda bagi pelanggar protokol kesehatan
diperberat. "Denda jangan tanggung-tanggung, Rp250 Ribu tuh tanggung. Rp5 Juta, Rp10
Analisa
Epidemiolog dr Riris Andono Ahmad mengimbau masyarakat terus meningkatkan sense of
crisis atau kewaspadaan akan penyebaran kasus Covid-19. Kewaspadaan tinggi seharusnya
bisa meminimalisir penyebaran virus..Berdasarkan data Per Minggu, 31 Januari, total kasus
positif Covid-19 di Indonesia sudah sebanyak 1.078.314. menurut dr Riris Andono Ahmad ,
ketika transmisi virus tinggi, tidak bisa hanya bertumpu pada protokol kesehatan 3M, yakni
memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak dan protokol kesehatan 3M menjadi
tidak memadai ketika kasus positif Covid-19 sedang tinggi-tingginya. Masyarakat wajib
mengurangi mobilitas agar terhindar dari virus. "Karena yang membuat virus menular kan
mobilitas manusia. Semakin tinggi mobilitas, virus akan semakin bisa menular. Namun,
seiring berjalannya waktu kewaspadaan atau sense of crisis di masyarakyat cenderung.
Banyak diantara kita tidak menerapkan protokol Kesehatan dengan baik ,banyak masyarakat
yang menganggap remeh dikarenakan meningkatnya tingkat kesembuhan covid-19 dan
Dikarenakan adanya program vaksinasi, namun tidak berarti kita dapat lalai dan tidak
menerapkan protokol kesehatan. Kenaikan jumlah kasus Covid yang semakin meningkat
diakibatkan karena banyak orang yang mengunakan masker hanya karena takut terkena razia
dan semakin banyak kerumunan di café, toko, rumah makan, taman dan tempat umum
lainnya, Sense of crisis tentu menjadi hal utama yang harus dimiliki oleh masyarakat
mengingat kondisi pandemi yang belum berakhir, bahkan bisa dikatakan memburuk dengan
semakin bertambahnya beban fasilitas pelayanan kesehatan dalam menangani pasien Covid-
19. Namun masih banyak masyarakyat yang tidak menyadari dan masih melakukan kegiatan
– kegiatan yang tidak mengikuti protokol kesehatan. Pemerintah telah berulang kali
memberikan penyuluhan 3M, meminta masyarakat untuk melaksanakan protokol kesehatan
tetapi masih banyak yang tidak menghiraukan dan menaatinya. Dan Selain itu pakar
epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Tri Yunis Miko
Wahyono menyarankan pemberlakuan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) sedang atau
berat kembali untuk mengendalikan kasus Covid-19 , namun hal itu masih menjadi pro dan
kontra dikarenakan banyak masyarakat yang tidak dapat bekerja selama PSBB diberlakukan.
Dia juga mengusulkan agar denda bagi pelanggar protokol kesehatan diperberat. "Denda
jangan tanggung-tanggung, Rp250 Ribu tuh tanggung. Rp5 Juta, Rp10 . namun menurut saya
diperberatnya denda bagi pelanggar protokol kesehatan bisa menjadikan efek jera dan mau
mematuhi protokol kesehatan Covid-19. namun hal itu juga bisa memberatkan masyarakat
bahkan ketika diberlakukannya denda sebesar 50 ribu rupiah bagi pelanggar protokol
kesehatan banyak maysarkat yang keberatan dikarenakan hal tersebut justru akan
memperburuk perekonomian daerah. Ditengah himpitan ekonomi masyarakat akibat pandemi
covid, warga sudah sangat terbebani. Namun memang benar Sanksi denda berupa uang sudah
terbukti efektif. Buktinya, pengguna lalu lintas relatif tertib mengenakan masker. Strategi
denda untuk menimbulkan efek jera ini bisa diterapkan untuk mendisiplinkan masyarakat
supaya mematuhi protokol pencegahan COVID-19 , tetapi untuk diperberatnya nomonal
denda sebaiknya kenaikan denda tidak terlalu besar dan nominal dendanya masih dapat di
terima masyarakat , sehingga tidak memperberat masyarakat. Oleh karena itu Sebagai anak
muda, hendaknya kita memberikan contoh kepada masyarakat yang masih menghiraukan
protokol kesehatan dengan menghindari kerumunan, menahan diri untuk tidak kumpul
bersama teman, baik di rumah maupun diluar rumah atau ditempat umum, keluar rumah jika
ada keperluan yang tidak bisa dilakukan di rumah dengan selalu memakai masker.
Pemerintah telah mengerahkan dan berusaha sebaik mungkin bisa untuk menangani virus ini.
Sekarang, solusinya bukan hanya pemerintah yang tetapi kita sebagai masyakat harus
memiliki kesadaran dari diri sendiri terhadap covid-19 ini.

Anda mungkin juga menyukai