Disusun oleh:
Pembimbing:
JAKARTA
2020
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI................................................................................................................i
BAB 1 PENDAHULUAN.....................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................3
1.3 Tujuan Penulisan..............................................................................3
BAB 2 PEMBAHASAN.......................................................................................4
2.1 Gigi Tiruan Sebagian Lepasan............................................................4
2.1.1 Definisi GTSL......................................................................4
2.1.2 Macam-macam GTSL..........................................................4
2.1.3 Keuntungan dan Kerugian Bahan.........................................5
2.1.4 Fungsi GTSL........................................................................6
2.2 Retainer...............................................................................................7
2.2.1 Definisi Retainer...................................................................7
2.2.2 Macam Retainer....................................................................7
2.2.3 Sifat Retainer......................................................................12
2.3 Retainer Polyoxymethylene...............................................................12
BAB 3 PENUTUP...............................................................................................17
3.1 Kesimpulan.......................................................................................17
3.2 Saran.................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................18
i
BAB 1
PENDAHULUAN
Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh yang tidak
dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya, sebab kesehatan gigi dan mulut
akan memengaruhi kesehatan tubuh keseluruhannya. Seiring bertambahnya usia,
semakin besar pula kerentanan seseorang untuk kehilangan gigi. Gigi mempunyai
banyak peran pada seseorang, hilangnya gigi dari mulut seseorang akan
mengakibatkan perubahan-perubahan anatomis, fisiologis maupun fungsional, bahkan
tidak jarang pula menyebabkan trauma psikologis. Keadaan ini berdampak pula pada
meningkatnya kebutuhan akan gigi tiruan. Gigi tiruan berfungsi untuk meningkatkan
kemampuan dalam mengunyah, berbicara, memberikan dukungan untuk otot wajah,
dan meningkatkan penampilan wajah dan senyum. Gigi tiruan secara garis besar
dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu gigi tiruan tetap dan gigi tiruan lepasan.
Gigi tiruan lepasan/ removable denture (yang dapat dilepas pasang sendiri oleh
pasien) dibagi menjadi dua bagian, yaitu gigi tiruan lengkap dan gigi tiruan sebagian
lepasan.1
Gigi tiruan sebagian lepasan (GTSL) adalah suatu alat gigi tiruan yang
menggantikan satu atau sebagian dari gigi yang hilang. Gigi tiruan ini mendapat
dukungan dari jaringan di bawahnya dan sebagian gigi asli yang tertinggal sebagai
gigi pegangan, serta dapat dilepaskan oleh pasien sendiri. Tujuan pembuatan gigi
tiruan lepasan adalah untuk mengembalikan fungsi pengunyahan, estetis, bicara,
membantu mempertahankan gigi yang masih tertinggal, memperbaiki oklusi, serta
mempertahankan jaringan lunak mulut yang masih ada agar tetap sehat. Basis gigi
tiruan sebagian lepasan dapat berupa akrilik atau metal frame. Basis gigi tiruan
konvensional mempunyai kekurangan misalnya estetik karena retensi yang digunakan
pada gigi tiruan sebagian lepasan menggunakan klamer, sehingga dapat terlihat dan
mengurangi estetik. Pada perawatan gigi tiruan sebagian lepasan masalah dukungan
1
dan retensi menjadi lebih besar jika semakin banyak gigi yang tanggal dan daerah tak
bergigi menjadi lebih luas.1,2
Retensi yang cukup dan estetika gigi tiruan sebagian lepasan (GTSL)
dianggap sebagai faktor paling penting yang mempengaruhi keberhasilan klinis. Jadi
pencapaian estetika optimal dengan tetap mempertahankan integritas retensi, dan
menjaga kesehatan abutment. Beberapa jenis polimer dan paduan logam telah
digunakan dalam konstruksi gtsl. Paduan logam yang paling umum digunakan untuk
konstruksi retainers langsung (direct) gtsl adalah paduan kobalt krom (Co-Cr) dan
paduan emas dan titanium, meskipun tidak bagus untuk estetika. Banyak percobaan
telah dilakukan untuk mengatasi masalah ini seperti etsa lengan klamer dan
melapisinya dengan lapisan resin warna gigi, dan desain retensi pada lingual.3,4
Baru-baru ini resin termoplastik telah diperkenalkan ke pasaran, retainer
langsung dibuat dalam bahan berwarna gigi yang merupakan konstruksi dari
polyoxymethylene (POM), juga polyetheretherketon (PEEK), dan
polyetherketonketon (PEKK) telah digunakan untuk meningkatkan estetika rakitan
retainer logam langsung pada gtsl. Polyoxymethylene (POM), juga dikenal sebagai
resin asetal, telah digunakan sebagai bahan dasar alternative gigi tiruan alternatif dan
klamer gigi tiruan sejak tahun 1986. Telah dipromosikan, terutama, untuk estetika
superior. Resin asetal dibentuk oleh polimerisasi formaldehida. Homopolimer (POM)
adalah rantai gugus metil yang berhubungan dengan molekul oksigen. Karena
biokompatibilitasnya, ia dianggap sebagai bahan kerangka kerja gtsl untuk pasien
dengan reaksi alergi terhadap Co-Cr alloy.3,4
2
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
3
BAB 2
PEMBAHASAN
4
b. Gigi tiruan sebagian lepasan akrilik
Polymethyl methacrylate (PMMA) atau yang biasa disebut akrilik
merupakan bahan pembuat basis gigi tiruan lepasan yang paling banyak
digunakan saat ini. PMMA diperkenalkan oleh Rohm & Hass pada tahun
1936 dalam bentuk sediaan lembaran dan Nemours pada tahun 1937 dalam
bentuk sediaan bubuk. Pada tahun 1937 Dr. Walter Wright memperkenalkan
PMMA sebagai bahan pembuatan basis gigi tiruan dan menjadi polimer yang
paling banyak digunakan 10 tahun kemudian. Bahan ini dibagi menjadi 2 tipe
berdasarkan cara aktivasinya yaitu Heat-activited PMMA atau akrilik heat
curing dan Chemical activated PMMA atau akrilik self curing.5
c. Gigi tiruan sebagian lepasan flexi
Gigi tiruan sebagian lepasan flexi merupakan gigi tiruan dengan basis
yang biokompatibel. Bahan ini yaitu nilon termoplastis memiliki sifat fisik
bebas monomer sehingga tidak menimbulkan reaksi alergi dan tidak ada unsur
logam yang dapat mempengaruhi estetika. Gigi tiruan ini memiliki derajat
fleksibilitas dan stabilitas yang sangat baik, dan dapat dibuat lebih tipis
dengan ketebalan tertentu yang telah direkomendasikan sehingga sangat
fleksibel, ringan dan tidak mudah patah.6
5
lebih tipis dan sempit tapi tetap bersifat kaku. Bahan logam tahan karat menjadi
pilihan sebagai rangka gigi tiruan dibandingkan dengan akrilik, karena memiliki
beberapa keuntungan diantaranya lebih nyaman dipakai (karena dapat dibuat
tipis dan sempit), cukup kaku (rigid) walaupun tipis dan sempit, semua bagian
gigi tiruan merupakan satu kesatuan dan homogen, disain bagian gigi tiruan
dapat dibuat maksimal ideal, gaya yang timbul akibat pengunyahan dapat
disalurkan lebih baik, sulkus gingiva lebih sehat (tidak tertutup/ teriritasi
landasan) dan bahan logam tentu saja menyalurkan panas lebih cepat. Bahan
logam ini tentu saja juga memiliki kerugian atau kelemahan, diantaranya kurang
estetik bila logam terlihat dan biaya pembuatan yang lebih mahal.7
6
tekanan kunyah dapat disalurkan lebih merata keseluruh bagian jaringan
pendukung.8
d. Mempertahankan jaringan mulut
Pasien yang menggunakan gigi tiruan dapat mencerna makanan
dengan baik, menjaga gigi yang masih ada dan mencegah resorpsi tulang
alveolar.8
e. Pencegahan migrasi gigi
Bila sebuah gigi dicabut atau hilang, gigi tetangganya dapat bergerak
memasuki ruangan yang kosong. Migrasi ini menyebabkan renggangnya gigi-
gigi sehingga menimbulkan plak pada interdental dan menyebabkan
peradangan periodontal. Bila pasien menggunakan gigi tiruan, migrasi dan
overeruption gigi antagonis akan dapat diatasi.8
2.2 Retainer
2.2.1 Definisi Retainer
Retainer merupakan bagian gigi tiruan sebagian lepasan yang
berfungsi memberi retensi sehingga menahan protesa tetap pada tempatnya.
Retensi dapat diperoleh antara lain dari daerah undercut ataupun friksional
dari komponen-komponen gigi tiruan terhadap gigi penyangga ataupun
jaringan pendukung. Retainer disebut juga sebagai cangkolan atau cengkram.9
Bagian-bagian retainer biasanya mencakup lengan retentive, lengan resiprokal
dan sandaran. Terdapat dua macam retainer untuk geligi tiruan yaitu penahan
langsung (direct retainer) dan penahan tak langsung (indirect retainer).10
7
gigi pegangan. Kemampuan direct retainer untuk melawan gerakan ini sangat
dipengaruhi oleh stabilitas dan dukungan gigi tiruan yang disediakan oleh
konektor mayor dan minor, sandaran (rests), dan basis jaringan.10
a. Retainer Intrakoronal
Retainer intrakoronal dapat dipasang secara total dalam mengembalikkan
kontur alami gigi. Retainer intrakoronal biasanya terdiri dari prefabricated
machined key dan alur pasak dengan dinding paralel vertikal yang
berlawanan, yang berfungsi membatasi pergerakan dan menahan gigi tiruan
sebagian lepasan melalui tahanan gesekan. Retainer intrakoronal biasanya
dianggap sebagai attachment internal atau presisi.10
8
Gambar 2.1. (A). Retainer intrakoronal terdiri dari kunci dan alur pasak. Alur
kunci yang terdapat dalam mahkota gigi penyangga; (B). kunci yang melekat
pada kerangka gigi tiruan sebagian lepasan; (C). resistensi gesekan untuk
insersi dan pelepasan dan pembatasan gerakan ketika berfungsi untuk
mempertahankan dan menstabilkan gigi tiruan.
b. Retainer ekstrakoronal
Retainer ekstrakoronal menggunakan resistensi mekanis terhadap perpindahan
melalui komponen yang ditempatkan atau melekat pada permukaan luar gigi
penyangga. Retainer extracoronal tersedia dalam tipe cengkram (Gambar 2.2
dan Gambar 2.3) dan attachment pabrikan (Gambar 2.4). Retainer tipe
cengkram bentuk yang paling umum digunakan, dipertahankan melalui lengan
cengkram yang fleksibel.10
9
Gambar 2.3. Direct Retainer tipe Bar Ekstrakoronal. Terdiri dari (A). Lengan bukal
retentive (HOC ketinggian kontur dan UC undercut); (B). Elemen stabilisasi
(reciprocal) dengan proximal plate minor connector di distal; (C). Konektor minor
mesial yang ditempatkan di lingual untuk oklusal rest, yang juga berfungsi sebagai
komponen stabilisasi; (D). Dukungan occlusal rest di bagian mesial.
10
2. Indirect Retainer
Indirect Retainer adalah bagian dari GTS yang berguna untuk
menahan terlepasnya gigi tiruan secara tidak langsung. Retensi tak langsung
diperoleh dengan cara memberikan retensi pada sisi berlawanan dari garis
fulkrum tempat gaya tadi bekerja. Retensi itu dapat berupa lingual bar atau
lingual plate bar. Indirect retainer terdiri dari satu atau lebih sandaran (rests)
dan konektor minor pendukung. Bentuk-bentuk indirect retainer10:
a. Auxiliary Occlusal Rest
b. Canine rests
c. Canine Extensions From Occlusal Rests
d. Cingulum Bars (Continuous Bars) and Linguoplates
e. Area Modifikasi
f. Rugae Support
Gambar 2.5. Mandibular distal extension gigi tiruan sebagian lepasan menunjukkan
basis ekstensi distal diangkat dari ridge dan cengkram diaktifkan dan dipasang,
dengan indirect retainer memberikan stabilisasi.
11
2.2.3 Sifat Retainer
Retainer yang baik harus dapat memenuhi syarat, yaitu9,10:
1. Retensi terhadap gaya vertikal yang melepaskan
2. Stabilitas berupa resistensi terhadap gaya-gaya horizontal
3. Support dengan menyediakan resistensi terhadap gaya-gaya ke apical
4. Resiprokasi berupa resistensi terhadap gaya horizontal yang diberikan pada
gigi saat cangkolan retentif aktif
5. Encirclement, yaitu bentuk yang merangkum gigi lebih besar dari 180⁰ untuk
mencegah gerakan horizontal saat fungsi
6. Passivity, yaitu gigi tidak dikenai gaya oleh lengan retentive cangkolan saat
cangkolan telah berada pada dudukannya.
12
rantai gugus metil bergantian yang dihubungkan oleh molekul oksigen. Bahan
ini dapat digunakan sebagai direct retainer pada kerangka gigi tiruan sebagian
cobalt-chromium (Gambar 2.6), protesa gigi tiruan sebagian lepasan (Gambar
2.7), space maintainer (Gambar 2.8), gingival mask (Gambar 2.9), restorasi
sementara (Gambar 2.10), splint, memposisikan stent pada pasien dengan
terapi radiasi, dan bahan kerangka kerja untuk pasien dengan reaksi alergi
terhadap cobalt-chromium.13
13
Gambar 2.6. Retainer estetik resin Gambar 2.7. Protesa gigi tiruan
13
Gambar 2.10. Gingival 13 mask resin asetal.13
asetal. sebagian lepasan resin asetal.
14
Gambar 2.11. Shade guide resin asetal.13 Karakteristik
atau sifat-sifat pada retainer
resin asetal pada gigi tiruan telah diamati oleh beberapa penelitian. Menurut
penelitian oleh Turagam dkk, retainer resin asetal dapat digunakan dalam
undercut yang lebih besar dan lebih dalam dari yang direkomendasikan pada
paduan cobalt-chromium dikarenakan modulus elastisitasnya yang rendah
yang juga memberikan tekanan minimal pada gigi penyangga. Dalam situasi
klinis, saat estetika dan kesehatan periodontal menjadi prioritas, hal ini
mungkin menguntungkan. Hasil dari penelitian ini menunjukan resin asetal
memiliki kekuatan yang tinggi dan resisten terhadap larutan.14
Penelitian mengenai reaksi alergi terhadap bahan retainer dilakukan
oleh Bulut dkk yang dilakukan pada pasien dengan alergi cobalt-chromium.
Pasien ini menggunakan retainer resin asetal sebagai alternatif dari cobalt-
chromium. Resin termoplastik memiliki kelebihan lebih dari akrilat
konvensional, salah satunya adalah tidak adanya atau sedikitnya kuantitas sisa
monomer. Seperti yang telah diketahui, sisa monomer adalah alasan mengapa
alergi dapat terjadi pada pasien. Kurangnya sifat porositas dapat mencegah
perkembangan mikroorganisme, endapan, dan dapat mencegah perubahan
warna terjadi lebih cepat. Dalam hal logam bebas, resin asetat yang digunakan
pada gigi tiruan sebagian memiliki keuntungan besar untuk perawatan pasien
partial edentulous disertai reaksi alergi.15
Logam dan paduan logam mengalami deformasi atau perubahan
bentuk secara permanen dan fatigue/kelelahan ketika terkena tekanan
berulang. Fatigue pada retainer didasarkan pada defleksi secara berulang
selama insersi dan pelepasan gigi tiruan. Selain itu, literatur lain mengatakan
15
bahwa retainer kehilangan retensinya dikarenakan defleksi pada banyak
bagian. Terdapat penelitian yang melaporkan bahwa retainer resin asetal tahan
terhadap deformasi dan dapat menawarkan keuntungan klinis dibandingkan
retainer logam konvensional yang lebih kaku dan kurang fleksibel. Penelitian
oleh Helal dkk dilakukan pada retainer resin asetal dan retainer cobalt-
chromium dengan dua undercut yang berbeda (0,25 mm dan 0,50 mm).
Penelitian mereka mengungkapkan bahwa retainer cobalt-chromium memiliki
deformasi yang signifikan lebih dari retainer resin asetal dan peningkatan
deformasi pada retainer resin asetal dengan 0,50 mm undercut terjadi lebih
rendah dibandingkan pada 0,25 mm undercut.16 Direkomendasikan untuk
menebalkan retainer sebanyak 1 mm atau lebih pada undercut yang dalam
(lebih dari 0,25 mm).4,16
Pada penelitian Pal dkk, diketahui penggunaan retainer Co-Cr
menghasilkan abrasi pada email yang dapat menyebabkan akumulasi plak dan
perubahan warna gigi. Hilangnya retensi pada gigi tiruan sebagian juga dapat
dikaitkan dengan hilangnya permukaan gigi yang disebabkan oleh abrasivitas
dari retainer Co-Cr. Di sisi lain, efek retainer resin asetal pada enamel dapat
diabaikan dalam hal abrasi dan kehilangan retensi. Abrasi permukaan gigi
disebabkan oleh perbedaan kekerasan bahan. Kekerasan Co-Cr adalah 391
KHN yang lebih tinggi dari enamel (343 KHN). Kekerasan resin asetal adalah
82-85 Shore D, yang relatif sangat ramah terhadap enamel. Genggaman
retainer resin asetal menyebabkan kekasaran pada enamel lebih sedikit bila
dibandingkan dengan retainer Co-Cr.12
Pola makan dan gaya hidup pasien dianggap sebagai faktor ekstrinsik
yang menyebabkan perubahan warna pada resin Asetal. Arikan dkk
melaporkan bahwa penyerapan air dan kelarutan resin relatif kecil dan dalam
batas spesifikasi ISO. Penelitian secara in vitro oleh Sadek dkk dilakukan
untuk mengetahui perbedaan perubahan warna pada resin asetal yang dipoles
dan yang tidak dipoles pada beberapa minuman yang berbeda. Resin asetal
menunjukkan perubahan warna yang tinggi. Perubahan warna terus meningkat
16
seiring dengan lamanya waktu perendaman. Prosedur pemolesan pada
dasarnya meningkatkan stabilitas warna retainer resin asetal ketika direndam
dalam minuman yang biasa dikonsumsi seperti kopi, teh, dan jus jeruk. Satu
penjelasan yang mungkin tentang perubahan warna pada resin asetal terkait
dengan kekasaran permukaan. Proses pemolesan yang baik mempengaruhi
kekasaran permukaan bahan dasar gigi tiruan termasuk resin asetal.11
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Gigi tiruan sebagian lepasan (GTSL) adalah suatu alat gigi tiruan yang
menggantikan satu atau sebagian dari gigi yang hilang pada rahang atas atau bawah.
Gigi tiruan ini mendapat dukungan dari jaringan di bawahnya dan sebagian gigi asli
yang tertinggal sebagai gigi pegangan, serta dapat dilepaskan oleh pasien sendiri.
Retainer merupakan bagian gigi tiruan sebagian lepasan yang berfungsi memberi
retensi sehingga menahan protesa tetap pada tempatnya. Paduan logam konvensional
yang paling umum digunakan untuk gigi tiruan lepasan sebagian adalah paduan
cobalt-chromium (Co-Cr). Pada saat yang sama, retainer pada gigi tiruan sebagian
17
lepasan dibuat dari paduan logam yang sama sehingga mengganggu secara estetika.
Salah satu retainer yang memenuhi kepuasan estetika pasien adalah retainer berbahan
polyoxymethylene atau resin asetal. Bahan retainer ini memiliki beberapa keunggulan
yaitu tahan terhadap deformasi, tahan terhadap bahan-bahan pelarut, rendahnya sifat
porositas, tidak adanya atau kurangnya kuantitas sisa monomer.
3.2 Saran
Diperlukannya penelitian dan literatur yang membahas keunggulan dan
kelemahan resin asetal sebagai retainer pada gigi tiruan sebagian lepasan.
Daftar Pustaka
18
4. Abd-Elrahman IA, Helal MA, Saqar HM, Abas M. Evaluation of Fatigue Resistance of
Acetal Resin and Cobalt–Chromium Removable Partial Denture Clasps. An
In-vitro Study: Part 1. Journal of Dentistry and Oral Care Medicine. 2016;
2(3): 2454-3276.
5. Dangkeng Zulkarnain. Pengaruh Asap Rokok Filter Dan Rokok Elektrik
Terhadap Perubahan Warna Pada Lempeng Basis Gigi Tiruan Berbahan
Thermosens. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin Makassar.
2016: 10-1.
6. Soesetijo A. Pertimbangan Laboratoris Dan Klinis Nilon Termoplastis
Sebagai Basis Gigi Tiruan Sebagian Lepasan. Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Jember. 2016: 59/.
7. Lenggogeny P, Masulili SLC. Gigi Tiruan Sebagian Kerangka Logam sebagai
Penunjang Kesehatan Jaringan Periodontal. Maj Ked Gi Ind. 2015; 1(2): 123-
9.
8. Siagian V. Krista, dkk. Alasan Pemakaian Gigi Tiruan Lepasan Pada Pasien
Poliklinik Gigi di BLU RSUP Prof.Dr. R. D. Kandou Manado. Fakultas
Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado. 2016; 4(1) 5-6.
9. Cahyarani V, Soemarsongko T. Aesthetic Retainer Design in Removable
Partial Denture. Poceeding Bandung Dentistry. 2016; 1(1): 20-27
10. Carr AB, Browan DT. McCracken’s Removable Partial Prosthodontics.13 th
ed. Canada: Elsevier; 2016: 67-101
11. Sadek SM, El-Waseef FA, Hana DM, Mekawy NE. Evaluation of polished
and unpolished acetal resin clasp color with different beverages (in vitro
study). International Journal of Current Advanced Research.
2019;8(07(A)):19402-6.
12. Pal H, Nair K C, Sinha S. Effect of cast Co-Cr and acetal resin removable
clasp on the surface of enamel. J Interdiscip Dentistry. 2017;7:60-4
13. Thomas SA, Nandini VV. Acetal resin -A quantum leap in aesthetic
restorative dentistry. IJCDS. 2011; 14: 56-59.
19
14. Turagam N, Mudrakola DP, Yelamanchi RS, Deepthi M, Natarajan M.
Esthetic Clasp Cast Partial Denture. Journal of International Society of
Preventive & Community Dentistry. 2019; 9(1):94-98.
15. Bulut AC, Türkoglu O, Atsü S. Why Metal Free? Non-Allergy, Aesthetic
Removable Partial Denture. Austin J Dent. 2018; 5(2): 1103.
16. Helal MA, Abd-elrahman IA, Saqar HM, Salah A, Abas M. Evaluation of
Acetal Resin and Cobalt–Chromium Clasp Deformation and Fatigue
Resistance in Removable Partial Denture Clasps - An In Vitro Study. J Clin
Res Dent. 2018;1(1):1-5.
20