PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lanjut Usia adalah seorang yang memiliki usia lebih dari atau sama dengan
(Indrayani,2017). Jumlah lanjut usia diseluruh dunia saat ini diperkirakan lebih
dari 629 juta jiwa (1 dari 10 orang berusia lebih dari 60 tahun), dan pada tahun
jumlah lanjut usia usia (> 60 tahun dijawa tengah mencapai 12,59% dari sekitar 34
juta total penduduk. Jumlah penduduk lanjut usia di Jawa Tengah 10.34%. Jumlah
penduduk lansia di Kota Semarang 377.499 dari 1.575.068 dari jumlah penduduk
773.764 jiwa laki laki dan 801.304 juwa penduduk perempuan (Profil Kesehatan
Kota Semarang, 2015). Jumlah penduduk lansia di Kota Kendal pada tahun 2016
yang berumur 60 tahun keatas sejumlah laki laki 20.517 jiwa dan perempuannya
17.731 jiwa dan pada tahun 2017 yang berumur 60-70 jiwa sebanyak laki-laki
39.881 jiwa dan perempuan 38.132 jiwa. Dilihat dari jumlah trsebut, terjadi
kondisi fisik, pskikologis maupun sosial yang salng berinteraksi satu sama lain.
kesehatan jiwa secara khusus pada lansia (Azizah,2011). Hambatan mobilitas fiisk
merupakan masalah yang sering dijumpai pada lansia akibat berbagai masalah
fisik, dimana suatu keadaan lansia yang mengalami keterbatasan gerakan fisik
perubahan pada sel-sel tubuh bukan karena penyakit khusus tetapi karena proses
menua. Menurut Nursari dan Fitriyani (2002) seorang lansia akan mengalami
melakukan aktivitas sehari-hari tanpa bantuan orang lain, baik sebagian dibantu
hambatan berdiri atau keterbatasan kemampuan secara mandiri atau terarah untuk
menciptakan dan mempertahankan posisi tegak dari kaki sampai kepala, yaitu
obesitas dan nyeri. Faktor faktor yang berhubungan dengan hambatan berdiri;
muncul bila mereka tidak berhasil menemukan solusi terbaik bagi masalah yang
timbul akibat proses menua. Rasa tersisih, tidak dibutuhkan lagi, ketidak-ikhlasan
Gangguan emosi pada lansia Menurut Ladyani (2013) tentang Hubungan Antara
mengalami depresi ringan dan 23% dari lansia mengalami depresi berat. Untuk
kemandirian secara utuh, 13,5% lansia memiliki kemandirian terbatas, dan 1,9%
lansia tidak mandiri dalam melakukan mobilisasi. Hal ini menunjukkan perlunya
dilakukan perawatan yang intensif keada para lansia untuk mengurangi tingkat
depresi yang terjadi, sehingga meningkatkan kualitas hidup lansia itu sendiri.
protein akan digunakan sebagai sumber energi. Apabila hal ini terus berlanjut,
mempertahankan posisi tegak dari kaki sampai kepala. Hasil Penelitian terkait
bahwa: (1) Tidak terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan tindakan
kader Posyandu tentang PUGS, (2) Tidak terdapat hubungan antara umur dengan
tindakan kader posyandu tentang PUGS, (3) Tidak terdapat hubungan antara
pekerjaan dengan tindakan kader posyandu tentang PUGS. (4) Terdapat hubungan
antara pengetahuan dengan tindakan kader posyandu tentang PUGS, (5) Tidak
terdapat hubungan antara sikap dengan tindakan kader posyandu tentang PUGS.
Hasil uji korelasi menunjukkan tidak adanya hubungan antara umur dengan
tindakan kader posyandu tentang PUGS. dengan nilai r= 0,187 dan P = 0,168
(P>0,05). Hal ini diduga karena umur yang semakin bertambah belum tentu dapat
diperlukan. Asupan energi ini disesuaikan dengan kebutuhan seseorang dan setiap
otot merupakan salah satu perubahan yang nyata dari proses penuaan. Banyak
menyatakan bahwa menurunnya kekuatan otot pada proses penuaan terjadi akibat
kebocoran kalsium dari protein dalam sel otot yang disebut ryanodine yang
Kalsium akan berkurang dan dapat menyebabkan penurunan kontraksi otot. Hasil
BPLU Senja Cerah Paniki Bawah. Responden yang berada dalam kelompok umur
60-69 tahun memiliki rerata kekuatan otot yang lebih besar dibanding kelompok
umur 70-79 tahun, 80-89 tahun dan 90-99 tahun saat fleksi siku, ekstensi siku dan
abduksi bahu. Sementara itu, kelompok umur 80-89 tahun dan 90-99 tahun secara
konsisten memiliki rerata kekuatan otot yang rendah pada tiap gerakan Hal
tersebut menunjukan bahwa seiring bertambahnya usia kekuatan otot semakin
menurun. Akan tetapi, pada gerakan fleksi bahu, ekstensi bahu, fleksi lutut,
ekstensi lutut dan dorsofleksi responden yang berada dalam kelompok umur 70-
79 tahun memiliki rerata kekuatan otot yang sedikit lebih besar dibanding dengan
responden yang berada dalam kelompok umur 60-69 tahun. Hal ini disebabkan
kisaran 70-79 tahun yang berjumlah 12 orang (46,2%). Selain itu, pada anamnesa
yang dilakukan saat penelitian didapatkan bahwa cukup banyak responden yang
berada dalam kelompok umur 70-79 tahun yang sebelumnya sering melakukan
latihan beban.
Masalah hambatan berdiri bisa juga disebabkan oleh Malnutrisi pada lansia
berkurangnya air liur, cara makan yang lambat karena masalah pada gigi, mual
karena depresi dan gangguan status fungsional (Nugroho, 2018). Malnutrisi yang
terjadi pada hambatan berdiri, ketika tubuh tidak mendapatkan cukup nutrisi.
Penyebabnya berupa pola makan yang buruk, kondisi pencernaan, atau penyakit
lain, yang berakibat menurunnya berat badan dan kurangnya energi pada tubuh.
Bentuk bahaya dari malnutrisi peningkatan faktor risiko terhadap penyakit infeksi
Sari 2019 tentang Malnutrisi pada Lansia di Kota Pekanbaru menyatakan bahwa
Responden lansia yang mengalami malnutrisi lebih banyak terjadi pada responden
dengan jenis kelamin perempuan, umur >67 tahun. Hasil analisis didapatkan nilai
OR dari variabel Sulit mengunyah adalah 5,546, artinya responden yang sulit
jenis kelamin, pendidikan, gangguan kognif, sulit menelan, dan sulit merasakan.
dipengaruhi banyak faktor, salah satunya yaitu Obesitas pada lansia (Nanda,
risiko masalah kesehatan. Obesitas atau kelebihan berat badan disebabkan karena
aktivitas fisik merupakan faktor utama yang menyebabkan berat badan berlebih
Hubungan Asupan Energi, Karbohidrat dan Lemak dengan Status Obesitas Pada
Lansia Di Posyandu Lansia Wedra Utama Purwosari. Nilai rata-rata status gizi
lansia di Posyandu Lansia Wedra Utama Purwosari yaitu 26.31Kg/m2 ±4.48 yang
berarti sebagian besar lansia mengalami obesitas tingkat I. Nilai minimum status
gizi lansia sebesar 18.58 Kg/m2. Lansia dengan status gizi normal memiliki pola
makan yang baik sehingga mereka dapat mengontrol status gizi mereka. Nilai
maksimum status gizi lansia yaitu 43.20 Kg/m2, karena proporsi tinggi badan
lansia tidak sebanding dengan berat badanya yaitu dengan tinggi badan 133.5 cm
memiliki memiliki berat badan 77 kg. Lansia yang memiliki status gizi obesitas
mengaku bahwa sejak dari kecil mereka sudah memiliki status gizi berlebih, tetapi
ada juga yang dikarenakan pola makan yang berlebihan dan seringnya
masih muda.
Faktor yang berhubungan dengan hambatan berdiri yang paling sering di
alami lansia yaitu Nyeri atau suatu kondisi dimana seseorang merasakan perasaan
yang tidak nyaman atau tidak menyenangkan yang disebabkan oleh kerusakan
jaringan yang telah rusak atau yang berpotensi untuk rusak serta rasa sakit dan
tidak nyaman pada sendi, yaitu jaringan yang menghubungkan dan membantu
pergerakan antara dua tulang. Sendi terdapat di seluruh tubuh misalnya pada
pinggul, dan lutut. Sehingga lansia memiliki hambatan berdiri dikarenakan rasa
nyeri dirasakan terutama area lutut.Hasil Penelitain terkait dengan nyeri pada
dengan Intensitas Nyeri Sendi. Dari hasil penelitian diketahui bahwa hampir
mengalami intensitas nyeri berat. Namun, aktivitas fisik dengan intensitas ringan
dan sedang justru dapat memperkuat dan menjaga kesehatan sendi. Sehingga pada
lansia yang aktivitas fisiknya aktif dan mengalami nyeri sendi agar mengurangi
meskipun diharapkan lansia tetap aktif dimasa tua tetapi harus disesuaikan dengan
kemampuan fisiknya.
disekitar persendian, sepeti otot, ligamen, dan tendon. Seiring waktu, peradangan
ini bisa menghancurkan jaringan persendian. Efek dari kondisi ini akan membatasi
(Admin,2010).
Hasil penyakit rematik pada lansia di jawa tengah (25,5%) dari jumlah 60 lansia.
>75 tahun (33% dan 54,8%) (Riskesdas, 2013). Osteoarthritis biasanya terjadi
pada usia di atas 50 tahun. Di Amerika, di laporkan bahwa terdapat lebih dari
terutama pada usia lanjut. Sendi yang sering dikenai osteoarthritis adalah sendi
lutut, panggul dan beberapa sendi kecil di tangan dan kaki (Yatim, 2006).
terdiri dari 1 laki-laki dan 1 perempuan lansia memiliki gangguan otot yang
mengalami obesitas dan 10 lansia mengalami nyeri pada area panggul menjalar ke
lutut (dengan penyakit penyerta 9 lansia mengalami atritis reumatoid dan 1 lansia
merupakan masalah yang sering dijumpai pada lansia akibat berbagai masalah
fisik, dimana suatu keadaan lansia yang mengalami keterbatasan gerakan fisik
belakang yang telah dipaparkan diatas sehingga peneliti tertarik untuk meneliti
C. Tujuan penelitian
Cepokomulyo
2. Tujuan khusus
desa Cepokomulyo
di desa Cepokomulyo
D. Manfaat penelitian
1. Manfaat teoritis
Secara teoritis manfaat penelitian ini adalah :
a. Bagi peneliti
Hasil penelitian bermanfaat dalam mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi hambatan berdiri pada lansia dan di harapkan depat
menambah fererensi untuk penelitian selanjutnya.
b. Keilmuan keperawatan
Hasil penelitian dapat menjadi referensi atau masuka bagi program
pengembangan adalam ilmu keperawatan di mata kuliah keperawatan
komunitas gerontik terutama tentang mengetahui bagaimana gambaran
faktor-faktor yang mempengaruhi hambatan beridiri pada lansia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Lanjut Usia
1. Definisi Lansia
Lanjut usia merupakan tahap akhir prosses penuaan, dan lansia merupakan
infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Padila,2013). Masa tua masa
dimana orang merasa puas dengan keberhasilannya, tetapi bagi sebagian orang
masa ini merupakan masa awal terjadinya kemunduran. Masa tua di pandang
sebagi masa kemunduran dan masa kelemahan, namun masa tua dialami dengan
cara yang berbeda-beda (Chintyawati, 2014). Lansia merupakan suatu unit yang
2. Batasan Lansia
Lanjut Usia pada pasal 1 ayat 2 adalah seorang yang telah mencapai usia 60
Pada dasarnya lansia mengalami beberapa perubahan pada fisik, mental, sosial,
spiritual, dan psikologis. Pada proses menua terjadi perubahan pada system
(2011) dan Maryam (2016). Menerangkan bahwa pada lansia terjadi perubahan
1) Sel
Jumlah sel menurun, ukuran sel lebih besar, jumlah cairan tubuh menurun
perbaikan sel terganggu, otak akan menjadi lebih dangkal dan melebar
(Maryam, 2016).
2) Sistem integumen
tangan dan kaki menjadi keras serta rapuh, kuku kaki tumbuh secara
berlebihan dan seperti tanduk, pada wanita usia lebih dari 60 tahun ,
3) Sistem muskuloskletal
pada otot polos tidak begitu terpengaruh, cairan tulang menurun sehingga
4) Sistem kardovaskuler
di media arteri, kinerja jantung lebih rentan terhadap kondisi dehidrasi dan
pendarahan.
5) Sistem perkemihan
6) Sistem pernapasan
arteri menurun menjadi &% mmHg, CO2 pada arteri tidak berganti dan
7) Sistem gastrointestinal
8) Sistem penglihatan
bebrerapa perubahan kondisi fisik pada lansia yang dapat dilihat dari;
a. Perubahan bagian dalam tubuh seperti sistem saraf; otak, isi perut;
limpa, hati.
perasa.
a. Kulit menjadi tipis, kering, keriput dan tidak elastis lagi. Fungsi
thrombosis.
a. Mudah jatuh
terbaring/terduduk di lantai atau tempat yang lebih rendah dengan atau tanpa
kehilangan kesadaran.
b. Mudahn lelah
Mudah lelah pada lansia disebebkan oleh faktor psikologis (perasaan bosan,
d. Nyeri dada
dan anemia.
Disebabkan oleh gangguan sendi, susunan sendi pada susunan antar tulang.
h. Gangguan tidur