Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH BAHASA INDONESIA

KARYA SASTRA ANAK

NAMA : MELANIE ROSMAN


NPM : 2010013411094

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BUNG HATTA
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “karya sastra anak” ini tepat
waktunya.
saya mengucapkan terima kasih kepada ibuk Dr.Erlina.M.PD. selaku dosen konsep dasar
bahasa indonesia yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambahkan pengetauhan
dan wawasan sesuai bidang studi yang kami tekuni.
Pada makalah ini masih terdapat kekurangan, saya menerima segala bentuk masukan dan
saran demi perbaiki pada makalah ini.Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak
baik yang menyusun maupun yang membaca.

Padang, november 2021

MELANIE ROSMAN
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................2


DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………..3
BAB 1 PENDAHULUAN……………………………………………………………….4
A. latar belakang masalah………………………………………………………………………4
B. identifikasi masalah………………………………………………………………………….4
C. Batasan masalah……………………………………………………………………………….4
D. tujuan penelitian…………………………………………………………………………………4
E. kegunaan penelitian…………………………………………………………………………..4
F. defenisi operasional…………………………………………………………………………….4.
G. sistematika penulisan penelitian…………………………………………………………………4
BAB 2 KAJIAN PUSTAKA
A. kajian teori……………………………………………………………………………………….5
B.kerangka teori……………………………………………………………………………………14
BAB 3 METODE PENELITIAN…………………………………………………......................15
A.Jenis penelitian……………………………………………………………………………..15
B.data penelitian…………………………………………………………………………….15
C.teknik dan alat pengumpulan data………………………………………………………15
BAB 4 TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN…………………………………..16
A. temuan umum……………………………………………………………………………….16
B. temuan khusus……………………………………………………………………………16
C .pembahasan………………………………………………………………………………16
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN……………………………………………………….17
A. kesimpulan………………………………………………………………………………..17
B. saran…………………………………………………………………………………………17
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………………18
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sastra anak merupakan salah satu wujud dari karya sastra, wujud pertama dari sastra
anak dapat dilihat dari bahannya, yaitu bahasa. Dalam pemakaian bahasa, sastra anak tidak
selalu mengandalkan suatu bentuk keindahan sebagaimana layaknya karya sastra pada
umumnya. Yang paling penting untuk ditonjolkan dalam sastra anak adalah fungsi yang hadir
bersamanya. Baik itu fungsi estetis maupun bentuk gaya bahasanya.
Hal yang sangat menarik dan kurang mendapatkan perhatian bahwa dalam karya satra
anak sebuah karya sastra adalah wujud pengungkapan dan representasi dari dunia, pikiran,
perasaan, gagasan, ide serta ekspresi dari seorang anak. Dalam hal ini penelitian tentang wujud
sarana retorika yang dilakukan pada puisi–puisi anak diharapkan bukan saja untuk dapat
mengetahui jenis, pemanfaatan, serta fungsi sarana retorika.

B. identifikasi masalah
1.Apa pengertian sastra anak?
2 Apa sajakah ciri-ciri sastra anak?
3 Apa sajakah jenis-jenis sastra anak?
4 Apa saja contoh-contoh dari sastra anak?
5.Bagaimana cara pemilihan sastra anak?

C. batasan masalah
Agar masalah yang dikaji lebih terfokus dan terarah maka penulis membatasi masalah-masalah dalam
penelitian dapat dibatasi pada rancangan pembahasan sastra anak.

D.tujuan penelitian
1. Untuk mengetahui pengertian dari sastra anak.
2. Untuk mengetahui ciri-ciri dari sastra anak.
3 Untuk mengetahui jenis-jenis sastra anak.
4.Untuk mengetahui contoh-contoh sastra anak.
5.untuk mengetahui cara pemilihan sastra anak.

E. manfaat penelitian
Agar pendidik atau peserta didik mengetahui apa itu karya sastra anak secara rinci

F.. defenisi operasional


Makalah ini dijelaskan dan diteliti berdasarkan yang terjadinya lingkungan sekolah

G. sistematika penulisan penelitian.


pendahuluan,pembahasan, kesimpulan.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA
1. kajian teori
A. Pengertian Sastra Anak
Sastra adalah objek ilmu yang tidak perlu diragukan lagi. Walaupun unik dan sukar
dirumuskan dalam suatu rumusan yang universal, karya sastra adalah sosok yang dapat
diberikan batasan dan ciri-ciri, serta dapat diuji dengan pancaindra manusia. Sastra mempunyai
fungsi ganda yakni menghibur sekaligus bermanfaat. Sastra menghibur dengan cara menyajikan
keindahan dan memberikan makna terhadap kehidupan. Proses penciptaan karya sastra pada
hakikatnya adalah proses berimajinasi. Hal ini sejalan dengan pengertian prosa fiksi yakni
rangkaian cerita yang diperankan sejumlah pelaku dalam urutan peristiwa tertentu dan
bertumpu pada latar tertentu pula sebagai hasil dari imajinasi pengarang.
Karya sastra merupakan hasil karya manusia dengan mendayungkan imajinasi yang
terdapat dalam diri pengarangnya. Keberadaan karya sastra dalam kehidupan manusia dapat
mengisi “kedahagaan jiwa” karena membaca karya sastra bukan saja memberikan hiburan,
tetapi dapat memberikan pencerahan jiwa. Dengan kata lain, karya sastra dapat memberikan
hiburan dan manfaat. Dengan membaca karya sastra, kita sejenak dapat mengalihkan duka dan
mengikuti jalan cerita, keindahan, dan keluwesan bahasa yang ditampilkan pengarang.
Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa karya sastra merupakan karya
imajinatif yang berupa tulisan atau bahasa yang indah, menghibur, serta pengalaman hidup
penciptanya. Dengan bahasa yang indah dapat menimbulkan getaran jiwa terhadap orang yang
membaca dan mendengarkan sehingga melahirkan keharuan, kemesraan, kebencian,
kecemasan, dendam, dan seterusnya.

B. Ciri Ciri Sastra Anak


Secara garis besar, menurut Puryanto (2008:7) sastra anak memiliki ciri sebagai berikut :
a)Mengandung tema yang mendidik
b)Alurnya lurus dan tidak berbelit-belit
c)Menggunakan setting yang ada di sekitar atau yang ada di dunia anak
d)Tokoh dan penokohan mengandung keteladanan yang baik
e)Gaya bahasanya mudah dipahami tapi mampu berperan dalam mengembangkan bahasa anak
f)Sudut pandang orang yang tepat
g) Imajinasi masih dalam jangkauan anak.
h) Puisi anak mengandung tema yang menyentuh, ritme yang meriangkan anak, tidak terlalu
panjang, ada rima dan bunyi yang serasi dan indah,
i)Isinya bisa menambah wawasan pikiran anak.

Sedangkan menurut Saumpaet (dalam Santoso, 2003:8:4) ada 3 ciri sastra anak yaitu :


a) Dilihat dari unsur pantangan, yaitu unsur yang secara khusus berhubungan dengan tema dan
amanat, maka sastra anak pantang atau menghindari masalah-masalah yang menyangkut
tentang seks, cinta yang erotis, dendam yang menimbulkan kebencian atau hal-hal yang
bersifat negatif.
b)Penyajiannya dengan gaya secara langsung, dimana tokoh yang diperankan sifatnya hitam
putih. Yaitu setiap tokoh yang berperan hanya mempunyai satu sifat utama, yaitu baik atau
jahat.
c)Jika dilihat dari fungsi terapan maka sajian cerita harus bersifat menambah pengetahuan yang
bermanfaat.

Ciri-ciri sastra anak yang dirangkum dari Suyatno (2009), Sarumpaet (2009), dan B.
Nurgiyantoro (2005).

A.Tokoh yang terlibat  dalam cerita diperkenalkan terlebih dahulu.


Setiap tokoh yang berperan dalam cerita atau sastra anak diperkenalkan terlebih dahulu,
sedangkan pada cerita remaja atau dewasa pengenalan tokoh dapat terjadi ketika cerita sedang
berlangsung.

B.Dalam penceritaan selalu dibarengi dengan gambar


Untuk sastra anak-anak, penceritaan diperkuat dengan gambar. Tujuan dari iringan gambar
pada penceritaan adalah untuk memperkuat penceritaan sehingga anak-anak lebih mudah
memahami cerita. Selain itu kehadiran gambar adalah salah satu sarana untuk menarik
perhatian.

C.Menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami


Bahasa yang digunakan dalam penceritaan cenderung mudah untuk dipahami oleh anak-anak
dan tidak menggunakan bahasa yang kompleks seperti karya sastra yang ditujukan untuk
remaja atau dewasa.

D.Desain buku bacaan yang unik untuk menarik prhatian


Desain buku untuk anak-anak cenderung berbeda dengan buku-buku remaja, buku anak lebih
menggunakan desain yang berbeda seperti bentuk yang menyerupai buah-buahan, atau dengan
kombinasi warna yang menarik perhatian.

E.Penceritaan cenderung terkait dengan kehidupan anak (keluarga, teman, guru, dll).
Penceritaan selalu dikaitkan dengan kehidupan anak-anak, sehingga pesan yang ingin
disampaikan tercapai. Meskipun penceritaan dalam bentuk fabel dan cerita fantasi, namun
penceritaan tetap berpusat pada kehidupan yang dialami anak-anak.
F.Diakhir cerita selalu menggembirakan tokoh utama.

Penceritaan dalam sastra anak selalu berakhir dengan kegembiraan pada tokoh utama sebagai
fokus penceritaan. Tidak hanya tokoh utama, tokoh antagonis dalam penceritaanpu selalu
berakhir dengan sadar dan berubah dengan sifat baik.
G.Dikaitkan dengan psikologi perkembangan anak (Operasional konkret).
Penceritaan, penggambaran, latar, dll. Selalu dikaitkan dengan psikologi anak yang hanya dapat
memahami sesuatu yang bersifat konkret.
C. Jenis-Jenis Sastra 
Sebagaimana halnya dalam sastra dewasa, sastra anak juga mengenl apa yang disebut genre,
maka pembicaraan tentang genre sastra anak juga perlu dilakukan. Genre dapat dipahami
sebagai suatu macam atau tipe kesastraan yang memiliki seperangkat karakteristik umum.
Secara garis besar Lukens mengelompokkan genre sastra anak ke dalam enam macam, yaitu
realism, fiksi formula, fantasi, sastra tradisional, puisi dan nonfiksi dengan masing-masing
mempunyai beberapa jenis lagi. Genre drama sengaja tidak di masukkan karena menurutnya,
drama baru lengkap setelah dipertunjukkan dan di tonton, dan bukan semata-mata urusan
bahasa-sastra. Berikut ialah penjelasan setiap jenis sastra anak :
1. Cerita Fiksi Anak
Setiap orang menyukai cerita, tidak peduli orang dewasa atau anak-anak. Bahkan, pada
sebagian orang kebutuhan akan cerita merupakan sesuatu yang harus terpenuhi sebagaimana
kebutuhan hidup yang lain seperti halnya makan dan minum. Membaca, mendengar, atau
melihat dan mendengar cerita (seperti yang dapat diperoleh lewat televisi), merupakan sebuah
kenikmatan tersendiri yang juga menuntut untuk dipenuhi, terutama pemenuhan kebutuhan
rasa ingin tahu.
Cerita Fiksi Anak merupakan karya sastra yang berisi cerita rekaan atau didasari dengan angan-
angan (fantasi) dan bukan berdasarkan kejadian nyata, hanya berdasarkan imajinasi pengarang
tetapi masih dalam konteks anak/di bawah umur. Pembicaraan unsur cerita fiksi anak berikut
lebih difokuskan terhadap unsure-unsur intrinsic tanpa menisbikan peran unsur ekstrinsik.
Unsure cerita fiksi anak ialah :
a) Tokoh
b) Alur cerita
c) Latar
d) Tema
e) Moral
f)Sudut pandang
g) Slite dan nada
h)Lain-lain : judul

Cerita fiksi anak dapat dibedakan ke dalam beberapa kategori berdasarkan dari mana dilihat.
Jika dilihat berdasarkan panjang pendeknya cerita yang dikisahkan, ia dapat dibedakan ke
dalam novel dan cerita pendek (cerpen). Di pihak lain, jika dilihat berdasarkan ini ceritanya, ia
dapat dikelompokkan ke dalam fiksi realistic, fiksi fantasi, fiksi formula, fiksi histories, dan fiksi
biografis. Macam-macam cerita fiksi anak :
a)Novel dan Cerpen
b)Fiksi Realistik
c) Fiksi Fantasi
d)Fiksi Histories

2. Puisi
Pada hakikatnya, puisi ialah bentuk karya sastra yang terkait oleh irama, rima dan penyusunan
bait dan baris yang bahasanya indah dan penuh makna. Pada kenytaannya tidak mudah
mendefenisikan puisi karena apapun definisi yang di buat selalu saja menunjukkan
ketidaklengkapan, atau kurang dapat mencandra secara akurat sifat alamiah yang dimiliki puisi
itu. Barangkali lebih mudah menunjukkan “ini sebuah puisi” daripada “apa itu puisi”. Beberapa
hal yang harus diperhatikan dalam puisi anak :
a)  Karakteristik puisi (anak)
b) Dari Rima dan Irama ke Puisi
c)  Unsure puisi
d) Tema
Puisi anak juga dapat dibedakan ke dalam jenis-jenis tertentu berdasarkan sudut pandang
tertentu pembedaan yang sering dipergunakan adalah yang didasarkan isi kandungan yang
ingin disampaikan. Berikut ialah macam macam puisi anak :
a)  Balada
b) Puisi naratif
c)  Puisi lirik

3. Nonfiksi Anak
Nonfiksi ialah klasifikasi untuk setiap karya informatif (seringkali berupa cerita) yang
pengarangnya dengan itikad baik bertanggung jawab atas kebenaran atau akurasi dari
peristiwa, orang, dan/atau informasi yang disajikan. Cerita fiksi dan nonfiksi dapat sama-sama
menampilkan sisi-sisi kemenarikan dan kekuatannya sendiri karena karakteristiknya berbeda.
Jika dalam cerita fiksi unsure suspense dan bagaimana ia dibangun merupakan sesuatu yang
penting, dalam nonfiksi ia justru tidak terlalu penting karena yang dipentingkan kini adalah
bagaimana fakta-fakta itu disampaikan
Buku bacaan nonfiksi amat beragam macamnya. Ia membentang dari berbagai buku-buku
disiplin keilmuan seperti alam, biologi, kesehatan, sosial, sejarah, biografi, sampai dengan seni
budaya dan lain-lain. Kesemuanya itu jika ditulis dan dikemas dalam bacaan yang sesuai dengan
selera anak akan menjadi bacaan nonfiksi yang bernilai literer. Berikut ialah macam macam
nonfiksi anak :
a)   Buku informasi
b)   Biografi

4. Komik Sastra Anak


Komik sastra anak adalah suatu bentuk seni yang menggunakan gambar-gambar tidak bergerak
yang disusun sedemikian rupa sehingga membentuk jalinan cerita. Berhadapan dengan komik
selama ini terkonotasikan sebagai sesuatu yang berkaitan dengan hal-hal yang tidak serius,
santai, hiburan ringan, lucu, dan lain lain yang tidak terlalu memberatkan. Hal itu ada benarnya
karena bukankah komik dapat dinikmati secara santai kapanpun dan dimanapun yang
menginginkan untuk membaca.
Sebagaimana halnya dengn buku bacaan fiksi (dalam hal tertentu juga nonfiksi), komik hadir
untuk menyampaikan cerita. Namun, berbeda halnya dengan bacaan fiksi dan nonfiksi yang
menyampaikan cerita dengan teks verbal, komik hadir lewat gambar dan bahasa, lewat teks
verbal dan nonverlab sekaligus. Keterkaitan antara teks verbal dan nonverbal dalam komik
sedemikian erat dan tidak dapat dipisahkan tanpa kehilangan roh cerita. Berikut ialah truktur
yang ada dalam komik anak :
a)     Penokohan
b)    Alur
c)     Tema dan Moral
d)    Gambar dan Bahasa
S
ama halnya dengan berbagai genre sastra anak yang lain, komik juga dapat dibedakan menjadi
beberapa kategori tergantung dari mana sudut pandang dibedakan. Berikut ialah macam
macam komik :
a.  Komik strip dan komik buku
b.  Komik biografi dan komik ilmiah

D. Contoh-contoh Sastra Anak


Adapun Contoh-contoh dari karya sastra anak yaitu :
1. Dongeng
Contoh : Cerita Dewi Sri yang dikisahkan sang dewi menolakdiperistri oleh Batara Guru. Dewi Sri
meninggal. Ketika dimakam kan dari jenazahnya tumbuh pohon padi, dari kepala,tumbuh
pohon kelapa, dari giginya tumbuh pohon agung.
2. Fabel
Contoh : Cerita sikancil dengan kura-kura, si kancil dia memiliki akal yang cerdik yang dapat
melabui kura-kura.
3. Legenda
Contoh : legenda yang sudah tidak asing lagi yaitu cerita si  Malin Kundang Legenda ini
menggambarkan keadaan anak yangdurhaka kepada orang tuanya. Si Malin Kundang yang
dikutuk oleh ibunya sendiri menjadi batu.
4. Cerita Rakyat
Contoh : Seperti kuntilanak, yang mana dikatakan bahwa kuntilanak adalah makhluk halus
penjelmaan seorang perempuan hamil yang meninggal. Konon sang kuntilanak ini tidak ingin
berpisah dengan anaknya, maka pada malam hari kuntilanak sering keluar dari kuburnya untuk
mencari anaknya. Dalam cerita rakyat ini kuntilanak selalu digambarkan dengan  berambut
panjang terurai, serba putih, dan menakutkan bagisiapa saja yang melihatnya.

E. Pemilihan Sastra Anak


1. Pengembangan Intelektual
Piaget membedakan perkembangan intelektual anak ke dalam empat tahapan. Tiap tahapan
mempunyai karakteristik yang membedakannya dengan tahapan yang lain, dan hal itu
berkaitan dengan respon anak terhadap bacaan. Sebagai konsekuensinya hal itu pun
mempunyai implikasi logis dalam pemilihan bahan bacaan anak. Tahapan perkembangan
intelektual yang dimaksud adalah sebagai berikut.

a) Pertama : Tahap Sensori-motor ( the sensory-motor period, 0-2 tahun ).


Tahap ini merupakan tahapan pertama dalam perkembangan kognitif anak. Tahap ini disebut
sebagai tahap sensori-motor karena perkembangan terjadi berdasarkan informasi dari indera
(senses) dan bodi (motor). Karakteristik utama dalam tahap ini adalah bahwa anak belajar lewat
koordinasi persepsi indera dan aktivitas motor serta mengembangkan pemahaman sebab
akibat atau hubungan-hubungan berdasarkan sesuatu yang dapat diraih atau dapat berkontak
langsung. Anak mulai dapat memahami hubungannya dengan orang lain, mengembangkan
pemahaman objek secara permanen. Dalam usia 1,6─2 tahun anak akan menyukai aktivitas
atau permainan bunyi yang mengandung perulangan-perulangan yang ritmis.
Anak menyukai bunyi-bunyian yang bersajak dan berirama. Permainan bunyi yang dimaksud
dapat berupa nyanyian, kata-kata yang dinyanyikan, atau kata-kata biasa dalam perkataan yang
tidak dilagukan. Bunyi-bunyian ritmis akan memicu tumbuhnya rasa keindahan pada diri anak.
Hal dapat dijumpai dan atau perlu dilakukan oleh ibu yang mengendong, menyanyikan, atau
meninabobokan si buah hati. Kesenangan anak terhadap hal-hal tersebut dapat juga dipahami
bahwa anak mempunyai bakat keindahan dan menyenangi hal-hal yang terasa indah di
inderanya. Permainan bunyi yang berwujud repetisi dan keritmisan merupakan dasar penting
bagi bangunan sebuah sajak.

b) Kedua : Tahap Praoperasional ( the preoperational period, 2-7 tahun ).


Dalam tahap ini anak mulai dapat “mengoperasikan” sesuatu yang sudah mencerminkan
aktivitas mental dan tidak lagi semata-mata bersifat fisik. Karakteristik dalam tahap ini antara
lain adalah bahwa anak mulai belajar mengaktualisasikan dirinya lewat bahasa, bermain, dan
menggambar (corat-coret). Jalan pikiran anak masih bersifat egosentris, menempatkan dirinya
sebagai pusat dunia, yang didasarkan persepsi segera dan pengalaman langsung karena masih
kesulitan menempatkan dirinya di antara orang lain. Anak tidak dapat memahami sesuatu dari
sudut pandang orang lain. Anak mempergunakan simbol dengan cara elementer yang pada
awalnya lewat gerakan-gerakan tertentu dan kemudian lewat bahasa dalam pembicaraan.
Perkembangan kognitif pada saat ini yang secara luar biasa adalah perkembangan bahasa dan
konsep formasi. Pada masa ini anak mengalami proses asimilasi di mana anak
mengasimilasikan sesuatu yang didengar, dilihat, dan dirasakan dengan cara menerima ide-ide
tersebut ke dalam suatu bentuk skema di dalam kognisinya.
Kemungkinan implikasi terhadap buku bacaan sastra yang sesuai dengan karakteristik pada
tahap perkembangan intelektual di atas antara lain adalah buku-buku yang menampilkan
gambar-gambar sederhana sebagai ilustrasi yang menarik, buku-buku bergambar yang
memberi kesempatan anak untuk memanipulasikannya, buku-buku yang memberi kesempatan
anak untuk mengenali objek-objek dan situasi tertentu yang bermakna baginya, dan buku-buku
cerita yang menampilkan tokoh dan alur yang mencerminkan tingkah laku dan perasaan anak.
Menurut Donaldson (via Huck dkk. 1987:55) anak usia 3 atau 4 tahun sudah dapat
mendemonstrasikan kemampuannya jika objek dan situasi yang dihadapkan kepadanya konkret
dan bermakna. Sifat egosentris pada anak akan membawanya untuk dapat menanggapi cerita
dengan mengidentifikasikan dirinya terhadap tokoh utama cerita, dan karenanya anak akan
mengalami proses asimilasi dengan melihat diri dan dunianya dengan pandangan yang baru.

c) Ketiga : Tahap Operasional konkret ( the concrete operational 7-11 tahun).


Pada tahap ini anak mulai dapat memahami logika secara stabil. Karakteristik anak pada tahap
ini antara lain adalah anak dapat membuat klasifikasi sederhana, mengklasifikasikan objek
berdasarkan sifat-sifat umum, misalnya klasifikasi warna, klasifikasi karakter tertentu. Anak
dapat membuat urutan sesuatu secara semestinya, menurutkan abjad, angka, besar-kecil, dan
lain-lain. nak mulai dapat mengembangkan imajinasinya ke masa lalu dan masa depan; adanya
perkembangan dari pola berpikir yang egosentris menjadi lebih mudah untuk
mengidentifikasikan sesuatu dengan sudut pandang yang berbeda. Anak mulai dapat berpikir
argumentatif dan memecahkan masalah sederhana, ada kecenderungan memperoleh ide-ide
sebagaimana yang dilakukan oleh dewasa, namun belum dapat berpikir tentang sesuatu yang
abstrak karena jalan berpikirnya masih terbatas pada situasi yang konkret.
Kemungkinan implikasi terhadap buku bacaan sastra yang sesuai dengan karakteristik pada
tahap perkembangan intelektual di atas antara lain adalah buku-buku bacaan yang memiliki
karakteristik sebagai berikut. Buku-buku bacaan narasi atau eksplanasi yang mengandung
urutan logis dari yang sederhana ke yang lebih kompleks. Buku-buku bacaan yang menampilkan
cerita yang sederhana baik yang menyangkut masalah yang dikisahkan, cara pengisahan,
maupun jumlah tokoh yang dilibatkan. Buku-buku bacaan yang menampilkan berbagai objek
gambar secara bervariasi, bahkan mungkin yang dalam bentuk diagram dan model sederhana.
Buku-buku bacaan narasi yang menampilkan narator yang mengisah-kan cerita, atau cerita yang
dapat membawa anak untuk memproyeksikan dirinya ke waktu atau tempat lain. Dalam masa
ini anak sudah dapat terlibat memikirkan dan memecahkan persoalan yang dihadapi tokoh
protagonis atau memprediksikan kelanjutan cerita.

d) Keempat : Tahap operasi formal ( the formal operational, 11 atau 12 tahun ke atas).
Pada tahap ini, tahap awal adolesen, anak sudah mampu berpikir abstrak. Karakteristik penting
dalam tahap ini antara lain adalah anak sudah mampu berpikir “secara ilmiah”, berpikir
teoretis, berargumentasi dan menguji hipotesis yang mengutamakan kemampuan berpikir.
Anak sudah mampu memecahkan masalah secara logis dengan melibatkan berbagai masalah
yang terkait. Implikasi terhadap pemilihan buku bacaan sastra anak adalah buku-buku bacaan
cerita yang menampilkan masalah yang membawa anak untuk mencari dan menemukan
hubungan sebab akibat serta implikasi terhadap karakter tokoh buku-buku bacaan cerita yang
menampilkan alur cerita ganda, alur cerita yang mengandung plot dan subplot, yang dapat
membawa anak untuk memahami hubungan antarsubplot tersebut, serta yang menampilkan
persoalan (atau konflik) dan karakter yang lebih kompleks.

Selain itu, perlu dicatat bahwa belum tentu semua anak yang masuk ke tingkat sekolah
menengah pertama sudah mencapai tingkat berpikir formal di atas. Sebagian anak mungkin
belum mencapai tingkat itu, tetapi sebagian yang lain justru sudah mampu menunjukkan
kemampuan berpikir analitis, misalnya sebagaimana yang terlihat ketika memberikan komentar
terhadap buku cerita yang dibacanya. Pemahaman terhadap tahapan intelektual dapat
membantu memilih buku-buku bacaan yang sesuai dengan posisi usia dan perkembangan
kognitif anak, tetapi bagaimanapun ia bukan merupakan sesuatu yang mutlak.

2. Perkembangan Moral
Selain mempelajari perkembangan kognitif anak, Piaget juga mendalami hal-hal yang berkaitan
dengan perkembangan moral. Menurut Piaget perbedaan nyata antara anak dan dewasa
adalah bahwa anak memiliki “dua moral”. Piaget dan Kohlberg (ahli lain yang mengembangkan
teori Piaget lebih lanjut), mengemukakan bagaimana anak mungkin saja mengubah
interpretasinya terhadap dilema konflik dan moral dalam cerita. Penilaian anak terhadap moral
bergerak dari keter-ikatannya pada dewasa ke keterpengaruhannya pada kelompok dan
berpikir bebasnya.
Kemungkinan implikasinya bagi seleksi bacaan sastra anak antara lain dapat dikemukakan
sebagai berikut. Pahami dengan baik karakteristik perkembangan moral anak tiap tahap
kemudian pilih bacaan yang sesuai. Misalnya, anak usia tiga tahun baik untuk dipilihkan bacaan
yang melukiskan persetujuan orang tua yang berupa tingkah laku, tindakan, dan kata-kata yang
baik. Anak usia empat tahun baik untuk dipilihkan bacaan yang dapat melatih anak untuk
bertanggung jawab dan melakukan sesuatu yang sesuai dengan aturan sosial.Pilih buku bacaan
yang mengandung dan menawarkan unsur moral, alasan pemilihan moral tertentu oleh tokoh
anak, atau yang mengandung nasihat-nasihat tentang moral sebagai “model” bertingkah laku.
Dengan tidak jelasnya tingkatan usia anak dalam tahapan di atas kita dituntut untuk
mempertimbangkan bacaan sastra mana yang terbaik untuk usia anak tertentu. Sebagai bahan
pertimbangan kita dapat menghubungkan tahapan perkembangan intelektual (Piaget) dengan
tahapan perkembangan moral (Kohlberg). Kohlberg mengemukakan bahwa seorang anak yang
berada dalam tahap operasional konkret, ia akan berada dan terbatas pada tahap 1 dan 2
dalam perkembangan moral; seorang anak yang berada dalam tahap oprasional formal
sebagian, ia akan berada dan terbatas pada tahap 3 dan 4; sementara seseorang yang berada
dalam perkembangan moral tahap 5 dan 6, ia mesti sudah berada dalam tahap operasi formal.

3. Perkembangan Emosional dan Personal


Implikasi untuk lima tahap yang pertama adalah sebagai berikut. Pertama, pada tahap
kepercayaan (trust) anak membutuhkan makanan dan perawatan. Anak mulai mengenali
dirinya yang terpisah dari orang lain atau objek, dan pemahaman terhadap realitas ini membuat
aspek trust menjadi penting. Tahap ini sejalan dengan tahap sensori-motor dalam tahapan
perkembangan intelektual menurut Piaget. Kedua, pada tahap kemandirian (autonomy) anak
belajar kemandirian dengan mencoba melakukan sesuatu secara bebas, atau justru
memperoleh pengalaman keragu-raguan jika ternyata inderanya tidak dapat mengelola
sekeliling. Tahap ini masih sejalan dengan tahap sensori-motor. Ketiga, pada tahap prakarsa
versus kesalahan, anak belajar berinisiatif mengeksplorasi dunianya, atau jika tidak dapat
melakukannya, mengembangkan rasa ketidak mampuan.

Tahap ini sejalan dengan tahap praoperasional. Keempat, pada tahap kepandaian versus
perasaan rendah diri, anak berusaha mengembangkan rasa gembira dan bangga jika dapat
melakukan sesuatu atau menghasilkan sesuatu dari aktivitasnya, atau justru sikap sebaliknya
jika tidak mampu sehingga merasa rendah diri. Tahap ini sejalan dengan tahap operasional
konkret. Kelima, pada tahap identitas versus kebingungan, anak mencari dan mengembangkan
identitas personal, berusaha mencari dan menemukan identitas dirinya, atau justru merasa
ambivalen terhadap identitasnya. Tahap ini sejalan dengan tahap operasional formal.
Kemungkinan implikasi tahapan di atas dalam hal seleksi buku-buku bacaan sastra adalah
bahwa pemilihan bacaan haruslah mempertimbangkan masalah-masalah yang terkandung di
dalamnya mampu memberikan kepuasan kepada anak yang sesuai dengan tahap
perkembangannya. Sebagai contoh, anak usia prasekolah akan lebih suka menanggapi bacaan
yang menggambarkan kemampuan versus ketidakmampuan seorang anak untuk melakukan
sesuatu secara sukses dan menggembirakan. Anak pada usia adolesen lebih menyukai bacaan
yang berisi kesuksesan seorang anak atau sekelompok anak dalam petualangan pencarian dan
penemuan sesuatu, atau cerita tentang penemuan identitas seseorang dalam kehidupan sosial
yang pluralistik
4. Perkembangan Bahasa
Anak yang berstatus bayi mulai belajar bahasa lewat bunyi dan ucapan-ucapan yang
didengarnya dari sekelilingnya. Pada mulanya anak tidak dapat membedakan bunyi-suara
manusia dengan bunyi-bunyian yang lain, tetapi lama-kelamaan mampu membedakannya.
Maka, disusunlah teori(-teori) akuisisi bahasa yang berusaha menjelaskan apa yang sebenarnya
terjadi dan bagaimana itu terjadi di dalam diri anak itu dalam proses pemerolehan bahasa
tersebut. Dalam proses akuisisi bahasa secara alami, anak memperoleh bahasa dengan
menirukan, melihat dan menirukan orang berbicara, namun sebenarnya anak tidak semata-
mata sebagai peniru belaka. Ada bukti-bukti yang kuat bahwa anak jauh lebih banyak
memahami bahasa daripada yang dapat diproduksi, dan hal itu sungguh di luar dugaan. (Hal ini
pun juga terjadi dan berimbas pada dewasa: kita lebih banyak membaca daripada menulis).
Dalam usia dua tahun anak sudah mampu “menemukan” struktur bahasa dan hal itu
berlangsung terus-menerus dalam usia selanjutnya. Anak tampaknya mengkonstruksikan
bahasa sistemnya sendiri untuk membuat diri paham.
Apa implikasi pemahaman terhadap proses pemerolehan bahasa anak tersebut bagi pemilihan
buku bacaan sastra? Satu hal yang pasti adalah bahwa pemilihan bacaan itu mesti didasarkan
pada materi yang dapat dipahami anak, yang dituliskan dengan bahasa yang sederhana
sehingga dapat dibaca dan dipahami anak, dengan mempertimbangkan keserdahanaan
(kompleksitas) kosakata dan struktur namun, sekaligus juga berfungsi meningkatkan kekayaan
bahasa dan kemampuan berbahasa anak.

F. Perbedaan Sastra Anak Kelas Tinggi dan Rendah

Berdasarkan psikologi kognitif, tingkat perkembangan kognitif anak sudah memiliki


kemampuan:
1.  Menghubungkan dan membandingkan pengalaman kongkret yang diperooleh dengan
kenyataan baru yang dihadapi.
2.  Membedakan pembedaan dan memilahan..
3.  Menangkap dan menyusun pengertian-pengertian tertentu berdasarkan gambaran
kongkretnya.
4.  Menandai cirri ggambaran kenyataan secara aspectual, dan membuat hubungan
berdasar vicarious experience.

Dalam situasi ini, anak baru bisa menghubungkan gambarann kisah yang menceritakan dalam
bacaan secara imajinatif dengan kisah yang ditemukannya dalam realita.
Pada jenjang kelas terakhir, anak sudah mampu:
1.Membentuk pengertian melalui penyusunan konsepsi secara logis dan sisteatis.
2 Menghubungkan satuan-satuan pengertian secara spekulatif guna membentuk pemahaman
secara komprehensif.
3. Mengambil kesimpulan secara tentative berdasarkan spekulasi hubungan resiprokal,
pennolakan, dan penerimaan isi pernyataan dan bentuk-bentuk hubungan secara korelatif.

Pada saat situasi ini, anak jenjang kelas terakhir sudah mampu membaca bacaan yang
diperuntungkan bagi orang dewasa walaupun dalam proses asimilasi dann akomodasi yang
mengakibatkan ketidk seimbangan antara isi bacaan dan hasil apresiasi.
Bisa disimpulkan seperti ini :
1.  Kelas 1-2 dominan diberikan bentuk cerita bergambar.
2.  Kelas 3-4 diberikan puisi, sastra tradisional dan cerita fantasi.
3.  Kelas 5-6 diberikan puisi dan bentuk ceritan realistic kontenporer, kesejarahan, serta cerita
fiksi kelimuan.

2. KERANGKA TEORI

1.Menjelaskan pengertian dari sastra anak.


2. Menjelaskan ciri-ciri dari sastra anak.
3. Menjelaskan jenis-jenis sastra anak.
4. Menjelaskan Untuk mengetahui contoh-contoh sastra anak.
5.untuk mengetahui cara pemilihan sastra anak
BAB III
METODE PENELITIAN
A. JENIS PENELITIAN
Penelitian Kualitatif
Jenis penelitian kualitatif memiliki sifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis. Proses dan
makna lebih ditonjolkan dalam jenis penelitian ini dengan landasan teori yang dimanfaatkan sebagai
pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan fakta di lapangan.

B. Data penelitian
1.menurut Puryanto (2008:7)
2. Saumpaet (dalam Santoso, 2003:8:4)

c. teknik dan alat pengumpulan data.


Data di lakukan dan didapatkan dari berbagai sumber
BAB IV
PENEMUAN PENELITIAN

A. Penemuan umum
Sastra menghibur dengan cara menyajikan keindahan dan memberikan makna terhadap
kehidupan. Proses penciptaan karya sastra pada hakikatnya adalah proses berimajinasi. Hal ini
sejalan dengan pengertian prosa fiksi yakni rangkaian cerita yang diperankan sejumlah pelaku
dalam urutan peristiwa tertentu dan bertumpu pada latar tertentu pula sebagai hasil dari
imajinasi pengarang.

b. penemuan khusus
Dalam proses akuisisi bahasa secara alami, anak memperoleh bahasa dengan menirukan,
melihat dan menirukan orang berbicara, namun sebenarnya anak tidak semata-mata sebagai
peniru belaka. Ada bukti-bukti yang kuat bahwa anak jauh lebih banyak memahami bahasa
daripada yang dapat diproduksi, dan hal itu sungguh di luar dugaan. (Hal ini pun juga terjadi
dan berimbas pada dewasa: kita lebih banyak membaca daripada menulis). Dalam usia dua
tahun anak sudah mampu “menemukan” struktur bahasa dan hal itu berlangsung terus-
menerus dalam usia selanjutnya. Anak tampaknya mengkonstruksikan bahasa sistemnya sendiri
untuk membuat diri paham.

c. pembahasan
pada makalah ini membahas segalah hal yang berkaitan dengan sastra anak seerti ciri ciri,jenis
contoh, dan cara pemilihan sastra anak.
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SASARAN

A. SIMPULAN
Sastra anak adalah sastra yang secara emosional psikologis dapat ditanggapi dan
dipahami oleh anak, dan itu pada umumnya berangkat dari fakta yang konkret dan mudah
diimajinasikan. Isi kandungan sastra anak yang terbatas sesuai dengan jangkauan emosional
dan psikologi anak itulah yang antara lain, merupakan karekteristik sastra anak. Sastra anak
dapat berkisah tentang apa saja, bahkan yang menurut ukuran dewasa tidak masuk akal.
Misalnya berkisah tentang binatang yang dapat berbicara, bertingkah laku, berpikir dan
berperasaan layaknya manusia. Imajinasi dan emosi anak dapat menerima cerita itu secara
wajar dan memang begitulah seharusnya menurut jangkauan pemahaman anak.
Seperti pada jenis karya sastra umumnya, sastra anak juga berfungsi sebagai media
pendidikan dan hiburan, membentuk kepribadian anak, serta menuntun kecerdasan emosi
anak. Pendidikan dalam sastra anak memuat amanat tentang moral, pembentukan kepribadian
anak, mengembangkan imajinasi dan kreativitas, serta memberi pengetahuan keterampilan
praktis bagi anak. Fungsi hiburan dalam sastra anak dapat membuat anak merasa bahagia atau
senang membaca, senang dan gembira mendengarkan cerita ketika dibacakan atau
dideklamasikan, dan mendapatkan kenikmatan atau kepuasan batin sehingga menuntun
kecerdasan emosinya.

B. SARAN
anak usia tiga tahun baik untuk dipilihkan bacaan yang melukiskan persetujuan orang tua
yang berupa tingkah laku, tindakan, dan kata-kata yang baik. Anak usia empat tahun baik untuk
dipilihkan bacaan yang dapat melatih anak untuk bertanggung jawab dan melakukan sesuatu
yang sesuai dengan aturan sosial.Pilih buku bacaan yang mengandung dan menawarkan unsur
moral, alasan pemilihan moral tertentu oleh tokoh anak, atau yang mengandung nasihat-
nasihat tentang moral sebagai “model” bertingkah laku.
Dengan tidak jelasnya tingkatan usia anak dalam tahapan di atas kita dituntut untuk
mempertimbangkan bacaan sastra mana yang terbaik untuk usia anak tertentu.
DAFTAR PUSTAKA

Brown, Douglas H. 2000. Principles of Language Learning and Teaching. New York: Addison
Wesly  Longman.
Ismawati, Esti dan Faraz Umaya. 2012. Belajar Bahasa di Kelas Awal. Yogyakarta: Ombak.
Rosdiana, Yusi. 2011. Bahasa dan Sastra Indonesia di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.
Semi, M. Atar. 2012. Metode Penelitian Sastra. Bandung: CV Angkasa.
Wahid, Sugira. 2004. Kapita Selekta Kritik Sastra. Makassar: Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia dan
Daerah.
Yasa, I Nyoman,. 2012. Teori Sastra dan Penerapannya. Bandung: Karya Putra Darwati.
Zulela. 2013. Pembelajaran Bahasa Indonesia: Apresiasi Sastra di Sekolah Dasar. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai