Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “karya sastra anak” ini tepat
waktunya.
saya mengucapkan terima kasih kepada ibuk Dr.Erlina.M.PD. selaku dosen konsep dasar
bahasa indonesia yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambahkan pengetauhan
dan wawasan sesuai bidang studi yang kami tekuni.
Pada makalah ini masih terdapat kekurangan, saya menerima segala bentuk masukan dan
saran demi perbaiki pada makalah ini.Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak
baik yang menyusun maupun yang membaca.
MELANIE ROSMAN
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sastra anak merupakan salah satu wujud dari karya sastra, wujud pertama dari sastra
anak dapat dilihat dari bahannya, yaitu bahasa. Dalam pemakaian bahasa, sastra anak tidak
selalu mengandalkan suatu bentuk keindahan sebagaimana layaknya karya sastra pada
umumnya. Yang paling penting untuk ditonjolkan dalam sastra anak adalah fungsi yang hadir
bersamanya. Baik itu fungsi estetis maupun bentuk gaya bahasanya.
Hal yang sangat menarik dan kurang mendapatkan perhatian bahwa dalam karya satra
anak sebuah karya sastra adalah wujud pengungkapan dan representasi dari dunia, pikiran,
perasaan, gagasan, ide serta ekspresi dari seorang anak. Dalam hal ini penelitian tentang wujud
sarana retorika yang dilakukan pada puisi–puisi anak diharapkan bukan saja untuk dapat
mengetahui jenis, pemanfaatan, serta fungsi sarana retorika.
B. identifikasi masalah
1.Apa pengertian sastra anak?
2 Apa sajakah ciri-ciri sastra anak?
3 Apa sajakah jenis-jenis sastra anak?
4 Apa saja contoh-contoh dari sastra anak?
5.Bagaimana cara pemilihan sastra anak?
C. batasan masalah
Agar masalah yang dikaji lebih terfokus dan terarah maka penulis membatasi masalah-masalah dalam
penelitian dapat dibatasi pada rancangan pembahasan sastra anak.
D.tujuan penelitian
1. Untuk mengetahui pengertian dari sastra anak.
2. Untuk mengetahui ciri-ciri dari sastra anak.
3 Untuk mengetahui jenis-jenis sastra anak.
4.Untuk mengetahui contoh-contoh sastra anak.
5.untuk mengetahui cara pemilihan sastra anak.
E. manfaat penelitian
Agar pendidik atau peserta didik mengetahui apa itu karya sastra anak secara rinci
KAJIAN PUSTAKA
1. kajian teori
A. Pengertian Sastra Anak
Sastra adalah objek ilmu yang tidak perlu diragukan lagi. Walaupun unik dan sukar
dirumuskan dalam suatu rumusan yang universal, karya sastra adalah sosok yang dapat
diberikan batasan dan ciri-ciri, serta dapat diuji dengan pancaindra manusia. Sastra mempunyai
fungsi ganda yakni menghibur sekaligus bermanfaat. Sastra menghibur dengan cara menyajikan
keindahan dan memberikan makna terhadap kehidupan. Proses penciptaan karya sastra pada
hakikatnya adalah proses berimajinasi. Hal ini sejalan dengan pengertian prosa fiksi yakni
rangkaian cerita yang diperankan sejumlah pelaku dalam urutan peristiwa tertentu dan
bertumpu pada latar tertentu pula sebagai hasil dari imajinasi pengarang.
Karya sastra merupakan hasil karya manusia dengan mendayungkan imajinasi yang
terdapat dalam diri pengarangnya. Keberadaan karya sastra dalam kehidupan manusia dapat
mengisi “kedahagaan jiwa” karena membaca karya sastra bukan saja memberikan hiburan,
tetapi dapat memberikan pencerahan jiwa. Dengan kata lain, karya sastra dapat memberikan
hiburan dan manfaat. Dengan membaca karya sastra, kita sejenak dapat mengalihkan duka dan
mengikuti jalan cerita, keindahan, dan keluwesan bahasa yang ditampilkan pengarang.
Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa karya sastra merupakan karya
imajinatif yang berupa tulisan atau bahasa yang indah, menghibur, serta pengalaman hidup
penciptanya. Dengan bahasa yang indah dapat menimbulkan getaran jiwa terhadap orang yang
membaca dan mendengarkan sehingga melahirkan keharuan, kemesraan, kebencian,
kecemasan, dendam, dan seterusnya.
Ciri-ciri sastra anak yang dirangkum dari Suyatno (2009), Sarumpaet (2009), dan B.
Nurgiyantoro (2005).
E.Penceritaan cenderung terkait dengan kehidupan anak (keluarga, teman, guru, dll).
Penceritaan selalu dikaitkan dengan kehidupan anak-anak, sehingga pesan yang ingin
disampaikan tercapai. Meskipun penceritaan dalam bentuk fabel dan cerita fantasi, namun
penceritaan tetap berpusat pada kehidupan yang dialami anak-anak.
F.Diakhir cerita selalu menggembirakan tokoh utama.
Penceritaan dalam sastra anak selalu berakhir dengan kegembiraan pada tokoh utama sebagai
fokus penceritaan. Tidak hanya tokoh utama, tokoh antagonis dalam penceritaanpu selalu
berakhir dengan sadar dan berubah dengan sifat baik.
G.Dikaitkan dengan psikologi perkembangan anak (Operasional konkret).
Penceritaan, penggambaran, latar, dll. Selalu dikaitkan dengan psikologi anak yang hanya dapat
memahami sesuatu yang bersifat konkret.
C. Jenis-Jenis Sastra
Sebagaimana halnya dalam sastra dewasa, sastra anak juga mengenl apa yang disebut genre,
maka pembicaraan tentang genre sastra anak juga perlu dilakukan. Genre dapat dipahami
sebagai suatu macam atau tipe kesastraan yang memiliki seperangkat karakteristik umum.
Secara garis besar Lukens mengelompokkan genre sastra anak ke dalam enam macam, yaitu
realism, fiksi formula, fantasi, sastra tradisional, puisi dan nonfiksi dengan masing-masing
mempunyai beberapa jenis lagi. Genre drama sengaja tidak di masukkan karena menurutnya,
drama baru lengkap setelah dipertunjukkan dan di tonton, dan bukan semata-mata urusan
bahasa-sastra. Berikut ialah penjelasan setiap jenis sastra anak :
1. Cerita Fiksi Anak
Setiap orang menyukai cerita, tidak peduli orang dewasa atau anak-anak. Bahkan, pada
sebagian orang kebutuhan akan cerita merupakan sesuatu yang harus terpenuhi sebagaimana
kebutuhan hidup yang lain seperti halnya makan dan minum. Membaca, mendengar, atau
melihat dan mendengar cerita (seperti yang dapat diperoleh lewat televisi), merupakan sebuah
kenikmatan tersendiri yang juga menuntut untuk dipenuhi, terutama pemenuhan kebutuhan
rasa ingin tahu.
Cerita Fiksi Anak merupakan karya sastra yang berisi cerita rekaan atau didasari dengan angan-
angan (fantasi) dan bukan berdasarkan kejadian nyata, hanya berdasarkan imajinasi pengarang
tetapi masih dalam konteks anak/di bawah umur. Pembicaraan unsur cerita fiksi anak berikut
lebih difokuskan terhadap unsure-unsur intrinsic tanpa menisbikan peran unsur ekstrinsik.
Unsure cerita fiksi anak ialah :
a) Tokoh
b) Alur cerita
c) Latar
d) Tema
e) Moral
f)Sudut pandang
g) Slite dan nada
h)Lain-lain : judul
Cerita fiksi anak dapat dibedakan ke dalam beberapa kategori berdasarkan dari mana dilihat.
Jika dilihat berdasarkan panjang pendeknya cerita yang dikisahkan, ia dapat dibedakan ke
dalam novel dan cerita pendek (cerpen). Di pihak lain, jika dilihat berdasarkan ini ceritanya, ia
dapat dikelompokkan ke dalam fiksi realistic, fiksi fantasi, fiksi formula, fiksi histories, dan fiksi
biografis. Macam-macam cerita fiksi anak :
a)Novel dan Cerpen
b)Fiksi Realistik
c) Fiksi Fantasi
d)Fiksi Histories
2. Puisi
Pada hakikatnya, puisi ialah bentuk karya sastra yang terkait oleh irama, rima dan penyusunan
bait dan baris yang bahasanya indah dan penuh makna. Pada kenytaannya tidak mudah
mendefenisikan puisi karena apapun definisi yang di buat selalu saja menunjukkan
ketidaklengkapan, atau kurang dapat mencandra secara akurat sifat alamiah yang dimiliki puisi
itu. Barangkali lebih mudah menunjukkan “ini sebuah puisi” daripada “apa itu puisi”. Beberapa
hal yang harus diperhatikan dalam puisi anak :
a) Karakteristik puisi (anak)
b) Dari Rima dan Irama ke Puisi
c) Unsure puisi
d) Tema
Puisi anak juga dapat dibedakan ke dalam jenis-jenis tertentu berdasarkan sudut pandang
tertentu pembedaan yang sering dipergunakan adalah yang didasarkan isi kandungan yang
ingin disampaikan. Berikut ialah macam macam puisi anak :
a) Balada
b) Puisi naratif
c) Puisi lirik
3. Nonfiksi Anak
Nonfiksi ialah klasifikasi untuk setiap karya informatif (seringkali berupa cerita) yang
pengarangnya dengan itikad baik bertanggung jawab atas kebenaran atau akurasi dari
peristiwa, orang, dan/atau informasi yang disajikan. Cerita fiksi dan nonfiksi dapat sama-sama
menampilkan sisi-sisi kemenarikan dan kekuatannya sendiri karena karakteristiknya berbeda.
Jika dalam cerita fiksi unsure suspense dan bagaimana ia dibangun merupakan sesuatu yang
penting, dalam nonfiksi ia justru tidak terlalu penting karena yang dipentingkan kini adalah
bagaimana fakta-fakta itu disampaikan
Buku bacaan nonfiksi amat beragam macamnya. Ia membentang dari berbagai buku-buku
disiplin keilmuan seperti alam, biologi, kesehatan, sosial, sejarah, biografi, sampai dengan seni
budaya dan lain-lain. Kesemuanya itu jika ditulis dan dikemas dalam bacaan yang sesuai dengan
selera anak akan menjadi bacaan nonfiksi yang bernilai literer. Berikut ialah macam macam
nonfiksi anak :
a) Buku informasi
b) Biografi
d) Keempat : Tahap operasi formal ( the formal operational, 11 atau 12 tahun ke atas).
Pada tahap ini, tahap awal adolesen, anak sudah mampu berpikir abstrak. Karakteristik penting
dalam tahap ini antara lain adalah anak sudah mampu berpikir “secara ilmiah”, berpikir
teoretis, berargumentasi dan menguji hipotesis yang mengutamakan kemampuan berpikir.
Anak sudah mampu memecahkan masalah secara logis dengan melibatkan berbagai masalah
yang terkait. Implikasi terhadap pemilihan buku bacaan sastra anak adalah buku-buku bacaan
cerita yang menampilkan masalah yang membawa anak untuk mencari dan menemukan
hubungan sebab akibat serta implikasi terhadap karakter tokoh buku-buku bacaan cerita yang
menampilkan alur cerita ganda, alur cerita yang mengandung plot dan subplot, yang dapat
membawa anak untuk memahami hubungan antarsubplot tersebut, serta yang menampilkan
persoalan (atau konflik) dan karakter yang lebih kompleks.
Selain itu, perlu dicatat bahwa belum tentu semua anak yang masuk ke tingkat sekolah
menengah pertama sudah mencapai tingkat berpikir formal di atas. Sebagian anak mungkin
belum mencapai tingkat itu, tetapi sebagian yang lain justru sudah mampu menunjukkan
kemampuan berpikir analitis, misalnya sebagaimana yang terlihat ketika memberikan komentar
terhadap buku cerita yang dibacanya. Pemahaman terhadap tahapan intelektual dapat
membantu memilih buku-buku bacaan yang sesuai dengan posisi usia dan perkembangan
kognitif anak, tetapi bagaimanapun ia bukan merupakan sesuatu yang mutlak.
2. Perkembangan Moral
Selain mempelajari perkembangan kognitif anak, Piaget juga mendalami hal-hal yang berkaitan
dengan perkembangan moral. Menurut Piaget perbedaan nyata antara anak dan dewasa
adalah bahwa anak memiliki “dua moral”. Piaget dan Kohlberg (ahli lain yang mengembangkan
teori Piaget lebih lanjut), mengemukakan bagaimana anak mungkin saja mengubah
interpretasinya terhadap dilema konflik dan moral dalam cerita. Penilaian anak terhadap moral
bergerak dari keter-ikatannya pada dewasa ke keterpengaruhannya pada kelompok dan
berpikir bebasnya.
Kemungkinan implikasinya bagi seleksi bacaan sastra anak antara lain dapat dikemukakan
sebagai berikut. Pahami dengan baik karakteristik perkembangan moral anak tiap tahap
kemudian pilih bacaan yang sesuai. Misalnya, anak usia tiga tahun baik untuk dipilihkan bacaan
yang melukiskan persetujuan orang tua yang berupa tingkah laku, tindakan, dan kata-kata yang
baik. Anak usia empat tahun baik untuk dipilihkan bacaan yang dapat melatih anak untuk
bertanggung jawab dan melakukan sesuatu yang sesuai dengan aturan sosial.Pilih buku bacaan
yang mengandung dan menawarkan unsur moral, alasan pemilihan moral tertentu oleh tokoh
anak, atau yang mengandung nasihat-nasihat tentang moral sebagai “model” bertingkah laku.
Dengan tidak jelasnya tingkatan usia anak dalam tahapan di atas kita dituntut untuk
mempertimbangkan bacaan sastra mana yang terbaik untuk usia anak tertentu. Sebagai bahan
pertimbangan kita dapat menghubungkan tahapan perkembangan intelektual (Piaget) dengan
tahapan perkembangan moral (Kohlberg). Kohlberg mengemukakan bahwa seorang anak yang
berada dalam tahap operasional konkret, ia akan berada dan terbatas pada tahap 1 dan 2
dalam perkembangan moral; seorang anak yang berada dalam tahap oprasional formal
sebagian, ia akan berada dan terbatas pada tahap 3 dan 4; sementara seseorang yang berada
dalam perkembangan moral tahap 5 dan 6, ia mesti sudah berada dalam tahap operasi formal.
Tahap ini sejalan dengan tahap praoperasional. Keempat, pada tahap kepandaian versus
perasaan rendah diri, anak berusaha mengembangkan rasa gembira dan bangga jika dapat
melakukan sesuatu atau menghasilkan sesuatu dari aktivitasnya, atau justru sikap sebaliknya
jika tidak mampu sehingga merasa rendah diri. Tahap ini sejalan dengan tahap operasional
konkret. Kelima, pada tahap identitas versus kebingungan, anak mencari dan mengembangkan
identitas personal, berusaha mencari dan menemukan identitas dirinya, atau justru merasa
ambivalen terhadap identitasnya. Tahap ini sejalan dengan tahap operasional formal.
Kemungkinan implikasi tahapan di atas dalam hal seleksi buku-buku bacaan sastra adalah
bahwa pemilihan bacaan haruslah mempertimbangkan masalah-masalah yang terkandung di
dalamnya mampu memberikan kepuasan kepada anak yang sesuai dengan tahap
perkembangannya. Sebagai contoh, anak usia prasekolah akan lebih suka menanggapi bacaan
yang menggambarkan kemampuan versus ketidakmampuan seorang anak untuk melakukan
sesuatu secara sukses dan menggembirakan. Anak pada usia adolesen lebih menyukai bacaan
yang berisi kesuksesan seorang anak atau sekelompok anak dalam petualangan pencarian dan
penemuan sesuatu, atau cerita tentang penemuan identitas seseorang dalam kehidupan sosial
yang pluralistik
4. Perkembangan Bahasa
Anak yang berstatus bayi mulai belajar bahasa lewat bunyi dan ucapan-ucapan yang
didengarnya dari sekelilingnya. Pada mulanya anak tidak dapat membedakan bunyi-suara
manusia dengan bunyi-bunyian yang lain, tetapi lama-kelamaan mampu membedakannya.
Maka, disusunlah teori(-teori) akuisisi bahasa yang berusaha menjelaskan apa yang sebenarnya
terjadi dan bagaimana itu terjadi di dalam diri anak itu dalam proses pemerolehan bahasa
tersebut. Dalam proses akuisisi bahasa secara alami, anak memperoleh bahasa dengan
menirukan, melihat dan menirukan orang berbicara, namun sebenarnya anak tidak semata-
mata sebagai peniru belaka. Ada bukti-bukti yang kuat bahwa anak jauh lebih banyak
memahami bahasa daripada yang dapat diproduksi, dan hal itu sungguh di luar dugaan. (Hal ini
pun juga terjadi dan berimbas pada dewasa: kita lebih banyak membaca daripada menulis).
Dalam usia dua tahun anak sudah mampu “menemukan” struktur bahasa dan hal itu
berlangsung terus-menerus dalam usia selanjutnya. Anak tampaknya mengkonstruksikan
bahasa sistemnya sendiri untuk membuat diri paham.
Apa implikasi pemahaman terhadap proses pemerolehan bahasa anak tersebut bagi pemilihan
buku bacaan sastra? Satu hal yang pasti adalah bahwa pemilihan bacaan itu mesti didasarkan
pada materi yang dapat dipahami anak, yang dituliskan dengan bahasa yang sederhana
sehingga dapat dibaca dan dipahami anak, dengan mempertimbangkan keserdahanaan
(kompleksitas) kosakata dan struktur namun, sekaligus juga berfungsi meningkatkan kekayaan
bahasa dan kemampuan berbahasa anak.
Dalam situasi ini, anak baru bisa menghubungkan gambarann kisah yang menceritakan dalam
bacaan secara imajinatif dengan kisah yang ditemukannya dalam realita.
Pada jenjang kelas terakhir, anak sudah mampu:
1.Membentuk pengertian melalui penyusunan konsepsi secara logis dan sisteatis.
2 Menghubungkan satuan-satuan pengertian secara spekulatif guna membentuk pemahaman
secara komprehensif.
3. Mengambil kesimpulan secara tentative berdasarkan spekulasi hubungan resiprokal,
pennolakan, dan penerimaan isi pernyataan dan bentuk-bentuk hubungan secara korelatif.
Pada saat situasi ini, anak jenjang kelas terakhir sudah mampu membaca bacaan yang
diperuntungkan bagi orang dewasa walaupun dalam proses asimilasi dann akomodasi yang
mengakibatkan ketidk seimbangan antara isi bacaan dan hasil apresiasi.
Bisa disimpulkan seperti ini :
1. Kelas 1-2 dominan diberikan bentuk cerita bergambar.
2. Kelas 3-4 diberikan puisi, sastra tradisional dan cerita fantasi.
3. Kelas 5-6 diberikan puisi dan bentuk ceritan realistic kontenporer, kesejarahan, serta cerita
fiksi kelimuan.
2. KERANGKA TEORI
B. Data penelitian
1.menurut Puryanto (2008:7)
2. Saumpaet (dalam Santoso, 2003:8:4)
A. Penemuan umum
Sastra menghibur dengan cara menyajikan keindahan dan memberikan makna terhadap
kehidupan. Proses penciptaan karya sastra pada hakikatnya adalah proses berimajinasi. Hal ini
sejalan dengan pengertian prosa fiksi yakni rangkaian cerita yang diperankan sejumlah pelaku
dalam urutan peristiwa tertentu dan bertumpu pada latar tertentu pula sebagai hasil dari
imajinasi pengarang.
b. penemuan khusus
Dalam proses akuisisi bahasa secara alami, anak memperoleh bahasa dengan menirukan,
melihat dan menirukan orang berbicara, namun sebenarnya anak tidak semata-mata sebagai
peniru belaka. Ada bukti-bukti yang kuat bahwa anak jauh lebih banyak memahami bahasa
daripada yang dapat diproduksi, dan hal itu sungguh di luar dugaan. (Hal ini pun juga terjadi
dan berimbas pada dewasa: kita lebih banyak membaca daripada menulis). Dalam usia dua
tahun anak sudah mampu “menemukan” struktur bahasa dan hal itu berlangsung terus-
menerus dalam usia selanjutnya. Anak tampaknya mengkonstruksikan bahasa sistemnya sendiri
untuk membuat diri paham.
c. pembahasan
pada makalah ini membahas segalah hal yang berkaitan dengan sastra anak seerti ciri ciri,jenis
contoh, dan cara pemilihan sastra anak.
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SASARAN
A. SIMPULAN
Sastra anak adalah sastra yang secara emosional psikologis dapat ditanggapi dan
dipahami oleh anak, dan itu pada umumnya berangkat dari fakta yang konkret dan mudah
diimajinasikan. Isi kandungan sastra anak yang terbatas sesuai dengan jangkauan emosional
dan psikologi anak itulah yang antara lain, merupakan karekteristik sastra anak. Sastra anak
dapat berkisah tentang apa saja, bahkan yang menurut ukuran dewasa tidak masuk akal.
Misalnya berkisah tentang binatang yang dapat berbicara, bertingkah laku, berpikir dan
berperasaan layaknya manusia. Imajinasi dan emosi anak dapat menerima cerita itu secara
wajar dan memang begitulah seharusnya menurut jangkauan pemahaman anak.
Seperti pada jenis karya sastra umumnya, sastra anak juga berfungsi sebagai media
pendidikan dan hiburan, membentuk kepribadian anak, serta menuntun kecerdasan emosi
anak. Pendidikan dalam sastra anak memuat amanat tentang moral, pembentukan kepribadian
anak, mengembangkan imajinasi dan kreativitas, serta memberi pengetahuan keterampilan
praktis bagi anak. Fungsi hiburan dalam sastra anak dapat membuat anak merasa bahagia atau
senang membaca, senang dan gembira mendengarkan cerita ketika dibacakan atau
dideklamasikan, dan mendapatkan kenikmatan atau kepuasan batin sehingga menuntun
kecerdasan emosinya.
B. SARAN
anak usia tiga tahun baik untuk dipilihkan bacaan yang melukiskan persetujuan orang tua
yang berupa tingkah laku, tindakan, dan kata-kata yang baik. Anak usia empat tahun baik untuk
dipilihkan bacaan yang dapat melatih anak untuk bertanggung jawab dan melakukan sesuatu
yang sesuai dengan aturan sosial.Pilih buku bacaan yang mengandung dan menawarkan unsur
moral, alasan pemilihan moral tertentu oleh tokoh anak, atau yang mengandung nasihat-
nasihat tentang moral sebagai “model” bertingkah laku.
Dengan tidak jelasnya tingkatan usia anak dalam tahapan di atas kita dituntut untuk
mempertimbangkan bacaan sastra mana yang terbaik untuk usia anak tertentu.
DAFTAR PUSTAKA
Brown, Douglas H. 2000. Principles of Language Learning and Teaching. New York: Addison
Wesly Longman.
Ismawati, Esti dan Faraz Umaya. 2012. Belajar Bahasa di Kelas Awal. Yogyakarta: Ombak.
Rosdiana, Yusi. 2011. Bahasa dan Sastra Indonesia di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.
Semi, M. Atar. 2012. Metode Penelitian Sastra. Bandung: CV Angkasa.
Wahid, Sugira. 2004. Kapita Selekta Kritik Sastra. Makassar: Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia dan
Daerah.
Yasa, I Nyoman,. 2012. Teori Sastra dan Penerapannya. Bandung: Karya Putra Darwati.
Zulela. 2013. Pembelajaran Bahasa Indonesia: Apresiasi Sastra di Sekolah Dasar. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.