Modul 1D2 - Produksi Campuran Aspal
Modul 1D2 - Produksi Campuran Aspal
KATA PENGANTAR
Penyiapan kurikulum dan modul yang terstandar merupakan bagian tugas dan
fungsi Pusdiklat Jalan, Perumahan, Permukiman, dan Pengembangan
Infrastruktur Wilayah untuk melaksanakan diklat bidang jalan dan jembatan
yang berkualitas. Karena kemampuan aparatur sipil negara di dalam
menentukan penggunaan, memahami proses pembuatan, dan melaksanakan
pekerjaan jalan dengan menggunakan campuran beraspal panas dengan tepat
sangat diperlukan, maka Pusat Pendidikan dan Pelatihan Jalan, Perumahan,
Permukiman, dan Pengembangan Infrastruktur Wilayah menyelenggarakan
penyusunan pedoman, kurikulum, dan modul diklat untuk materi Pekerjaan
1
Jalan Dengan Menggunakan Beton Aspal Campuran Panas.
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar….........................................................................................................i
Daftar Isi............................................................................................................ii
Daftar Tabel......................................................................................................iv
Daftar Gambar...................................................................................................v
Petunjuk penggunaan modul............................................................................vi
1 Pendahuluan.....................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...........................................................................................1
1.2 Deksripsi Diklat.........................................................................................1
1.3 Standar Kompetensi..................................................................................1
1.4 Kompetensi Dasar.....................................................................................1
1.5 Materi Pokok Dan Sub Materi Pokok........................................................3
1.6 Estimasi Waktu.........................................................................................3
2 kegiatan belajar 1.............................................................................................4
Penyiapan Produksi Campuran Beraspal Panas.....................................................4
2.1 Umum.......................................................................................................4
2.2 Persyaratan Rujukan.................................................................................5
2.3 Penyiapan Peralatan.................................................................................7
2.3.1 Unit Produksi Campuran Aspal (UPCA) atau AMP............................7
2.3.2 Unit Produksi Campuran Aspal Tipe Takaran (Batch Type)..............8
2.3.3 Peralatan Laboratorium Lapangan.................................................28
2.3.4 Peralatan Pengangkut....................................................................29
2.4 Ketentuan Keselamatan Kerja.................................................................30
2.4.1 Kewajiban umum Penyedia Jasa.....................................................30
2.4.2 Petugas Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)............................31
2.4.3 Organisasi Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K)...............32
2.4.4 Perlengakapn keselamatan kerja standar.......................................33
2.5 Pemeriksaan Kelayakan dan Kalibrasi Alat..............................................34
2.5.1 Asphalt Mixing Plant (AMP)...........................................................35
2.5.2 Alat penghampar campuran beraspal (Asphalt Finisher)................40
2.6 Penyiapan dan Pemeriksaan Bahan........................................................43
2.6.1 Penanganan Agregat......................................................................43
2.6.2 Penanganan Aspal dan Asbuton.....................................................44
3 Kegiatan Belajar 2...........................................................................................46
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Jenis-jenis Agregat
Tabel 2 Jumlah Keluaran Agregat Dari masing-masing Bin
Tabel 3 Temperatur Penghamparan dan Pemadatan
Tabel 4 Temperatur Pemanasan Agregat, Peremaja dan Pencampuran
Asbuton Campuran Hangat
Tabel 5 Penyimpangan Produksi dan Kemungkinan Penyebabnya
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Cold Bin
Gambar 2 Timbangan Agregat
Gambar 3 Tangki Aspal
Gambar 4 Feeder for Drier
Gambar 5 Drying Plant
Gambar 6 Drying drum AMP tipe takaran
Gambar 7 Sistem pasokan bahan bakar minyak untuk dryer
Gambar 8 Pengumpul Debu
Gambar 9 Elevator Panas
Gambar 10 Unit Saringan Panas
Gambar 11 Bin Panas (Hot Bin)
Gambar 12 Bin Panas
Gambar 13 Sistem Pasokan Aspal
Gambar 14 Diagram operasi pencampuran
Gambar 15 Pengangkut Campuran Beraspal Jenis Dump Truck
Gambar 16 Perlengkapan Keselamatan Kerja
Gambar 17 Pengambilan Contoh Uji dan Benda Uji
Gambar 18 Pengambilan Contoh Uji Aspal dari Mobil dan Tangki
Gambar 19 Penggunaan TR Lebih dari Satu
Gambar 20 Cold Bin
Gambar 21 Diagram kontrol otomatis AMP tipe takaran
Gambar 22 Asbuton butir dimasukkan langsung melalui pugmill
Gambar 23 Bin Tambahan Pemasok Asbuton pada AMP
Gambar 24 Pemasokan Asbuton ke Pugmill dengan Conveyor
Gambar 25 Pemasokan Asbuton ke Pugmill secara Manual
Gambar 26 Bin Dingin untuk Asbuton Butir pada Elevator Filler
Gambar 27 Proses Pencampuran Asbuton Butir di Pugmill
Gambar 28 Terpalling pada Dump Truck
1 PENDAHULUAN
2 KEGIATAN BELAJAR 1
PENYIAPAN PRODUKSI CAMPURAN BERASPAL PANAS
2.1 UMUM
Proses produksi campuran beraspal panas pada prinsipnya dimulai dari
pemenuhan persyaratan manajemen dan teknis, kemudian dilanjutkan dengan
langkah-langkah operasional seperti pembuatan penyiapan alat Formula
Campuran Rencana (FCR) atau Design Mix Formula (DMF), dan Formula
Campuran Kerja (FCK) atau Job Mix Formula (JMF), kegiatan pengendalian
proses unit pencampur aspal (Asphalt Mixing Plant, AMP) dan lapangan, dan
berakhir pada pelaksanaan penghamparan dan pemadatan seta pengendalian
mutu. Bagan alir rangkaian pembuatan Formula Campuran Kerja ditunjukkan
dalam Gambar 19.
Campuran beraspal baik yang dibuat dengan bahan pengikat aspal keras, aspal
modifikasi atau campuran antara aspal keras dengan dengan asbuton butir
adalah campuran yang terdiri dari agregat, aspal dan atau tanpa asbuton yang
dicampur secara panas atau hangat di AMP. Ada dua jenis campuran beraspal
yang dapat diproduksi di AMP, yaitu campuran beraspal panas dan campuran
beraspal hangat. Untuk campuran beraspal panas, proses pencampuran bahan-
bahan ini dilakukan pada temperatur tinggi (± 170 oC), sedangkan untuk
campuran beraspal hangat, proses pencampuran dilakukan pada temperatur
lebih rendah (± 150 oC). Perbedaan temperatur ini disebabkan bahan pengikat
untuk campuran hangat adalah berupa peremaja yang merupakan campuran
antara minyak berat dengan aspal yang memiliki nilai viskositas lebih tinggi
(lebih encer) dari pada nilai viskositas aspal keras. Sifat campuran yang
dihasilkan, baik untuk campuran panas ataupun hangat, sangat tergantung pada
mutu bahan dan proses produksinya.
SNI 2490 : 2008 : Cara Uji Kadar Air dalam Produk Minyak Bumi dan
Bahan mengandung Aspal dengan Cara Penyulingan
SNI 3407 : 2008 : Cara Uji Sifat Kekekalan Bentuk batu dengan
menggunakan Larutan Natrium Sulfat atau Magnesium
Sulfat.
SNI 3423 : 2008 : Cara Uji Analisis Ukuran Butir Tanah
SNI 2432:2011 : Cara Uji Daktilitas Aspal
SNI 2433:2011 : Cara Uji Titik Nyala dan Titik Bakar dengan alat
Cleveland Open Cup
SNI 2434:2011 : Cara Uji Titik Lembek Aspal dengan Alat Cincin dan
Bola (Ring and Ball)
SNI 2439:2011 : Cara Uji Penyelimutan dan Pengelupasan pada
Campuran Agregat-Aspal
SNI 2441 : 2011 : Cara Uji Berat Jenis Aspal Padat
SNI 2456 : 2011 : Cara Uji Penetrasi Bahan-Bahan Bitumen
SNI ASTM C117 : 2012 : Metode Uji Bahan Yang lebih Halus dari Saringan 75
µm (No.200) dalam Agregat Mineral dengan Pencucian
SNI ASTM C136 : 2012 : Cara Uji untuk Analisis Saringan Agregat Halus dan
Agregat Kasar
SNI 6721 : 2012 : Metode Pengujian Kekentalan Aspal Cair dan Aspal
Emulsi dengan Alat Saybolt Furol
SNI 6753 : 2008 : Cara Uji Ketahanan Campuran Beraspal Panas
Terhadap Kerusakan Akibat Perendaman.
SNI 7619 : 2012 : Metode Uji Penentuan Persentase Butir Pecah pada
Agregat Kasar.
AASHTO :
AASHTO T96-02 (2006): Resistance to Degradation of Small-Size Coarse
Aggregate by Abrasion and Impact in the Los Angeles
Machine.
AASHTO T195-67 (2007): Standard Method of Test for Determining Degree of
Particle Coating of Bituminous-Aggregate Mixtures
AASHTO T283-07 : Resistance of Compacted Bituminous Mixture to
Moisture Induced Damaged
e) Perubahan kecepatan ban berjalan, dan perlu disiapkan satu orang operator
yang setiap saat mengontrol aliran agregat dan membuang material yang
tidak perlu.
Bin dingin pada umumnya terdiri atas tiga atau empat ruang yang di bagian
bawahnya menirus dan dilengkapi dengan pintu (gate) yang bukaannya bisa
diatur menurut jumlah fraksi agregat yang diperlukan untuk tiap takarannya.
Tiap-tiap ruang (compartment) bin diisi dengan agregat ukuran tertentu, mulai
dari agregat halus sampai dengan yang kasar, sesuai dengan campuran aspal
panas yang akan diproduksi, sesuai dengan formula campuran kerja atau job
mix. Setiap fraksi agregat dalam bin dingin tidak boleh tercampur, agar
komposisi campuran agregat gabungan yang dihasilkan sesuai dengan formula
yang ditetapkan.
Agregat yang keluar dari bin akan jatuh ke atas ban berjalan (conveyor), sebagai
feeder conveyor, yang membawa agregat dipasok ke corong cold elevator untuk
dimasukkan ke drum pengering dan pemanas (dryer). Kecepatan ban berjalan
ditentukan pada saat kalibrasi, karena akan berpengaruh pada jumlah agregat
yang diangkutnya per satuan waktu.
Pengaliran agregat dari bin dingin menuju ke alat pengering (dryer) dilakukan
dalam udara terbuka, dengan tujuan mengurangi kadar air agregat melalui
penguapan. Dengan kadar air yang rendah maka pamanasan agregat dalam
dryer akan mudah mencapai temperatur yang diinginkan sesuai dengan waktu
yang tepat. Guna mencegah tingginya kadar air dalam agregat maka bin dingin
harus terlindung di bawah atap, demikian pula tempat penimbunan persediaan
agregat sebaiknya ditempatkan di bawah bangunan beratap.
2.3.2.2 Timbangan
AMP harus memiliki perlengkapan timbangan yang akurat dan otomatis (bukan
manual) untuk menimbang setiap fraksi agregat masing-masing dalam kotak
penimbang atau penampung yang terletak di atas timbangan dan berkapasitas
cukup untuk setiap penakaran. Timbangan harus bebas dari sentuhan setiap
batang penahan dan batang kolom atau perlengkapan lainnya yang akan
mempengaruhi fungsi penimbangan. Pintu pengeluaran (discharge gate) kotak
penimbang harus dapat tertutup rapat sehingga tidak terdapat kebocoran
bahan yang akan masuk ke dalam alat pencampur pada saat proses
penimbangan campuran berikutnya.
Ujung jarum harus dipasang sedekat mungkin dengan permukaan jam dan harus
berupa jenis yang bebas dari paralaks (pembiasan sinar) yang berlebihan.
Timbangan harus dilengkapi dengan tanda (skala) atau sistim otomatis untuk
timbangan digital yang dapat disetel untuk pengukuran berat setiap bahan yang
akan ditimbang pada setiap kali pencampuran. Timbangan harus terpasang
kokoh dan bilamana mudah berubah harus segera diganti. Semua timbangan
harus diletakkan agar mudah terlihat oleh operator pada setiap saat.
Jika keseimbangan waktu pencapaian berat tiap bin panas sulit tercapai, maka
setiap operator harus membuang agregat tersebut dan melakukan pemeriksaan
aliran material mulai dari bin dingin. Akan tetapi jika ketidak seimbangan waktu
tersebut dipaksakan terus berjalan, maka dapat dipastikan akan terjadi
penyimpangan gradasi akibat proporsi masing-masing bin panas tidak sesuai.
Aliran agregat yang tidak segaram juga dapat menyebabkan temperature
campuran menjadi bervariasi. Pemeriksaan yang dilakukan pada bagian ini
adalah:
a) Kalibrasi timbangan, termasuk timbangan aspal
b) Kotak timbangan (weigh box) tergantung bebas
c) Control harian terhadap kinerja operator AMP
Timbangan Agregat
Apabila akan digunakan aspal yang dimodifikasi (misal dengan asbuton), maka
ketel aspal harus dilengkapi dengan pengaduk yang bisa menjamin homogenitas
campuran beraspal. Daya tampung tangki penyimpanan minimum adalah
30.000 liter dan paling sedikit harus disediakan dua tangki yang berkapasitas
sama. Tangki-tangki tersebut harus dihubungkan ke sistem sirkulasi agar setiap
tangki dapat diisolasi secara terpisah tanpa mengganggu sirkulasi aspal ke alat
pencampur.
Apabila jenis campuran yang akan diproduksi adalah campuran beraspal panas
dengan bahan pengisi (misal menggunakan asbuton butir) maka tempat
penyimpanan dan pemasokan bahan tersebut pada saat produksi campuran
dapat menggunakan tempat penyimpanan bahan pengisi (filler storage atau silo
filler) yang dilengkapi dengan alat pemasoknya (bucket cold elevator screw) dan
timbangan atau tempat khusus yang dilengkapi dengan alat pemasok ke tempat
pencampur (pugmill) seperti jenis ban berjalan (belt conveyor). Kecepatan
pasokan bahan pengisi, baik dari tempat penyimpanan bahan pengisi (filler
storage atau silo filler) ataupun dari jenis ban berjalan (belt conveyor) harus
diatur sehingga sesuai dengan proporsi yang diperlukan.
Komponen peralatan untuk proses pengeringan dan pemanasan terdiri atas cold
conveyor atau cold elevator, rangka, drum pengering (drying drum), pemanas
(burner), dan sistem pasokan bahan bakar.
Cold conveyor merupakan alat pemasok agregat dingin yang telah ditakar
komposisinya saat keluar dari bin dingin (cold bin) ke dalam drum pengering.
Conveyor tersebut merupakan multi bucket chain, suatu rantai yang dilengkapi
dengan mangkok-mangkok (buckets), dan digerakkan oleh motor listrik.
Mangkok-mangkok tersebut mendapat pasokan agregat dari corong ke feed
conveyor, yang selanjutnya diangkat untuk dimasukkan ke dalam dryer melalui
corong. Agregat akan jatuh karena berat sendiri dan mendorong pintu dryer
KETERANGAN GAMBAR:
− 1. Batching feeder.
− 2. Penampung
− 3. Corong.
− 4. Elevator.
− 5. Rangka.
− 6. Motor listrik.
− 7. Drum.
− 8. Ring penyangga.
− 9. Ring gear.
− 10.Dinding pelindung tempat keluar agregat.
− 11.PenyeMbur api (burner).
Sistem pasokan bahan bakar minyak untuk dryer, secara diagram dapat dilihat
dalam skema dalam Gambar 7.
− Bahan bakar minyak di tempatkan dalam tanki (1) yang terletak dalam
posisi yang lebih tinggi.
− Bahan bakar mengalir ke bawah secara gravitasi melalui pipa (2) dan
masuk ke tanki kerja (3).
− Tinggi bahan bakar dalam tanki kerja dapat dilihat pada tongkat duga (4)
atau melalui kran (5).
− Bahan bakar dipasok ke dalam burner (6) dengan tekanan ± 5 atm oleh
pompa (8) (gear pump).
− Sebelum bahan bakar dipompakan ke burner, terlebih dahulu
dipanaskan dalam tanki kerja menggunakan uap panas yang dialirkan
melalui pipa coil (7) yang terletak di dasar tanki kerja.
Dengan pra-pemanasan tersebut maka panas yang dicapai menjadi lebih tinggi
sehingga dapat menghemat bahan bakar.
disemprotkan pada udara yang dihembuskan fan, sehingga udara yang keluar
sudah bersih dari partikel halus.
Kondisi saringan harus sering diperiksa, karena lubang-lubangnya bisa aus akibat
gesekan agregat sehingga lubangnya menjadi besar, atau sebaliknya lubangnya
terselimuti kotoran yang menempel sehingga lubangnya menyempit. Dalam hal
demikian maka ukuran fraksi yang lolos saringan menjadi tidak sesuai lagi
dengan yang diperlukan. Saringan harus mampu menyaring seluruh agregat
sampai ukuran dan proporsi yang disyaratkan dan memiliki kapasitas normal
sedikit di atas kapasitas penuh alat pencampur. Saringan harus memiliki efisiensi
Unit Saringan
perubahan kecil pada gradasi agregat, yaitu penambahan material yang lolos
saringan No. 200. Kebocoran-kebocoran yang mungkin terjadi pada hon bins
juga perlu diperhatikan.
Penampung panas harus berkapasitas cukup dalam melayani alat pencampur
bila dioperasikan dengan kapasitas penuh. Jumlah penampung minimum tiga
buah (tidak termasuk penampung bahan pengisi) sehingga menjamin
kemudahan pembentukan gradasi sesuai dengan Formula Campuran Kerja
(FCK). Setiap penampung panas harus dilengkapi dengan pipa pembuang yang
ukuran maupun letaknya dapat mengeluarkan kelebihan kapasitas penampung
dan mencegah masuknya bahan dengan ukuran lebih besar ke dalam
penampung. Penampung harus dibuat cukup dimensinya agar benda uji dapat
mudah diambil.
Bin panas memiliki empat ruangan, untuk menampung agregat panas. Setiap
fraksi agregat masuk ke dalam ruangan terpisah sesuai dengan ukuran butir
agregat yang lolos saringan masing-masing. Kapasitas setiap ruangan
(compartment) berbeda-beda sesuai dengan jumlah agregat yang diperlukan
dalam campuran beraspal panas.
Agregat yang keluar dari bin panas akan masuk ke ruang timbangan.
Pengeluarannya diatur secara berurutan, setiap fraksi akan ditimbang sampai
mencapai berat yang ditetapkan.
Pompa (14) mengalirkan aspal dari boiler (13) melalui pipa (15) ke bucket
penimbang (3), yang bagian bawahnya diselimuti jaket pemanas (steam jacket)
(4). Setelah ditimbang sesuai dengan jumlah berat yang disyaratkan, dengan
pompa (14) aspal dari bucket dihisap dan disemprotkan ke ruang mixer (16).
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam sistem pemasokan aspal adalah:
− Temperatur aspal tidak boleh lebih rendah / tinggi dari batas yang
telah ditetapkan
− Pengabut aspal ke dalam mixer tidak boleh tersumbat
− Pipa saluran aspal berikut katup-katupnya harus berfungsi dengan
baik
Untuk AMP sistem menerus (continuous plant), pompa meteran aspal haruslah
jenis rotasi dengan sistem pengaliran yang handal serta memiliki susunan nosel
penyemprot yang teratur pada alat pencampur. Volume penyaluran dari pompa
harus dapat disinkronkan dengan aliran agregat ke alat pencampur dengan
pengendali otomatis. Perlengkapan untuk memeriksa kuantitas atau kecepatan
aliran bahan aspal ke alat pencampur harus dikalibrasi terlebih dahulu.
Alat pencampur sistem penakaran (batch) adalah jenis pengaduk putar ganda
(twin pugmill) yang mampu menghasilkan campuran yang homogen dan
memenuhi toleransi. Ruang pencampur harus dipanasi dengan selubung uap,
minyak panas, atau cara lainnya, memiliki kapasitas minimum 600 kg, tidak
bocor dan dilengkapi dengan penutup debu untuk mencegah hilangnya
kandungan debu.
Alat pencampur harus memiliki suatu perangkat pengendali waktu yang akurat
untuk mengendalikan kegiatan dalam satu siklus pencampuran yang lengkap
mulai dari saat menutup pintu kotak timbangan setelah pengisian ke alat
pencampur sampai pembukaan pintu alat pencampur. Periode pencampuran
kering didefinisikan sebagai interval waktu antara pembukaan pintu kotak
timbangan dan waktu dimulainya pemberian aspal. Periode pencampuran basah
didefinisikan sebagai interval waktu antara penyemprotan bahan aspal ke dalam
agregat dan saat pembukaan pintu alat pencampur.
dipasang sebagai bagian dari perangkat pengendali waktu dan dapat mencatat
keseluruhan jumlah penakaran yang telah selesai dicampur, serta harus
dipasang sebagai bagian dari AMP.
Alat pencampur harus dilengkapi lengan-lengan atau pedal (paddle) atau pisau
(blade) dengan jumlah yang cukup dan dipasang dengan susunan yang benar
untuk menghasilkan campuran seragam. Ruang bebas antara pisau-pisau
(blades) dan bagian yang tidak bergerak maupun yang bergerak harus tidak
lebih dari 2 cm, kecuali bilamana ukuran nominal maksimum agregat yang
digunakan lebih besar dari 25 mm. Bilamana digunakan agregat yang memiliki
ukuran nominal maksimum lebih besar dari 25 mm, maka ruang bebas ini harus
disetel agar agregat kasar tidak pecah selama proses pencampuran.
Dalam pugmill terjadi dua tipe pencampuran, yaitu pencampuran kering dan
pencampuran basah (setelah ditambah aspal). Lamanya pencampuran kering
diusahakan sesingkat mungkin untuk meminimalkan degradasi agregat
(umumnya 1 atau 2 detik). Pencampuran basah juga diusahakan seminimal
mungkin untuk menghindari degradasi dan oksidasi atau penuaan (aging).
Umumnya lamanya waktu pencampuran total sekitar 30 detik. Pemeriksaan
yang dilakukan pada bagian ini adalah:
a) Temperatur aspal (pada tangki aspal)
b) Lamanya pencampuran
c) Pedal tip (pengaduk) tidak aus atau patah
d) Tutup pugmil tidak bocor
Agregat panas yang telah ditimbang berikut bahan pengisi akan dimasukkan ke
dalam ruang pencampur untuk diaduk sambil sekaligus disiram dengan aspal
yang disemprotkan melalui nozzle. Waktu pengadukan ± 45 detik. Setelah
proses pencampuran selesai, temperatur campuran waktu dikeluarkan melalui
gate harus (145-165) ºC. Campuran yang keluar melalui gate langsung
ditampung ke atas dump truck yang disiapkan di bawah pugmill, untuk
selanjutnya diangkut ke tempat penghamparan.
Proses pecampuran agregat panas dengan aspal panas dan bahan pengisi, mulai
dari kelurnya agregat dari dryer, kemudian diangkut ke saringan oleh hot
elevator, penyaringan sebelum masuk ruang hot bin, penimbangan, dan masuk
Keterangan :
1.Hot elevator.
2.Saringan.
3.Hot bin hopper.
4.Elevator bahan pengisi.
5.Timbangan.
6.Pencampur (mixer).
7. Rangka.
8.Sistem suplai aspal
Gambar 14 Diagram operasi
pencampuran
Instalasi juga harus dilengkapi dengan termometer, baik jenis arloji (pembacaan
jarum), air raksa (mercury-actuated), pyrometer listrik ataupun perlengkapan
pengukur panas lainnya, yang dipasang pada corong pengeluaran dari alat
pengering untuk mengukur temperatur agregat yang dipanaskan. Sebuah termo
elemen (thermo couple) atau bola sensor (resistance bulb) harus dipasang di
dekat dasar penampung (bin) untuk mengukur temperatur agregat halus
sebelum memasuki alat pencampur.
Untuk laboratorium lapangan alat ekstraksi yang digunakan adalah dari jenis
Reflux / Soklet yang menggunakan pelarut TCE (Trichloro Ethylene).
Alat uji yang harus tersedia di laboratorium produsen Asbuton adalah alat
ekstraksi jenis reflux/soklet, analisa saringan, kadar air, rotary recovery dan
penetrasi.
Jumlah truk untuk mengangkut campuran beraspal harus cukup dan dikelola
sehingga peralatan penghampar dapat beroperasi tanpa berhenti dengan
kecepatan yang disetujui.
Tangga yang memadai dan aman untuk naik ke landasan (platform) alat
pencampur dan landasan berpagar yang digunakan sebagai jalan antar unit
perlengkapan harus dipasang. Perlengkapan yang aman dan memudahkan
untuk mengambil benda uji maupun memeriksa temperatur campuran dari atas
dump truck harus disediakan. Untuk memudahkan pelaksanaan kalibrasi
timbangan, pengambilan benda uji dan lain-lainnya, maka suatu sistem
pengangkat atau katrol harus disediakan untuk menaikkan peralatan dari tanah
ke landasan (platform) atau sebaliknya. Semua roda gigi, roda beralur (pulley),
rantai, rantai gigi dan bagian bergerak lainnya yang berbahaya harus seluruhnya
dipagar dan dilindungi.
Lorong yang cukup lebar dan tidak terhalang harus disediakan di dan sekitar
tempat pengisian muatan truk. Tempat ini harus selalu dijaga agar bebas dari
benda yang jatuh dari landasan (platform) alat pencampur.
2.5 PEMERIKSANAAN KELAYAKAN DAN KALIBRASI ALAT
Pekerjaan pembangunan jalan memerlukan dukungan peralatan yang handal
dan memadai guna menghasilkan konstruksi jalan yang sesuai dengan mutu dan
spesifikasi teknis yang diinginkan. Beberapa peralatan pokok untuk
pembangunan jalan, seperti peralatan Unit Produksi Campur Aspal (UPCA) atau
Asphalt Mixing Plant (AMP) dan peralatan penghampar campuran aspal panas
Untuk dapat melakukan pemeriksaan atau kalibrasi AMP perlu terlebih dahulu
mengetahui kapasitas AMP nya, serta perkiraan waktu yang diperlukan untuk
setiap takaran pencampuran.
Misalkan : kapasitas AMP tipe takaran = 30 ton/jam
- Waktu untuk memasukkan bahan ke mixer = 25 detik
- Waktu untuk mencampur dalam mixer = 45 detik
- Waktu untuk mengeluarkan campuran = 20 detik
- Waktu diperlukan untuk satu kali takaran = 90 det = 1,5 min
Dengan waktu satu takaran tersebut, maka dalam satu jam terjadi 40 kali
pencampuran material, setiap kali dengan berat 750 kg. Apabila campuran
tersebut terdiri atas empat fraksi agregat dengan komposisi masing-masing
10%, 25%, 30%, dan 35%, maka berat tiap agregat menjadi sepeti ditunjukkan
dalam Tabel 1.
Berdasarkan Tabel 2, bila peneraan akan dilakukan dalam tempo ½ menit untuk
masing-masing agregat, maka urutannya adalah sebagai berikut:
− Pintu-1 untuk agregat-1 dibuka selama ½ menit dan timbang berat
agregat yang keluar.
− Bila kurang dari 25 kg, maka bukaan pintu ditambah dan dicoba ulangi
lagi sampai hasilnya mencapai 25 kg.
− Demikian seterusnya dengan pintu-2 untuk agregat-2, pintu-3 untuk
agregat-3, dan pintu-4 untuk agregat-4, sampai masing-masing
mencapai berat 62,5 kg, 75 kg, dan 87,5 kg, dalam waktu 30 detik (½
menit).
Guna aliran agregat keluar dengan lancar, tiap pintu dilengkapi dengan
penggetar (vibrating feeder), yang harus selalu dikontrol agar tidak terjadi
kemacetan. Kemudian conveyor penampung agregat harus disetel kecepatannya
disesuaikan dengan banyaknya agregat yang keluar dari masing-masing pintu.
Demikian pula dengan kecepatan conveyor yang membawa agregat ke dryer,
harus disesuaikan dengan aliran agregat dari bin tersebut.
agregat, dapat berfungsi dengan baik, dan menjaga agar ruang-ruang dalam hot
bin terisi agregat yang jumlahnya tidak kurang dari takaran yang diperlukan.
Temperatur campuran waktu keluar dari mixer dan ditampung di atas dump
truck dicatat dalam form yang disediakan, dan temperaturnya masih harus
berada pada (150-165) ºC.
Komponen lainnya tidak perlu tetapi perlu diamati secara visual dan diadakan
penyetelan atau perbaikan, bila ternyata ada komponen yang tidak berfungsi
dengan sempurna, atau hasilnya tidak sesuai dengan yang dipersyaratkan.
Bila pengaturan ketebalan atau grade control dilakukan secara otomatis, maka
sepanjang tepi hamparan dipasang bentangan kawat baja dengan ketinggian
terhadap permukaan asal sesuai dengan tebal hamparan yang direncanakan.
Sistem pengontrol akan secara otomatis mengatur ketinggian sepatu perata
mengikuti ketinggian kawat tadi. Cara otomatis yang lain adalah dengan
meletakkan sepatu sensor di atas permukaan jalan hasil penghamparan
sebelumnya, yang berada di sisi sebelahnya. Asphalt finisher dengan alat kontrol
otomatis biasanya meliputi pula alat kontrol kemiringan jalan (automatic slope
controller).
ujung bawahnya tidak terlalu rendah dari sepatu atau sebaliknya berada di atas
ujung bawah sepatu.
Pada Gambar 17 ditunjukkan pengambilan contoh uji di stock pile dan dan
pengambilan benda uji dengan cara quartering.
Sedangkan untuk campuran beraspal hangat, tipe yang digunakan adalah Tipe
5/20, Tipe 15/20, Tipe 15/25, Tipe 20/25 dan Tipe 30/25. Empat tipe pertama
dari asbuton butir ini memiliki ukuran butir maksimum sebesar 1,18 mm dan
untuk Tipe 30/25 ukuran maksimumnya adalah sebesar 2,36 mm.
3 KEGIATAN BELAJAR 2
PENYIAPAN FORMULA CAMPURAN KERJA
Formula Campuran
Rancangan (FCR) atau DMF
Tidak
Pelaksanaan
Toleransi Camp:
(P6336;T-6332)
Gradasi JMF
Tebal
K. Aspal ±0,3%, total
Suhu diTruk AMP
b) Cara kedua
− Pemasokan asbuton butir dengan cara kedua, yaitu melalui elevator
filler akan memberikan kualitas yang lebih baik dibandingan dengan
cara pertama. Dengan cara ini, AMP perlu sedikit dimodifikasi yaitu
dengan membuat bin atau silo pemasok asbuton.
Pengambilan contoh campuran dari atas truk untuk uji kadar aspal,
gradasi, dan untuk keperluan uji kepadatan standar kerja (Job Standar
Kerja) pada percobaan pemadatan (Trial Compaction).
Berat muatan di rumah timbang, dan nomot truk.
waktu tiba di lokasi penghamparan.
Temperatur saat tiba di lokasi penghamparan
Catatan tersebut diperlukan untuk mengetahui masalah yang mungkin terjadi
selama pengangkutan. Jarak angkut dan kecepatan pengangkutan akan
berpengaruh terhadap penurunan temperatur saat tiba di lokasi penghamparan.
3.4.5 Kepadatan Standar Kerja (Job Standard Density, JSD) pada FCK
Dua belas benda uji Marshall harus dibuat dari setiap percobaan pemadatan.
Contoh campuran aspal dapat diambil dari instalasi pencampur aspal (AMP)
atau dari truk pengangkut. Contoh uji segera dibawa ke laboratorium dalam
kotak yang terbungkus rapi. Contoh campuran tersebut cukup untuk
mengetahui sifat-sifat Marshall, kepadatan membal, kadar aspal dan gradasinya.
Contoh campuran ini digunakan untuk membuat benda uji Marshall, dan
pemadatan refusal dengan alat PRD sesuai dengan BS 598 Part 104 (1989) untuk
uji kepadatan mutlak (refusal density). Campuran harus dilakukan pemanasan
(reheating) bila temperatur campuran untuk pemadatan berkurang akibat
transportasi menuju laboratorium. Pembuatan dan pengujian benda uji di
laboratorium harus sesuai dengan ASTM D 6927-06. Hasil uji harus sesuai
dengan persyaratan dalam Spesifikasi.
Kepadatan rata-rata (Gmb) dari semua benda uji yang diambil dari contoh
campuran beraspal untuk percobaan penghamparan yang memenuhi ketentuan
harus menjadi Kepadatan Standar Kerja (Job Standard Density, JSD). Kepadatan
tersebut sebagai pembanding pada pekerjaan penghamparan di lapangan.
− Setiap hari Direksi Pekerjaan akan mengambil benda uji, baik bahan
maupun campurannya seperti yang digariskan dalam spesifikasi
campuran beraspal panas atau benda uji tambahan yang dianggap perlu
untuk pemeriksaan keseragaman campuran. Setiap bahan yang gagal
KEGIATAN BELAJAR 3
4 PELAKSANAAN PRODUKSI CAMPURAN ASPAL
c) Buka pintu bin fraksi 3 sampai timbangan menunjuk angka : (a+b+c) kg.
Pintu 3 tutup kembali
d) Buka pintu bin fraksi 4 sampai timbangan menunjuk angka : (a+b+c+d) kg.
Pintu 4 tutup kembali
RANGKUMAN
Mekanisme buka-tutup pintu keluar agregat dijaga agar tidak terjadi kemacetan.
Untuk lama waktu pencampuran pendek (28 sampai 35 detik) rata-rata nilai
penetrasi aspal keras akan turun 30–45% dan akan menurunkan nilai
kekentalan aspal dengan nilai yang relatif sama. Untuk lama waktu
pencampuran yang lebih lama (di atas 45 detik) penurunan nilai penetrasi aspal
keras turun di atas 60% dari nilai awal dan menaikkan nilai kekentalan aspal 4
kali lipat dari nilai kekentalan awal.
Formula Campuran
Rancangan (FCR) atau DMF
Tidak
Pelaksanaan
Toleransi Camp:
(P6336;T-6332)
Gradasi JMF
Tebal
K. Aspal ±0,3%, total
Suhu diTruk AMP
LATIHAN
DAFTAR PUSTAKA
GLOSARIUM
Campuran Beraspal Panas : Campuran yang terdiri atas kombinasi agregat yang
dicampur dengan aspal pada temperatur tertentu,
dihampar dan dipadatkan pada temperatur
tertentu pula.
Aspal Keras : Merupakan aspal hasil destilasi yang bersifat
viskoelastis sehingga akan melunak dan mencair
bila mendapat cukup pemanasan dan sebaliknya.
Aspal Cair : Merupakan aspal hasil dari pelarutan aspal keras
dengan bahan pelarut berbasis minyak.
Aspal Emulsi : Dihasilkan melalui proses pengemulsian aspal
keras. Pada proses ini partikel-partikel aspal padat
dipisahkan dan didispersikan dalam air.
Aspal Alam : Aspal yang secara alamiah terjadi di alam.
Berdasarkan depositnya aspal alam dikelompokkan
ke dalam 2 kelompok, yaitu aspal danau dan aspal
batu.
Agregat : Sekumpulan butir-butir batu pecah, kerikil, pasir
atau meneral lainnya berupa hasil alam atau
buatan.
Produksi Agregat : Proses pemecahan batuan alam menjadi batu
pecah dengan ukuran butir tertentu dan kemudian
dipisahkan dalam beberapa kelompok ukuran
butiran. produksi agregat umumnya menggunakan
alat pemecah batu yang dikenal dengan nama
stone cusher.
Rasio Pengurangan : Perbandingan antara ukuran batuan yang masuk
dengan yang keluar dari alat pemecah batu,
misalnya 4 : 1, artinya jika ukuran batuan yang
masuk ke alat pemecah batu adalah 48 mm maka
hasil pemecahannya adalah agregat berukuran 12
mm.
Pemasok (Feeder) Pada Unit Produksi Agregat:
: Sistem pemasok batuan ke alat pemecah batu
(stone crusher). Feeder mempunyai fungsi sebagai
PENUTUP
Modul 1 Produksi campuran aspal ini adalah salah satu bahan ajar Diklat
Pelaksanaan Beton Aspal Campuran Panas. Namun, harus dimengerti pula
bahwa modul ini bukanlah satu-satunya rujukan bagi peserta maupun
widyaiswara. Untuk melengkapi pengetahuan tentang bahan campuran
beraspal ini, maka sangat disarankan untuk membaca buku referensi lain yang
terkait maupun referensi sumber yang menjadi acuan dalam penyusunan modul
ini.
Semoga modul ini dapat menyajikan materi pembelajaran secara menarik dan
menyenangkan, sehingga proses pembelajaran bisa berlangsung efektif dan
efisien.