Anda di halaman 1dari 37

BAB VI IDENTIFIKASI DAN ASSESMEN

ANAK TUNARUNGU

A. Pengertian Identifikasi dan Assesmen

1.1 Apakah Identifikasi itu ?

Identifikasi merupakan kegiatan awal  yang mendahului proses asesmen. Identifikasi


adalah kegiatan mengenal atau menandai sesuatu, yang dimaknai sebagai proses penjaringan
atau proses menemukan anak apakah mempunyai kelainan/masalah, atau proses pendektesia
dini terhadap anak berkebutuhan khusus.

Jika kita bertanya, apakah perbedaan identifikasi, maka saat anak pertama kali
memasuki sekolah identifikasi harus ada. Hanya saja cara mengidentifikasinya yang mungkin
berbeda-beda. Pada saat itu siswa yang pertama kali memasuki sekolah, harus di identifikasi
secara detail mulai dari pengumpulan data bila siswa tersebut anak berkebutuhan khusus kita
harus mencari atau mengenali gejala-gejala yang menyertainya. Secara intesitas kebutuhan
terasa yang sifatnya mendesak dan kebutuhan terduga yang sifatnya tidak mendesak.

Secara umum, kecenderungan atau keinginan dalam diri seseorang untuk


menyamankan diri dengan pihak lain. Identifikasi bersifat lebih mendalam daripada imitasi
dan sugesti. Dalam hal ini, orang yang melakukan identifikasi mengenal betul orang lain
yang akan di identifikasikan. Sikap, perilaku, dan cara hidup siswa tersebut.

Dari uraian di atas, kita dapatkan inti-inti yang terkandung dalam pengertian
identifikasi sebagai berikut:

a. Bahwa identifikasi itu adalah pengenalan tentang sikap, perilaku, dan cara hidup
siswa tersebut.
b. Bahwa yang di identifikasi bukan hanya siswa normal saja melainkan siswa anak
berkebutuhan khusus.
c. Bahwa yang di identifikasi bersifat lebih mendalam daripada imitasi dan sugesti.

Dengan demikian maka kita dapati definisi identifikasi dalam pengertian ini,
dimaksudkan adalah usaha untuk mengenali atau menemukan anak berkebutuhan khusus
sesuai dengan ciri-ciri yang ada. Dalam Kamus Kontemporer, (1985 : 921) dijelaskan bahwa
yang dimaksud identifikasi adalah (1) pengenalan, (2) penyamaan, dan (3) tanda bukti
pengenal, Menemukenali anak-anak berkebutuhan khusus sudah barang tentu membutuhkan
perhatian serius.

Identifikasi berasal dari kata Identify yang artinya meneliti, menelaah. Identifikasi


adalah kegiatan yang mencari, menemukan, mengumpulkan, meneliti, mendaftarkan,
mencatat data dan informasi dari “kebutuhan” lapangan. Pengertian identifikasi adalah
kecenderungan dalam yang ada dalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan orang lain.
Identifikasi merupakan bentuk lebih lanjut dari proses imitasi dan proses sugesti yang
berlangsung dalam diri seseorang, perbedannya dalam proses identifikasi memiliki pengaruh
yang  cukup kuat. Secara umum, pengertian identifikasi adalah kecenderungan atau keinginan
dalam diri seseorang untuk menyamankan diri dengan pihak lain. Identifikasi bersifat lebih
mendalam daripada imitasi dan sugesti. Proses identifikasi dapat berlangsung tanpa disadari
ataupun dilakukan secara sengaja oleh orang tersebut.

Menurut Swassing ( 1985 ), identifikasi mempunyai dua konsep yaitu konsep


penyaringan ( screening ) dan identifikasi aktual ( actual identifikcation). Menurut
Wardani(1995) dalam Munawir Yusuf,M,Psi) , identifikasi merupakan langkah awal dan
sangat penting untuk menandai munculnya kelainan atau kesulitan.

Istilah identifkasi anak dengan kebutuhan khusus dimaksudkan merupakan suatu


usaha seseorang (orang tua, guru, maupun tenaga kependidikan lainnya) untuk mengetahui
apakah seorang anak mengalami kelainan/penyimpangan (phisik, intelektual, social,
emosional/tingkah laku) dalam pertumbuhan/ perkembangannya dibandingkan dengan anak-
anak lain seusianya (anak-anak normal).

Mengidentifikasi masalah berarti mengidentifikasi suatu kondisi atau hal yang dirasa
kurang baik. Masalah-masalah pada anak ini didapat dari keluhan-keluhan orang tua dan
keluarganya, keluhan guru, dan bisa didapat dari pengalaman-pengalaman lapangan, Seperti
dikatakan oleh Norman D.Sundberg (2002) dalam Tin Suharmini ( 2005).”Gathering
informastion to be used for treatment 9parents teachers,and physician) provide data on  the
childs functioning”. Identifikasi dapat dilakukan oleh orang-orang yang dekat (sering
berhubungan/bergaul) dengan anak, seperti orang tuanya, pengasuhnya, gurunya, dan pihak-
pihak yang terkait dengannya. Sedangkan langkah berikutnya, yang sering disebut asesmen,
bila diperlukan dapat dilakukan oleh tenaga profesional, seperti dokter, psikolog, neurolog,
orthopedagog, therapis, dan lain-lain.

Dalam buku Pedoman Khusus Penyelenggara Pendidikan Inklusi (2007) identifikasi


ABK dimaksudkan sebagai usaha seseorang (orang tua, guru, maupun tenaga pendidikan
lainnya) untuk mnegtahui apakah seorang anak mengalami kelainan/penyimpangan (fisik,
intelektual, sosial, emosional dan atau sensoris neurologis) dalam
pertumbuhan/perkembngannya dibandingkan dengan anak-anak lain seusianya (anak
normal).

Ada anak-anak yang dengan mudah dapat dikenali sebagai anak berkebutuhan khusus,
tetapi ada juga yang membutuhkan pendekatan dan peralatan khusus untuk menentukan,
bahwa anak tersebut tergolong anak-berkebutuhan khusus. Anak-anak yang mengalami
kelainan fisisk misalnya, dapat dikenali dengan keberadaannya, sebaliknya untuk anak-anak
yang mengalami kelainan dalam segi intelektual maupun emosional memerlukan instrument
dan alasan yang rasional untuk dapat menentukan keberadaannya.

Diperlukan dalam melakukan identifikasi anak-anak berkebutuhan khusus di sekolah


oleh guru, dan ini dapat dilakukan guru setiap saat. Kendati demikian, untuk dapat
memperoleh informasi yang lebih lengkap, maka usaha identifikasi perlu dilakukan dengan
berbagai cara, selain melakukan pengamatan secara seksama, perlu juga dilakukan
wawancara dengan orangtua ataupun keluarga lainnya. Informasi yang telah diperoleh
selanjutnya dapat digunakan untuk menemukenali dan menentukan anak-anak yang
berkebutuhan khusus.

1.2 Fungsi, Ciri-ciri dan Tujuan dari Identifikasi


Fungsi dan tujuan identifikasi kebutuhan program untuk mengetahui berbagai masalah
atau kebutuhan program yang diinginkan masyarakat. Untuk mengetahui berbagai sumber
yang dapat dimanfaatkan untuk pendukung pelaksanaan program dan mempermudah dalam
menyusun rencana program yang akan dilaksanakan.
Fungsi agar program yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Data
yang dikumpulkan dapat digunakan sebagai dasar penyusunan rencana program yang dapat di
pengaruhi pengelola program. Sebagai bahan informasi bagi pihak lain yang membutuhkan.

Secara umum tujuan identifikasi ini adalah untuk menghimpun informasi seawal
munggkin apakah seorang anak mengalami kelainan/penyimpangan (phisik, intelektual,
sosial, emosional, dan atau sensoris neurologis) atau tidak. Disebut mengalami kelainan/
penyimpangan tentunya harus dibandingkan dengan anak lain yang sebaya dengannya. Hasil
dari identifikasi akan dilanjutkan dengan asesmen, yang hasilnya akan dijadikan dasar untuk
penyusunan program pembelajaran sesuai dengan kemampuan dan ketidakmampuannya.

Identifikasi yang dilakukan untuk menemukenali keberadaan anak-anak berkebutuhan


khusus di Sekolah Dasar, berorientasi pada ciri-ciri atau karakteristik ada pada sesorang anak,
yang mencakup kondisi fisik, kemampuan intelektual, komunikasi, maupun sosial emosional:

a.       Kondisi fisik, ini mencakup keberadaan kondisi fisik secara umum (anggota tubuh) dan
kondisi indera seorang anak, baik secara organic maupun fungsional, dalam artian apakah
kondisi yang ada mempengaruhi fungsinya atau tidak, misalnya apakah ada kelainan mata
yang mempengaruhi fungsi penglihatan. Ini juga mencakup mekanisme gerak-gerak motorik
seperti berjalan, duduk, menulis, menggambar atau yang lainnya.

b.      Kemampuan intelektual, dalam konteks ini adalah kemampuan anak untuk


melaksanakan tugas-tugas akademik di sekolah. Kesanggupan mengikuti berbagai pelajaran
akademik yang diberikan guru, seperti pelajaran bahasa dan matematika (menghitung,
membedakan bentuk, dsb).

c.       Kemampuan komunikasi, kesanggupan seorang anak dalam memahami dan


mengekspresikan gagasannya dalam berinteraksi terhadap lingkungan sekitarnya, baik secara
lisan/ucapan maupun tulisan.

d.      Sosial emosial, mencakup aktivitas sosial yang dilakukan seorang anak dalam kegiatan
interaksinya dengan teman-teman ataupun dengan gurunya serta perilaku yang ditampilkan
dalam pergaulan kesehariannya, baik di lingkungan sekolah maupun di lingkungan lainnya.

Contoh identifikasi, misalnya: seorang remaja mengidentifikasikan dirinya dengan


seorang artis terkenal yang ia kagumi. Kemudian, ia akan berusaha mengubah penampilan
dirinya agar sama dengan artis idolanya itu, mulai dari model rambut, pakaian, gaya bicara,
bahkan sampai makanan kesukaan.

Proses indentifikasi dapat berlangsung dengan sendirinya (tanpa disengaja) maupun


dengan kesadaran penuh. Indentifikasi terjadi karena seseorang memerlukan tipe-tipe ideal
tertentu dalam proses hidupnya. Walaupun dapat berlangsung tanpa disengaja, proses
indentifikasi biasanya terjadi dalam suatu keadaan dimana seseorang yang mengidentifikasi
benar-benar pihak lain (yang menjadi idealnya) sehingga pandangan maupun sikap yang ada
pada pihak yang menjadi idealnya dapat menjiwainya.

Jadi identikasi anak berkebutuhan khusus adalah suatu upaya menemukenali anak
berkebutuhan khusus, dalam hal ini anak berkelainan dengan berbagai gejala-gejala yang
menyertainya. Identifikasi anak berkebutuhan khusus, khususnya anak berkelainan tidak
hanya sebagai suatu kegiatan dalam upaya untuk mengenali gejala-gejala perilaku yang
menyimpang dari kebiasaan perilaku pada umumnya. Identifikasi anak berkebutuhan khusus
ini perlu dilakukan dengan cermat agar tidak terjadi penafsiran yang salah tentang kondisi
objektif perilaku anak sehingga dapat menentukan tindak lanjut yang tepat.

1.3 Apakah Assesment itu ?


Asesmen merupakan kegiatan profesional yang dilakukan secara khusus untuk
menentukan diagnosa dari gangguan atau kelainan yang dialami seseorang. Menurut Lenner
(1988 ) asesmen didefinisikan sebagai proses  pengumpulan informasi tentang seseorang
anak yang akan digunakan untuk membuat pertimbangan dan keputusan yang berhubungan
dengan keadaan anak yang bersangkutan.

Dalam konteks pendidikan , Hargrove dan Poteet ( 1984 ) menempatkan asesmen


sebagai salah satu dari tiga aktivitas penting di bidang pendidikan bahkan mengawali dari
aktifitas yang lain, ialah (1) asesmen (2) diagnostik,an (3) preskriptif. Dengan demikian maka
asesmen dilakukan untuk menegakkan diagnosis, dan berdasarkan diagnosis tersebut
dilakukan langkah berikutnya ialah preskrepsi, yakni perencanaan program pendidikan.

Menurut Salvia dan Ysseldyke seperti dikutip oleh Lerner (1988:54) dalam
Dr.Mulyono Abdurrahman (1995), dalam kaitannya dengan upaya penanggulangan kesulitan
belajar, asesmen dilakukan untuk lima keperluan, yaitu untuk (1) penyaringan (sreening ), (2)
pengalihtanganan (referral), (3) klasifikasi (classification), (4) perencanaan pembelajaran
( instructional planning), dan (5) pemantauan kemajuan belajar anak (monitoring pupil
progress).

Asesmen adalah suatu proses pengumpulan informasi tentang seorang anak yang akan
digunakan untuk membuat pertimbangan dan keputusan yang berhubungan dengan anak
tersebut (Lerner, 2003). Dalam istilah Bahasa Inggris assessment berarti penilaian terhadap
suatu keadaan, penilaian dalam konteks ini adalah evaluasi terhadap kondisi atau keadaan
anak-anak berkebutuhan khusus, jadi bukan merupakan penilaian terhadap hasil suatu
aktivitas atau kegiatan pembelajaran di sekolah. Walace, G & Larsen (1978:7) menegaskan
pula, bahwa asesemen merupakan proses pengumpulan informasi pembelajaran yang relevan.
Asesmen merupakan aktivitas yang amat penting dalam proses pembelajaran di
sekolah, untuk itu pelaksanaannya harus benar-benar dilakukan secara obyektif dan
komprehentif terhadap kondisi dan kebutuhan anak. Sebenarnya masih banyak sekali definisi
atau pengertian asesmen yang dirumuskan oleh para ahli, yang pada intinya mengarah pada
upaya pengumpulan informasi dalam upaya perencanaan dan implementasi pembelajaran
siswa di sekolah. Sebagai tindak lanjut dari identifikasi, hasil yang diperoleh dari asesemen
pendidikan akan bermanfaat bagi guru sebagai panduan dalam dua hal pokok, yaitu
merencanakan program dan implementasi program pembelajaran. Untuk itu dalam upaya
perencanaan tujuan dan penentuan sasaran pembelajaran, dan strategi pembelajaran yang
tepat, dalam asesmen pendidikan anak berkebutuhan khusus sangat diperlukan adanya
pengumpulan informasi yang relevan dan komprehensif. Data atau informasi yang diperoleh
dalam asesmen ini umumnya berkenaan dengan tahap pembelajaran, kelemahan dan
kecakapan, serta hal-hal yang berkaitan dengan perilaku seorang siswapeserta didik
diklasifikasikan, ada yang lulus atau tidak lulus.
Assessment atau penilaian merupakan istilah umum, yang hampir mirip
dengan evaluasi, dan mencakup semua metode yang biasa dipakai untuk mengetahui
keberhasilan belajar siswa dengan cara menilai untuk kerja individu peserta didik atau
kelompok. Menilai mengandung arti mengambil keputusan terhadap sesuatu dengan
berdasarkan diri atau berpegang pada ukuran baik-buruk, sehat-sakit, pandai-bodoh dan lain-
lain. Penilaian yang demikian sifatnya kualitatif.

Namun istilah penilaian mempunyai arti yang lebih luas daripada istilah pengukuran.
Pengukuran sebenarnya hanya merupakan suatu langkah atau tindakan yang kiranya perlu
diambil dalam rangka pelaksanaan evaluasi, dimana tidak semua penilaian harus didahului
dengan pengukuran secara lebih nyata. Penilaian adalah penerapan berbagai cara dan
penggunaan beragam alat. Penilaian untuk memperolah berbagai ragam informasi tentang
sejauhmana hasil belajar peserta didik atau informasi tentang ketercapaian kompetensi
peserta didik. Proses penilaian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan tentang sebaik apa
hasil atau prestasi belajar peserta didik.

1.4 Fungsi, Ciri-ciri dan Tujuan Assesment

Asesmen bagi penyandang kelainan penglihatan mempunyai fungsi yang lebih luas,
ialah untuk pengobatan atau pemberian bantuan dan juga untuk membantu perencanaan
pendidikan. Kegiatan ini harus melibatkan tenaga profesional, seperti dokter atau tenaga
medis, dan atau petugas optic. Jika ditemukan adanya gejala klinis mengenai tanda-tanda
adanya penyakit pada organ mata, baik yang secara fungsional telah mengganggu yang
ditemukan tersebut secara klinis tidak merupakan suatu penyakit, mungkin memerlukan
bantuan alat optic atau kaca mata yang sesuai.

Ada anak yang setelah dilakukan tindakan medis maupun non medis dapat
mengfungsikan kembali penglihatannya dengan baik, tetapi tidak sedikit anak yang memang
mengalami kelainan penglihatan sehingga tidak memungkinkan lagi untuk menggunakan
fungsi penglihatan secara baik..

Hasil dari asesmen dapat membantu kita memutuskan tentang pemecahan


permasalahan pada pembelajaran siswa dan jika permasalahan itu diidentifikasi maka kita
akan dapat melakukannya.( Wallace, Larsen & Elksmin,1992),Yeseldyke and Marston ( 1988
) dalam Kauffam & Hallahan (2000). Hasil asesmen tersebut akan menjadi bahan yang
penting untuk merencanakan pendidikan yang sesuai bagi mereka. Disinilah fungsi asesmen
bagi anak khususnya dibidang pendidikan.

Pengertian lain dari assesment yaitu proses untuk memperoleh data atau informasi
dari proses pembelajaran dan juga memberikan umpan biak terhadap guru ataupun kepada
peserta didik.

 Fungsi Assessment
Dalam kegiatan belajar mengajar, assessment atau penilaian mempunyai peranan yang
penting. Karena assessment mempunyai dua fungsi yakni fungsi formatif dan fungsi
sumatif.
1. Fungsi Formatif
Fungsi formatif yaitu dimana assessment dipakai untuk memberikan umpan
balik atau feedback terhadap para guru untuk dijadikan dasar ketika
memperbaiki dan membenarkan proses pembelajaran dan juga mengadakan
remedial untuk para peserta didik.
2. Fungsi Sumatif
Fungsi Sumatif adalah fungsi sebagi penentu nilai belajar siswa dalam satu
mata pelajaran tertentu, sehingga selanjutnya bisa dijadikan bahan
memberikan laporan, menentukan kenaikan kelas serta menentukan lulus atau
tidaknya siswa.

 Tujuan Assessment

Tujuan  utama dari suatu asesmen dalam pendidikan adalah untuk memperoleh informasi
yang relevan dalam pembuatan keputusan dalam rangka pemilihan tujuan dan sasaran
pembelajaran, strategi pembelajaran,dan program penempatan yang tepat.

1. Latihan
a. Jelaskan mengapa kegiatan identifikasi merupakan kegiatan identifikasi
merupakan kegiatan awal sebelum asesmen?
b. Jelaskan mengapa harus melakukan identifikasi pada anak di kelas yang saudara
empu?
c. Jelaskan fungsi asesmen dalam merencanakan pendidikan?

2. Rangkuman
a. identifikasi anak dengan kebutuhan khusus adalah merupakan suatu usaha
seseorang (orangtua, guru, maupun tenaga kependidikan lainnya) untuk
mengetahui apakah seorang anak mengalami kelainan/penyimpangan (phisik,
intelektual, social, emosional/ tingkah laku) dalam pertumbuhan/
perkembangannya dibandingkan dengan anak-anak lain seusianya (anak-anak
normal)
b. Asesmen dilakukan untuk lima keperluan, yaitu untuk (1) penyaringan (sreening ),
(2) pengalihtanganan (referral), (3) klasifikasi (classification), (4) perencanaan
pembelajaran ( instructional planning), dan (5) pemantauan kemajuan belajar anak
(monitoring pupil progress).
c. Hasil dari assessmen dapat membantu kita memutuskan tentang pemecahan
permasalahan pada pembelajaran siswa dan jika permasalahan itu diidentifikasi
maka kita akan dapat melakukannya

Secara umum tujuan identifikasi adalah untuk menghimpun informasi apakah seorang
anak mengalami kelainan/penyimpangan (phisik, intelektual, social, emosional, dan/atau
sensoris neurologis) dalam pertumbuhan/perkembangannya dibandingkan dengan anak-anak
lain seusianya (anak-anak normal), yang hasilnya akan dijadikan dasar untuk penyusunan
program pembelajaran sesuai dengan keadaan dan kebutuhannya.

 Menurut Swassing (1985 ) dalam Moch Sholeh Y.A Ichrom,Ph.D , tujuan prosedur 
identifikasi adalah :
1. Merumuskan definisi
2. Menentukan spesifikasi
3. Menentukan prosedur
4. Menempatkan anak

 Sedangkan menurut Rice (1985),tujuan identifikasi adalah untuk:


1. Menjabarkan karakteristik
2. Merancang niminasi
3. Menentukan alat tes dan penjaringan data
4. Mereview kasus dan menentukan program.
5. Melakukan reevaluasi.

Dalam rangka pendidikan inklusi, kegiatan identifikasi anak dengan kebutuhan khusus
dilakukan untuk lima keperluan, yaitu: (1) penjaringan (screening), (2) pengalihtanganan
(referal), (3) klasifikasi, (4) perencanaan pembelajaran, dan (5) pemantauan kemajuan belajar

Menurut Chittenden (1994) menyatakan bahwa tujuan penilaian “assessment purpose” adalah
“keeping track”, checking up, finding out and summming up

1. Keeping Track
Keeping track yaitu untuk menelusuri dan melacak proses belajar peserta didik yang
sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang sudah diterapkan. Maka dari
itu guru wajib mengumpulkan data dan informasi dalam kurun waktu tertentu dari
berbagai jenis dan teknik penilaian untuk mendapatkan gambaran suatu pencapaian
kemajuan belajar peserta didik.
2. Checking Up
Checking Up adalah untuk mengecek pencapaian kemampuan peserta didik didalam
proses belajar dan kekurangan-kekurangan peserta didik ketika mengikuti proses
pembelajaran. Dengan kata lain, guru penting melaksanakan penilaian untuk tahu
bagian mana dari materi yang telah dikuasai peserta didik dan bagian dari materi yang
belum dikuasai.
3. Finding Out
Finding Out adalah mencari, menemukan dan mendeteksi kekurangan kesalahan atau
kelemahan peserta didik didalam proses belajar, sehingga guru bisa dengan tanggap
mencari alternatif penyelesaiannya.
4. Summing Up
Summing Up adalah cara untuk menyimpulkan tingkat penguasaan siswa terhadap
kompetensi yang sudah ditetapkan. Hasil dari penyimpulan ini bisa digunakan guru
dalam menyusun laporan kemajuan belajar ke berbagai pihak yang saling
membutuhkan.

Menurut ROBB, BENARDONI, dan JOHNSON (1972) secar umum assesment dikatakan:

1. Untuk menyaring dan mengidentifikasi anak


2. Untuk membuat keputusan tentang penempatkan anak
3. Untuk merancang individualisasi pendidikan
4. Untuk memonitor kemajuan anak secara individu
5. Untuk mengevaluasi keefektifan program

Menurut SUNARDI & SUNARYO (2006) secara umum asesmen dikatakan:

1. Memperoleh data yg relevan, objektif, akurat, dan komprehensif tentang kondisi anak
saat ini
2. Mengetahui profil anak secara utuh, terutama permasalahan dan hambatan belajar yg
dihadapi, potensi yg dimiliki, kebutuhankebutuhan khususnya, serta daya dukung
lingkungan yg dibutuhkan anak.
3. Menentukan layanan yg dibutuhkan dlm rangka memenuhi kebutuhan-kebutuhan
khususnya dan memonitor kemajuannya
Menurut BOMSTEIN dan KAZDIN (1985)

1. Mengidentifikasi masalah dan menyeleksi target intervensi


2. Memilih dan mendesain program treatmen
3. Mengukur dampak treatmen yg diberikan secara terus menerus
4. Mengevaluasi hasil-hasil umum dan ketepatan dari terapi

 Jenis-Jenis Assessment

Adapun jenis-jenis assessment yang sering dipakai, antara lain tes tertulis yang disajikan
kepada siswa untuk menjawabnya yaitu:

1. Performance Assessment
Performance assessment yaitu jenis assessment yang menyuruh para peserta didik
untuk melakukan demonstasi bersamaan mengaplikasikan pengetahuan dalam
berbagai situasi yang dikehendaki.
2. Penilaian Portofolio Dan Penialain Proyek
Penilaian proyek ini adalah tugas dalam bentuk suatu investigasi diawali dari
pengumpulan selanjutnya pengorganisasian dan evaluasi hingga dengan penyajian
data.
3. Product Assessment Dan Self Assessment
Product Assessment adalah penilaian keterampilan dengan cara membuat suatu
produk tertentu. Sedangkan Self Assessment dilaksanakan sendiri oleh peserta didik
atau guru yang bersangkutan untuk kepentingan pengelolaan Kegiatan Belajar
Mengajar di tingkat kelas, terakhir, jenis assessment juga dapat berbentuk penilaian
sikap dan penilaian dengan basis kelas.

 Contoh Assesment

Contoh dari assessment adalah pemberian tugas ketika belajar atau adanya UAS. Penilaian
dilakukan oleh guru berdasarkan assessment berupa lembar jawaban tugas atau ujian. Guru
memberikan nilai, bisa berupa angka atau huruf terhadap hasil pekerjaan peserta didik.
Setelah semua hasil assessment dinilai/diukur maka memasuki tahap evaluasi. Semua hasil
peserta didik diklasifikasikan, ada yang lulus atau tidak lulus
Dengan demikian dapat dimaknai bahwa asesmen anak berkebutuhan khusus adalah
suatu proses pengumpulan informasi tentang anak secara menyeluruh yang berkenaan tentang
kondisi dan karakteristik kelaianan, kelebihan dan kelemahan sebagai dasar penyusunan
program pembelajaran agar proses pelaksanaan pembelajarannya sesuai dengan kondisi dan
kebutuhannya,sehingga diharapkan mereka mampu mengikutinya dengan baik tanpa
hambatan dan kesulitan yang berarti, dan pada akhirnya mereka dapat mengembangkan
kemampuan seoptimal mungkin sesuai dengan potensi yang dimilikinya.

B. Langkah-langkah Identifikasi dan Assesmen Anak Tunarungu

1. Langkah-langkah Identifikasi
Setelah saudara mempelajari hakekat identifikasi dan asesmen serta memahami tujuan
identifikasi serta hubungan identifikasi dan asesmen anak berkebutuhan khusus subunit ini
akan disajikan tentang sasaran identifikasi, petugas identifikasi dan alat identifikasi anak
berkebutuhan khusus. Untuk  dapat melaksanakan identifikasi anak berkebutuhan khusus
akan dijelaskan terlebih dahulu untuk memahami sasaran identifikasi, petugas dan alat
identifikasi bagi anak berkebutuhan khusus yang ada di SD/MI. Setelah mengikuti uraian ini
diharapkan saudara memiliki kompetensi untuk melakukan identifikasi anak berkebutuhan
khusus.
A. Sasaran Identifikasi

Sasaran identifikasi anak dengan kebutuhan khusus adalah seluruh anak usia pra-
sekolah dan usia sekolah dasar. Sedangkan secara khusus (operasional), sasaran identifikasi
anak dengan kebutuhan khusus adalah:

1. Anak yang sudah bersekolah di Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah;


2. Anak yang akan masuk ke Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah;
3. Anak yang belum/tidak bersekolah karena orangtuanya merasa anaknya tergolong
anak dengan kebutuhan khusus sedangkan lokasi SLB jauh dari tempat tinggalnya;
sementara itu, semula SD terdekat belum/tidak mau menerimanya;
4. Anak yang drop-out Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah karena factor akademik.
B. Petugas Identifikasi
Untuk mengidentifikasi seorang anak apakah tergolong anak dengan
kebutuhan khusus atau bukan, dapat dilakukan oleh:
1. Guru kelas
2. Orang tua anak
3. Tenaga professional terkait.
C. Alat identifikasi
Secara sederhana ada beberapa aspek informasi yang perlu mendapatkan
perhatian dalam pelaksanaan identifikasi. Contoh alat identifikasi sederhana untuk
membantu guru dan orang tua dalam rangka menemukenali anak yang
memerlukan layanan pendidikan khusus, antara lain sebagai berikut :
1. Form 1 : Informasi riwayat perkembangan anak
2. Form 2 : informasi/ data orangtua anak/wali siswa
3. Form 3 : informasi profil kelainan anak (AI-ALB)
Dari ketiga informasi tersebut secara singkat dijelaskan sebagai berikut:
1. Informasi riwayat perkembangan anak
Informasi riwayat perkembangan anak adalah informasi mengenai
keadaan anak sejak di dalam kandungan hingga tahun-tahun terakhir sebelum
masuk SD/MI.. Informasi ini penting sebab dengan mengetahui latar belakang
perkembangan anak, mungkin kita dapat menemukan sumber penyebab
problema belajar.
2. Data orang tua/wali siswa
Selain data mengenai anak, tidak kalah pentingnya adalah informasi
mengenai keadaan orang tua/wali siswa yang bersangkutan..
Data orang tua/wali siswa sekurang-kurangnya mencakup informasi
mengenai identitas orang tua/wali, hubungan orang tua-anak, data sosial
ekonomi orang tua, serta tanggungan dan tanggapan orang tua/ keluarga
terhadap anak. Identitas orang tua harus lengkap, tidak hanya identitas ayah
melainkan juga identitas ibu, misalnya umur, agama, status, pendidikan,
pekerjaan pokok, pekerjaan sampingan, dan tempat tinggal.
Data mengenai tanggapan orang tua yang perlu diungkapkan antara
lain persepsi orang tua terhadap anak, kesulitan yang dirasakan orang tua
terhadap anak yang bersangkutan, harapan orang tua dan bantuan yang
diharapkan orang tua untuk anak yang bersangkutan.
3. Informasi mengenai profil kelainan anak (AI – ALB)
Informasi mengenai gangguan/kelainan anak sangat penting, sebab dari
beberapa penelitian terbukti bahwa anak-anak yang prestasi belajarnya rendah
cenderung memiliki gangguan/kelainan penyerta. Survei terhadap 696 siswa
SD dari empat provinsi di Indonesia yang rata-rata nilai rapornya kurang dari
6,0 (enam, nol), ditemukan bahwa 71,8% mengalami disgrafia, 66,8%
disleksia, 62,2% diskalkulia, juga 33% mengalami gangguan emosi dan
perilaku, 31% gangguan komunikasi, 7,9% cacat / kelainan anggota tubuh,
6,6% gangguan gizi dan kesehatan, 6% gangguan penglihatan, dan 2%
gangguan pendengaran (Balitbang, 1996).
Tanda-tanda kelainan atau gangguan khusus pada siswa (jika ada)
perlu diketahui guru. Kadang-kadang adanya kelainan khusus pada diri anak,
secara langsung atau tidak langsung, dapat menjadi salah satu faktor
timbulnya problema belajar. Tentu saja hal ini sangat bergantung pada berat
ringannya kelainan yang dialami serta sikap penerimaan anak terhadap kondisi
tersebut.

Pada hakekatnya ada banyak metode atau langkah-langkah yang dapat digunakan
untuk mengidentifikasi keberadaan anak-anak berkebutuhan khusus di sekolah dasar.
Beberapa teknik khusus akan sangat diperlukan untuk menemukenali anak-anak yang
berkebutuhan khusus. Hal ini diperlukan, mengingat adanya karakteristik atau ciri-ciri khusus
yang ada pada mereka, yang tidak dapat diidentifikasi secara umum.

Namun demikian, pada kesempatan ini hanya akan diuraikan beberapa langkah-
langkah identifikasi secara umum, yang memungkinkan bagi guru-guru untuk melakukannya
sendiri di sekolah, yaitu; observasi, wawancara, tes psikologi, dan tes buatan sendiri. Secara
lebih jelas keempat langkah-langkah tersebut, dapat diuraikan sebagai berikut:

A. Observasi
Observasi merupakan salah satu langkah yang dapat digunakan untuk
melakukan identifikasi anak-anak berkebutuhan khusus, yaitu dengan cara
mengamati kondisi atau keberadaan anak-anak berkebutuhan khusus yang ada di
kelas atau di sekolah secara sistematis. Observasi dapat dilakukan secara langsung
ataupun tidak langsung. Secara langsung, dalam arti melakukan observasi
secara langsung terhadap obyek atau siswa dalam lingkungan yang wajar, apa
adanya dalam aktivitas kesehariannya. Sedang observasi tidak langsung,
dilakukan dengan menciptakan kondisi yang diinginkan untuk diobservasi,
misalnya anak diminta untuk melakukan sesuatu, berbicara, menulis, membaca
atau yang lainnya untuk selanjutnya diamati dan dicatat hasilnya.
Banyak gejala atau fenomena anak berkebutuhan khusus di sekolah yang dapat
diamati oleh guru, yang itu menunjukkan adanya perbedaan atau penyimpangan
dari anak-anak pada umumnya. Apabila guru saat observasi mendapati seorang
anak yang selalu mendekatkan matanya saat menulis atau membaca, maka
dimungkinkan anak tersebut mengalami kelainan fungsi penglihatan. Jika kelainan
anak tersebut tidak dapat dikoreksi dengan kacamata, maka dia termasuk pada
anak yang berkebutuhan khusus. Demikian juga misalnya ada anak-anak sulit
berkonsentrasi, suka mengganggu temannya, sering membolos, jarang mencatat,
dan masih banyak lagi yang bisa diobservasi dan mengindikasikasikan sebagai
anak berkebutuhan khusus.
B. Wawancara
Wawancara merupakan salah satu langkah untuk memperoleh informasi
mengenai keberadaan anak-anak berkebutuhan khusus, dalam upaya melakukan
identifikasi. Apabila data atau informasi yang diperoleh melalui observasi kurang
memadai, maka guru dapat melakukan wawancara terhadap siswa, orangtua,
keluarga, teman sepermainan, ataupihak-pihak lain yang dimungkinkan untuk
dapat memberikan informasi tambahan mengenai keadaan anak tersebut.
C. Tes
Langkah lain yang dapat dilakukan dalam idenditikasi anak-anak
berkebutuhan khusus di sekolah dasar adalah melalui tes yang dibuat sendiri oleh
guru. Tes merupakan suatu cara untuk melakukan penilaian yang berupa suatu
tugas atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan oleh anak, yang akan
menghasilkan suatu nilai tentang kemampuan atau perilaku anak yang
bersangkutan. Bentuk tes berupa suatu tugas yang berisi pertanyaan-pertanyaan
atau perintah-perintah yang harus dikerjakan anak, untuk selanjutnya dinilai
hasilnya.
Di dalam konteks ini, untuk identifikasi anak berkebutuhan khusus tes dapat
dilakukan dalam bentuk perbuatan ataupun tulisan. Dalam bentuk perbuatan,
misalnya guru dapat meminta siswa yang diduga mengalami kelainan tertentu
untuk melakukan sesuatu yang terkait dengan kemungkinan terjadinya kelainan.
Misalnya, untuk anak yang diduga mengalami kelainan pendengaran diminta
untuk menyimak beberapa jenis suara, kemudian ditanyakan suara apa itu, dari
mana datangnya suara, dan sebagainya. Sedang tes tertulis dapat diberikan kepada
siswa-siswa yang diduga mengalami kelainan untuk menilai kemampuannya.
Dalam hal ini, soal atau pertanyaan-pertanyaan dapat dibuat secara sederhana,
sesuai dengan kondisi dan perkembangan anak. Apabila anak mampu
mengerjakan tugas-tugas yang diberikan sesuai dengan usianya, maka materi
tugas yang diberikan ditingkatkan sesuai dengan usia di atasnya, sebaliknya bila
anak tidak mampu mengerjakan, maka materi tugas di turunkan di bawah usia
anak yang bersangkutan. Hal ini dilakukan secara sistematis dan terstruktur.
D. Tes Psikologi
Salah satu langkah lain yang sangat populer dan sering digunakan dalam
upaya identifikasi anak berkebutuhan khusus adalah dengan tes psikologi. Jenis
tes ini memiliki kelebihan dibanding dengan tes yang lainnya, karena memiliki
akurasi yang lebih baik dibanding tes buatan guru. Selain waktu pelaksanaannya
yang lebih singkat, melalui tes psikologi juga dapat diprediksikan apa-apa yang
akan terjadi dalam belajar anak di tahapan berikutnya. Untuk melihat tingkat
kecerdasan seorang anak, tes psikologi merupakan salah satu instrumen yang lebih
obyektif dan validitasnya telah teruji. Dari beberapa teknik identifikasi yang
diuraikan tersebut, diharapkan seorang guru akan mendapatkan informasi yang
lebih lengkap mengenai keberadaan anak-anak berkebutuhan khusus di sekolah.
Untuk menafsirkan dan menentukan apakah seseorang anak mengalami kelainan
atau berkebutuhan khusus, tentunya membutuhkan pengetahuan atau wawasan
yang lebih luas mengenai keberadaan anak berkebutuhan khusus. Namun yang
perlu diperhatikan, bahwa identifikasi merupakan langkah awal yang dilakukan
guru dalam memberikan layanan yang sesuai bagi anak-anak berkebutuhan
khusus. Apabila saudara masih mengalami kendala, maka sudara dapat juga
melakukan koordinasi atau merefer dengan pihak lain yang lebih kompeten.
C. Pelaksanaan Identifikasi dan Assesmen Anak Tunarungu

1. Pelaksanaan Identifikasi Anak Tunarungu

Sebagaimana pada unit sebelumnya yang membicarakan hakekat,tujuan hubungan


identifikasi dan asesmen serta sarana dan alat , pada bagian ini sebagai kelanjutannya akan
dibahas mengenai pelaksanaan identifikasi anak berkebutuhan khusus.

Ada beberapa langkah dalam rangka pelaksanaan identifikasi anak berkebutuhan khusus.
Untuk identifikasi anak usia sekolah yang belum bersekolah atau drop out sekolah, maka
sekolah yang bersangkutan perlu melakukan pendataan ke masyarakat sekitar kerjasama
dengan Kepala Desa/Lurah, RT, RW setempat. Jika pendataan tersebut ditemukan anak
berkelainan, maka proses berikutnya dapat dilakukan pembicaraan dengan orangtua, komite
sekolah maupun perangkat desa setempat untuk mendapatkan tindak lanjutnya.

Untuk anak-anak yang sudah masuk dan menjadi siswa pada sekolah tertentu, identifikasi
dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Menghimpun data tentang anak

Pada tahap ini petugas (guru) menghimpun data kondisi seluruh siswa di kelas (berdasar
gejala yang nampak pada siswa) dengan menggunakan Alat Identifikasi Anak dengan
kebutuhan khusus (AI ALB).

2. Menganalisis data dan mengklasifikasi anak

Pada tahap ini tujuannya adalah untuk menemukan anak-anak yang tergolong anak dengan
kebutuhan khusus (yang memerlukan pelayanan pendidikan khusus). Buatlah daftar nama
anak yaang diindikasikan berkelainan sesuai dengan ciri-ciri dan standar nilai yang telah
ditetapkan. Jika ada anak yang memenuhi syarat untuk disebut atau berindikasi kelainan
sesuai dengan ketentuan tersebut, maka dimasukkan ke dalam daftar nama-nama anak yang
berindikasi kelainan sesuai dengan format khusus yang disediakan seperti terlampir .

Sedangkan untuk anak-anak yang tidak menunjukkan gejala atau tanda-tanda berkelainan,
tidak perlu dimasukkan ke dalam daftar khusus tersebut.
3. Mengadakan pertemuan konsultasi dengan kepala sekolah

Pada tahap ini, hasil analisis dan klasifikasi yang telah dibuat guru dilaporkan kepada Kepala
Sekolah untuk mendapat saran-saran pemecahan atau tindak lanjutnya.

4. Menyelenggarakan pertemuan kasus (case conference)

Pada tahap ini, kegiatan dikoordinasikan oleh Kepala Sekolah setelah data anak dengan
kebutuhan khusus terhimpun dari seluruh kelas. Kepala Sekolah dapat melibatkan: (1) Kepala
Sekolah sendiri; (2) Dewan Guru; (3) orang tua/wali siswa; (4) tenaga professional terkait,
jika tersedia dan dimungkinkan; (5) Guru Pembimbing Khusus (Guru PLB) jika tersedia dan
memungkinkan.
Materi pertemuan kasus adalah membicarakan temuan dari masing-masing guru mengenai
hasil identifikasi untuk mendapatkan tanggapan dan cara-cara pemecahan serta
penanggulangannya.

5. Menyusun laporan hasil pertemuan kasus

Pada tahap ini, tanggapan dan cara-cara pemecahan masalah dan penanggulangannya perlu
dirumuskan dalam laporan hasil pertemuan kasus. Format laporan hasil pertemuan kasus
dapat menggunakan contoh seperti terlampir.

2. Pelaksanaan Assesmen Anak Tunarungu

Setelah saudara mempelajarai tentang materi pelaksanaan identifikasi pada subunit ini akan
menjelaskan bagaimana pelaksanaan asesmen akedemik, melaksanakan asesmen sensoris dan
motorik dan melaksanakan asesmen psikologis,emosi dan sosial pada anak-anak
berkebutuhan khusus dalam kegiatan pembelajaran di Sekolah Dasar/MI. Untuk itu saudara
diharapkan dapat mencermatinya dengan baik mengenai uraian dan ilustrasi yang ada. Selain
itu diharapkan dapat pula membahas dan membaca berbagai referensi lain yang relevan
melalui online di internet. Dengan melakukan pelaksanaan asesmen dalam hal ini agar
saudara dapat menyusun program pembelajaran Individual untuk anak berkebutuhan khusus
serta mengimplementasikan kegiatan pembelajaran di Sekolah Dasar Inklusi.
1. Asesmen Akademik

Para ahli di bidang anak-anak berkebutuhan khusus umumnya mempercayai bahwa asesmen
informal merupkan cara yang terbaik untuk memperoleh informasi tentang
kemampuan,kesulitan masalah yang dihadapi, serta kebutuhan belajar siswa.

Aspek dan ruang lingkup dari bidang yang akan diasesmen meliputi asesmen akademik
misalnya :membaca, menulis, berhitung, perkembangan kognitif, prilaku adaptif .

Lerner (1988 dalam Nugroho,2004), yaitu: 1) ketajaman sensoris,misalnya ketajaman


penglihatan,pendengaran;2) perkembangan motorik,misalnya kemampuan memegang
pensil,menulis ,menendang;3) penguasaan konsep-konsep dasar;misalnya
penjumlahan,pengurangan,perkalian;4) keterampilan bahasa,misalnya menyusun kata
menjadi kalimat;serta 5) keterampilan sosial dan emosi,misalnya kemampuan memahami
orang lain. Asesmen hanya akan bermakna, jika guru mengetahui materi kurikulum, jenis
keterampilan yang dikembangkan, dan tahap –tahap perkembangan anak.

 Dibawah ini contoh asesmen ketrampilan menulis :

Dalam melakukan suatu proses pengukuran terhadap siswa dalam melakukan aktivitas
menulis, untuk diketahui ketrampilan yang sudah dimiliki dan hambatan yang dialami dalam
melakukan aktivitas   menulis ruang lingkup ketrampilan menulis bertujuan untuk

mengetahui penguasaan ketrampilan seseorang di dalam  menuangkan gagasan kedalam


aktivitas menulis baik dalam aspek kelancaran kosakata struktur dan isi.

 Ruang lingkup ketrampilan menulis permulaan.


1. Ketrampilan Pra – menulis : meraih, meraba dan memegang, melepas benda,mencari
perbedaan dan persamaan berbagai benda , bentuk,warna, bangun dan posisi.
2. Ketrampilan Menulis : memegang alat tulis, menggerakkan alat tulis ke atas dan ke
bawah, menggerakkan alat tulis kekiri dan kekanan, menggerakkan alat tulis kekiri
dan kekanan, menggerakkan alat tulis melingkar, menyalin huruf, menyalin namanya
sendiri dengan huruf balok, menyalin huruf balok dari jarak jauh, menyalin huruf,
kata dan kalimat dengan tulisan bersambung, menyalin tulisan bersambung dari jarak
jauh.
3. Ketrampilan Mengeja : mengeja huruf abjad, mengenal kata, mengucapkan kata yang
diketahuinya, Mengenal persamaan dan perbedaan konfigurasi kata, Membedakan
bunyi pada kosa kata      Mengasosiasikan bunyi dengan huruf , Mengeja kata,
Menuliskan kata dengan ejaan yang benar.

2. Asesmen Sensori dan motorik

Kegiatan melakukan identifikasi yang ditujukan untuk mengetahui


Penglihatannya,pendegarannya,bicaranya dan bahasa, ketrampilan motorik,ketrampilan
menolong diri sendiri, kematangan sosial, emosional dan perkembangan kognitif anak
sebagai indikator untuk melakukan asesmen terhadap anak di sekolah dasar.

Asesmen ketajaman sensoris,misalnya:1) ketajaman penglihatan, pendengaran,2)Asesmen


perkembangan motorik ,koordinasi motorik kasar,halus,misalnya kemampuan memegang
pensil,menulis ,menendang;3) Asesmen penguasaan konsep-konsep dasar;misalnya
penjumlahan,pengurangan,perkalian;4) Asesmen keterampilan bahasa,misalnya menyusun
kata menjadi kalimat;serta 5) Asesmen keterampilan sosial dan emosi,misalnya kemampuan
memahami orang lain.

Contoh asesmen membaca lisan :

Daftar cek Berbagai Kesalahan/Kekeliruan dalam Membaca Lisan

No Jenis Kekeliruan Cek Ket

Ya Tidak

1 Semua huruf vokal tidak dapat dilafalkan oleh anak


(a,i,e,o,u )      

2 Tidak dapat melafalkan beberapa huruf vokal      

3 Huruf konsonan semuanya tidak dapat dilafalkan oleh


anak (b,c,d,f,dst )      

4 Anak tidak dapat melafalkan beberapa huruf      


konsonan (konsonan yang tidak dapat dilafalkan
ditulis pada kolom keterangan )

5 Anak tidak dapat melafalkan huruf diftong ( ny,ng )      

6 Anak tidak dapat melafalkan gabungan huruf


konsonan- vokal, misalnya ku-da,bapa,bola
(gabungan konsonan-vokal yang tidak dapat
dilafalkan,misalnya kuda,ku tidak
dapat,dadapat,maka hasil pengecekannya konsonan
vokal ku ditulis pada kolom keterangan)      

7 Anak tidak dapat melafalkan gabungan huruf diftong-


vokal (nyo, ngu,………)      

8 Anak tidak dapat melafalkan vokal rangkap (ai, oi,


ua, hei,dst.)      

9 Anak tidak dapat melafalkan gabungan konsonan


vokal konsonan (ka-pak, bam-bu )      

10 Anak tidak dapat melafalkan gabungan vokal-


konsonan ( am-bil, as-pal)      

11 Dstnya…………………      

Contoh Instrumen asesmen informal berupa skala penilaian prilaku anak dalam metrik
berikut :

SK K C B SB
INDIKATOR
1 2 3 4 5
PEMAHAMAN AUDITORI

1. Kemampuan mengikuti perintah


2. Pemahaman mengikuti diskusi dalam
kelas
3. Kemampuan menyimpan informasi
yang disampaikan secara lisan.
4. Pemahaman arti kata

BAHASA UJARAN

1. Kemampuan mengekspesikan pikiran


dengan kalimat lengkap dengan
tatabahasa yang akurat
2. Kemampuanmemahami
perbendaharaan kata
3. Kemampuan menhafal kata
4. Kemampuanmenghubungkan
pengalaman
5. Kemampuanmemformulasikan
gagasan-gagasan

ORIENTASI

1. Ketepatan waktu
2. Orientasi ruang
3. Pertimbangan hubungan –hubungan
( besar –kecil, jauh-dekat, ringan –
berat )
4. Pemahaman tentang arah

 PERILAKU

1. Kemampuan bekerjasama
2. Kemampuan memusatkan perhatian
3. Kemampuan mengorganisasikan
pekerjaan
4. Kemampuan menguasai situasi baru
5. Penerimaan Sosial
6. Penerimaan Tanggung jawab
7. Kemampuan menyelesaikan tugas
8. Kebijaksanaan

GERAK

1. Koordinasi umum ( berjalan, berlari,


meloncat )
2. Keseimbangan
3. Kemampuan mempergunakan
perkakas/peralatan

Jumlah skor

Keterangan : SK = sangat Kurang

K   = Kurang

C   = Cukup

B   = Baik

SB = Sangat Baik

Lampiran Form
Isian Form 1
INFORMASI PERKEMBANGAN ANAK
(Diisi oleh Orang tua)
Petunjuk :
Isilah daftar berikut pada kolom yang tersedia sesuai dengan kondisi anak yang sebenarnya.
Jika ada yang kurang jelas, konsultasikan kepada guru kelas tempat anak Bapak/Ibu
bersekolah.
A.  Identitas Anak :
1. Nama                                                      : ……………………………………….
2. Tempat dan tanggal lahir/umur      : ……………………………………….
3. Jenis kelamin                                          : ……………………………………….
4. Agama                                                     : ……………………………………….
5. Status anak                                              : ……………………………………….
6. Anak ke dari jumlah saudara        : …………………………………
7. Nama sekolah                                            : ……………………………………….
8. Kelas                                                         : ……………………………………….
9. Alamat                                                      : ……………………………………….
 

1. B.         Riwayat Kelahiran :
2. Perkembangan masa kehamilan        : ……………………………………….
3. Penyakit pada masa kehamilan         : ……………………………………….
4. Usia kandungan                                : ……………………………………….
5. Riwayat proses kelahiran                  : ……………………………………….
6. Tempat kelahiran                               : ……………………………………….
7. Penolong proses kelahiran                 : ……………………………………….
8. Gangguan pada saat bayi lahir          : ……………………………………….
9. Berat bayi                                          : ……………………………………….
10. Panjang bayi                                      : ……………………………………….
11. Tanda-tanda kelainan pada bayi       : ……………………………………….
 
C.   Perkebangan Masa Balita :
1. Menetek ibunya hingga umur         : ……………………………………………
2. Minum susu kaleng hingga umur   : ……………………………………………
3. Imunisasi (lengkap/tidak)               : …………………………………………..
4. Pemeriksaan/penimbangan rutin/tdk : ……………………………………….
5. Kualitas makanan                           : …………………………………………..
6. Kuantitas makan                            :  …………………………………………..
7. Kesulitan makan (ya/tidak)             : …………………………………………..
 
D.  Perkembangan Fisik :
1. Dapat berdiri pada umur                 : …………………………………………….
2. Dapat berjalan pada umur               : …………………………………………….
3. Naik sepeda roda tiga pada umur     : ……………………………………………
4. Naik sepeda roda dua pada umur    : …………………………………………….
5. Bicara dengan kalimat lengkap        : …………………………………………….
6. Kesulitan gerakan yang dialami       : …………………………………………….
7. Status Gizi Balita (baik/kurang)      : …………………………………………….
8. Riwayat kesehatan (baik/kurang)    : …………………………………………….
9. Penggunaan tangan dominan                        : …………………………………………..
E.  Perkembangan Bahasa :
1. Meraba/berceloteh pada umur : ………………………………………….
2. Mengucapkan satu suku kata yang bermakna kalimat (mis.Pa berarti bapak) pada
umur                                          : ………………………………
A. Berbicara dengan satu kata bermakna pada umur            : ……………………..
B. Berbicara dengan kalimat lengkap sederhana pada umur       : …………….
F.  Perkembangan Sosial :
1. Hubungan dengan saudara    : …………………………………………………….
2. Hubungan dengan teman       : …………………………………………………….
3. Hubungan dengan orangtua   : …………………………………………………….
4. Hobi                                       : …………………………………………………….
5. Minat khusus                         : …………………………………………………….
 
F.  Perkembangan Pendidikan :
1. Masuk TK umur                   : …………………………………………………….
2. Lama Pendidikan di TK        : …………………………………………………….
3. Kesulitan selama di TK        : …………………………………………………….
4. Masuk SD umur                  : …………………………………………………….
5. Kesulitan selama di SD        : …………………………………………………….
6. Pernak tidak naik kelas       : ……………………………………………………..
7. Pelayanan khusus yang pernah diterima anak: ……………………………..
8. Prestasi belajar yang dicapai  : ……………………………………………………
9. Mata Pelajaran yang dirasa paling sulit    : …………………………………..
10. Mata Pelajaran yang dirasa paling disenangi : ………………………………
11. Keterangan lain yang dianggap perlu : …………………………………………
Diisi Tanggal,…………………

Orang tua,

                                                                   ( …………………………….. )

 
 
 
 
 
 
 
 
Isian Form 2
DATA ORANG TUA/WALI SISWA
(Diisi orang tua/wali siswa)
1. Nama           : ……………………………………..

2. SD/MI         : …………………………………….

3. Kelas           :……………………………………..

A.Identitas Orang tua/wali


    Ayah :
1. Nama Ayah                :
…………………………………………………………………….
2. Umur                         :
…………………………………………………………………….
3. Agama                       : 
…………………………………………………………………….
4. Status ayah               :
……………………………………………………………………..
5. Pendidikan Tertinggi  :
……………………………………………………………………..
6. Pekerjaan Pokok        :
……………………………………………………………………..
7. Alamat tinggal           :
……………………………………………………………………..
Ibu :
1. Nama Ibu                  :
…………………………………………………………………….
2. Umur                        :
……………………………………………………………………..
3. Agama                      : 
…………………………………………………………………….
4. Status Ibu                 :
…………………………………………………………………….
5. Pendidikan Tertinggi :
…………………………………………………………………….
6. Pekerjaan Pokok       : 
…………………………………………………………………….
7. Alamat tinggal          : 
…………………………………………………………………….
Wali :
1. Nama                                   :
…………………………………………………………………….
2. Umur                                   :
…………………………………………………………………….
3. Agama                                 :
…………………………………………………………………….
4. Status perkawinan   :
…………………………………………………………………….
5. Pend. Tertinggi                   :
…………………………………………………………………….
6. Pekerjaan                             :
…………………………………………………………………….
7. Alamat                                :
…………………………………………………………………….
8. Hubungan Keluarga            :
…………………………………………………………………….
 

B. Hubungan Orang tua – anak


1. Kedua orang tua satu rumah  : ………………………………………………………..
2. Anak satu rumah dengan kedua orang tua : ………………………………………
3. Anak diasuh oleh salah satu orang tua  : …………………………………………..
4. Anak diasuh wali/saudara                     : ………………………………………….
 
C. Sosial Ekonomi Orangtua
1. Jabatan formal ayah di kantor (jika ada) : …………………………………………
2. Jabatan formal ibu di kantor (jika ada)    : ………………………………………..
3. Jabatan informal ayah di luar kantor (jika ada) : ……………………………….
4. Jabatan informal ibu di luar kantor (jika ada) : ……………………………………….
5. Rata-rata penghasilan (kedua orangtua) perbulan : …………………………………
D.Tanggungan dan Tanggapan Keluarga
1. Jumlah anak                  :
…………………………………………………………………..
2. Ysb. Anak yang ke          :
…………………………………………………………………..
3. Persepsi orang tua terhadap anak ysb. : ……………………………………………….
4. Kesulitan orang tua terhadap anak ysb.: ………………………………………………
5. Harapan orang tua terhadap pendidikan anak ysb.    : ……………………………
6. Bantuan yang diharapkan orang tua untuk anak ysb.: …………………………..
 

Diisi tanggal :……………….

Orang tua/wali Murid

( ………………….……… )

 
Isian FORM 3
 

ALAT IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS


 
Nama Sekolah             :

Kelas                           :

Diisi tanggal     :

Nama Petugas  :

Guru Kelas                  :

Gangguan Pendengaran (Tunarungu)


a 1. Kurang pendengaran
(hard of hearing)
 Sering memiringkan kepala
dalam usaha mendengar                                  
b Banyak perhatian terhadap
getaran                                  
c Tidak ada reaksi terhadap
bunyi/suara di dekatnya                                  
d Terlambat dalam
perkembangan bahasa                                  
e Sering menggunakan isyarat
dalam berkomunikasi                                  
f Kurang atau tidak tanggap
bila diajakbicara                                  
a 2. Tuli (deaf)                                  
Tidak mampu mendengar

                                     
                                     

Contoh Isian Form 4


DAFTAR ANAK YANG BERINDIKASI BERKELAINAN DAN MEMERLUKAN
PELAYANAN KHUSUS
1. SD/MI                      : …………………………………..

2. Kelas                        : …………………………………..

3. Nama Guru Kelas :………………………………..

No. Nama L/P Uraian/kasus Masalah Keterangan


1. Dimas L 1. Kesulitan Belajar Matematika Standar Nilai yang
    A. Gangguan penglihatan dicapai = 4
P B. Sering tidak masuk Standar Nilai yang
    karena sakit dicapai = 5
 
    Standar Nilai yang
  dicapai = 4
2. Asri
1. Kesulitan hampir semua mata Jumlah sdr. Yang
    pelajaran (lamban belajar) sekolah 5
2. Keluarga miskin,penghasilan
    rata rata Perbulan Rp.300.000,  
dengan jumlah tanggungan
3. Dst. keluarga 8 orang.  
Dst.
Dst.

                                                                               Dibuat Tangal : ………………..

Guru Kelas,

                                                                            ( ………………………………. )

Isian Form 5 Asesmen Kemampuan Bicara

Nama Anak              : …………………

Jenis Kelamin           : …………………

Tanggal Lahir           : …………………


Nama Orang Tua      : …………………
Alamat                     : …………………
Tanggal Asesmen     : …………………

1.    Latihan Artikulasi
Organ Hasil
No Tes Baik Cukup Kurang
Artikulasi
1. Bibir Memonyongkan kedua bibir
Menarik bibir ke belakang
Menggetarkan bibir
2. Lidah Menjulurkan lidah ke depan
Menjulurkan lidah ke kiri
Menjulurkan lidah ke kanan
Menyentuh lengkung kaki gigi atas
Mendorong pipi kiri
Mendorong pipi kanan
Menyapu bibir atas
Menyapu bibir bawah
3. Rahang Membuka mulut lebar-lebar
Menutup mulut rapat-rapat
Mengunyah permen karet
4. Velum Meniup udara keluar melalui mulut
Meniup balon
Meniup peluit
Menahan udara di mulut sampai
hitungan 5 s/d 10
6. Nafas Ambil nafas, tahan sampai hitungan
10

2.      Meraban
No Suku Kata Hasil Tes
1. Ba  Ba  Ba
Bi   Bi  Bi
Bu  Bu  Bu
Be  Be  Be
Bo  Bo  Bo
2. Ma  Ma  Ma
Mi   Mi   Mi
Mu  Mu  Mu
Me  Me  Me
Mo  Mo  Mo
3. Pa  Pa  Pa
Pi  Pi  Pi
Pu  Pu  Pu
Pe Pe  Pe
Po  Po  Po
4. Da  Da  Da
Di  Di  Di
Du  Du Du
De  De  De
Do  Do  Do
5. Sa  Sa  Sa
Si  Si  Si
Su  Su  Su
Se  Se  Se
So  So  So
6. Ta  Ta  Ta 
Ti  Ti  Ti
Tu  Tu  Tu
Te  Te  Te
To  To  To
7. Na  Na  Na
Ni  Ni  Ni
Nu  Nu  Nu
Ne  Ne  Ne
No  No  No
8. La  La  La
Li  Li  Li
Lu  Lu  Lu
Le  Le  Le
Lo  Lo  Lo
9. Ka  Ka  Ka
Ki  Ki  Ki
Ku  Ku  Ku
Ke  Ke  Ke
Ko  Ko  Ko
10. Ra  Ra  Ra
Ri  Ri  Ri
Ru  Ru  Ru
Re  Re  Re
Ro  Ro  Ro
11. Ga  Ga  Ga
Gi  Gi  Gi
Gu  Gu  Gu
Ge  Ge  Ge
Go  Go  Go
12 Ha  Ha  Ha
Hi  Hi  Hi
Hu  Hu  Hu
He  He  He
Ho  Ho  Ho
13. Ja  Ja  Ja
Ji  Ji  Ji
Ju  Ju  Ju
Je  Je  Je
Jo  Jo  Jo
14. Wa  Wa  Wa 
Wi  Wi  Wi
Wu Wu  Wu
We  We  We
Wo  Wo  Wo
15. Ca  Ca  Ca
Ci  Ci  Ci
Cu  Cu  Cu
Ce  Ce  Ce
Co  Co  Co

3.      Tes Mengucapkan Kata Lembaga


Vokal/ Tenga
No Awal B T B T Akhir B T Ket
Konsonan h
Vokal
1 a apel ban baca
2 i ikan pita sapi
3 u udang buku baju
4 e ekor becak kue
5 o obat bola soto
Bilabial
1 p pepaya sepatu atap
2 b batu bebek arab
3 m mata jambu ayam
4 w warna sawah awan
Labio
Dental
1 f faktor sifat edukati
f
2 v vokal televisi -
Dental
1 t topi botol tomat
2 d dasi sendok masjid
3 l lilin balon pensil
4 n nanas pintu papan
Alveolar
1 s satu kasur gelas
2 z zat - -
3 r roti garpu ular
Palato
Alveolar
1 c cabe beca -
2 j jam meja -
Palatal
1 ny kunyit (me) (me)
nyanyi nyapu
Velar
1 k katak bakso sirsak
2 g golok gigi mangga
3 x - - box
4 ng pisang telinga singa
5 y yoyo payung -
Glotal
1 h hitam pohon sepuluh

4.      Tes Membedakan Bunyi
a.  Panjang/Pendek
No. Kata Dapat Tidak Deskripsi Kesalahan
Dapat
1. Pa
Paaaa
2. Ma
Maaaa
3. La
Laaaa
4. Sa
Saaaa
5. Da
Daaaa

b.  Tinggi/Rendah
No. Kata Tinggi Rendah Deskripsi Kesalahan
1. Papa
Pipi
2. Moto
Mutu
3. Didi
Dede
4. Babak
Bebek
5. Lala
Lele

c.  Keras/Lemah
No. Kata Keras Lemah Deskripsi Kesalahan
1. Salam
Salam
2. Bakar
Bakar
3. Lima
Lima
4. Malam
Malam
5. Dekat
Dekat

Catatan dan Rekomendasi Program Pengajaran Individual :


………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………

Anda mungkin juga menyukai