Anda di halaman 1dari 10

Pertemuan Kembali

Ni Nengah Sri Purnamayanti

Malam itu, seorang gadis menatap langit malam dari


jendela kamarnya. Meskipun udara malam itu cukup dingin,
angin malam menerpa kulit gadis itu. Belakangan ini dia tidak
bisa tidur, tetapi bukan karena ia ingin melihat langit malam.
Ditatapnya gelang di pergelangan tangan gadis itu.
“Huft, kira-kira sekarang bagaimana keadaanmu? Apa
kamu baik-baik saja? Apa kamu masih mengingatku El?”

Helaan nafas terdengar dari bibir gadis itu, ya akhir-akhir


ini dirinya memikirkan sahabatnya. Karena malam sudah
semakin larut gadis itu menutup jendela kamarnya, kemudian
menuju ke kamar mandi untuk mencuci muka dan menggosok
gigi. Setelah selesai gadis itu mengambil ponselnya untuk di
charger. Kemudian gadis itu memutuskan untuk tidur mengingat
besok dirinya harus pergi ke sekolah. Setelah selesai gadis itu
pergi tidur, tak lupa dia juga membaca doa sebelum tidur.

Pada pagi hari, terlihat seorang gadis yang menggeliat


dalam tidurnya. Jam menunjukkan pukul 05.15 pagi, lalu gadis
itu duduk di tepi kasur untuk mengumpulkan nyawanya. Dua
menit berlalu, gadis itu mencepol asal rambutnya lalu
mengambil handuk dan bergegas menuju ke kamar mandi. 20
menit berlalu, kini gadis itu keluar dari kamar mandi lengkap
dengan seragam sekolah. Lalu gadis itu pergi ke depan meja rias
dan memakai skincare. Lalu gadis itu memakai bedak bayi dan
memoleskan sedikit pelembab bibir. Setelah itu dia mengikat
rambutnya, dan melihat pantulan dirinya di cermiit
“Perfect”
Gumam gadis itu, lalu gadis itu mengambil tas sekolahnya
dan turun untuk sarapan bersama. Saat akan menuruni tangga,
gadis itu berpapasan dengan ayahnya.
“Pagi ayah”
“Pagi juga Luna”

Lalu mereka turun bersama-sama, setelah sampai di meja


makan ayah dan anak itu duduk di kursi masing-masing.
“Pagi bu”
“Eh, kalian sudah turun rupanya, ayo kita sarapan”

Mereka pun mulai memakan sarapan mereka tanpa


suara, karena kata sang ayah tidak baik berbicara saat makan.
Setelah selesai sarapan Aluna berpamitan kepada ibu dan
ayahnya.
“Ayah, ibu Luna berangkat ya”

Tak lupa Aluna juga mencium pipi ke dua orang tuanya.


Aluna ke sekolah menggunakan angkutan umum. Sesampainya di
gerbang sekolah, Aluna mendengar teriakkan sahabatnya. Ya,
siapa lagi kalau bukan Yuna, si pemilik suara nyaring itu.
“Luna!! Tungguin aku!!”

Aluna hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan


sahabatnya. Akhirnya mereka pergi ke kelas bersama. Pelajaran
berjalan dengan lancar seperti biasanya, dan tibalah jam istirahat
yang di tunggu-tunggu oleh para murid. Aluna dan Yuna pun
pergi ke kantin seperti murid-murid yang lainnya. Setelah selesai
membeli makanan Aluna dan Yuna mencari tempat untuk duduk,
setelah duduk mereka memakan makanan masing-masing.

Saat sedang makan seorang gadis menghampiri mereka.


“Permisi, apa aku boleh duduk dengan kalian?”
“Tentu saja”
“Terimakasih, oh iya perkenalkan aku Siska, kalian?”
“Namaku Yuna dan yang di sebelahku Aluna”

Setelah perkenalan itu mereka melanjutkan memakan


makanan masing-masing sambil sesekali bercerita. Bel pertanda
masuk kelas pun berbunyi. Aluna dan Yuna menuju kelas
bersama-sama. Kali ini di kelas Aluna dan Yuna sedang jam
kosong, karena guru yang mengajar tidak hadir hari ini. Para
murid ada yang membaca, mengobrol,dll. Lagi-lagi Aluna
menatap gelang yang melingkar indah di tangannya. Yuna yang
menyadari hal itu menepuk pelan pundak Aluna dan bertanya.
“Luna, kamu kenapa? Kamu memikirkannya lagi?”

Tepukan pada pundaknya menyadarkan Aluna dari


lamunannya, dan membalas pertanyaan Yuna dengan anggukan
kepala.
“Aku yakin kalian pasti akan bertemu lagi”
Aluna hanya menanggapinya dengan senyuman, Yuna
yang paham dengan perasaan sahabatnya pun membalas dengan
senyuman ke Aluna. Bel pulang sekolah pun berbunyi, para
murid berhamburan keluar kelas untuk segera pulang dan
beristirahat, begitupun dengan Aluna dan Yuna. Lima hari
berlalu, hari ini adalah hari Minggu, Aluna dan Yuna berencana
akan pergi ke taman dekat rumah mereka. Setelah cukup lama di
taman ada yang menghampiri mereka.
“Oh, ternyata ada kalian di sini”

Itu adalah Lia dan Caca yang memang tidak suka pada
Aluna dan Yuna, entah karena apa.
“Kenapa?! Apa kami tidak boleh berada di sini?!”
“Eits, santai jangan marah-marah”

Aluna yang dari tadi diam memisahkan mereka berdua


dengan menarik tangan Yuna untuk pergi dari sana. Dia tidak
mau terjadi perkelahian di sana.
“Sudah Yun tidak usah di perpanjang, ayo kita pulang, ini
juga udah sore”
“Huh baiklah”

Mereka pun pulang menuju rumah masing-masing


karena sudah sore.
Ke esokan paginya Aluna menjalankan aktivitas paginya
seperti biasa. Saat akan menuju ke kelas, Aluna tiba-tiba berhenti
saat melihat orang itu. Yuna yang menyadari temannya sedang
memperhatikan seseorang, lalu Yuna bertanya.
“Lun? Kenapa kamu terus memperhatikan orang itu? Apa
kamu mengenalnya?”
“Oh, tidak Yun. Tapi gelang yang di pakai orang itu persis
seperti gelangnya Aurel”

Yuna hanya menganggukkan kepalanya, merekapun


menuju ke kelas. Saat ini para siswa sedang istirahat begitupun
Yuna dan Aluna. Setelah selesai makan mereka menuju ke kelas,
karena sebentar lagi bel berbunyi. Saat sampai di kelas, tak lama
seorang guru masuk ke kelas itu.
“Halo semuanya, di sini ibu akan memberitahu bahwa
mulai besok kalian akan melaksanakan pembelajaran
secara daring. Dikarenakan virus covid 19 semakin menyebar
luas di Indonesia. Untuk info lebih lanjut nanti akan di infokan
lewat WhatsApp. Apakah ada yang ingin bertanya?”
“Tidak buk”
“Baiklah, jika tidak ada yang bertanya sekarang kalian
boleh pulang”
“Baik buk”

Setelah guru itu keluar kelas, para murid segera


merapikan alat tulis yang ada di atas meja masing-masing dan
bergegas pulang ke rumah masing-masing untuk beristirahat.
Satu bulan telah berlalu, kegiatan belajar online juga
berjalan dengan lancar. Kini tiba saat untuk pengumpulan tugas-
tugas sekolah selama satu bulan ini. Kini Aluna telah siap dengan
seragam sekolahnya, tak lupa dengan protokol kesehatan. Aluna
pun berangkat menuju ke sekolah. Kini Aluna dan Yuna sedang
menunggu giliran mereka untuk mengumpulkan tugas, karena
bosan menunggu mereka pun berbincang-bincang.
“Oh iya Lun, apa kamu masih mencari Aurel?”
“Iya, tapi aku belum menemukannya”
“Bagaimana caramu mencarinya sekarang?”
“Entahlah, mungkin nanti aku akan ke tempat favorit kami
dulu untuk mencarinya. Siapa tau dia berkunjung ke sana”
“Tidak-tidak, ini sedang masa pandemi. Aku tidak setuju”
“Lalu aku harus bagaimana lagi? Aku akan tetap ke sana”
“Astaga Lun, kamu bisa mencarinya lewat media sosial,
jadi kamu tidak perlu keluar rumah. Tolong ikuti saranku ini, aku
tidak mau kamu terkena virus yang mematikan itu”
Aluna menghela nafasnya, lalu menjawab
“Hm, baiklah aku akan mengikuti saranmu”

Akhirnya Yuna merasa lega karena Aluna mau


mendengarkan saran dari dirinya. Setelah perbincangan itu
keduanya sama-sama diam sibuk dengan pikiran masing-masing.
Tak berlangsung lama, lagi-lagi Aluna melihat orang yang
kemarin dia lihat di gerbang sekolah.
Karena sangat penasaran, Aluna menepuk bahu orang itu,
saat orang itu berbalik Aluna seakan tak percaya dengan apa
yang dia lihat. Perasaan rindu dan senang ia rasakan saat ini.
Aluna menemukan orang yang dia cari selama ini.
“El?”

Sepertinya orang yang di panggil “el” oleh Aluna merasa


terkejut.

“Maaf, apa kamu mengenalku? Dan panggilan itu,


bagaimana kamu mengetahuinya? Tunggu-tunggu, apa kamu
Luna?
“Iya ini aku Luna, el”

Sungguh senang sekali rasanya bisa bertemu kembali


dengan orang yang telah lama kita cari-cari. Dan itulah yang
dirasakan oleh Aluna dan Aurel sekarang. Setelah lama
berpelukan Aluna mengajak Aurel ke tempat dia dan Yuna duduk
tadi.

“Dia siapa Lun?”


“Oh iya, perkenalan ini Aurel orang yang aku cari selama
ini. Dan Aurel perkenalkan ini Yuna”

“Hai aku Yuna, senang bisa berkenalan denganmu”


“Hai aku Aurel, senang bisa berkenalan denganmu juga”

Akhirnya mereka bertiga menjadi teman baik. Dan berkat


covid 19 ini, seorang sahabat yang telah lama berpisah kini
bertemu kembali. Teruslah berusaha semampumu, karena usaha
tidak pernah mengkhianati hasil. Seperti Aluna yang kini telah
bertemu kembali dengan sahabatnya.

Anda mungkin juga menyukai