Anda di halaman 1dari 16

TUGAS AUDITING

“RISIKO FRAUD”

DOSEN PENGAMPU
FAHMI FIRMANSYAH, M.Ak.

DISUSUN OLEH
TSABITAH NAFIRAIHAN (4318500130)

PRODI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI & BISNIS
UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGAL
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kecurangan (Fraud) perlu dibedakan dengan kesalahan (Errors).
Kesalahan dapat dideskripsikan sebagai “Unintentional Mistakes” (kesalahan
yang tidak disengaja). Kesalahan dapat terjadi pada setiap tahapan dalam
pengelolaan transaksi terjadinya transaksi, dokumentasi, pencatatan dari ayat-
ayat jurnal, pencatatan debit kredit, pengikhtisaran proses dan hasil laporan
keuangan. Kesalahan dapat dalam banyak bentuk matematis. Apabila suatu
kesalahan adalah disengaja, maka kesalahan tersebut merupakan kecurangan
(Fraudulent). Istilah “Irregulary” merupakan kesalahan penyajian keuangan
yang disengaja atas informasi keuangan.
Disinilah terlihat bahwa perkembangan tekonologi yang semakin canggih
akan mempersulit pendeteksi kecurangan dalam dunia bisnis. Dan tanggung
jawab seorang auditor akan semakin berat untuk mendeteksi kecurangan oleh
pihak-pihak tertentu. Dalam makalah ini akan dibahas lebih detail lagi tentang
bagaimana sikap auditor saat menemukan suatu kecurangan.

1.2. Rumusan Masalah


a) Apa yang dimaksud dengan Kecurangan (Fraud) & Risiko Fraud?
b) Bagaimana Karakteristik dari Risiko Kecurangan (Fraud)?
c) Sebutkan Bentuk-bentuk dari Fraud ?
d) Bagaimana Cara Mendeteksi terjadinya Risiko Kecurangan (Fraud)?
e) Bagaimana Penyebab terjadinya Risiko Kecurangan (Fraud) ?
f) Bagaimana Pencegahan terjadinya Risiko Kecurangan (Fraud)?
1.3. Tujuan Penulisan
a) Untuk mengetahui Pengertian dari Kecurangan (Fraud) dan Risiko
(Fraud)
b) Untuk mengetahui dan menganalisa Karakteristik dari Risiko Kecurangan
(Fraud)
c) Untuk mengetahui dan menganalisa Cara Mendeteksi terjadinya Risiko
Kecurangan (Fraud)
d) Untuk mengetahui dan menganalisa Penyebab terjadinya Kecurangan
(Fraud)
e) Untuk mengetahui dan menganalisa Pencegahan terjadinya Risiko
Kecurangan (Fraud).

1.4. Manfaat Penulisan


Dari penulisan ini, diharapkan akan memberikan manfaat bagi beberapa
pihak antara lain bagi penulis dapat memperoleh pengalaman dalam
membandimgkan secara tepat dan akurat antara pengetahuan yang penulis
terima selama di perkuliahan dengan praktik dilapangan sesungguhnya,
sedangkan untuk pihak lain seperti akuntan, auditor, pemerintah dan
masyarakat luas diharapkan dapat dijadikan pertimbangan informasi yang
mendukung kinerja keuangan dalam praktik akuntansi yang terbebas dari
unsur kecurangan yang pada akhirnya akan menimbulkan kerugian oleh
beberapa pihak yang berkepentingan.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI FRAUD & RISIKO FRAUD


Fraud (kecurangan) merupakan suatu tindakan yang dilakuan secara
sengaja untuk tujuan pribadi atau kelompok, dimana tindakan yang di sengaja
tersebut telah menyebabkan kerugian bagi pihak tertentu atau instansi tertentu.
Dalam kata Fraud itu sendiri dapat diartikan dengan baerbagai makna yang
terkandung di dalamnya seperti:
1. Kecurangan
2. Kebohongan
3. Penipuan
4. Kejahatan
5. Manipulasi data-data
6. Rekayasa informasi
7. Mengubah opini dengan pemutarbalikan fakta yang ada
8. Menghilangkan barang bukti secara sengaja.

Untuk mengetahui lebih dalam tentang Fraud ada beberapa pendapat


para ahli yang telah mendefinisikan tentang Fraud ini.
1. Menurut Joel G. Siegel dan Jae K. Shim, bahwa:
“Fraud (kecurangan) merupakan tindakan yang disengaja oleh
perorangan atau kesatuan untuk menipu orang lain yang menyebabkan
kerugian. Khususnya terjadi misrepresentation (penyajian yang keliru)
untuk merusak, atau dengan maksud menahan data bahan yang diperlukan
untuk pelaksanaan keputusan yang terdahulu.”
2. Menurut Alison (2006)
Menurut Alison (2006) dalam artikel yang berjudul Fraud Auditing
mendefinisikan kecurangan (Fraud) sebagai bentuk penipuan yang
disengaja dilakukan yang menimbulkan kerugian tanpa disadari oleh
pihak yang dirugikan tersebut dan memberikan keuntungan bagi pelaku
kecurangan. Kecurangan umumnya terjadi karena adanya tekanan
untuk melakukan penyelewengan atau dorongan untuk memanfaatkan
kesempatan yang ada dan adanya pembenaran (diterima secara umum)
terhadap tindakan tersebut.

Dapat kita tarik kesimpulan dari pendapat para ahli di atas bahwa Fraud
(kecurangan) merupakan sesuatu yang disebabkan oleh keinginan
seseorang yang teraplikasi dalam bentuk perilakunya untuk melakukan
suatu tindakan yang menyalahi aturan.

Risiko Fraud adalah risiko yang di alami oleh suatu perusahaan atau
institusi karena factor terjadnya tindakan Fraud atau kecurangan yang di
sengaja, baik kerugian yang bersifat materi maupun non materi, dimana
kerugian materi diukur dai segi finansial dengan mengacu pada mata uang
yang dipakai (Rupiah, Dollar, Ringgit, Yen, Euro, dan sebagainya). Dan
kerugian non material menyangkut dengan kerugian yang bersifat non
keuangan seperti menurunnya kepercayaan publik pada perusahaan.

2.2 BENTUK-BENTUK FRAUD


Kecurangan pada prinsipnya mempunyai banyak sekali bentuknya.
Perkembangan Fraud adalah sejalan dengan semakin banyaknya aktivitas
kehidupan. Untuk mencagah timbulnya kecurangan maka jalan yang terbaik
adalah dengan memahami apa dan bagaimana saja bentuk-bentuk kecurangan
itu.
Sukrisno Agoes mengatakan bahwa kekeliruan dan kecurangan bisa
terjadi dalam berbagai bentuk, yaitu:
1. Intentional error
Kekeliruan bisa disengaja dengan tujuan untuk menguntungkan
diri sendiri dalam bentuk window dressing (merekayasa laporan
keuangan supaya lebih terlihat lebih baik agar lebih mudah mendapat
kredit dari bank) dan check kiting (saldo rekening bank ditampilkan
lebih besar sehingga rasio lancer terlihat lebh baik).
2. Unintentional error
Kecurangan yang terjadi secara tidak sengaja (kesalahan
manusiawi), misalnya salah menjumlah atau penerapan standar
akuntansi yang salah karena ketidaktahuan.
3. Collusion
Kecurangan yang di lakukan oleh lebih dari satu orang dengan cara
bekerja sama dengan tujuan untuk menguntungkan orang – orang
tersebut, biasanya merugikan perusahaan atau pihak ke tiga. Misalnya,
di suatu perusahaan terjadi kolusi antara bagian pembelian, bagian
gudang, bagian keuangan, dan pemasok dalam pembelian bahan atau
barang. Kolusi merupakan bentuk kecurangan yang sulit dideteksi,
walaupun pengendalian itern perusahaan cukup baik. Salah satu cara
pencegahan yang banyak digunakan adalah dilarangnya pegawai yang
mempunyai hubungan keluarga (suami istri, adik-kakak) untuk bekerja
di perusahaan yang sama.
4. Intentional misrepresentation
Memberi saran bahwa sesuatu itu benar, padahal itu salah, oleh
seseorang yang mengetahui bahwa hal itu salah.
5. Negligent misrepresentation
Pernyataan bahwa hal itu salah oleh seeorang yang tidak
mempuyai dasar yang kuat untuk menyatakan bahwa hal itu betul.
6. Employee fraud
Kecurangan yang di lakukan pegawai untuk menguntungkan
dirinya sendiri. Hal ini banyak kita jumpai dalam kehidupan sehari-
hari, mulai dari office boy yang memainkan bon pembelian makanan
sampai pegawai yang memasukkan pengeluaran pribadi untuk
keluarganya sebagai biaya perusahaan.
7. Management fraud
Kecurangan yang dilakukan oleh manajemen sehingga merugikan
pihak lain, termasuk pemerintah. Misalnya manipulasi pajak,
manipulasi kredit bank, kontrak yang menggunakan cost plus fee.
8. Organized crime
Kejahatan yang terorganisasi, misalnya pemalsuan kartu kredit,
pengiriman barang melebihi atau kurang dari yang seharusnya dimana
si pelaksana akan mendapat 10%.
9. Computer crime
Kejahatan dengan memanfaatkan teknologi komputer, sehingga si
pelaku bias menstransfer dana dari rekening orang lain ke rekeningnya
sendiri.
10. White collar crime
Kejahatan yang dilakukan orang-orang berdasi (kalangan atas),
misalnya mafia tanah, paksaan secara halus untuk merger, dan lain-
lain.
Bagi seorang auditor dalam melaksanakan tugas yang di
bebankan kepadanya maka tentunya ia akan mengikuti beberapa
prosedur dan langkah-langkah yang dapat membuat kerjanya itu
berlangsung secara sistematis. Lebih jauh arens & Loebbecke
menambahkan bahwa auditing seharusnya dilkukan oleh seorang yang
independen dan kompeten.
Adapun pengertian independen adalah dimana orang yang
bersangkutan dalam audit dan bebas dari pengaruh pribadi dan
bertanggungjawab atas kegiatan objek yang di audit sehingga dapat
memberikan penilaian yang tidak memihak dan tanpa prasangka,
sehingga hasil audit dapat dipercaya objektivitasnya.
2.3 KARAKTERISTIK KECURANGAN (FRAUD)
Karakteristik Kecurangan Akuntansi menurut Alison (2006) dalam
artikel yang berjudul Fraud Auditing, dilihat dari pelaku Fraud maka
secara garis besar kecurangan dapat digolongkan menjadi dua jenis:
a) Oleh pihak perusahaan, yaitu:
Manajemen untuk kepentingan perusahaan, yaitu salah saji
yang timbul karena kecurangan pelaporan keuangan
(misstatements arising from fraudulent financial reporting).
Kecurangan pelaporan keuangan biasanya dilakukan karena
adanya dorongan dan ekspektasi terhadap prestasi kerja
manajemen. Salah saji yang timbul karena kecurangan
terhadap pelaporan keuangan lebih dikenal dengan istilah
irregulatities (ketidakberesan). Bentuk kecurangan seperti ini
seringkali dinamakan kecurangan manajemen (management
fraud), misalnya berupa; manipulasi, pemalsuan, atau
pengubahan terhadap catatan akuntansi atau dokumen
pendukung yang merupakan sumber penyajian laporan
keuangan, kesengajaan dalam salah menyajikan atau sengaja
menghilangkan (intentional omissions) suatu transaksi,
kejadian, atau informasi penting dari laporan keuangan.
Pegawai untuk keuntungan individu, yaitu salah saji yang
berupa penyalahgunaan aktiva (misstatements arising from
misappropriation of assets). Kecurangan jenis ini biasanya
disebut kecurangan karyawan (employee fraud). Salah saji
yang berasal dari penyalahgunaan aktiva meliputi
penggelapan aktiva perusahaan yang mengakibatkan laporan
keuangan tidak disajikan sesuai dengan prinsip-prinsip
akuntansi yang berlaku umum. Penggelapan aktiva umumnya
dilakukan oleh karyawan yang menghadapi masalah keuangan
dan dilakukan kartena melihat adanya peluang kelemahan
pada pengendalian internal perusahaan serta pembenaran
terhadap tindakan tersebut.
Contoh salah saji jenis ini adalah:
 Penggelapan terhadap penerimaan kas.
 Pencurian aktiva perusahaaan.
 Mark-up harga.
 Transaksi tidak resmi.

b) Oleh pihak diluar perusahaan, yaitu :


Pelanggan, mitra usaha dan pihak asing yang dapat menimbulkan
kerugian bagi perusahaan melalui persaingan dalam berbisnis.

2.4 MENDETEKSI KECURANGAN (FRAUD AUDITING)


Teknik untuk mendeteksi kecurangan dapat dilakukan dengan dua cara
yaitu:
 Critical Point Auditing (CPA)
Setiap perusahaan pasti memiliki titik rawan yang sering
digunakan sebagai tempat terjadinya kecurangan. Apabila
kecurangan terjadi pada titik tersebut, akan dengan mudah
diketahui. Namun, dalam banyak hal keberhasilan suatau
kecurangan lebih banyak disebabkan kepandaian pelaku dalam
menyembunyikan kegiatannya diantara transaksi-transaksi yang
ada.
Critical Point Auditing merupakan suatu teknik dimana melalui
pemeriksaan atas catatan pembukuan, gejala suatu manipulasi
dapat diidentifikasi. Hasilnya berupa gejala atau kemungkinan
terjadinya kecurangan yang pada gilirannya mengarah kepada
penyelidikan yang lebih rinci. Metode ini dapat digunakan pada
setiap perusahaan. Semakin akurat dan komprehensif suatu catatan,
maka semakin efektif teknik ini dalam mengetahui gejala
kecurangan.
 Job Sensitivity Analysis (JSA)
Setiap pekerjaan dalam suatu perusahaan memiliki berbagai
peluang/kesempatan untuk terjadinya kecurangan. Hal ini
tergantung dari beberapa factor seperti; akses, kemampuan, dan
waktu yang tersedia untuk merencanakan dan melaksanakannya.
Teknik analisis kepekaan pekerjaan (job sensitivity analysis) ini
didasarkan pada suatu asumsi, yakni bila seseorang/sekelompok
karyawan bekerja pada posisi tertentu, peluang/tindakan negatif
(kecurangan) apa saja yang dapat dilakukan. Dengan kata lain,
teknik ini merupakan analisis dengan risiko kecurangan dari sudut
“pelaku potensial”, sehingga penegahan terhadap kemungkinan
terjadinya kecurangan dapat dilakukan misalnya dengan
memperketat pengendalian internal pada posisi-posisi yang rawan
kecurangan.

2.5 PENYEBAB TERJADINYA KECURANGAN (FRAUD)


Penyebab Terjadinya Kecurangan menurut J.S.R. Venables dan KW
Impley dalam buku “Internal Audit” (1988, hal 424) mengemukakan
kecurangan terjadi karena:

Penyebab Utama

a) Penyembunyian (concealment)
Kesempatan tidak terdeteksi. Pelaku perlu menilai kemungkinan dari
deteksi dan hukuman sebagai akibatnya.
b) Kesempatan/Peluang (Opportunity)
Pelaku perlu berada pada tempat yang tpat, waktu yang tepat agar
mendapatkan keuntungan atas kelemahan khusus dalam system dan juga
menghindari deteksi.
c) Motivasi (Motivation)
Pelaku membutuhkan motivasi untuk melakukan aktivitas demikian,
suatu kebutuhan pribadi seperti ketamakan/kerakusan dan motivator
yang lain.
d) Daya tarik (Attraction)
Sasaran dari kecurangan yang dipertimbangkan perlu menarik bagi
pelaku.
e) Keberhasilan (Success)
Pelaku perlu menilai peluang berhasil, yang dapat diukur baik
menghindari penuntutan atau deteksi.

Penyebab Sekunder

a) Hubungan antar pemberi kerja/pekerja yang jelek


Yaitu saling kepercayaan dan penghargaan telah gagal. Pelaku dapat
mengemukakan alasan bahwa kecurangan hanya menjadi kewajibannya.
b) Pembalasan dendam (Revenge)
Ketidaksukaan yang hebat terhadap organisasi dapat mengakibatkan
pelaku berusaha merugikan organisasi tersebut.
c) Tantangan (Challenge)
Karyawan yang bosan dengan lingkungan kerja mereka dapat
mencari stimulasi dengan berusaha untuk “memukul sistem”, sehingga
mendapatkan suatu arti pencapaian (a sense of achievement), atau
pembebasan frustasi (relief of frustation).
2.6 PENCEGAHAN TERJADINYA KECURANGAN (FRAUD)
Risiko dan tindakan terjadinya fraud sangat berbahaya bagi suatu
perusahaan jika ini terus dibiarkan. Maka ada beberapa saran untuk mencegah
terjadinya kecurangan, yaitu:
1. Tingkatkan pengendalian internal yang terdapat pada perusahaan
2. Lakukan seleksi pegawai secara ketat, gunakan jasa psikolog dan hindari
nepotisme dalam penerimaan pegawai.
3. Tingkatkan keandalan internal audit departmen, antara lain dengan:
o Memberikan balas jasa yang menarik
o Memberikan perhatian yang cukup besar terhadap laporan mereka.
o Mengharuskan internal auditor melaksanakan continuing
professional education.
4. Berikan imbalan yang memadai untuk seluruh pegawai, timbulkan “sense
of belonging” di antara pegawai.
5. Lakukan Rotation of duties dan wajibkan para pegawai untuk
menggunakan hak cuti mereka.
6. Berikan sangsi yang tegas kepada mereka yang melakukan kecurangan
dan berikan penghargaan kepada mereka yang berprestasi.
7. Tumbuhkan suasana keterbukaan di dalam perusahaan
8. Manajemen harus memberikan contoh dengan bertindak jujur, adil, dan
bersih
9. Buat kebijakan tertulis mengenai fair dealing.
2.7 Fraud pada Bagian Keuangan dan Tugas Auditor
Pada bagian keuangan sudah jelas jika fraud (kecurangan) itu berkaitan
dengan perubahan angka-angka pada laporan keuangan (financial statement).
Dimana angka-angka tersebut tidak di sajikan sewajarnya tapi sudah diubah-
ubah dan sering terjadi karena adanya pressure (tekanan) dari pihak
manajemen, sehingga informasi yang diperoleh publik bukan lagi informasi
dengan data yang sebenarnya namun sudah penuh dengan rekayasa.
Dalam berbagai tindakan yang sifatnya fraud seperti itu, maka sudah
menjadi kewajiban seorang auditor untuk melaporkan keadaan yang
sebenarnya kepada pihak yang berkepentingan. Namun mewujudkan
tersampainya sebuah informasi yang akurat dan detail bukan suatu urusan
yang mudah, karena sisi independensi dari seorang auditor akan di uji.
Tujuan utama pemeriksaan akuntan (audit) adalah untuk menentukan apakah
financial statement (laporan keuangan) menyajikan secara wajar atau tidak
keadaan kuangan dan hasil usaha suatu company (perusahaan). Penyajian
suatu financial statement secaa wajar merupakan suatu keharusan bagi
seorang akuntan, namun tentu penyajian financial statement tersebut harus
sesuai dengan kaidah atau prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum, maka
untuk mewujudkan keadaan seperti itu segala sesuatu yang menyangkut
informasi keuangan yang dibutuhkan harus di sajikan dengan jelas dan baik
atau dengan kata lain cemat atau teliti, seperti menyangkut pemerikasaan
transaksi dan saldo substansi agar tidak terjadi atau terbentuk suatu informasi
yang keliru.
Pada dasarnya auditing atau pemeriksaan merupakan kegiatan yang
dilakukan untuk membandingkan kondisi yang ada dengan kriteria atau
ketentuan yang ditetapkan.
Prosedur untuk mengoreksi kesalahan:

NO KESALAHAN PROSEDUR KOREKSI


1 Ayat jurnal yang tidak benar tetapi di posting. Coret kesalan tersebut dan
cantumkan judul atau
jumlah yang benar.
2 Ayat jurnal sudah benar tetapi diposting secara Coret kesalahan tersebut
keliru. dan lakukan postingan
yang benar
3 Ayat jurnal tidak benar dan sudah di posting. Buat dan posting jurnal
koreksi.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Risiko fraud adalah risiko yang di alami oleh suatu perusahaan atau
institusi karena faktor terjadnya tindakan fraud atau kecurangan yang di
sengaja, baik kerugian yang bersifat materi maupun non materi, dimana
kerugian materi diukur dai segi finansial dengan mengacu pada mata uang
yang dipakai (Rupiah, Dollar, Ringgit, Yen, Euro, dan sebagainya) dan
kerugian non material menyangkut dengan kerugian yang bersifat non
keuangan seperti menurunnya kepercayaan publik pada perusahaan.
Bentuk-bentuk fraud diantara lain seperti: Intentional error, Unintentional
error, Collusion, Intentional misrepresentation, Negligent misrepresentation,
False promises, Employee fraud, Management fraud, Computer crime, White
collar crime.
Fraud dapat terjadi di beberapa bagian dalam perusahaan seperti bagian
marketing, keuangan dan tugas auditor, bagian sumber daya manusia, bagian
earnings management., bagian insider trading.
Dalam mewawancara harus memperhatikan hal-hal penting guna untuk
memperoleh data-data dan informasi yang akurat dan tepat. Sedangkan risiko
dan tindakan terjadinya fraud sangat berbahaya bagi suatu perusahaan jika ini
terus dibiarkan maka perlu adanya suatu solusi untuk mencegah terjanya
kecurangan (fraud) seperti, pengendalian interal perusahaan harus di
tingkatkan, dalam merekrut karyawan atau pegawai baru harus ketat, berikan
imbalan yang menarik, jika mereka melakukan kecurangn maka sanksilah
dengan tegas supaya pihak yamg melakukan kecurangan jera.
3.2 DAFTAR PUSTAKA
Umar, Husein. 2001. Manajemen Risiko Bisnis: Pendekatan Finansial dan
Non Finansial. PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta
www.bpkp.go.id/public/upload/unit/investigasi/files/Gambar/PDF/cegah_
deteksi.pdf
www. wahyumi.files.wordpress.com/2010/.../chapter-11-fraud-auditing....
www. lindapraba.blogspot.com/.../tugas-3-fraud-dan-contoh-kasus-
fraud.html

Anda mungkin juga menyukai