Anda di halaman 1dari 9

PENDIDIKAN INKLUSI

Dosen pengampu:
Tine Mulyaningsih, M.Pd

Disusun oleh:
- Yuni

PROGRAM STUDI : PGMI/PGSD


STAI BANI SALEH 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan penyusunan makalah ini
dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana yang berjudul ABK dalam Setting
Inklusif. Makalah ini berisikan tentang informasi Pendidikan Inklusif untuk ABK.
Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang Pendidikan
Inklusif untuk ABK. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan
demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua
pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir.
Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Inklusi
2.2 Tujuan dan manfaat pendidikan Inklusi

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSAKA
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Saat ini diperkirakan sepuluh persen dari populasi anak di dunia adalah anak
berkebutuhan khusus (Dampingi anak, n.d.). Jumlah anak berkebutuhan khusus di
Indonesia pun terus meningkat, meskipun tidak dapat dipastikan. Dinas Pendidikan Luar
Biasa Kementerian Pendidikan Nasional mencatat terdapat 324.000 orang ABK di
Indonesia (Pendidikan anak, 3 Maret 2010). Prevalensinya yang tinggi serta kesadaran
masyarakat yang semakin meningkat mengenai isu ini membuat ABK semakin
mendapatkan perhatian. Direktorat Pendidikan Luar Biasa. Dalam kehidupan sehari-hari
di masyarakat istilah anak luar biasa yang kini disebut sebagai anak berkebutuhan
khusus masih disalah tafsirkan, yaitu anak luar biasa selalu diartikan sebagai anak
berkemampuan unggul atau yang berprestasi yang luar biasa. Padahal pengertian anak
luar biasa juga mengacu pada pengertian yaitu anak yang menglami kelainan atau
ketunaan.

Selain masyarakat yang masih keliru dalam menafsirkan pengertian anak yang luar
biasa, faktor penyebab sehingga anak menjadi anak luar biasa dan karakteristik dari
masing-masing jenis anak yang mengalami keluarbisaan. Dalam dunia pendidikan luar
biasa seorang anak diartikan sebagai anak luar biasa jika anak ersebut membutuhkan
perhatian khusus dan layanan pendidikan yang bersifat khusus oleh guru pendidik atau
pembimbing khusus yang berlatar belakang disiplin ilu pendidikan luar biasa atau
disiplin ilmu lainnya yang relevan dan memiliki sertifikasi kewenangan dalam mengajar,
mendidik, membimbing dan melatih anak luar biasa.4, dalam Mangunsong, 2010).

Selain itu dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan baru-baru ini pemerintah
menciptakan terobosan baru melalui sekolah inklusif. Pengertian tentang pendidikan
inklusif sendiri belum banyak disosialisasikan di Indonesia apalagi tentang bentuk
pelaksanaan dan sistem pendidikan tersebut, karena merupakan suatu hal baru. Konsep
sekolah inklusif ini yaitu anak-anak dari kalangan berkelainan atau berkebutuhan khusus
dapat mengikuti kelas biasa, namun disisi lain merekapun harus mengikuti program
khusus sesuai dengan kebutuhan dan kapasitas mereka.
Oleh karena itu dalam pembahasan kali ini kami akan menjelaskan secara lebih holistik
mengenai pengertian anak ABK, pengertian, tujuan dan manfaat pendidikan inklusi dan
perkembangan serta implementasinya di Indonesia.

1.2 Rumusan masalah

Untuk Memahami pendidikan Inklusi kita harus mempelajarinya terlebih dahulu,


sebelum kita masuk dalam pokok bahasa, hendaknya kita mengetahui rumusan-rumusan
masalah seperti:

2.1 Apa yang dimaksud dengan pendidikan Inkluisi ?

2.2 Bagaimana tujuan dan manfaat pendidikan Inkluisi?


BAB II. PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ilmu Biologi

Istilah inklusi yang dianggap istilah baru untuk mendiskripsikan penyatuan bagi anak-
anak berkelainan (penyandang hambatan/cacat) ke dalam program-program sekolah (dan juga
diartikan sebagai menyatukan anak-anak berkelainan (penyandang hambatan/cacat) dengan
cara-cara yang realistis dan komprehensif dalam kehidupan pendidikan yang menyeluruh.

Pendidikan inklusif merupakan sebuah pendekatan yang berusaha mentransformasi


sistem pendidikan dengan meniadakan hambatan-hambatan yang dapat menghalangi setiap
siswa untuk berpartisipasi penuh dalam pendidikan. Pendidikan inklusif merupakan model
penyelenggaraan program pendidikan bagi anak berkelainan atau cacat dimana
penyelenggaraannya dipadukan bersama anak normal dan tempatnya di sekolah umum
dengan menggunakan kurikulum yang berlaku di lembaga bersangkutan.

Stout (2001:1) mengemukakan tentang defnisi inklusi sebagai berikut.

“Inclusion is a term which expresses commitment to educate each child, to the maximum
extent appropriate, in the school and classroom he or she would otherwise attend. It involves
bringing the support services to the child (rather than moving the child to the services) and
requires only that the child will benefit from being in the class (rather than having to keep up
with the other student)”.

Dari pernyataan di atas dapat diartikan bahwa inklusi merupakan suatu istilah yang
menyatakan komitmen terhadap pendidikan yang sedemikian tepatnya bagi setiap anak, di
mana is akan mengikuti pendidikan baik di sekolah maupun di kelas. Inklusi melibatkan
berbagai dukungan layanan terhadap anak dan hanya memerlukan bahwa anak akan
mendapat manfaat dari kehidupan di kelas (lebih baik mengalami untuk mengikuti siswa
yang lain).

Pada hakekatnya pendidikan inklusif tidaklah hanya sebatas untuk memberi


kesempatan kepada anak-anak berkebutuhan khusus, untuk menikmati pendidikan yang
sama, namun hak berpendidikan juga untuk anak-anak lain yang kurang beruntung, misalnya
anak dengan HIV/AIDS, anak-anak jalananan, anak yang tidak mampu (fakir-miskin), anak-
anak korban perkosaan, korban perang dan lainnya, tanpa melihat agama, ras dan bahasanya.
Konsep pendidikan inklusif memiliki lebih banyak kesamaan dengan konsep yang melandasi
gerakan ‘Pendidikan untuk Semua’ dan ‘Peningkatan mutu sekolah’. Namun kebijakan dan
praktek inklusi anak berkebutuhan khusus (penyandang cacat) telah menjadi katalisator
utama untuk mengembangkan pendidikan inklusif yang efektif, yang fleksibel dan tangap
terhadap keanekaragaman gaya dan kecepatan belajar.

“Pendidikan inklusif merupakan perkembangan pelayanan  pendidikan terkini dari


model pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus, dimana prinsip mendasar dari pendidikan
inklusif, selama  memungkinkan, semua anak atau peserta didik seyogyanya belajar bersama-
sama tanpa memandang kesulitan ataupun perbedaan yang  mungkin ada pada mereka.”
(pernyataan Salamanca,1994)

“Inklusi itu masa depan, milik ras manusia, hak asasi manusia,  pengupayaan agar
bisa hidup berdampingan satu sama lain,  bukanlah sesuatu hal yang harus dilakukan kepada
seseorang atau  untuk seseorang, dilakukan bersama bagi satu sama lain, bukanlah sesuatu
yang kita lakukan sedikit saja”. (Marsha Forest, 2005: 19).

Adapun  pendidikan inklusi mempunyai pengertian yang beragam. Stainback dan


Stainback (1990) mengemukakan bahwa sekolah inklusi adalah sekolah yang menampung
semua siswa di kelas yang sama. Sekolah ini menyediakan program pendidikan yang layak,
menantang, tetapi sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan setiap siswa, maupun bantuan
dan dukungan yang dapat diberikan oleh para guru agar anak-anak berhasil. Lebih dari itu,
sekolah inklusi juga merupakan tempat setiap anak dapat diterima, menjadi bagian dari kelas
tersebut, dan saling membantu dengan guru dan teman sebayanya, maupun anggota
masyarakat lain agar kebutuhan individualnya dapat terpenuhi.

Menurut Heller, Holtzman&Messick (1982), mengatakan bahwa layanan ini


merekomendasikan agar pendidikan khusus secara segregatif hanya diberikan terbatas
berdasarkan hasil identifikasi yang tepat. Beberapa pakar bahkan mengemukakan bahwa
sangat sulit untuk melakukan identifikasi dan penempatan anak berkelainan secara tepat,
karena karakteristik mereka yang sangat heterogen.

Dan pernyatan-pernyataan di atas mengisyaratkan bahwa sekolah reguler yang


berorientasi inklusi merupakan alat untuk memerangi sikap diskriminasi, menciptakan
masyarakat yang ramah, mencapai pendidikan bagi semua, sehingga akan memberikan
pendidikan yang efektif kepada mayoritas anak dan meningkatkan efisiensi karena akan
menurunkan biaya bagi seluruh sistem pendidikan.

2.2 Tujuan dan manfaat pendidikan Inkluisi

Tujuan Pendidikan Inklusif


Pendidikan inklusif dimaksudkan sebagai sistem layanan pendidikan yang mengikut-
sertakan anak berkebutuhan khusus belajar bersama dengan anak sebayanya di sekolah
reguler yang terdekat dengan tempat tinggalnya. Penyelenggaraan pendidikan inklusif
menuntut pihak sekolah melakukan penyesuaian baik dari segi kurikulum, sarana dan
prasarana pendidikan, maupun sistem pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan
individu peserta didik.

Manfaat pendidikan inklusif adalah :


1. Membangun kesadaran dan konsensus pentingnya pendidikan inklusif sekaligus
menghilangkan sikap dan nilai yang diskriminatif.
2. Melibatkan dan memberdayakan masyarakat untuk melakukan analisis situasi
pendidikan lokal, mengumpulkan informasi semua anak pada setiap distrik dan
mengidentifikasi alasan mengapa mereka tidak sekolah.
3. Mengidentifikasi hambatan berkaitan dengan kelainan fisik, sosial dan masalah
lainnya terhadap akses dan pembelajaran.
4. Melibatkan masyarakat dalam melakukan perencanaan dan monitoring mutu
pendidikan bagi semua anak.

Hal-hal yang harus diperhatikan sekolah penyelenggara pendidikan inklusif :


1. Sekolah harus menyediakan kondisi kelas yang hangat, ramah, menerima keaneka-
ragaman dan menghargai perbedaan.
2. Sekolah harus siap mengelola kelas yang heterogen dengan menerapkan kurikulum
dan pembelajaran yang bersifat individual
3. Guru harus menerapkan pembelajaran yang interaktif.
4. Guru dituntut melakukan kolaborasi dengan profesi atau sumberdaya lain dalam
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
5. Guru dituntut melibatkan orang tua secara bermakna dalam proses pendidikan.
 
BAB III. PENUTUPAN

3.1 KESIMPULAN
Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang mengalami gangguan yang signifikan baik
aspek psikis, sosial, emosional, dan indrawi yang menghambat proses pertumbuhan dan
perkembangan anak tersebut, sehingga membutuhkan layanan pendidikan khusus untuk
mengembangkan potensi kemanusiaaan mereka. Pendidikan Inklusif muncul sebagai suatu
layanan pendidika program pemerintah dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan dimana
penyelenggaraannya dengan cara memadukan anak-anak yang berkelainan atau berkebutuhan
khusus bersama anak normal lainnya, menggunakan kurikulum yang berlaku di lembaga yang
bersangkutan.
Tujuan pendidikan inklusif yaitu agar semua anak mendapatkan hak pendidikan dan 
kedudukan yang sama tak terkecuali bagi mereka yang berkebutuhan khusus. Sekolah reguler
yang berorientasi inklusi ini merupakan alat untuk memerangi sikap diskriminasi,
menciptakan masyarakat yang ramah, mencapai pendidikan bagi semua, sehingga akan
memberikan pendidikan yang efektif kepada mayoritas anak dan meningkatkan efisiensi
karena akan menurunkan biaya bagi seluruh sistem pendidikan.

DAFTAR PUSAKA

https://cynthiadevinapynki.wordpress.com/2016/06/01/makalah-pendidikan-inklusi/

Anda mungkin juga menyukai