Anda di halaman 1dari 3

Tragedi Talangsari (1989)

Tragedi Talangsari yang terjadi di Lampung pada 7 Februari 1989 termasuk dalam salah satu
pelanggaran HAM berat di Indonesia.
Pada masa tersebut Soeharto mengadakan program Pedoman Penghayatan dan Pengamalan
Pancasila(P-4).
Program ini banyak menyasar masyarakat Islam yang kritis terhadap pemerintahan Orde Baru.
Sampai akhirnya hal tersebut memancing reaksi kelompok Islam di Indonesia, termasuk
kelompok Warsidi di Lampung.
Akhirnya kelompok Warsidi dituduh radikal dan mendapat perlakuan represif dari militer serta
polisi yang menyebabkan tragedi pembantaian.
Dalam tragedi tersebut, ada sekitar 130 orang tewas dan 229 dianiaya.

Kasus Hendarman Supandji

Hukum Tata Negara seakan mendapat gempa hebat ketika MK permohonan judicial review UU
Kejaksaan No 16/2004 yang diajukan mantan Menteri Hukum dan HAM Yuzril Ihza Mahendra
pada 22 September 2009 lalu. Sebab, baru kali ini seorang Jaksa Agung, sepanjang sejarah
ketatanegaraan Indonesia, bisa terjungkal lewat kepiawaian seorang warga negara, Yusril.
Lewat berbagai argumennya, Yusril bisa meyakinkan MK bahwa pengangkatan Hendarman
illegal karena belum dilantik untuk masa periode kedua. MK memutuskan bahwa masa bhakti
Jaksa Agung berakhir seiring habisnya masa jabatan Presiden.

 Kasus Korupsi Jiwasraya

Di tahun 2020 kasus korupsi PT Asuransi Jiwasraya (persero) bahkan di sebut sebagai kerugian


besar bagi negara oleh Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK) yang mencapai hingga belasan
triliun rupiah. Kasus ini menyeret eks Kepala Divisi Investasi dan Keuangan Jiwasraya periode
2008-2014, Syahmirwan dituntut selama 18 tahun penjara. Dikutip Pikiran-rakyat.com dari
Antara, Syahmirwan dinilai terbukti melakukan korupsi yang merugikan keuangan negara senilai
Rp16.807 triliun. Selain itu, kasus ini juga menyeret Direktur Utama PT
Asuransi Jiwasraya 2008-2018, Hendrisman Rahim, ia dituntut 20 tahun penjara. Hendrisman
terbukti melakukan korupsi yang merugikan keuangan negara senilai Rp16.807 triliun.
Sementara mantan Direktur Keuangan PT Asuransi Jiwasraya periode tahun 2013-2018, Hary
Prasetyo dituntut penjara seumur hidup.

Kasus Suap Jaksa Pinangki

Jaksa Pinangki Sirna Malasari adalah tersangka dalam kasus penyuapan uang 500.000 dolar AS,
sekitar Rp7,3 miliar dari buronan Bank Bali Joko Soegiarto Tjandra alias Djoko Tjandra. Jaksa
Pinangki yang berusaha memulangkan Djoko Tjandra tanpa harus dipidana menjalani sidang
perdananya pada Rabu 23 September 2020 di Ruang Sidang Kusumahatmaja, Gedung
Pengadilan Tipikor Jakarta. Di sana, terbongkar 'action plan' yang ditawarkan pada tersangka
kasus Bank Bali itu. Pada periode Juli 2020, beredar foto pertemuan antara jaksa dengan Djoko
Tjandra. Jaksa tersebut diduga adalah Pinangki yang pada saat itu diketahui menjabat sebagai
Kepala Sub Bagian Pemantauan dan Evaluasi II pada Biro Perencanaan Jaksa Agung Muda
Pembinaan. Atas kasus ini, Jaksa Pinangki resmi dijatuhi sanksi disiplin dibebastugaskan dari
jabatan struktural, karena terbukti melanggar disiplin dan kode etik perilaku jaksa. Pada tanggal
29 Juli 2020, Pinangki Sirna Malasari akhirnya dicopot dari jabatan sebagai Kepala Subbagian
Pemantauan dan Evaluasi II pada Biro Perencanaan Jaksa Agung Muda Pembinaan.

Kasus Dugaan Suap Ekspor Benih Lobster Menteri KKP Edhy Prabowo
Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP), Edhy Prabowo ditangkap KPK. Dia ditangkap
Komisi Pemberantas Korupsi (KPK) bersama istri dan beberapa orang lainnya di Bandara
Soekarno-Hatta sepulang dari Amerika Serikat. Kasus yang menjeratnya terkait ekspor benih
lobster atau benur. KPK menetapkan Edhy Prabowo sebagai tersangka pada 26 November 2020.
Selain Edhy, KPK juga menetapkan enam tersangka lainnya yang juga terseret dalam kasus
ekspor benih lobster atau benur. Mereka yang ditetapkan tersangka penerima suap yakni Safri
(SAF) selaku Stafsus Menteri KKP; Andreau Pribadi Misanta (APM) selaku Stafsus Menteri
KKP; Siswadi (SWD) selaku Pengurus PT Aero Citra Kargo (ACK); Ainul Faqih (AF) selaku
Staf istri Menteri KKP; dan Amiril Mukminin selaku swasta. Sementara diduga sebagai pihak
pemberi, KPK menetapkan Suharjito (SJT) selaku Direktur PT Dua Putra Perkasa Pratama
(DPPP). KPK menduga, Edhy Prabowo menerima suap dengan total Rp10,2 miliar dan 100.000
dolar AS dari Suharjito. Suap tersebut diberikan agar Edhy selaku Menteri Kelautan dan
Perikanan memberikan izin kepada PT Dua Putra Perkasa Pratama untuk menerima izin sebagai
eksportir benih lobster atau benur.

Kasus suap Wali Kota Cimahi Ajay Muhammad Priatna

Pada 27 November 2020, Wali Kota Cimahi Ajay Muhammad Priatna ditangkap KPK.
Penangkapan Ajay oleh komisi antirasuah tersebut dilaporkan terkait dugaan suap perizinan
Rumah Sakit. Atas kasus tersebut, Ajay menjadi Wali Kota Cimahi ketiga yang ditangkap KPK.
Pasalnya selain Ajay, Wali Kota Cimahi sebelumnya yakni Itoc Tochija dan Atty Suharti juga
ditangkap oleh KPK. Pada 6 Desember 2020 lalu, KPK menetapkan Menteri Sosial
(Mensos) Juliari Batubara sebagai tersangka kasus dugaan suap bantuan sosial Covid-
19. KPK menduga Juliari menerima uang Rp 8,2 miliar. Dari Operasi Tangkap Tangan (OTT)
pada Sabtu, 5 Desember di beberapa tempat di Jakarta, petugas KPK mengamankan barang bukti
uang dengan jumlah sekitar Rp14,5 miliar dalam berbagai pecahan mata uang yaitu sekitar Rp11,
9 miliar, sekitar 171,085 dolar AS (setara Rp2,420 miliar) dan sekitar 23.000 dolar Singapura
(setara Rp243 juta). Ketua KPK Firli Bahuri membeberkan secara lengkap konstruksi perkara
dugaan suap yang menjerat Juliari Batubara. Atas kasus ini KPK menetapkan lima orang
tersangka yaitu sebagai tersangka penerima suap Menteri Sosial Juliari Peter Batubara, Matheus
Joko Santoso (MJS) dan Adi Wahyono sedangkan tersangka pemberi adalah Ardian IM (AIM)
dan Harry Sidabuke (HS).
Firli mengatakan tersangka Ardian IM dan Harry Sidabuke telah menyiapkan uang
dugaan suap sebesar Rp14,5 miliar di sebuah apartemen daerah Jakarta dan Bandung sebelum
ditangkap KPK. Uang Rp14,5 miliar tersebut disimpan di dalam tujuh koper, tiga ransel, serta
amplop kecil. Perkara ini menurut Firli diawali adanya pengadaan bansos penanganan Covid-19
berupa paket sembako di Kementerian Sosial RI tahun 2020 dengan nilai sekitar Rp5,9 triliun
dengan total 272 kontrak pengadaan dan dilaksanakan dengan dua periode. Diduga disepakati
adanya fee dari tiap-tiap paket pekerjaan yang harus disetorkan para rekanan kepada
Kementerian Sosial melalui MJS. Program bansos sembako di Jabodetabek adalah salah satu dari
6 program perlindungan sosial di Kementerian Sosial yang diselenggarakan pemerintah untuk
mengatasi pandemi Covid-19. Total anggaran untuk bansos sembako Jabodetabek adalah senilai
Rp6,84 triliun dan telah terealisasi Rp5,65 triliun (82,59 persen) berdasarkan data 4 November
2020.***

Anda mungkin juga menyukai